commit to user
Strategi Pemberdayaan Pasar oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi
dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang Ditetapkan
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun Oleh :
Wulan Riyani D0107102
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam mewujudkan tujuan pembangunan menuju masyarakat
sejahtera, salah satunya pemerintah melaksanakan otonomi daerah. Di
Indonesia, Negara yang cukup luas wilayahnya, maka sangatlah sulit bila
diterapkannya sentralisasi. Hal ini karena, sangatlah sulit jika pemerintah
pusat mengatur seluruh kegiatan yang ada di wilayah Indonesia. Untuk
itulah diperlukan desentralisasi melalui program otonomi daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang No 32
Tahun 2004. Dalam Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa
desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itu
artinya pelaksanaan otonomi daerah berarti pemerintah pusat mengakui
kemandirian dan kemampuan pemerintah dan masyarakat daerah.
Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dalam Bab I tentang
ketentuan umum pasal 1 menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Dari pengertian tersebut dapat
diketahui bahwa daerah otonom memiliki hak kewenangan dan kewajiban
commit to user
memiliki keleluasaan untuk menggali dan mendayagunakan potensi yang
dimiliki secara optimal. Hal ini karena, setiap daerah memiliki potensi
sendiri yang bisa dikembangkan dan lebih mengetahui dan mengenal
kekurangan apa yang ada di daerahnya untuk diperbaiki.
Salah satu tolok ukur untuk melihat kesiapan daerah dalam
pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan mengukur seberapa besar
kemampuan keuangan suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah atau pemerintahan sendiri. Daerah otonom tersebut dapat menggali
sumber-sumber pendapatan daerah dari segala potensi yang dimiliki di
daerahnya.
Berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan daerah, dalam pasal
157 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
disebutkan bahwa pendapatan daerah terdiri dari:
1. Pendapatan Asli Daerah,yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
2. Dana Perimbangan
3. Pinjaman Daerah
4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah penerimaan
retribusi daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang
Pajak dan Retribusi Daerah pasal 1 (26) disebutkan bahwa retribusi daerah
atau retribusi adalah segala pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
commit to user
Dengan adanya pemungutan retribusi daerah diharapkan dapat mendukung
sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan
daerah, sehingga akan meningkatkan dan memeratakan perekonomian
serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah
yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas,
nyata, dan bertanggung jawab. Salah satu penerimaan dari retribusi daerah
adalah retribusi pasar. Retribusi pasar merupakan golongan retribusai jasa
umum. Hal ini sesuai dengan Perda Surakarta Nomor 8 Tahun 1999
tentang Retribusi Pasar yang terdapat dalam bab II pasal 5. Dalam
Undang-Undang tersebut juga disebutkan bahwa retribusi jasa umum
adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Dari uraian tersebut dapat
dikatakan bahwa pasar tidak hanya sebagai unit pelayanan kepada
masyarakat, tetapi pasar sudah merupakan unit usaha bagi pemerintah
daerah sehingga diharapkan dapat menghasilkan laba retribusi. Apabila
retribusi tersebut dapat dipenuhi, maka sumber pendapatan dapat
digunakan oleh Pemkot Surakarta untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dan pada akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan
commit to user
Salah satu kegiatan perdagangan adalah kegitan jual beli di pasar.
Orang atau badan hukum yang menerima fasilitas pasar di Surakarta maka
akan dikenai retribusi pasar. Hal ini tercantum dalam Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Retribusi Pasar bab II pasal 2. Besarnya
tarif retribusi untuk masing-masing pengguna fasilitas pasar pun juga
berbeda-beda tergantung letak dan luas kios, serta jenis dagangannya.
Untuk masing- masing pasar, ternyata besarnya target retribusi
berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh pasar
tersebut. Target retribusi pasar keseluruhan ditetapkan oleh walikota
Surakarta sebagai sumber penerimaan bagi APBD Kota Surakarta.
Sedangkan untuk target retribusi pasar untuk masing-masing tradisional
Kota Surakarta ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.
Tabel 1.1
Target dan Realisasi Retribusi Pasar Ayam
Tahun Anggaran 2008-2009
Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp)
2008 91.920.000 108.624.070
2009 93.211.000 109.331.725
Sumber: Kantor Pasar Ayam, Semanggi
Dari tabel diatas maka selama kurun waktu 2 tahun terakhir target
yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta kepada
Pasar Ayam Semanggi dapat terpenuhi. Bahkan realisasinya melebihi
target yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Hal
ini menunjukkan bahwa kinerja dari pegawai Pasar Ayam Semanggi yaitu
commit to user
berhasil bagi pencapaian target retribusi Pasar Ayam Semanggi Kota
Surakarta.
Untuk tahun 2010, target yang dipatok oleh Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta untuk retribusai Pasar Ayam Semanggi adalah Rp
122.888.000,00. Berikut rincian target retribusi Pasar Ayam, Semanggi:
Tabel 1.2
Rincian Target Retribusi Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010
Sumber Retribusi Target Retribusi (Rp)
1. Plataran
Jumlah Total Target Retribusi 122.888.000
Sumber: Kantor Pasar Ayam Semanggi
Dari tabel diatas maka target retribusi pasar yang ditetapkan oleh
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta untuk pasar ayam Semanggi
adalah sebesar Rp 122.888.000,00. Untuk retribusi plataran, baik itu untuk
barang dagangan kambing, ayam ataupun unggas lain maka retribusi
tersebut dipungut dengan menggunakan karcis dengan nilai nominal
sebesar Rp 460,00 dan Rp 650,00. Pemberian karcis tersebut disesuaikan
dengan jumlah dagangan yang dibawa oleh pedagang. Bila dagangan yang
dibawa sedikit, maka pedagang dikenai retribusi sebesar Rp 460,00
commit to user
650,00. Untuk ayam maupun unggas lain dibawah 25 atau sama dengan 25
ekor maka dikenai retribusi Rp 460,00 sedangkan untuk ayam atau unggas
lain diatas 25 ekor dikenai retribusi Rp 650,00. Sedangkan untuk kambing,
kambing yang berukuran kecil diberi karcis senilai Rp 460,00 dan
kambing berukuran besar diberi karcis senilai Rp 640,00.
