• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KADAR AIR, LEMAK DAN SERAT KASAR PADA BUNGKIL KACANG KEDELAI SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN TERNAK DI PT. MABAR FEED INDONESIA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN KADAR AIR, LEMAK DAN SERAT KASAR PADA BUNGKIL KACANG KEDELAI SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN TERNAK DI PT. MABAR FEED INDONESIA MEDAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR AIR, LEMAK DAN SERAT KASAR PADA BUNGKIL KACANG KEDELAI SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN TERNAK DI PT. MABAR FEED INDONESIA

MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

WIDYA ASTRINA PANJAITAN 162401036

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

PENENTUAN KADAR AIR, LEMAK DAN SERAT KASAR PADA BUNGKIL KACANG KEDELAI SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN TERNAK DI PT. MABAR FEED INDONESIA

MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

WIDYA ASTRINA PANJAITAN 162401036

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul

Itu€oti

Nma

Nqnorlnfuk Mahasiswa Program Studi

Oeeortcrncn Fakultas

KetuE Program Studi D3 Kimia FMIPA USU

(Dr.Mimo Supeno, MS) NIP 196 I 0509198703 1002

PEBSETITJU/IN

Pcncffinn

hda

sir, lcmak dan

sst

kasar

rda

brnglit

hcang tc&lai

8€bogui boho bolil Pakan tcrnak di PT. I\{ABAR FEED INDOI'IESIA MEDAI{

TugEs Akhir

Widltr Astrina Panjaitan t624ot036

Diploma Tiga (D3) Kimia Kimia

:

ldaternatika dan llmu Pengstahuan Alam Universitas Srmtatera Utara

Disetujui di

Medan, Jmi

20t9

Dossn Pembimbing

/

. Ph.D) NIP.

l96tl

I 10199903 I 0o I

(4)

PERI\TYATAAI\I

PEI\ENTUAII KADAR

AI&

LEMAK DA}[ SERAT KASAR PADA BUNGKIL KACANG KEDELAI SEBAGAI BAIIAN BAKU PAKAN

TERNAK DI PT. MABAR FEED INDONESIA MEDAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbemya.

Medan, Juni 2019

WIDYA

W

ASTRINA PANJAITAN NrM 162401036

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir tepat pada waktunya. Tujuan disusunnya tugas akhir ini adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada program studi Diploma 3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah PENENTUAN KADAR AIR, LEMAK DAN SERAT KASAR PADA BUNGKIL KACANG KEDELAI SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN TERNAK DI PT. MABAR FEED INDONESIA

Tugas akhir ini dapat penulis selesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang selalu mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan baik, maka pada kesempatan kali dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orangtua penulis yang terkasih Ayah Jonny Panjaitan dan Ibu Dewi Simamora juga saudara-saudara penulis Dany Rado Panjaitan, Wina Panjaitan dan Jordan panjaitan yang selalu memberikan doa dan dukungan penuh kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik

2. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPAUSU yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga penulis dapat menyusun tugas akhir

3. Bapak Saharman Gea, S.Si., M.Si. Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan penulisan tugas akhir

4. Bapak Hamdan, SH selaku manager di PT. Mabar Feed Indonesia

5. Ibu Veronika Manullang selaku kepala laboratorium PT. Mabar Feed Indonesia yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

(6)

6. Teman-teman PKL Cinita Manik, Tika Sitorus dan Jenny Yolanda yang selalu saling mendukung dalam menyelesaikan tugas akhir masing-masing

7. Sahabat-sahabat penulis Elim Simatupang, Cintia Manik, Derwanti Simamora, Nissa Monica dan Sri Silaban yang selalu memberikan dukungan kepada penulis selama masa kuliah dan menyelesaikan tugas akhir

8. Teman-teman seperjuangan di D3 Kimia stambuk 2016, adik-adik stambuk 2017, 2018 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga mendukung penulis dalam menyusun tugas akhir

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Segala bentuk masukkan yang diberikanakan dapat diterima penulis dengan senang hati dan ucapan terimakasih. Harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2019

Widya Astrina Panjaitan

(7)

PENENTUAN KADAR AIR, LEMAK DAN SERAT KASAR PADA BUNGKIL KACANG KEDELAI SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN

TERNAK DI PT. MABAR FEED INDONESIA MEDAN

ABSTRAK

Penentuan kadar air, lemak dan serat kasar pada bungkil kacang kedelai yang digunakan sebagai bahan baku pakan ternak di PT. Mabar Feed Indonesia telah dilakukan. Metode yang digunakan dalam analisis kadar air yaitu metode thermogravimetri. Kadar lemak dengan metode ekstraksi sokletasi dan serat kasar dengan metode gravimetri. Dari hasil analisis diperoleh kadar air dengan rata-rata 11,43%, lemak 1,35% dan serat kasar 3,60%. Menurut standar yang telah ditetapkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia kadar air, lemak dan serat kasar berturut-turut yaitu <12%, <2% dan <4%. Berdasarkan hasil dari analisis, menunjukan bahwa bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku pakan ternak telah memenuhi standar mutu pabrik.

(8)

THE DETERMINATION OF MOISTURE, FAT AND THE CRUDE FIBER CONTENT IN SOYA BEAN MEAL AS THE RAW INGREDIENTS FOR

LIVESTOCK FEED AT

PT. MABAR FEED INDONESIA MEDAN

ABSTRACT

The determination of moisture, fat and crude fiber in soya bean meal as animal feed at PT. Mabar Feed Indonesia have been carried out. The method that used to analyze the amount of moisture was theromgravimetri. For amount of fat was used extraction soxhletation method and for the crude fiber was used gravimetric method. The result obtained the average of moisture content is 11,43%, fat 1,35%

and crude fiber 3,60%. According to standard that have been made by PT. Mabar Feed Indonesia for moisture, fat and crude fiber consecutive is <12%, <2% and

<4%. From the result could be concluded that the soya bean meal as animal feed has met the estabilished quality standard.