Tabel 1.3
Rincian Biaya Retribusi untuk Pedagang Plataran Berdasarkan Jumlah Barang Dagangan
Di Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010
Banyaknya ayam/ unggas ≤ 25 ekor >25 ekor
Biaya retribusi Rp 460,00 Rp 650,00
Total 1 Bulan (30 hari) Rp 13.800,00 Rp 19.500,00
Sumber: Kantor Pasar Ayam Semanggi
Tabel 1.4
Rincian Biaya Retribusi Kambing untuk Pedagang Plataran Berdasarkan Ukuran Kambing
Di Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010
Ukuran Kambing Kecil Dewasa
Biaya Retribusi Rp 460,00 Rp 640,00
Sumber: Kantor Pasar Ayam Semanggi
Untuk retribusi los baik itu retribusi untuk ayam, unggas atau
kambing dipungut dengan kartu dimana besarnya retribusi tersebut
commit to user
Semanggi berdasarkan luas wilayahnya, yaitu los yang luasnya 7,5 m2 dan
los yang luasnya 9 m2. Untuk los yang luasnya 7,5 m2 dikenai retribusi
sebesar Rp 1105,00 per hari dengan rincian retribusi sebesar Rp 615,00 ;
listrik sebesar Rp 375,00 ; dan retribusi kebersihan kota sebesar Rp
115,00. Sedangkan untuk los yang luasnya 9 m2, maka besarnya retribusi
adalah Rp 1325,00 per hari dengan rincian retribusi sebesar Rp 740,00 ;
listrik sebesar Rp 450,00 ; dan retribusi kebersihan kota sebesar Rp
135,00. Untuk retribusi listrik dibebankan kepada pedagang yang
memiliki los sesuai lahan permeternya. Untuk permeternya dikenakan
beban listrik sebesar Rp 50,00. Sehingga seperti yang telah dijelaskan
diatas untuk luas los 7,5 m2 maka beban listrik yang harus dibayar adalah
Rp 375,00 sedangkan untuk luas los 9 m2 maka beban listrik yang harus
dibayar adalah Rp 450,00. Untuk retribusi los ini pembayarannya
tergantung pedagang yang bersangkutan, apakah akan dibayar langsung
selama sebulan ataukah setiap harinya.
Tabel 1.5
Rincian Biaya Retribusi Pasar Pedagang Los Berdasarkan Luas Lahan Los
Di Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010
Jenis
Luas los Retribusi (Rp) Listrik (Rp) RKK (Rp)
Total(Rp) Dikali 30
hari
7,5 m2 615 375 115 33150
9 m2 740 450 135 39750
commit to user
Untuk tunggakan retribusi tersebut merupakan tunggakan retribusi
tahun lalu. Setiap pedagang Pasar Ayam Semanggi yang menggunakan los
harus memiliki SHP (Surat Hak Penempatan). Awalnya pedagang harus
membeli lahan los terlebih dahulu, dimana semeternya dikenai biaya Rp
900.000,00. Biaya tersebut sudah termasuk biaya untuk mendapatkan SHP
dan KTPP. Selanjutnya pedagang tersebut mengajukan SHP (Surat Hak
Penempatan) kepada Lurah Pasar Ayam, selanjutnya Lurah Pasar Ayam
nanti akan mengurusnya ke Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar
Surakarta. Hal ini memerlukan waktu sekitar 2 hari. Setelah melalui
Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta maka
prosedur selanjutnya diajukan kepada Kepala Dinas Pengelolaan Kota
Surakarta untuk mendapat persetujuan. Hal ini memerlukan waktu sekitar
3 hari. Setelah mendapat persetujuan maka akan dikembalikan lagi ke
Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Kota Surakarta, dan selanjutnya
diserahlan lagi kepada Lurah Pasar Ayam untuk nantinya diserahkan
kepada pedagang yang bersangkutan. Biaya yang harus dikelurkan untuk
mendapatkan SHP adalah Rp 17.500,00 dan SHP tersebut berlaku selama
3 tahun. Dengan adanya SHP (Surat Hak Penempatan) maka retribusi los
yang dimiliki oleh pedagang tetap harus dibayar meskipun los tersebut
ditempati ataupun tidak ditempati. Selain itu pemilik los juga harus
memiliki KTPP ( Kartu Tanda Pengenal Pedagang). Pelayanan KTPP (
Kartu Tanda Pengenal Pedagang ) ini biasanya langsung dijadikan satu
commit to user
Pengenal Pedagang ) adalah 3 tahun, dan untuk mendapatkan KTPP (
Kartu Tanda Pengenal Pedagang) dikenai biaya Rp 7.500,00. Itu artinya
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan KTPP ( Kartu Tanda Pengenal
Pedagang ) selama setahun adalah Rp 2.500,00. Jadi biaya total untuk
mendapatkan SHP dan KTPP adalah sebesar Rp 25.000,00. Pada awal
kepemilikan SHP dan KTPP maka biaya tersebut, sudah dimasukkan
dalam biaya pembelian lahan los senilai Rp 900.000,00. Tetapi jika masa
berlakunya SHP dan KTPP sudah habis, maka untuk mengajukannya
kembali dikenai biaya Rp 25.000,00 dan berlaku untuk 3 tahun ke depan.
Retribusi yang didapat dari SHP dan KTPP ini berasal dari biaya yang
harus dikeluarkan untuk memperoleh SHP dan KTPP yaitu sebesar Rp
25.000,00. Karena biaya tersebut berlaku untuk 3 tahun, maka retribusi
pertahunnya adalah Rp 8.333,00 dengan rincian untuk SHP sebesar Rp
5.833,00 dan KTPP sebesar Rp 2.500,00.
Balik nama disini diartikan sebagai pengubahan status kepemilikan
pedagang dari nama pemilik yang lama menjadi nama pemilik yang baru.
Nilai taksiran tempat dasaran untuk balik nama adalah Rp 820.000,00.
Biaya pelayanan yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan
balik nama permeternya adalah Rp 82.000,00. Untuk sumber retribusi
lain-lain ini berasal dari tambahan retribusi yang lain-lain, misalnya tambahan dari
sponsor yang memasang reklame atau tambahan listrik bagi pedagang
commit to user
Kontribusi retribusi pasar bagi peningkatan PAD Kota Surakarta
yang semakin meningkat, secara tidak langsung akan berdampak bagi
Pemkot Surakarta untuk mengembangkan penerimaan daerah. Usaha
pengembangan penerimaan retribusi pasar pada tiap tahunnya mengalami
kendala dan hambatan. Kendala dan hambatan tersebut di antaranya
menyangkut perilaku wajib retribusi pasar yang seringkali melakukan
penundaan pembayaran retribusi dengan berbagai alasan. Dari penundaan
inilah dikhawatirkan penerimaan yang didapatkan tidak bisa atau tidak
memenuhi target yang telah ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar
Surakarta.
Dalam mencapai target retribusi pasar sesuai yang ditetapkan oleh
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, maka diperlukan suatu strategi
yang handal untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk masing-masing pasar,
strategi yang digunakan berbeda-beda tergantung Lurah Pasar yang
bersangkutan. Begitu pula Lurah Pasar Ayam juga memiliki strategi
tersendiri untuk mencapai target sesuai yang ditetapkan oleh Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yaitu sebesar Rp 122.888.000,00.