(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRACT iv

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Kacang Kedelai 4

2.1.1 Taksonomi kacang Kedelai 4

2.1.2 Morfologi Kacang Kedelai 5

2.2 Bahan Baku Pakan Ternak 10

2.3 Air 13

2.3.1 Sifat Fisik dan Kimia Air 13

2.3.2 Fungsi Air Dalam Tubuh Hewan 15

2.3.3 Analisa Kadar Air 15

2.4 Lemak 16

2.4.1 Sumber Lemak 17

2.4.2 Fungsi Lemak pada Hewan 18

2.4.3 Penentuan Kadar Lemak 18

2.5 Serat Kasar 19

2.5.1 Penentuan Kadar Serat Kasar 20

BAB 3 METODE PENELITIAN 21

3.1 Alat Dan Bahan 21

3.1.1 Alat 21

(10)

3.1.2 Bahan 21

3.3 Prosedur Percobaan 21

3.3.1 Penentuan Kadar Air 21

3.3.2 Penentuan Kadar Lemak 22

3.3.3 Penentuan Kadar Serat Kasar 22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24

4.1 Hasil 24

4.1.1 Analisis Kadar Air 25

4.1.2 Analisis Kadar Lemak 25

4.1.3 Analisis Kadar Serat Kasar 25

4.2 Perhitungan 26

4.1.1 Perhitungan % Kadar Air Kertas Saring 26

4.2.2 Perhitungan Kadar Air 27

4.2.3 Perhitungan Kadar Lemak 27

4.2.4 Perhitungan Kadar Serat Kasar 28

4.3 Pembahasan 29

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 30

5.1 Kesimpulan 30

5.2 Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31 Lampiran

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul

Halaman 2.1 Kandungan Nutrisi Kacang Kedelai 7 2.2 Standar Keberterimaan Bungkil Kacang 9

Kedelai

4.1 Hasil Analisa Kadar Air 24

4.2 Hasil Analisa Kadar Lemak 25

4.3 Hasil Analisa Kadar Serat Kasar 26

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Reaksi Pembentukan Lemak dari gliserol 17 dan 3 molekul asam lemak

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Halaman 1 Standar Keberterimaan Bungkil Kacang

Kedelai 33

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan ternak adalah segala sesuatu yang dapat dimakan hewan atau ternak, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya agar dapat diabsorpsi sebagai zat makanan (gizi/nutrisi) untuk fungsi hidupnya, bermanfaat bagi hewan, dan tidak beracun sehingga tidak menganggu kesehatan atau bahkan menyebabkan kematian pada hewan. Komposisi senyawa kimia pada pakan ternak ditetapkan menggunakan analisis proksimat metode Weende (Utomo, 2015).

Kedelai dipercaya berasal dari China, ditemukan antara 4.000–5.000 tahun yang lalu. Masyarakat mengenal kedelai karena gizinya, terutama proteinnya yang mencapai 40% dan kadar lemaknya yang tertinggi diantara kacang-kacangan, dengan didominasi oleh lemak tak jenuhnya seperti asam linoleat, asam linolenat dan asam oleat. Sebagai bahan pakan ternak kedelai memiliki keterbatasan karena kandungan anti nutrisi seperti Anti Tripsin, Hemoglutinin, dan Glukosida.

sehingga kacang kedelai tidak pernah digunakan sebagai makanan ternak dalam keadaan mentah, akan tetapi bahan ini baru dapat dipakai sesudah dimasak terlebih dahulu dengan cara disangrai atau digoreng tanpa minyak. Namun demikian, kacang kedelai ini jarang digunakan dalam penyusun ransum pakan.

Adapun yang biasa digunakan sebagai bahan baku pakan ternak adalah hasil ikutan kacang kedelai yang disebut bungkil. Bungkil kacang kedelai memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagus, terutama protein dan energinya, yang masing-masing mencapai 40-50% dan 2850 kcal/kg (Sudarmono, 2003).

Penerimaan bahan baku merupakan awal pengendalian mutu pada industri pakan. Sebelum dibongkar dari truk pengangkutan bahan baku, staf pengendalian mutu pada industri pakan mengevaluasi mutu secara fisik, berdasarkan standar mutu pabrik dapat ditentukan apakah bahan tersebut diterima atau ditolak (Rasidi, 2001).

(15)

2

Air adalah zat esensial untuk fungsi tubuh yang normal. Secara umum dapat berfungsi sebagai alat pengangkut zat–zat makanan, metabolit dan zat–zat sisa dari dan ke seluruh sel tubuh. Air juga mempengrauhi daya simpan dari bahan pakan. Persediaan air dalam tubuh hewan diperoleh dari air minum, air yang terkandung dalam makanan dan air metabolik yang diperoleh dari hasil proses metabolisme glukosa, lemak dan protein (Anggorodi, 1979).

Penentuan kadar air pada bungkil kacang kedelai menggunakan metode thermogravimetri. Prinsip metode ini yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan adanya pemanasan, kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan (Sumardji, 1989).

Lemak adalah golongan zat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam ether, kloroform dan benzen, molekul lemak dibentuk dari gabungan tiga molekul asam lemak dan satu molekul gliserol. Lemak hewani umumnya merupakan depo- lemak dan terutama terdiri dari trigliserida, asam palmitat, stearat, dan oleat dengan sejumlah kecil asam-asam lemak lain. Namun terdapat perbedaan tergantung spesies ternak. Umumnya hewan yang herbivora memiliki lemak yang lebih lunak, terdapat perbedaan sifat dan komposisi lemak di dalam tubuh, tergantung letak dan asal lemak dalam makanan (Tillman, 1991).

Penentuan lemak dalam analisa bahan makanan ditetapkan sebagai ekstrak ether. Bahan makanan dikeringkan sampai bebas air dan kemudian diekstraksi dengan pelarut etil ether, setelah lemaknya larut dalam ether maka kadar lemak dapat dihitung dengan menguapkan ether tersebut diatas penangas air. Demikian cara umum yang digunakan untuk mengetahui kadar lemak dalam bahan makanan. Perlu diperhatikan bahwa dalam penentuan kadar lemak juga terikut berbagai zat seperti klorofil, xantofil dan karoten, oleh karena itu hasil penyarian yang diperoleh disebut ekstrak ether (Anggorodi, 1979).

Serat kasar adalah bagian struktur sel pada jaringan tanaman yang mengandung selulosa, hemiselulosa, polisakarida dan lignin. Fraksi serat kasar diperoleh dengan metode gravimetri. Fraksi serat berbeda tergantung pada perkembangan, komposisi kimia dan strukturnya (Purbajanti, 2013).

(16)

3

Serat kasar sukar dicerna oleh organ pencernaan manusia ataupun hewan, dalam analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tidak larut dalam asam encer ataupun basa encer dengan kondisi tertentu. Residu yang diperoleh dalam pelarutan menggunakan asam dan basa merupakan serat kasar yang mengandung 97% selulosa, lignin dan sisanya adalah senyawa lain yang belum dapat diidentifikasi secara pasti (Sumardji, 1989).

Beberapa faktor yang menentukan mutu bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku pakan ternak yaitu kadar air, lemak dan serat kasar. Oleh sebab itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang “ Analisis kadar air, lemak dan serat kasar pada bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku pakan ternak di PT. Mabar Feed Indonesia Medan”.

1.2 Permasalahan

1. Berapa kadar air, lemak dan serat kasar pada bungkil kacang kedelai?

2. Apakah kadar air, lemak dan serat kasar pada bungkil kacang kedelai memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar air, lemak dan serat kasar pada bungkil kacang kedelai.

2. Untuk mengetahui kadar air, lemak dan serat kasar pada bungkil kacang kedelai memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai kandungan air, lemak dan serat kasar yang terdapat pada bungkil kacang kedelai, sehingga dapat diketahui bahwa bungkil kacang kedelai tersebut memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia.

(17)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang kedelai

Kedelai dipercaya berasal dari China, kemungkinan dari daerah China Utara dan Tengah, ditemukan antara 4.000–5.000 tahun yang lalu. Di Eropa kedelai dikenal sekitar tahun 1712 oleh Engelbert Kaempfer, seorang ahli botani Jerman.

Kemudian Carl Von Linne memberikan nama ilmiah Glycine max. Masyarakat mengenal kedelai karena gizinya, terutama proteinnya yang mencapai 40%.

Protein kedelai memiliki kandungan asam amino sulfur yang rendah, seperti metionin, sisterin, dan threonin. Namun asam amino lisin cukup tinggi. Kadar lemaknya tertinggi diantara kacang-kacangan, dengan didominasi oleh lemak tak jenuhnya seperti asam linoleat, asam linolenat dan asam oleat. Karbohidrat kedelai tersusun atas glukosa, arabinose, sukrosa, rafinosa, dan stachiosa. Selain kandungan protein, dalam kedelai juga terkandung senyawa flavonoid yang dikenal sebagai isoflavon kedelai yang merupakan senyawa non-nutritif.

Meskipun bukan nutrisi, tetapi isoflavon kedelai bermanfaat bagi kesehatan misalnya untuk penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, hipertensi, osteoporosis. Makanan berbasis kedelai diyakini sebagai sumber protein berkualitas dengan kandungan lemak jenuh rendah dan bahkan bebas kolesterol (Winarsi, 2010).

2.2.1 Taksonomi Kacang Kedelai Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdividi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Polypetales Famili : Leguminos Subfamili : Papilionoidae

(18)

5

Genus : Glycine Spesies : Glycine max 2.1.2 Morfologi Kacang Kedelai

Secara morfologis bagian-bagian tanaman kedelai dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Akar

Akar tanaman kedelai berupa akar tunggang yang membentuk cabang- cabang akar. Akar tumbuh kearah bawah, sedangkan cabang akar berkembang menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap air dan unsur hara. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil akar.

2. Batang

Tanaman kedelai berbatang pendek (30–100cm), memiliki 3–6 percabangan, dan berbentuk tanaman perdu. Pada pertanaman yang rapat sering kali tidak terbentuk percabangan atau hanya bercabang sedikit. Batang tanaman kedelai kaku dan tahan rebah, kecuali tanaman yang dibudidayakan dimusim hujan atau tanaman yang hidup di tempat yang ternaungi.

Menurut tipe pertumbuhannya tanaman kedelai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu determinate, indeterminate dan semideterminate. Pertanaman determinate memiliki karakteristik tinggi tanaman pendek sampai sedang.

Pertanaman indeterminate memiliki karakteristik tinggi tanaman sedang sampai tinggi. Tipe semideterminate memiliki karakteristik antara indeterminate dan determinate

3. Daun

Pada node pertama tanaman kedelai yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya pada semua node di atasnya terbentuk satu

(19)

6

daun bertiga. Daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Tunas atau bunga akan muncul pada pangkal ruas daun. Setelah tua daun menguning dan gugur.

4. Bunga

Tanaman kedelai mulai berbunga pada umur antara 30-50 hari setelah ditanam. Pembentukan bunga dimulai dari node bawah ke arah atas sehingga ketika bunga tersebut membentuk polong, node-node di atasnya masih terus memunculkan bunga. Bunga kedelai tumbuh berkelompok pada ruas-ruas batang berwarna ungu dan memiliki kelamin jantan dan betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup.

5. Buah

Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 polong, namun pertanaman yang rapat hanya mampu menghasilkan sekitar 30 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecokelatan atau abu-abu.

Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau berubah menjadi kehitaman atau kecokelatan. Polong yang telah kering mudah pecah dan bijinya keluar.

6. Biji

Biji terdapat di dalam polong. Setiap polong berisi 1-4 biji. Pada saat masih muda, biji berukuran kecil, berwarna putih kehijauan dan lunak. Pada perkembangan selanjutnya biji semakin berisi mencapai berat maksimal dan keras. Biji kedelai berkeping dua dan terbungkus oleh kulit tipis. Pada umumnya biji berbentuk lonjong dan kulit biji berwarna kuning. Embrio terletak diantar keping biji. Pusar biji atau hilum melekat pada dinding buah. Biji kedelai ukuran kecil berkisar antara 6-10g, sedangkan yang berukuran sedang antara11-12g dan yang berukuran besar lebih dari 13g. Kandungan nutrisi kacang kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Pitojo, 2003).

(20)

7

Tabel 2.1 Kandungan nutrisi kacang kedelai

Kandungan Jumlah

Bahan Kering (%) 90

Energi Termetabolis (kkal/kg) 3.880

Protein Kasar (%) 38

Protein Tercerna(%) 33,4

Lisin (%) 2,41

Metionin (%) 0,49

Metionin + Sistin (%) 1.12

Treonin (%) 1,53

Triptofan (%) 0,49

Lemak Kasar (%) 20

Asam Linoleat (%) 0,3

Serat Kasar (%) 2

Kalsium (%) 0,15

Fosfor Total (%) -

Fosfor Tersedia (%) 0,37

Sumber : Lesson and Summers (2005)

(21)

8

Sebagai bahan pakan ternak kedelai memiliki keterbatasan karena kandungan anti nutrisinya meliputi :

1. Anti Tripsin, yang mempunyai pengaruh terhadap kerja enzim tripsin. Dengan adanya anti tripsin, protein tidak tercerna secara sempurna, sehingga nilai manfaat protein dalam makanan menjadi rendah.

2. Hemoglutinin, yang mempunyai pengaruh terhadap antiglutinasi sel-sel darah merah.

3. Glukosida, yang mempunyai pengaruh terhadap hemolisis sel-sel darah merah.

4. Isoflavon, yang mempunyai pengaruh estrogenik

Anti nutrisi tersebut sifatnya tidak stabil dan akan berkurang aktivitasnya dengan adanya pemanasan pada kedelai mentah (Widodo, 2017).

Kacang kedelai tidak pernah digunakan sebagai makanan ternak dalam keadaan mentah, akan tetapi bahan ini baru dapat dipakai sesudah dimasak terlebih dahulu dengan cara disangrai atau digoreng tanpa minyak. Namun demikian kacang kedelai ini jarang digunakan dalam penyusun ransum pakan.