Pasar Ayam merupakan salah satu pasar tradisional di Kota
Surakarta juga menyumbangkan retribusi bagi penerimaan pendapatan asli
daerah Kota Surakarta. Dalam Trans Agro ( edisi 18, tahun II/ Mei 2010,
hal: 21) disebutkan bahwa pasar Ayam ini merupakan pasar terbesar
diseluruh Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Pada Tahun 2010 ini target
commit to user
pada bulan september baru sekitar 55% dari target yang semestinya, yaitu
Rp 72,9 juta. Dalam Harian Solopos, (kamis pon, 2 september 2010),
Lurah Pasar Ayam, Sunyata mengatakan hingga kini realisasi penarikan
retribusi pedagang mencapai 72,9 juta.
Penarikan retribusi Pasar Ayam Semanggi ternyata juga mengalami
kendala. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lurah Pasar Ayam Sunyata
(Solopos: kamis pon, 2 september 2010) bahwa tidak semua pedagang
mematuhi kewajibannya membayar retribusi. Sebagian pedagang sulit
ditemui di pasar karena mobilitasnya cukup tinggi. Selain itu, jumlah
tunggakan retribusi pasar Ayam Tahun 2009 mencapai sekitar Rp 15 Juta,
tetapi hingga kini tunggakan tersebut sudah berkurang menjadi Rp 10 juta.
Dengan adanya penunggakan ini, maka juga bisa berimbas pada
menurunnya total penerimaan retribusi pasar tiap tahunnya. Untuk itu,
Lurah Pasar Ayam beserta staffnya harus menerapkan strategi yang tepat
agar target retribusi pasar dapat tercapai.
Kelemahan yang dihadapi Lurah Pasar Ayam beserta staffnya
dalam mencapai target retribusi Pasar Ayam Semanggi adalah apabila
pedagang banyak yang tutup maka hal ini menjadi kendala bagi penarikan
retribusi, karena ketika akan dipungut retribusi, pedagang yang
bersangkutan tidak ada. Selain itu kelemahan lainnya adalah perilaku
wajib retribusi yang seringkali menunda pembayaran retribusi. Yang
menjadi tantangan adalah adanya penyakit atau virus yang bisa muncul
commit to user
retribusi pasar ayam adalah produk yang berkualitas tinggi atau baik,
keramahan dan keseriusan Lurah Pasar Ayam Semanggi beserta staff
dalam memberikan pelayanan kepada pedagang. Seluruh pegawai dengan
serius selalu menjaga kebersihan pasar. Yang menjadi peluang adalah
kehadiran pejabat yang datang atau meninjau lokasi dan keadaan Pasar
Ayam Semanggi serta adanya penyemprotan berkala setiap sebulan sekali
dari Dinas Pertanian Kota Surakarta untuk mengantisipasi berbagai
penyakit yang bisa muncul. Dengan adanya penyemprotan tersebut
menjadi peluang bagi pencapaian target retribusi pasar Ayam Semanggi,
karena pedagang maupun pembeli merasa mendapat jaminan bahwa
barang dagangan mereka berkualitas baik dan tidak menularkan penyakit.
Suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya maka
harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu
berubah-ubah. Para pemimpin puncak, dalam hal ini Lurah Pasar Ayam,
menentukan rencana yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai.
Untuk mencapai target retribusi pasar ayam tersebut dan mengatasi
masalah ataupun kendala yang muncul dalam pencapaian target retribusi
pasar, maka Lurah Pasar Ayam Semanggi harus memikirkan dan
menentukan strategi yang tepat, agar Pasar Ayam Semanggi dapat
menggali potensi retribusi yang dimilikinya. Strategi yang digunakan oleh
commit to user
Pemberdayaan Pasar melalui pemelirahaan pasar, pengembangan
pengelolaan persampahan pasar, pembangunan pasar, peningkatan
keamanan dan ketertiban pasar, dan pembinaan pedagang pasar.
Strategi pemberdayaan pasar disini merupakan upaya yang
dilakukan pemerintah Kota Surakarta, dalam hal ini yang
menyelenggarakan khusus bagi Pasar Ayam Semanggi adalah Lurah Pasar
Ayam beserta staffnya untuk menumbuhkan iklim usaha, pembinaan,
pengembangan, serta pembiayaan melalui pemelirahaan pasar,
pengembangan pengelolaan persampahan pasar, pembangunan pasar,
peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, dan pembinaan pedagang
pasar. Dengan strategi itu diharapkan iklim usaha menjadi kondusif dan
target retribusi dapat dicapai. Selain strategi diatas, Lurah Pasar Ayam
Semanggi beserta staff juga melakukan sistem jemput bola ke rumah
pedagang untuk menagih retribusi. Hal ini dilakukan mengingat tenggang
waktu yang sempit, artinya sisa akhir tahun yang tinggal beberapa bulan
saja.
Melihat permasalahan tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang strategi pemberdayaan pasar oleh Lurah
Pasar Ayam Semanggi dalam pencapaian target retribusi pasar yang
commit to user
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tentang latar belakang masalah diatas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah Strategi Pemberdayaan Pasar oleh Lurah Pasar
Ayam Semanggi dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang
Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui informasi dan gambaran mengenai strategi yang
dilakukan oleh Lurah Pasar Ayam dalam pencapaian target retribusi
pasar yang ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Tahun 2010.
2. Sebagai syarat guna meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diperoleh informasi dan gambaran mengenai strategi pemberdayaan
pasar yang dilakukan oleh Lurah Pasar Ayam dalam pencapaian target
retribusi pasar yang ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta
Tahun 2010.
2. Memberikan sumbangan kepada Dinas terkait berupa saran-saran
untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan
commit to user
3. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memperluas
commit to user
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi
Istilah strategy berasal dari kata Yunani strategos, atau strategus
dengan kata jamak strategi. Strategos berarti jenderal tetapi dalam bahasa
Yunani Kuno sering berarti perwira Negara (state officer) dengan fungsi yang
luas. Itu artinya penggunaan definisi strategi lebih mengarah pada kalangan
militer. Hal ini sependapat dengan Mc Nicholas (1997) dalam J. salusu (1996 :
92-93) yang mengemukakan bahwa:
“ strategy is the science and art of employing armed strength of a belligerent to secure the object of war. More restricted, the science and art of military command, exercised to meet the enemy under advantageous conditions”.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa strategi merupakan seni
dan tanggung jawab utama dari negara berperang untuk memenangkan atau
mengamankan peperangan. Pengertian strategi ini lebih terbatas pada suatu
ilmu atau seni memerintah dari militer,untuk mengadakan pertemuan dengan
musuh dalam kondisi yang menguntungkan.
Robert M. Grant (1996:11) menjelaskan bahwa strategi militer dapat
memberi masukan yang penting dalam pengelolaan bisnis. Perbedaan yang
paling mendasar antara strategi dan taktik dalam militer adalah strategi
merupakan suatu rencana keseluruhan dalam memanfaatkan sumber daya
untuk memperoleh kedudukan yang menguntungkan, sedangkan taktik
commit to user
tindakan yang harus dilakukan untuk memenangkan peperangan, sedangkan
strategi lebih menekankan pada memenangkan perang. Namun, apaupun itu
keputusan strategis, baik keputusan dalam bidang militer maupun bidang
usaha, berkaitan dengan tiga karakteristik umum, yaitu:
1. strategi merupakan halyang penting
2. strategi meliputi komitmen yang penting dari sumber daya
3. strategi tidak mudah diubah.