Adapun yang biasa digunakan sebagai bahan baku pakan ternak adalah hasil ikutan kacang kedelai tersebut yang disebut bungkil. Bungkil kacang kedelai memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagus, terutama protein dan energinya yang masing-masing mencapai 40-50% dan 2850 kcal/kg. Sementara serat kasarnya relatif rendah yakni 6%, Sedangkan kandungan kalsium dan fosfornya cukup tinggi. Sebagai unsur pembentuk ransum, sebaiknya bungkil kacang kedelai ini tidak digunakan secara bersama–sama dengan bungkil kacang tanah karena kedua bahan ini sama-sama kekurangan asam amino khususnya methionin (Sudarmono, 2003).

(22)

9

Standard keberterimaan bahan baku nabati lokal/import bungkil kacang kedelai menurut standar mutu perusahaan PT. Mabar Feed Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Standard Keberterimaan Bungkil Kacang Kedelai No Standard

Penerimaan

Standard Spesifiksi

Unit Satuan

Batasan Tolak / Reject

1 Kadar Air 12 (%) Max >12

2 Crude protein 45 (%) Min <45

3 Crude fat 2 (%) Max >2

4 Crude fiber 4 (%) Max >4

5 Ash 6 (%) Max >6

6 Calsium 0,2–0,4 (%) Range Range

7 Phosphorus 0,5-0,8 (%) Range Range

(23)

10

2.2 Bahan Baku Pakan Ternak

Zat–zat makanan diperlukan oleh ternak untuk tumbuh dan berproduksi sehingga harus terdapat dalam pakan. Untuk penyusunan pakan sebaiknya menggunakan campuran beberapa bahan pakan. Mengandalkan satu macam bahan pakan dapat terjadi defisiensi (kekurangan) zat–zat makanan tertentu yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan produksi. Berdasarkan kandungan zat nya bahan pakan dikelompokkan menjadi empat golongan :

1. Bahan pakan sumber energi

Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat (pati) relatif tinggi dibandingkan zat–zat makanan lainnya. Kandungan protein sekitar 10%. Bahan pakan yang termasuk golongan tersebut yang umum digunakan sebagai bahan pakan di Indonesia yaitu jagung kuning, ubi kayu, dedak padi, dedak hasil pengolahan pertanian dan lain–lain.

a. Jagung kuning

Jagung kuning merupakan bahan utama pakan ayam. Penggunaannya mencapai 15–70% dari total pakan. Jagung kuning lebih baik dari jagung putih karena mengandung provitamin A untuk meningkatkan kualitas daging dan telur.

Kelemahan jagung yaitu kandungan asam amino esensialnya rendah terutama lisin dan triptofan. Itulah sebabnya mengapa penggunaan jagung yang tinggi harus diimbangi dengan penggunaan bahan lain sebagai sumber protein yang kandungan asam amino nya tinggi seperti tepung kedelai.

b. Ubi kayu

Kandungan karbohidrat ubi kayu cukup tinggi namun kandungan protein nya sangat rendah. Penggunaan dalam campuran pakan tidak lebih dari 10%.

Apabila diberi suplementasi (penambahan) sumber protein terutama asam amino essensial, penggunaannya dapat ditingkatkan sampai 50% sehingga mampu menggantikan jagung.

(24)

11

c. Hasil ikutan penggilingan padi

Hasil ikutan penggilingan padi, berupa dedak halus atau bekatul merupakan bahan pakan sebagai sumber energi karena mengandung karbohidrat tinggi. Bekatul bukan bahan utama, hanya sebagai bahan tambahan setelah jagung. Kelemahan penggunaan produk ini yaitu kandungan serat kasar dan lemaknya tinggi.

d. Hasil ikutan pengolahan produk pertanian lainnya

Banyak hasil ikutan pengolahan hasil pertaniaan yang dapat digunakan sebagai sumber energi, contohnya dedak jagung, dedak gandum, tepung ampas tapioka, tepung ampas tahu dan tepung ampas ketan hitam. Bahan pakan tersebut bukan sebagai bahan pakan utama karena keterbatasan dalam pengadaannya dan karena kandungan zat–zat makanannya rendah.

2. Bahan pakan sumber protein

Bahan pakan sumber protein harus mengandung protein tinggi sekitar 45%. Ada 2 sumber protein yaitu hewani dan nabati. Beberapa hasil ikutan pabrik juga dapat dijadikan sebagai tambahan sumber protein. Bahan tersebut antara lain sebagai berikut.

A. Sumber protein hewani 1. Tepung ikan

Tepung ikan terbuat dari ikan dan sisa–sisa ikan setelah dikeringkan dan digiling halus. Kandungan protein ikan sangat beragam tergantung pada jenis ikan dan cara pengolahaannya. Tepung ikan yang digunakan umumnya terbuat dari ikan kecil yang tidak dimanfaatkan lagi oleh manusia. Tepung ikan yang baik mengandung protein sekitar 60%.

2. Hasil ikutan pengolahan ikan

Bahan ini berupa potongan–potongan tubuh ikan yang tidak untuk dikonsumsi dan isi rongga perut ikan. Setelah dikeringkan dan dibuat tepung

(25)

12

dapat digunakan sebagai sumber protein hewani. Namun hanya sebagai bahan tambahan karena kualitasnya rendah dan sulit dalam pengadaannya.

3. Tepung bulu ayam

Bahan ini merupakan hasil olahan bulu ayam dengan hidrolisis dalam temperatur dan tekanan tinggi. Tepung bulu ayam mengandung protein tinggi mencapai 85–90%. Namun kualitasnya rendah karena kandungan asam amino seperti histidin, lisin, dan metionin rendah. Oleh karena itu dalam penggunaannya harus dikombinasikan dengan tepung ikan atau bahan lain untuk menutupi kekurangannya.

B. Sumber protein nabati

Bahan pakan sumber nabati umumnya mengandung protein 45%.

Meskipun kandungan protein cukup tinggi tetapi kandungan asam–asam amino esensialnya rendah. Dalam penggunaannya harus diimbangi dengan sumber protein hewani atau bahan sumber asam amino esensial.

1. Bungkil kacang kedelai

Tepung bungkil kacang kedelai merupakan bahan pakan sumber protein nabati terbaik dibandingkan sumber lain. Kandungan proteinnya 40–50% dan energinya 2850 kcal/kg. sementara serat kasarnya relatif rendah yakni 6% serta mengandung kalsium, posfor, karoten, dan vitamin D. Kacang kedelai tidak pernah digunakan sebagai bahan makanan ternak dalam keadaan mentah, akan tetapi bahan ini baru dapat dipakai sesudah dimasak terlebih dahulu dengan cara disangrai atau digoreng tanpa minyak.

2. Tepung bungkil kelapa

Hasil sampingan produksi minyak kelapa ini dikeringkan dan dibuat tepung. Kandungan proteinnya sekitar 21%. Kualitasnya rendah karena kandungan asam esensial terutama lisin dan metionin rendah.

(26)

13

3. Bungkil kacang tanah

Bahan ini merupakan hasil sampingan produksi minyak kacang tanah dengan cara dikeringkan dan dibuat tepung. Bungkil kacang tanah mengandung protein 42–50%. Kandungan lisin, metionin, triptofan, karoten, dan vitamin D nya rendah sehingga perlu diimbangi dengan bahan lain untuk menutupi kekurangannya.

3. Bahan pakan sumber vitamin

Bahan pakan sumber vitamin juga berperan sebagai sumber mineral, biasanya pemberiannya dalam jumlah dan saat tertentu. Bahan pakan hijauan yang diberikan yaitu kecambah atau taoge, bayam, kangkung, rumput, dan daun singkong. (Suprijatna, 2005).

2.3 Air

Air merupakan zat yang dibutuhkan dalam jumlah besar, maka penilaiannya menjadi suatu hal yang penting bagi fisiologi makanan. Hewan memperoleh air dari tiga sumber. Sumber pertama ialah air yang diminum. Kedua dari air yang ditelan sebagai komponen dari bahan makanan dan yang ketiga yaitu air metabolik yang berasal dari hasil proses metabolisme glukosa, lemak dan protein. Air metabolik tersebut merupakan sumber utama dari air untuk hewan- hewan yang tidur selama musim dingin. Kenyataannya hewan akan cepat mati akibat kekurangan air daripada kekurangan zat makanan esensial

2.3.1 Sifat Fisik dan Kimia Air A. Sifat Fisik Air

1 Tidak berwarna/jernih

Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

2 Temperaturnya normal

(27)

14

Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26ºC). Apabila di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu misal fenol yang terlarut dalam air cukup banyak atau sedang terjadi proses tertentu yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.

3 Rasanya tawar

Air yang terasa asam, pahit atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tesebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh adanya garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

4 Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dekat. Air yang berbau kemungkinan mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.

5 Kekeruhan maksimal 5 NTU

Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat, semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh

6 Tidak mengandung padatan

Air yang baik tidak boleh mengandung zat padatan. Walaupun jernih air yang mengandung padatan yang terapung tidak baik digunakan karna apabila dipanaskan zat padat tersebut dapat larut sehingga menurunkan kualitas air.

B. Sifat kimia Air 1 pH netral

Derajat keasaman air harus netral, tidak boleh bersifat asam atau basa. Air murni memiliki pH 7.

2 Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengadung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida dan fenolik.

3 Tidak mengandung garam atau ion-ion logam

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn dan Cr.

(28)

15

4 Kesadahan rendah

Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut dalam air terutama garam Ca dan Mg.

5 Tidak mengandung bahan organik

Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan anorganik seperti NH4, H2S, SO42- dan NO3 (Kusneadi, 2010).

2.3.2 Fungsi Air Dalam Tubuh Hewan

1. Mengangkut zat-zat makanan dari satu bagian ke bagian lain pada tubuh hewan 2. Mengatur suhu tubuh hewan melalui penguapan dan proses-proses lainnya 3. Melumasi persendian dan membantu mata untuk melihat, telinga untuk

mendengar dan fungsi tubuh lainnya

4. Air tidak hanya merupakan suatu zat yang mati atau hanya sebagai pelarut akan tetapi sebagai zat yang aktif dan zat pembangun

5. Peranan penting dari air dalam tubuh diperlihatkan oleh penelitian Rubner. Ia menunjukkan bahwa tubuh praktis dapat kehilangan semua lemaknya dan lebih dari setengah proteinnya tetapi masih tetap hidup, sedangkan kehilangan sepersepuluh dari airnya dapat mengakibatkan kematian

6. Sebagai zat dasar darah dan merupakan cairan intraselular dan interselular (Anggorodi, 1979).

2.3.3 Analisa Kadar Air

Banyaknya air yang terkandung dalam bahan makanan dapat ditentukan dengan menggunakan metode thermogravimetri. Bahan makanan tersebut dipanaskan atau dikeringkan pada suhu 105ºC, sehingga terjadi penguapan air sehingga ukuran berat dari bahan makanan tersebut menjadi berkurang, bahan makanan dipanaskan sampai ukuran beratnya tetap. Ukuran berat sebelum dipanaskan dikurangi dengan berat sesudah dipanaskan adalah ukuran berat air (Anggorodi, 1979)

Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan

(29)

16

maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum, dengan demikian akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya

Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan ternyata lebih bersifat higroskopis daripada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan selalu di tempatkan dalam ruang tertutup yang kering misal dalam desikator yang telah diberi zat penyerap air. Penyerap air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silika gel, aluminium oksida, kalium klorida, kalium hidroksida, kalsium sulfat atau barium oksida (Sumardji, 1989).

2.4 Lemak

Lemak merupakan salah satu zat yang termasuk golongan lipida, lemak tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut organik yaitu ether, kloroform dan benzen. Sama halnya dengan protein dan karbohidrat lemak juga mengandung unsur-unsur organik seperti karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) yang terikat dalam ikatan gliserida. Jenis asam lemak yang dikandungnya akan mempengaruhi sifat fisik serta kimiawi lemak tersebut.

Molekul lemak dibentuk dari gabungan satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air. Reaksi pembentukan lemak dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut

Gambar 2.1 Reaksi pembentukan lemak dari gliserol dan 3 molekul asam lemak

(30)

17

Apabila R1= R2 = R 3 maka trigliserida yang terbentuk disebut terigliserida sederhana (simple triglyceride) sedangkan apabila berbeda disebut trigliserida campuran (mixed triglyceride)

Sifat dari lemak tubuh dipengaruhi secara nyata oleh sifat dari sumber makananya. Hal ini sangat penting karena derajat kekerasan lemak adalah suatu faktor dalam nilai pemasaran dari daging ternak. Lemak dari bahan makanan mempengaruhi sifat lemak yang dibentuk dalam tubuh, hal ini disebabkan karena asam-asam lemak dalam bahan makanan disimpan dalam tubuh dengan tidak mengalami perubahan (Anggorodi, 1979).

Secara alamiah ada lemak yang terdapat dibawah kulit dan sekeliling organ yang disebut cadangan lemak, yang berfungsi sebagai bantalan pelindung untuk mempertahankan posisi organ tubuh dan yang akan melindungi tubuh agar tidak kehilangan panas melalui kulit sehingga disebut dapat mengatur suhu tubuh.