Chandler (1992) dalam Mudrajad Kuncoro (2005:1), mengemukakan
strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan,
diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian ini strategi lebih mengacu
pada usaha atau cara bertindak untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu,
strategi sangat penting bagi suatu organisasi untuk pencapaian tujuan, baik itu
tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. James Brian Quinn
(dalam Robert M. Grant, 1966:10) menjelaskan bahwa:
Strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan, dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi yang diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.
Menurut Kenneth Andrew dalam J. Salusu ( 1996:89) strategi adalah
commit to user
menegaskan bisnis apa yang digeluti organisasi itu atau yang akan digeluti,
dan macam apa atau akan seperti apa organisasi itu. Dari pengertian diatas
maka strategi itu tidak hanya mencakup tentang sasaran dan tujuan apa yang
akan dicapai suatu organisasi tetapi di dalam strategi juga menjelaskan secara
rinci kegiatan maupun jenis organisasi, apakah organisasi profit atau
nonprofit. Pada intinya akan dibawa kemanakah organisasi tersebut,
bagaimana seharusnya organisasi tersebut berjalan demi meraih tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan. Keputusan strategik yang dibuat perusahaan
seharusnya mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan yang
nantinya akan menentukan sukses tidaknya perusahaan dalam lingkungan
kompetitif.
Menurut J. Salusu (1996:101), strategi ialah suatu seni menggunakan
kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya
melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang
paling menguntungkan. Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasarannya maka harus mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang selalu berubah-ubah. Strategi juga merupakan suatu
proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.( Stephanie K. Marrus dalam
Husein Umar,2010:16)
Dari beberapa pengertian strategi diatas dapat disimpulkan bahwa
commit to user
permasalahan yang dihadapi guna tercapainya tujuan suatu organisasi dengan
memperhatikan lingkungan internal maupun eksternal organisasi.
Menurut Coulter (2002) Strategi merupakan sejumlah keputusan dan
aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan (goal) dan menyesuaikan sumber
daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam
lingkungan industrinya. Dengan demikian beberapa ciri strategi yang utama
adalah : (dalam Kuncoro, 2005:12 ) :
1. Goal Direction Actions yaitu aktivitas yang menunjukkan “apa” yang
diinginkan organisasi dan bagaimana mengimplementasikannya
2. Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan
kapabilitas), serta mempertahankan peluang dan tantangan.
Terkait dengan ciri strategi di atas, maka penelitian ini telah memenuhi
dua ciri tersebut, yaitu adanya Goal Directed Actions, yaitu mengenai
penetapan tujuan dan tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan strategi
pemberdayaan ini yaitu untuk mencapai target retribusi pasar Ayam sesuai
dengan target yang telah ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
yaitu sebesar Rp 122.888.00,00. Selain itu, Lurah Pasar Ayam beserta staffnya
juga dalam strategi pemberdayaan ini mempertimbangkan semua sumberdaya
yang dipunyai serta mempertahankan segala peluang yang ada yang kemudian
digunakan untuk mengatasi segala tantangan yang ada.
Rumusan yang komprehensif mengenai strategi oleh Hax dan Majluf
(1991) sebagai berikut : (dalam Salusu, 1996: 100-101)
commit to user
2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran
jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya;
3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi;
4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan
memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari
lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya;
5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.
Untuk melaksanakan atau mencapai tujuan yang ingin dicapai maka
perlu dipilih strategi yang paling tepat, yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan organisasi itu sendiri. Tipe-tipe strategi menurut Koteen
(1991) dalam pengambilan keputusan strategik yaitu : (dalam Salusu,
1996:104-105)
1. Corporate Strategy (Strategi Organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan
inisiatif-inisiatif strategik yang baru. Pembatasan-pembatasan
diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
2. Program Strategy (Strategi Program)
Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategik
dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu
program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi
sasaran organisasi.
commit to user
Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan
pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna
meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa
tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.
4. Institusional Strategy (strategi kelembagaan)
Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan
organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategik.
Para eksekutif perlu menjamin bahwa strategi yang mereka susun
dapat berhasil dengan meyakinkan. Bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi
memang dapat dilaksanakan. Menurut Hatten dan Hatten dalam J. Salusu
(2003: 107) ada beberapa prinsip agar strategi bisa sukses, yaitu:
a. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya
Jangan membuat strategi yang melawan arus. Ikutilah arus perkembangan dalam masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.
b. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi
Tergantung pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakang. Semua strategi hendaknya diserasikan satu dengan yang lain.
c. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain
Persaingan tidak sehat antar berbagai unit kerja dalam suatu organisasi sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkannya terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.
d. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya
commit to user e. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis
Mengingat strategi adalah sesuatu yang mungkin, jadi harus membuat sesuatu yang memang layak dan dapat dilaksanakan.
f. Strategi hendaknya memperhitungkan risiko yang tidak terlalu besar Memang setiap strategi mengandung risiko, tetapi haruslah berhati-hati sehingga tidak menjerumuskan organisasi kedalam lobang yang besar. Oleh sebab itu, suatu strategi harusnya dapat selalu dikontrol. g. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah
dicapai
Jangan menyusun strategi di atas kegagalan.
h. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.
Grant (2005) dalam Cliff Bowman and Ve´ronique Ambrosini
(2007:363) menyebutkan bahwa:
One of the questions that this special issue of Management Decision seeks to address is that of hierarchical strategies or strategy levels. Traditionally competitive strategy relates to how a strategic business unit (SBU), be it a stand alone firm or a division of a larger corporation, competes within a particular market, and corporate strategy relates to how a corporation manages a set of businesses (Grant, 2005).
Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa salah satu pertanyaan yang
berkaitan dengan issu tentang keputusan manajemen yaitu mengenai hirarki
strategi atau level strategi. Dalam jurnal tersebut menjelaskan tentang
perbedaan dari strategi kompetitif tradisional dan strategi korporasi. Strategi
kompetitif tradisional lebih menekankan bagaimana suatu strategi dari unit
bisnis berdiri sendiri sebagai sebuah firma atau bagian dari sebuah organisasi
besar, saling berkompetisi dalam pangsa pasar. Sedangkan strategi korporasi
lebih menekankan bagaimana sebuah organisasi mengelola/memanage
commit to user
B. Pemberdayaan
Kata pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa inggris
“empowerment” yang berarti “ pemberian kekuasaan” karena power bukan
sekedar “daya’ tapi juga “kekuasaan’’, sehingga kata “daya” tidak saja
bermakna “mampu” tapi juga “mempunyai kuasa” (Wrihatnolo dan
Dwijowijoto, 2007:1).
Definisi Pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi”, bukanlah
sebuah “proses instan” ,pemberdayaan mempunyai tiga tahapan, secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : (Wrihatnolo dan
Dwidjowijoto, 2007:2)
1. Penyadaran.
Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi “pencerahan” dalam
bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai
“sesuatu”. Program-program yang dapat dilakukan pada tahap ini misalnya
memberikan pengetahuan yang bersifat kognisi, belief dan healing. Prinsip
dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu
(membangun”demand”) diberdayakan, dan proses pemberdayaan itu dimulai
dari diri mereka sendiri.
2. Pengkapasitasan.
Disebut “capacity building” atau memampukan. Untuk diberikan daya atau
kuasa yang bersangkutan harus mampu terlebih dahulu. Misalnya, sebelum
memberikan otonomi daerah, seharusnya daerah-daerah yang hendak
commit to user
mereka cakap dalam mengelola otonomi yang diberikan. Proses capacity
building terdiri dari tiga jenis, yaitu manusia, organisasi, dan sistim nilai.
3. Pemberian daya itu sendiri atau “empowerment” dalam makna sempit.
Pada tahap ini, kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.
Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki. Pokok
gagasannya adalah bahwa proses pemberian daya atau kekuasaan diberikan
sesuai dengan kecakapan penerima.
Duncan (dalam Ronald Nangoi, 2004:7) mengemukakan bahwa
pemberdayaan menyediakan lebih banyak sumberdaya kreatif dari suatu organisasi.
Pemberdayaan mengaktifkan dan memberi energi kepada orang-orang untuk
berusaha secara individu mengejar yang lebih baik.
Pemberdayaan adalah proses yang alamiah, dalam arti kita alami
dalam kehidupan wajar sehari-hari. Meskipun kehidupan itu adalah proses
yang alami, kehidupan pun harus perlu di manajemeni. Jadi pemberdayaan
bukanlah semata-mata konsep politik, melainkan lebih pada suatu konsep
manajemen. Dan sebagai konsep manajemen, pada akhirnya pemberdayaan
harus mempunyai indikator keberhasilan. Indikator tersebut adalah :
(Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007:10)
1. Akses, artinya target yang diberdayakan pada akhirnya mempunyai
akses akan risorsis yang diperlukan untuk mengembangkan diri.
2. Partisipasi, yang berarti target yang diberdayakan pada akhirnya dapat
berpartisipasi mendayagunakan risorsis yang diaksesnya.
3. Kontrol, dalam arti target yang diberdayakan pada akhirnya mempunyai
commit to user
4. Kesetaraan, dalam arti pada tingkat tertentu saat terjadi konflik, target
mempunyai kedudukan sama dengan yang lain dalam hal pemecahan
masalah.
Dasar-dasar pemberdayaan menurut Dubois dan miley (1977) adalah : (
dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007 : 116)
1. Pemberdayaan adalah proses kerjasama antara klien dan pelaksana kerja secara
bersama-sama yang bersifat mutual benefit.
2. Proses pemberdayaan memandang sistem klient sebagai komponen dan
kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasil dan memberikan
kesempatan.
3. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi.
4. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman
khusus yang kuat dari pada keadaan yang menyatakan apa yang dilakukan.
5. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas
untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah proses
menyeluruh : suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok
masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai
askes sistim sumberdaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyrakat.
Wrihatnolo dan dwijowijoto (2007:117), menyebutkan bahwa proses
pemberdayaan hendaknya meliputi :
1. enabeling (menciptakan suasana kondusif)
commit to user 3. protecting (perlindungan dari ketidakadilan) 4. supporting (bimbingan dan dukungan)
5. foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang)
Aileen Mitchell Stewart (1998:77) menjelaskan bahwa pemberdayaan
bukanlah cara manajemen yang gampang dan enak bagi seorang manajer yang
malas dan setengah-setengah, melainkan justru menuntut lebih banyak
kecakapan dan sumber daya manajerial. Pemberdayaan juga menuntut
digunakannya seperangkat kecakapan baru, yang meliputi:
1.Membuat mampu (enabling)
Membuat mampu berarti memastikan bahwa staf mempunyaisegala
sumber daya yang diperlukan untuk dapat diberdayakan secara penuh,
seperti waktu, personel, uang dan lain-lain.
2.Memperlancar (facilitating)
Merupakan kecakapan paling mendasar yang diperlukan oleh manajer
yang memberdayakan. Manajer yang memberdayakan memandangnya
sebagai tugas pokok manajemen untuk meniadakan segala halangan,
rintangan dan penundaan yang menghalangistaf untuk melakukan
pekerjaan sebaik-baiknya.
3.Berkonsultasi (consulting)
Manajer yang memberdayakan perlu menggunakan pengetahuan dan
pengalaman dan memanfaatkannya untuk berkonsultasi dengan staf yang
commit to user
4.Bekerjasama (collaborating)
Berkonsultasi saja tidak cukup, tetapi dalam program pemberdayaan
manajer hendaknya juga bekerjasama sepenuhnya dengan staf. Hanya
dengan bekerjasama secara bebas, terbuka, dan penuhlah, seluruh
kekayaan kecakapan dan pengetahuan dalam organisasi dapat
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi.
5.Membimbing (mentoring)
Bertindak sebagai teladan dan dan pelatih bagi staf dan rekan-rekan
sekerja. Membimbing sangat fundamental bagi proses pemberdayaan:
sebelum kita dapat menerima sepenuhnya bahwa kita tidak harus
mengerjakannya sendiri- dan bahwa kita dapat mencapai lebih banyak
melalui orang lain- kita sesungguhnya belumlah siap untuk
memberdayakan staf kita.
6.Mendukung (supporting)
Manajer yang baik mengetahui perlunya mendukung staf dan membantu
mereka untuk dapat mandiri. Jika staf kita tidak merasa bahwa mereka
akan tetap mendapatkan dukungan kita sepenuh hati bahkan pada waktu
mereka membuat kesalahan –asalkan kesalahan itu terjadi akibat usaha
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi- maka organisasi atau
departemen kita tidak akan pernah akan mencapai pemberdayaan secara
penuh.
Ginanjar Kartasasmita (1996: 159-160), membicarakan konsep
commit to user
pemberdayaan masyarakat digunakan dalam penelitian ini dengan asumsi
bahwa pedagang merupakan anggota dari masyarakat secara luas. Dalam
kerangka pembangunan nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan
melalui 3 jurusan :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong (encourage), memotivasi, dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Pekuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan masukan atau input serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya.
3. Memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan harus dicegah yang lemah bertambah lemah karena kurang berdaya dalam menghadapi yang kuat oleh karena itu dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah sangat diperlukan. Melindungi disini tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi karena hal itu justru akan semakin melemahkan. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Kristiadi (1977) melihat bahwa ujung dari pemberdayaan masyarakat
harus membuat masyarakat menjadi swadiri, mampu mengurusi dirinya
sendiri, swadana, mampu membiayai keperluan sendiri, dan swasembada,
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan (dalam
commit to user
bahwa istilah pemberdayaan sering kali digunakan dalam konteks kemampuan
meningkatkan keadaan ekonomi individu (dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto,
2007 : 117).