Defesiensi lemak dalam tubuh akan mengurangi ketersedian energi dan mengakibatkan terjadinya katabolisme/perombakan protein. Cadangan lemak akan semakin berkurang dan lambat laun terjadi penurunan berat badan, juga gangguan reproduksi dan kelainan pada kulit (Kusharto, 1992).

2.4.1 Sumber Lemak

Menurut sumbernya kita membedakan lemak nabati dan hewani. Lemak nabati berasal dari bahan makanan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan lemak hewani berasal dari hewan termasuk telur dan susu. Kedua jenis lemak ini berbeda dalam jenis asam lemak yang menyusunnya. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh, yang menyebabkan titik cair yang lebih rendah dan dalam suhu kamar berbentuk cair, yang disebut minyak. Lemak hewani mengandung asam lemak jenuh dan mempunyai rantai karbon panjang, yang menyebabkan dalam suhu kamar berwujud padat (Sediaoetama, 2008).

(31)

18

2.4.2 Fungsi Lemak pada Hewan

1. Sebagai sumber energi bagi tubuh, karena kadar energi lemak yang tinggi sehingga dapat menaikkan energi makanan tanpa menambah volume ransum terlalu banyak

2. Sebagai pembentuk struktur tubuh

3. Sebagai sumber prostaglandin (asam-asam lemak esensial adalah bahan asalnya) yang berperan dalam mengatur tekanan darah, denyut jantung dan lipolisis

4. Sebagai pembawa vitamin-vitamin yang larut dalam lemak

5. Sebagai agen pengemulsi, misal lesitin yang akan membantu mempermudah transport substansi lemak keluar masuk melalui membran sel

2.4.3 Penentuan Kadar Lemak

Penentuan kadar lemak dapat dilakukan dengan metode ekstraksi sokletasi.

Beberapa pelarut yang sering digunakan dalam ekstraksi lemak yaitu etil ether dan petroleum ether. Petroleum ether lebih banyak digunakan daripada etil ether karena lebih murah, kurang bahaya terhadap kebakaran dan ledakan, serta lebih selektif dalam pelarutan lemak. Etil ether selain melarutkan lipida juga melarutkan lipida yang sudah mengalami oksidasi serta zat bukan lipida misalnya gula.

Didalam laboratorium penetapan kadar lemak dapat dilakukan sebagai berikut:

sejumlah sampel ditimbang dengan teliti kemudian dimasukkan ke dalam thimble yang dapat dibuat dari kertas saring yang berpori. Ukuran thimble dipilih sesuai dengan besarnya sokhlet yang digunakan. Besarnya ukuran sampel adalah lolos saringan 40 mesh. Sampel harus dikeringkan terlebih dahulu. Di atas sampel dalam thimble ditutup dengan kapas bebas lemak supaya partikel sampel tidak ikut terbawa aliran pelarut. Selanjutnya dirangkai labu alas dengan kondensor.

Pelarut yang digunakan sebanyak 2 kali isi tabung ekstraksi. Pemanasan sebaiknya menggunakan penangas air atau kompor listrik untuk menghindari bahaya kebakaran. Lipida akan terekstraksi dan melalui sifon terkumpul kedalam labu alas. Pada akhir ekstraksi yaitu 6 jam, labu alas diambil kemudian ekstrak dituang kedalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya, kemudian pelarut diuapkan di atas penangas air sampai pekat. Selanjutnya dikeringkan dalam oven

(32)

19

sampai beratnya konstan pada suhu 100ºC. Berat residu dalam botol ditimbang dan dinyatakan sebagai berat lemak. Agar diperoleh lemak bebas air dengan cepat maka pengeringan dapat menggunkan oven vakum. Selain cara diatas penentuan banyaknya lemak dapat diketahui dengan menimbang sampel padat yang ada dalam timble setelah diekstraksi, dan sudah dikeringkan dalam oven sehingga diperoleh berat konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah ekstraksi merupakan berat lemak yang ada dalam bahan tersebut (Sumardji, 1989).

2.5 Serat Kasar

Serat kasar adalah bahan organik dari bahan pakan yang tahan terhadap hidrolisis asam encer dan basa encer dengan kondisi tertentu. Mengandung selulosa, hemiselulosa, polisakarida dan lignin yang berfungsi sebagai pelindung tanaman. Serat kasar sukar dicerna oleh organ pencernaan manusia maupun hewan (Sumardji, 1989).

Presentase serat kasar pada biji yang belum di proses akan lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang telah dipisahkan dari kulitnya, karena kulit biji mengandung fraksi serat kasar untuk melindungi biji dari faktor lingkungan.

Fraksi serat kasar seperti selulosa, hemiselulosa dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia dengan adanya aktivitas mikrobiologi di dalam rumen menghasilkan enzim yang dapat mendegradasi serat kasar sehingga menghasilkan asam lemak volatil. Sedangkan untuk ternak non-ruminansia seperti unggas memiliki keterbatasan dalam pemanfaatan serat kasar, kandungan nutrisi dalam serat kasar yang tergolong rendah sehingga biasa digunakan dalam jumlah yang relatif sedikit

Berdasarkan kandungan serat kasarnya bahan pakan ternak dapat dibagi kedalam dua golongan yaitu:

1. Bahan penguat (konsentrat)

Berasal dari bahan pangan atau tanaman seperti serealia (misalnya jagung, padi, dan gandum), kacang kacangan (misalnya kacang hujau, kedelai), umbi- umbian (misalnya ubi kayu dan ubi jalar) dan buah-buahan (misalnya kelapa dan

(33)

20

kelapa sawit). Kosentrat juga berasal dari hewan seperti tepung daging dan tepung ikan. Disamping itu juga dapat berasal dari industri kimia seperti limbah atau hasil ikutan dari produksi bahan pangan seperti dedak padi dan hasil ikutan proses ekstraksi seperti bungkil kelapa dan bungkil kedelai

2. Hijauan

Dapat berasal dari hijauan limbah pangan (jerami padi, jerami kedelai, pucuk tebu) atau yang berasal dari pohon-pohonan seperti daun gamal dan daun lamtoro

2.5.1 Penetuan Kadar Serat Kasar

Serat kasar adalah semua zat-zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturut-turut dimasak selama 30 menit.

Analisa bahan makanan terhadap kadar serat kasar dilakukan sebagi berikut:

bahan makanan dimasak denagan asam lemah sehingga menididih untuk menghidrolisa karbohidrat dan protein yang terdapat di dalamnya. Pemasakan lebih lanjut dengan alkali menyebabkan terjadinya penyabunan dari zat-zat lemak yang ada dalam bahan makanan. Zat-zat makanan yang tidak larut selama pemasakan terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral yang kemudian terus disaring, dikeringkan dan ditimbang. Kemudian terus dipijarkan dalam tanur lalu disaring, didinginkan dan ditimbang lagi. perbedaan dari kedua berat tadi menunjukan berat serat kasar yang ada dalam bahan makanan (Sumardji, 1989).

(34)

21

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN 3.1.1 Alat

Nama Alat Merk

1. Neraca analitik Mark M-5 Ion 2. Oven

3. Kertas saring (10×7,5) 4. Desikator

5. Sokhlet 6. Water bath

7. Fiber tec balance Kjeltech 8. Krusible silika

9. Tanur 3.1.2 Bahan

1. Bungkil kacang kedelai( S )

2. Dietil Eter( l )

3. Asam Sulfat( l ) 1,25%

4. N–Oktanol( l )

5. KOH( l ) 1,23%

6. Aquadest(aq )

3. 2 PROSEDUR PERCOBAAN 3.2.1 Penentuan kadar Air

1. Ditimbang kertas saring

2. Ditambahkan sampel 2 gram kemudian dibungkus

3. Dikeringkan di dalam oven pada suhu 105ºC selama 2 jam

(35)

22

4. Dikeringkan di dalam desikator selama 1 jam dan ditimbang kembali 3.1.2 Penentuan kadar Lemak

1. Hasil dari penetapan kadar air setelah ditimbang dimasukkan ke dalam soklet dan ditambahkan dengan dietil ether

2. Waterbath dihidupkan dan air pendingin dijalankan

3. Apabila ehter di dalam soklet sudah jernih, maka sampel diangkat dan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam

4. Kemudian sampel didinginkan di dalam desiktor selama 1 jam dan ditimbang

3.1.3 Penentuan kadar Serat Kasar

1. Krusible silika yang telah bersih dipanaskan di dalam oven selama 1 jam

2. Kemudian didinginkan di dalam desikator selama 1 jam, ditimbang sampel sebanyak 1 gram ke dalam krusible

3. Letakkan krusible ke dalam Hot Ext Unit dan arahkan kran pada posisi tertutup

4. Isi ke dalam Boiling Column Asam Sulfat 1,25% 100 ml

5. Kemudian tambahkan 3 tetes N–Oktanol masing–masing Boiling Column dan ditutup Heater Compartment dalam Reflector

6. Buka kran pendingin untuk Boilling column sambil dipanaskan KOH 1,23% dengan tempratur kecil

7. Putar tombol Heater sampai penuh selama 5 menit, lalu atur Heater pada skala 4,5 atau 5 selama 30 menit

8. Lalu saring atau buang larutan dengan cara mengarahkan kran pada posisi vakum dan buka aliran air aspirator dan nyalakan tombol Pressure lalu kembali ke vakum

9. Setelah selesai penyaringan larutan I ini, diarahkan kembali kran pada posisi tertutup dan tutup Aspirator (kran pendingin tetap dibuka hingga selesai)

(36)

23

10. Lakukan seperti prosedur di atas dengan menggunakan larutan KOH 1,23% kemudian bilas dengan aquadest panas

11. Pindahkan krusible ke dalam Cold Extraksi Unit, bilas dengan aseton, vakum dan saring seperti di atas

12. Keringkan krusible di dalam oven selama 1 jam, kemudian masukkan ke dalam desikator selama 1 jam lalu ditimbang

13. Abukan dalam tanur selama 2 jam dengan suhu 400ºC. Lalu matikan tanur dan turunkan suhu sampai 100ºC

14. Keluarkan krusible dan dinginkan dalam desikator lalu timbang kembali

(37)

24

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan analisis kadar air, lemak dan serat kasar pada bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku pakan ternak di PT. Mabar Feed Indonesia, maka diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

4.1.1 Analisis Kadar Air

Hasil analisis kadar air pada bungkil kacang kedelai dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kadar Air No Sampel W

(g)

X (g)

Y1 (g)

Y2 (g)

Kadar Air (%)

Rata-Rata (%)

1 BKK

ARG 1 1,7016 0,3513 2,0529 1,8437 11,38%

2 BKK

ARG 2 1,7081 0,3499 2,0580 1,8461 11,50% 11,43%

3 BKK

ARG 3 1,6927 0,3621 2,0548 1,8457 11,41%

*BKK ARG = Bungkil Kacang Kedelai Argentina

Keterangan : W = Berat sampel (g) X = Berat kertas saring (g)

Y1 = Berat kertas saring + Sampel basah (g) Y2 = Berat kertas saring + Sampel kering (g)

(38)

25

4.1.2 Analisis Kadar Lemak

Hasil analisis kadar lemak pada bungkil kacang kedelai dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4. 2 Hasil Analisis Kadar Lemak No Sampel W

(g)

X (g)

Y (g)

Kadar Lemak

(%)

Rata-Rata (%)

1 BKK

ARG 1 1,7016 1,8437 1,8200 1,39%

2 BKK

ARG 2 1,7081 1,8461 1,8234 1,32% 1,35%

3 BKK

ARG 3 1,6927 1,8457 1,8227 1,35%

*BKK ARG = Bungkil Kacang Kedelai Argentina

Keterangan: W = Berat sampel (g)

X = Berat kertas saring + Sampel Setelah di Oven (g)

Y = Berat kertas saring + Lemak (g)

4.1.3 Analisis Kadar Serat Kasar

Hasil analisis kadar serat kasar pada bungkil kacang kedelai dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

(39)

26

Tabel 4.3 Analisis Kadar Serat Kasar No Sampel W1

(g)

W2

(g)

W3

(g)

Kadar Serat Kasar

(%)

Rata-Rata (%)

1 BKK

ARG 1

1,7016 28,1785 28,1090 3,41%

2 BKK

ARG 2

1,7081 28,5352 28,4642 3,48% 3,60%

3 BKK

ARG 3

1,6927 28,4291 28,3531 3,91%

*BKK ARG = Bungkil Kacang Kedelai Argentina

Keterangan : W 1 = Berat sampel (g)

W2 = Berat krusible + Sampel setelah di oven (g) W3 = Berat krusible + Sampel setelah di tanur (g)

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan % Kadar Air Kertas Saring

Penentuan kadar air kertas saring dapat dihitung dengan cara berikut:

Berat kertas saring = 0,3433 g Berat kertas saring setelah di oven = 0,3290 g

% Kadar Air Kertas Saring

=

(4.1)

=

= 4,4%

(40)

27

4.2.2 Perhitungan Kadar Air

Penentuan Kadar Air pada Bungkil Kacang Kedelai dapat dihitung dengan cara berikut:

BKK ARG 1

Berat Sampel (W) = 1,7016 g Berat Kertas Saring = 0,3513 g Berat Kertas Saring + Sampel Basah (Y1) = 2,0529 g Berat Kertas Saring + Sampel Kering (Y2) = 1,8437 g Kadar Air Kertas Saring = 4,4%