Ada 3 strategi pemberdayaan yang umum dipakai atau dilaksanakan
yaitu : (Wrihatnolo dan dwidjowiyoto, 2007:119-120)
1. Pemberdayaan konformis
Pemberdayaan yang hanya berkutat di “daun” dan “ranting”. Karena
struktur sosial, ekonomi, dan politik yang ada sudah dianggap given,
pemberdayaan masyarakat hanya dilihat sebagai upaya meningkatkan daya
adaptasi terhadap struktur yang sudah ada. Bentuk aksi strategi ini adalah
mengubah sikap mental masyarakat yang tidak berdaya dan pemberian
bantuan, baik modal maupun subsidi. Program-program karitatif dan
sinterklas termasuk dalam kategori ini.
2. Pemberdayaan reformis
Pemberdayaan yang hanya berkutat di “batang”. Konsep ini tidak
mempermasalahkan tatanan sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang ada.
Yang dipersoalkan adalah praktik dilapangan atau pada kebijakan
operasional. Pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja
operasional dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas
commit to user 3. Pemberdayaan struktural
Pemberdayaan yang berkutat di “akar”. Strategi tersebut melihat bahwa
ketidakberdayaan masyarakat disebabkan oleh struktur sosial, politik,
budaya, dan ekonomi yang kurang memberikan peluang bagi kaum yang
lemah. Pemberdayaan harus dilakukan melalui transformasi struktural
secara mendasar dengan meredesign struktur kehidupan yang ada. Karena
sifat revolusionernya, konsep terakhir ini disebut juga critical paradigm.
Dari tiga strategi pemberdayaan di atas, strategi pemberdayaan pasar
oleh lurah Pasar Ayam termasuk ke dalam strategi pemberdayaan reformis.
Hal ini dilihat dari praktik dilapangan atau pada kebijakan operasional.
Pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja operasional
dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas SDM, penguatan
kelembagaan, dan sebagainya.
Spreitzer (1995a, b, 1997) dalam Jean-Se´bastien Boudrias his
colleagues ( 2009:626):
Empowered individuals:
(1) find meaning in their work role;
(2) feel competent to perform their work role;
(3) have a feeling of self-determination with regard to specific means to achieve expected results; and
(4) believe that they can have a real impact on organizational outcomes.
Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat
itu meliputi menemukan arti dari cara kerja mereka, adanya rasa bersaing
commit to user
menghormati dalam arti khusus untuk mencapai hasil yang diharapkan, serta
percaya bahwa mereka memiliki pengaruh yang nyata dalam keluaran/hasil
organisasi.
Dari berbagai pandangan mengenai pemberdayaan di atas dapat
disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses untuk mendorong
masyarakat agar lebih mandiri agar mereka dapat menunjukkan kemampuan
mereka bahwa mereka mampu untuk berkreasi, berinovasi dan membuktikan
bahwa mereka memiliki pengaruh bagi pencapaian tujuan organisasi.
C. Strategi Pemberdayaan
1. Pemberdayaan Pasar Tradisional
Menurut peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 3 tahun 1993
tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 5
tahun 1983 tentang pasar, yang dimaksud pasar adalah tempat dengan
batas-batas tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai
tempat berkumpul dan bertemunya pedagang/ pengusaha dengan pembeli
dengan maksud untuk terwujudnya jual beli yang secara langsung
memperdagangkan barang dan jasa.
Dari pengertian diatas maka pasar itu ditetapkan oleh pemerintah
Daerah, yang menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk
berinteraksi dan saling berhubungan untuk melakukan jual beli atas barang
atau jasa tertentu. Dalam hal ini pasar Ayam adalah tempat bertemunya
pedagang dan pembeli atas barang dagangan dimana yang diperjualbelikan
commit to user
Pasar merupakan bagian dari usaha kecil. Hal ini dijelaskan dalam
peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
TokoModern yang menjelaskan bahwa:
“pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjuallebih dari satu yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun dengan sebutan lainnya. Sedangkan pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah. Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa took, kios,los dan tenda yang dimilik/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar”.
Usaha kecil seperti pasar perlu diberdayakan agar mampu
memanfaatkan peluang usaha yang dimiliki dan menjawab tantangan
sehingga mampu meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan
masyarakat. Pemberdayaan pasar merupakan strategi untuk menumbuhkan
iklim usaha agar pasar dapat tumbuh kokoh dan mampu menggali potensi
yang dimilki sehingga bias bermanfaat bagi Negara.
Adapun tujuan pemberdayaan usaha kecil yang termuat dalam
pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 adalah:
1) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan;
2) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha kecil menjadi
commit to user
3) Meningkatkan peran usaha kecil dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20
tahun 2008 dimaksudkan untuk meningkatkan peran usaha kecil dan mikro
dalam perekonomian Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 20
tahun 2008 bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa pemberdayaan usaha kecil
adalah:
“upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk pertumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri”
Yang dimaksud dengan iklim usaha adalah kondisi yang
diupayakan pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberdayakan
usaha mikro, kecil, dan menengah secara sinergis melalui penetapan
berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan diberbagai aspek
kehidupan ekonomi agar usaha mikro, kecil dan menengah memperoleh
pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan usaha
yang seluas-luasnya (pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008).
Iklim usaha yang ditumbuhkan pemerintah dan pemerintah daerah sebagai
obyek yang diberdayakan meliputi aspek-aspek pendanaan, sarana dan
prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan
berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan (bab V pasal 7 ayat
commit to user
Selanjutnya yang dimaksud Pemerintah menumbuhkan iklim usaha
dan aspek kesempatan berusaha antara lain melalui kebijaksanaan untuk
menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di
pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat,
lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima,
serta lokasi lainnya.
Dengan melihat beberapa konsep diatas maka pemberdayaan pasar
tradisional menurut peneliti adalah upaya yang dilakukan pemerintah
melalui penumbuhan iklim usaha, pembinaan, pengembangan serta
pembiayaan sehingga pasar tradisional mampu menumbuhkan dan
memperkuat dirinya menjadi pasar tradisonal yang tangguh dan mandiri.
2. Strategi Pemberdayaan Pasar Oleh Lurah Pasar Ayam dalam
Pencapaian Target Retribusi Tahun 2010
Berdasarkan konsep Strategi dan Pemberdayaan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa strategi pemberdayaan pasar adalah segala keputusan
atau kebijakan yang yang dilakukan melalui berbagai tindakan untuk
menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha di pasar agar usaha
tersebut menjadi kokoh, tangguh dan mandiri. Selain itu menurut
Wrihatnolo dan dwidjowiyoto (2007:23) dapat disimpulkan bahwa Strategi
Pemberdayaan adalah mengenai penetapan tujuan (tujuan strategi yaitu
untuk keberdayaan masyarakat) dan mengalokasikan/menyesuaikan
sumber daya dengan peluang (strategi berbasis sumber daya) sehingga
commit to user
untuk lebih mampu merencanakan, membangun dan memelihara hasil
kegiatan secara mandiri. Strategi Pemberdayaan diterapkan ke dalam
berbagai program yang menggunakan prinsip dasar bahwa apabila
mempunyai kesempatan untuk mengambil keputusan secara mandiri,
masyarakat akan berbuat yang terbaik bagi diri mereka, keluarga, dan
masyarakatnya.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Melalui otonomi daerah, suatu
daerah diharapakan dapat menggali potensi daerahnya sendiri karena lebih
mengetahui struktur dan potensi daerahnya.
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta merupakan induk dari
Pasar Ayam Semanggi, sehingga kebijakan yang ditetapkan DPP Kota
Surakarta berlaku juga di Pasar Ayam Semanggi. Kebijakan yang
ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar guna menciptakan kondisi pasar yang
bersih, tertib, aman dan nyaman, serta mengoptimalkan kontribusi pasar
guna mendukung kelancaran pembangunan pemerintah daerah adalah
dengan menumbuh kembangkan dan memberdayakan pasar melalui
commit to user
Pemberdayaan pasar tradisional adalah upaya yang dilakukan
pemerintah melalui penumbuhan iklim usaha, pembinaan, pengembangan
serta pembiayaan sehingga pasar tradisional mampu menumbuhkan dan
memperkuat dirinya menjadi pasar tradisonal yang tangguh dan mandiri.
Dalam rencana strategis tahun 2006-2011 Dinas Pengelolaan Pasar
halaman 7, memiliki strategi dan kebijakan untuk lebih memberdayakan
pasar tradisional yaitu melalui:
a. Program pemeliharaan pasar
Pemeliharaan fasilitas pasar dilakukan dengan pemeliharaan sarana
dan prasarana pasar.
b. Program pengembangan pengelolaan persampahan pasar
Peningkatan kebersihan pasar dilakukan melalui penambahan
maupun pengantian alat kebersihan di masing-masing pasar.
c. Program pembangunan atau renovasi pasar
Pembangunan (renovasi) dilakukan untuk meningkatkan
kenyamanan pasar. Dalam pembangunan juga diikuti dengan
penambahan fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di pasar.
d. Program peningkatan keamanan dan ketertiban pasar
Peningkatan keamanan dan ketertiban pasar dilakukan melalui
pembinaan petugas keamanan pasar.
e. Program pembinaan pedagang pasar
Pembinaan dilakukan dengan melakukan penyuluhan terhadap para
commit to user
Berdasarkan Renstra tersebut maka indikator yang digunakan
untuk menjelaskan strategi pemberdayaan pasar di Pasar Ayam Semanggi
adalah pembangunan pasar, pemeliharaan pasar, pengembangan
pengelolaan persampahan pasar,
Berdasarkan Renstra SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Tahun 2010-2015 halaman 12-13,
kebijakan yang dirumuskan adalah menumbuhkembangkan dan
memberdayakan perekonomian masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, sarana dan prasarana dan fasilitas pasar yang cukup memadai
guna menciptakan kondisi pasar yang bersih, tertib, aman dan nyaman
serta mengoptimalkan kontribusi pasar guna mendukung kelancaran
pembangunan pemerintah daerah. Dari penjelasan diatas maka tujuan akhir
dari kebijakan tersebut adalah untuk menumbuhkembangkan dan
memberdayakan perekonomian masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Prijo (1996) yang menjelaskan bahwa istilah
pemberdayaan sering kali digunakan dalam konteks kemampuan
meningkatkan keadaan ekonomi individu (dalam Wrihatnolo dan
dwijowijoto, 2007 : 117).
Dengan terciptanya suasana kondusif di lingkungan Pasar Ayam
Semanggi maka diharapkan pasar tersebut mampu tumbuh dan
berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Hal ini sesuai
dengan konsep pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang
commit to user
pemberdayaan dilakukan untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan
usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu
tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Untuk
menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha maka fasilitas ataupun
sarana dan prasarana pasar juga harus memadai. Artinya kelengkapan dan
ketersediaan fasilitas pasar harus disesuaikan dengan kebutuhannya.
Dalam peningkatan fasilitas pasar, di pasar Ayam disediakan RPU (Rumah
Pemotongan Unggas), sarana dan prasarana kebersihan serta fasilitas
lainnya seperti toilet dan mushola.
D. Retribusi Daerah dan Retribusi Pasar
1. Retribusi Daerah
Dalam Undang-undang nomor 34 tahun 2004 tentang pajak dan
retribusi daerah pasal 1 (26) disebutkan bahwa Retribusi Daerah atau retribusi
adalah segala pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan
Menurut Suparmoko (2000:94) menjelaskan,
“Retribusi ialah suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan antara balas jasa yang
langsung diterima dengan pembayaran-pembayaran retribusi
tersebut.Misalnya uang kuliah,uang langganan air minum, uang langganan listrik.”
Dari pendapat diatas maka retribusi merupakan pembayaran dari
rakyat atas jasa yang disediakan oleh pemerintah disebabkan rakyat
commit to user
mereka yang memanfaatkan jasa atau fasilitas yang disediakan oleh
pemerintah.
Untuk dapat menetukan dasar pengenaan retribusi atau objek retribusi
terhadap potensi pendapatan daerah, maka perlu dilakukan penilaian terhadap
potensi pendapatan daerah tersebut. Ada beberapa criteria yang harus dipenuhi
agar potensi pendapatan daerah yang dapat dikenai retribusi, yaitu kecukupan
dan elastisitas, keadilan, kemampuan administrasi, kesepakatan politik dan
penilaian retribusi oleh pemerintah daerah ( Davey, 1988 dalam Kesit
Bambang Prakoso 2005:57).
1. Kecukupan dan Elastisitas
Retribusi harus memiliki kecukupan dan elastisitas artinya retribusi
harus responsive terhadap variable-variabel yang mempengaruhinya.
2. Keadilan
Struktur tarif retribusi secara tradisional bersifat regresif, artinya
semakin tinggi dasar pengenaan retribusinya semakin turun tarifnya. Hal
ini sangat menguntungkan bagi mereka yang kaya atau berada pada
industry besar dan menengah. Maka dari itu tariff retribusi harus dibuat
kurang regresif atau bersiifat adil bagi semua masyarakat.
3. Kemampuan Administrasi
Secara teoritis retribusi mudah untuk ditaksir dan dipungut. Namun
prakteknya terdapat kesulitan seperti masalah teknis, masalah
menyangkut keinginan politik untuk mengenakan sanksi, dan masalah
commit to user
untuk mentukan jenis retribusi sehingga pemungutannya juga berjalan
lancer.
4. Kesepakatan Politik
Penentuan besarnya tariff retribusi ataupun peningkatan tariff retribusi
seringkali memerlukan adanya keputusan-keputusan politik tertentu.