(4.2)

= 11,38%

4.2.3 perhitungan Kadar Lemak

Penentuan Kadar Lemak pada Bungkil Kacang Kedelai dapat dihitung dengan cara berikut :

BKK ARG 1

Berat sampel (W) = 1,7016 g Berat kertas saring + Sampel setelah di oven (X) = 1,8437 g Berat kertas saring + Lemak (Y) = 1,8200 g

%

(4.3)

× 100%

= 1,39%

(41)

28

4.2.4 Perhitunan Kadar Serat Kasar

Penentuan kadar serat kasar pada bungkil kacang kedelai dapat dihitung dengan cara berikut:

BKK ARG 1

Berat krusible + Sampel (W1) = 1,7016 g Berat krusible setelah di oven (W2) = 28,0585 g Berat krusible setelah di tanur (W3) = 28,0004 g

%

(4.4)

= 3,41%

Dilakukan perhitungan kadar air, lemak dan serat kasar yang sama untuk sampel BKK ARG 2 dan 3. Hasil perhitungan tertera pada Tabel 4.2, 4.2 dan 4.3

(42)

29

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh kadar air pada BKK ARG 1=

11,38%, BKK ARG 2= 11,50% dan BKK ARG 3= 11,41%. Kadar lemak pada BKK ARG 1= 1,39%, BKK ARG 2= 1,32% dan BKK ARG 3= 1,35%. Kadar serat kasar pada BKK ARG 1= 3,41%, BKK ARG 2= 3,48% dan BKK ARG 3= 3,91%. Dari data yang diperoleh, hasil analisis telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia yaitu untuk kadar air <12%, kadar lemak <2% dan kadar serat kasar <4%.

Kadar air ditentukan dengan metode thermogravimetri yang dilakukan dengan cara pengeringan suatu sampel selama 3 jam pada suhu 105-110ºC.

Pengujian kadar air ini penting karena air dapat mempengaruhi kesegaran dan daya awet bahan pakan. Apaila kadar air rendah maka sampel akan lebih baik, namun apabila kadar air tinggi dapat menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pakan yang dapat menurunkan mutu selama penyimpanan.

Kadar lemak ditentukan dengan metode ekstraksi mengunakan alat sokhlet.

Dalam analisa ini bahan pakan dikeringkan sampai bebas air kemudian diekstraksi menggunakan pelarut etil ether. Apabila kadar lemak nya terlalu rendah maka akan mengurangi ketersedian energi dalam tubuh hewan.

Kadar serat kasar ditentukan dengan metode gravimetri. Dalam analisa ini kadar serat kasar dihitung dari banyaknya jumlah zat yang tidak larut dalam asam encer maupun basa encer. Serat kasar sukar dicerna oleh hewan sehingga kekurangan serat kasar pada pakan dapat menganggu pencernaan tetapi serat kasar yang berlebih juga dapat menurunkan kemampuan suatu bahan dapat dicerna oleh hewan.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jika ditinjau dari kadar air, lemak dan kadar serat kasarnya maka bungkil kacang kedelai telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak.

(43)

30

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku paakn ternak, diperoleh kadar air pada sampel BKK ARG 1, 2 dan 3 yaitu 11,38%, 11,50% dan 11,41% dengan rata-rata 11,43%. Kadar lemak 1,39%, 1,32% dan 1,35%

dengan rata-rata 1,35% dan kadar serat kasar 3,41%, 3,48% dan 3,91 dengan rata-rata 3,60%.

2. Hasil tersebut telah memenuhi standard yang telah ditetapkan untuk bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku pakan ternak yaitu : kadar air <12%, kadar lemak <2% dan kadar serat kasar <4%.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk menentukan syarat mutu bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku pakan ternak dilakukan analisis terhadap parameter yang lain seperti kadar protein, kalsium, fosfor dan garam. Sehingga dapat diketahui standar mutu bungkil kedelai secara keseluruhan.

(44)

31

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia : Jakarta Kusharto, C.M.1992. Prinsip-Pinsip Ilmu Gizi. Kanisius : Yogyakarta

Kusneadi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Penebar Swadaya : Bogor Pitojo, S.2003. Benih Kedelai. Kanisius : Yogyakarta

Purbajanti, E.D.2013. Rumput dan Legum Sebagai Hijauan Makanan Ternak. Graha ilmu : Yogyakarta

Sediaoetama, A.D.2008. Ilmu Gizi. Dian Rakyat : Jakarta

Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius : Yogyakarta Sumardji, S.1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Liberty : Yogyakarta

Suprijatna, E.2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya : Jakarta

Tillman, A.D.1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada University, press

Widodo,E. 2017. Ilmu Bahan Pakan Ternak dan Formulasi Pakan Unggas. UB Press : Malang

Winarsi, H. 2010. Protein Kedelai dan Kecambah. Kanisius : Yogyakarta

(45)

LAMPIRAN

(46)

Gambar

Tabel 2.1 Kandungan nutrisi kacang kedelai
Tabel 2.2 Standard Keberterimaan Bungkil Kacang Kedelai  No  Standard   Penerimaan  Standard   Spesifiksi   Unit   Satuan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

2584 Kesra Kesehatan Pengembangan kompetensi Perawat (Pelibatan perawat dalam setiap kebijakan yang berdampak pada profesi perawat). RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Adapun kesimpulan yang diperoleh pada penelitian Efisiensi penyerapan logam timbal (Pb) dengan menggunakan adsorben dari campuran bentonit dan eceng gondok

MULAI MENYERAHKAN BUKU SETORAN YANG SUDAH DITELITI PEMILIK KE BAGIAN GUDANG BUKU SETORAN 1 1 BUKU SETORAN PENGECE KAN BARANG MEMBUAT CATATAN BARANG PESEDIAAN

Hal ini disebabkan karena ketika tidak terjadi packet loss maka nilai jitter sebesar 0ms (tidak ada variasi jeda waktu antar paket yang diterima host receiver ) sudah cukup

[r]

PENERAPAN PROBLEM-BASED LEARNING BERBASIS E-MOD UL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PAD A MATA D IKLAT BASIC SKILL D I SMK NEGERI 12 BAND UNG.. Universitas Pendidikan

Selisih lebih atau kurang yang timbul dari transaksi sepanjang tahun atas penjabaran aktiva dan kewajiban moneter pada akhir tahun diakui sehagai pendapatan atau pengeluaran

Begitupun antara kondisi ansietas dengan kemampuan mengubah pikiran dan perilaku negatif, hasil data pada tabel diatas menunjukkan p value &gt; 0.005 sehingga dapat