5. Penilaian Retribusi oleh Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah berhak menetukan besarnya tariff retribusi di
wilahnya sepanjang kenaikan tariff tersebut berdampak akan lebih
meningkatkan pelayanan Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
2. Retribusi Pasar
Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 3 tahun 1993 tentang
Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 5 tahun 1983
tentang Pasar, bahwa pengertian retribusi pasar adalah “sejumlah uang yang
harus dibayar oleh pedagang/pengusaha yang memperoleh manfaat dari
adanya pasar termasuk pasar swasta atau tempat umum dan wilayah pasar.
Dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 tahun 1999 tentang
retribusi pasar pasal 2 disebutkan bahwa “dengan nama retribusi pasar
dipungut retribusi bagi setiap organisasi atau badan yang memperoleh fasilitas
pasar. Itu artinya semua fasilitas pasar yang disediakan oleh pemerintah kota
Surakarta yang dimanfaatkan oleh masyarakat dikenai retribusi pasar. Untuk
memanfaatkan fasilitas pasar tersebut maka para pedagang atau masyarakat
harus mendapatkan izin penempatan dari pejabat yang ditunjuk. Dengan
commit to user
Pemerintah Daerah kepada setiap pedagang yang memanfaatkan fasilitas
pasar.
E. Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori-teori di atas, maka diperlukan adanya suatu
kerangka pemikiran yang jelas. Kerangka dasar pemikiran digunakan sebagai
dasar suatu landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang
digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya dengan rumusan masalah
yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk lebih
memudahkan pembaca dan penguji dalam memahami penelitian mengenai
”Strategi Pemberdayaan oleh Lurah Pasar Ayam dalam Pencapaian Target
Retribusi Pasar yang Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Tahun 2010”. Selain itu, kerangka pemikiran merupakan landasan berpikir
bagi penulis, yang digunakan sebagai pemandu dan petunjuk arah yang
hendak dituju. Berdasarkan Teori yang ada, maka kerangka dasar pemikiran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1
Skema Kerangka Pemikiran
Pasar Ayam Surakarta
Target Retribusi Pasar Ayam
Strategi Pemberdayaan oleh Lurah Pasar Ayam: 1. Pemeliharaan Pasar
2. Pengembangan pengelolaan persampahan pasar
3. Pembangunan Pasar
4. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Pasar 5. Pembinaan Pedagang Pasar
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
commit to user
Pasar Ayam merupakan tempat jual beli hewan ternak yaitu ayam dan
kambing. Awalnya hanya ayam saja yang menjadi komoditi utama, namun
seiring berjalannya waktu komoditi unggas dan kambing juga masuk ke pasar
ayam. Tapi untuk burung tidak termasuk dalam komoditi di pasar ayam.
Pasar Ayam secara nyata mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat
akan kebutuhan daging ayam dan kambing. Apalagi ketika hari raya kurban
atau idul fitri, maka kebutuhan akan daging ayam maupun kambing semakin
meningkat. Keberadaan pasar ayam tentunya juga memberikan sumbangan
bagi pemasukan kas daerah atau pendapatan asli daerah melalui retribusi
pasar.
Sebagai salah satu pasar tradisional yang turut memberi kontribusi bagi
penerimaan pendapatan asli daerah, maka seluruh pegawai pasar Ayam harus
berusaha semaksimal mungkin di dalam mencapai target retribusi pasar sesuai
yang telah ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Di dalam
pelaksanaan pemungutan retribusi pasar, terdapat kekuatan, kelemahan,
peluang, dan tantangan. Untuk factor kekuatannya adalah produk yang
berkualitas tinggi atau baik, keramahan dan keseriusan Lurah Pasar Ayam
beserta staff dalam memberikan pelayanan kepada pedagang. Seluruh pegawai
dengan serius selalu menjaga kebersihan pasar. Sementara kelemahan yang
commit to user
Pasar Ayam adalah apabila pedagang banyak yang tutup maka hal ini menjadi
kendala bagi penarikan retribusi, karena ketika akan dipungut retribusi,
pedagang yang bersangkutan tidak ada. Selain itu kelemahan lainnya adalah
perilaku wajib retribusi yang seringkali menunda pembayaran retribusi. Yang
menjadi tantangan adalah penyakit atau virus yang bisa muncul seperti flu
burung. Yang menjadi kekuatan pencapaian target retribusi pasar ayam adalah.
Yang menjadi peluang adalah kehadiran pejabat yang datang atau meninjau
Pasar ayam serta adanya penyemprotan berkala setiap sebulan sekali dari
Dinas Pertanian Kota Surakarta untuk mengantisipasi berbagai penyakit yang
akan muncul. Dengan adanya penyemprotan tersebut menjadi peluang bagi
pencapaian target retribusi pasar Ayam Semanggi, karena pedagang maupun
pembeli merasa mendapat jaminan bahwa barang dagangan mereka
berkualitas baik dan tidak menularkan penyakit.
Untuk meningkatkan kegiatan ekonomi serta jual beli di pasar ayam,
maka diperlukan strategi yang tepat untuk mencapai hasil optimal dalam
penerimaan atau pendapatan. Strategi itu dilakukan dengan pemberdayaan
pasar melalui pembangunan pasar, pemeliharaan pasar, pengembangan
pengelolaan persampahan, peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, serta
pembinaan pedagang pasar yang diharapkan dapat berdampak langsung pada
pembayaran retribusi pasar oleh pedagang yang memanfaatkan fasilitas
pelayanan pasar ayam yang disediakan oleh pemerintah Kota Surakarta.
Berdasarkan Renstra SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas
commit to user
yang dilaksanakan adalah untuk menumbuhkembangkan dan memberdayakan
perekonomian masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Prijo (1996) yang menjelaskan bahwa istilah pemberdayaan sering kali
digunakan dalam konteks kemampuan meningkatkan keadaan ekonomi
individu (dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007 : 117).
Dengan terciptanya suasana kondusif di lingkungan Pasar Ayam
Semanggi maka diharapkan pasar tersebut mampu tumbuh dan berkembang
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Hal ini sesuai dengan konsep
pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008
bab 1 pasal 1 yang menyatakan bahwa pemberdayaan dilakukan untuk
menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil,
dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri. Berdasarkan Undang-Undang diatas, Renstra DPP kota
Surakarta tahun 2006-2011, dan Renstra SKPD Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta Tahun 2010 maka untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan
usaha di pasar Ayam itulah maka dipilihlah indikator pembangunan pasar,
pemeliharaan pasar, pengembangan pengelolaan persampahan pasar,
peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, serta pembinaan pedagang pasar
dalam strategi pemberdayaan pasar ini.
Menurut Spreitzer (1995a, b, 1997) dalam Jean-Se´bastien Boudrias
his colleagues ( 2009:626) bahwa empowerment individuals: have a feeling of
self-determination with regard to specific means to achieve expected results;