• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemberdayaan Pasar oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pemberdayaan Pasar oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

Strategi Pemberdayaan Pasar oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi

dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang Ditetapkan

Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

Wulan Riyani D0107102

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam mewujudkan tujuan pembangunan menuju masyarakat

sejahtera, salah satunya pemerintah melaksanakan otonomi daerah. Di

Indonesia, Negara yang cukup luas wilayahnya, maka sangatlah sulit bila

diterapkannya sentralisasi. Hal ini karena, sangatlah sulit jika pemerintah

pusat mengatur seluruh kegiatan yang ada di wilayah Indonesia. Untuk

itulah diperlukan desentralisasi melalui program otonomi daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang No 32

Tahun 2004. Dalam Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa

desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah

kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itu

artinya pelaksanaan otonomi daerah berarti pemerintah pusat mengakui

kemandirian dan kemampuan pemerintah dan masyarakat daerah.

Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dalam Bab I tentang

ketentuan umum pasal 1 menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Dari pengertian tersebut dapat

diketahui bahwa daerah otonom memiliki hak kewenangan dan kewajiban

(3)

commit to user

memiliki keleluasaan untuk menggali dan mendayagunakan potensi yang

dimiliki secara optimal. Hal ini karena, setiap daerah memiliki potensi

sendiri yang bisa dikembangkan dan lebih mengetahui dan mengenal

kekurangan apa yang ada di daerahnya untuk diperbaiki.

Salah satu tolok ukur untuk melihat kesiapan daerah dalam

pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan mengukur seberapa besar

kemampuan keuangan suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi

daerah atau pemerintahan sendiri. Daerah otonom tersebut dapat menggali

sumber-sumber pendapatan daerah dari segala potensi yang dimiliki di

daerahnya.

Berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan daerah, dalam pasal

157 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

disebutkan bahwa pendapatan daerah terdiri dari:

1. Pendapatan Asli Daerah,yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: a. Hasil pajak daerah

b. Hasil retribusi daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

2. Dana Perimbangan

3. Pinjaman Daerah

4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

Salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah penerimaan

retribusi daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang

Pajak dan Retribusi Daerah pasal 1 (26) disebutkan bahwa retribusi daerah

atau retribusi adalah segala pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan

(4)

commit to user

Dengan adanya pemungutan retribusi daerah diharapkan dapat mendukung

sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan

daerah, sehingga akan meningkatkan dan memeratakan perekonomian

serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya.

Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah

yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas,

nyata, dan bertanggung jawab. Salah satu penerimaan dari retribusi daerah

adalah retribusi pasar. Retribusi pasar merupakan golongan retribusai jasa

umum. Hal ini sesuai dengan Perda Surakarta Nomor 8 Tahun 1999

tentang Retribusi Pasar yang terdapat dalam bab II pasal 5. Dalam

Undang-Undang tersebut juga disebutkan bahwa retribusi jasa umum

adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Dari uraian tersebut dapat

dikatakan bahwa pasar tidak hanya sebagai unit pelayanan kepada

masyarakat, tetapi pasar sudah merupakan unit usaha bagi pemerintah

daerah sehingga diharapkan dapat menghasilkan laba retribusi. Apabila

retribusi tersebut dapat dipenuhi, maka sumber pendapatan dapat

digunakan oleh Pemkot Surakarta untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dan pada akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan

(5)

commit to user

Salah satu kegiatan perdagangan adalah kegitan jual beli di pasar.

Orang atau badan hukum yang menerima fasilitas pasar di Surakarta maka

akan dikenai retribusi pasar. Hal ini tercantum dalam Peraturan Daerah

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Retribusi Pasar bab II pasal 2. Besarnya

tarif retribusi untuk masing-masing pengguna fasilitas pasar pun juga

berbeda-beda tergantung letak dan luas kios, serta jenis dagangannya.

Untuk masing- masing pasar, ternyata besarnya target retribusi

berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh pasar

tersebut. Target retribusi pasar keseluruhan ditetapkan oleh walikota

Surakarta sebagai sumber penerimaan bagi APBD Kota Surakarta.

Sedangkan untuk target retribusi pasar untuk masing-masing tradisional

Kota Surakarta ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.

Tabel 1.1

Target dan Realisasi Retribusi Pasar Ayam

Tahun Anggaran 2008-2009

Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp)

2008 91.920.000 108.624.070

2009 93.211.000 109.331.725

Sumber: Kantor Pasar Ayam, Semanggi

Dari tabel diatas maka selama kurun waktu 2 tahun terakhir target

yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta kepada

Pasar Ayam Semanggi dapat terpenuhi. Bahkan realisasinya melebihi

target yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Hal

ini menunjukkan bahwa kinerja dari pegawai Pasar Ayam Semanggi yaitu

(6)

commit to user

berhasil bagi pencapaian target retribusi Pasar Ayam Semanggi Kota

Surakarta.

Untuk tahun 2010, target yang dipatok oleh Dinas Pengelolaan

Pasar Kota Surakarta untuk retribusai Pasar Ayam Semanggi adalah Rp

122.888.000,00. Berikut rincian target retribusi Pasar Ayam, Semanggi:

Tabel 1.2

Rincian Target Retribusi Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010

Sumber Retribusi Target Retribusi (Rp)

1. Plataran

Jumlah Total Target Retribusi 122.888.000

Sumber: Kantor Pasar Ayam Semanggi

Dari tabel diatas maka target retribusi pasar yang ditetapkan oleh

Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta untuk pasar ayam Semanggi

adalah sebesar Rp 122.888.000,00. Untuk retribusi plataran, baik itu untuk

barang dagangan kambing, ayam ataupun unggas lain maka retribusi

tersebut dipungut dengan menggunakan karcis dengan nilai nominal

sebesar Rp 460,00 dan Rp 650,00. Pemberian karcis tersebut disesuaikan

dengan jumlah dagangan yang dibawa oleh pedagang. Bila dagangan yang

dibawa sedikit, maka pedagang dikenai retribusi sebesar Rp 460,00

(7)

commit to user

650,00. Untuk ayam maupun unggas lain dibawah 25 atau sama dengan 25

ekor maka dikenai retribusi Rp 460,00 sedangkan untuk ayam atau unggas

lain diatas 25 ekor dikenai retribusi Rp 650,00. Sedangkan untuk kambing,

kambing yang berukuran kecil diberi karcis senilai Rp 460,00 dan

kambing berukuran besar diberi karcis senilai Rp 640,00.

Tabel 1.3

Rincian Biaya Retribusi untuk Pedagang Plataran Berdasarkan Jumlah Barang Dagangan

Di Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010

Banyaknya ayam/ unggas ≤ 25 ekor >25 ekor

Biaya retribusi Rp 460,00 Rp 650,00

Total 1 Bulan (30 hari) Rp 13.800,00 Rp 19.500,00

Sumber: Kantor Pasar Ayam Semanggi

Tabel 1.4

Rincian Biaya Retribusi Kambing untuk Pedagang Plataran Berdasarkan Ukuran Kambing

Di Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010

Ukuran Kambing Kecil Dewasa

Biaya Retribusi Rp 460,00 Rp 640,00

Sumber: Kantor Pasar Ayam Semanggi

Untuk retribusi los baik itu retribusi untuk ayam, unggas atau

kambing dipungut dengan kartu dimana besarnya retribusi tersebut

(8)

commit to user

Semanggi berdasarkan luas wilayahnya, yaitu los yang luasnya 7,5 m2 dan

los yang luasnya 9 m2. Untuk los yang luasnya 7,5 m2 dikenai retribusi

sebesar Rp 1105,00 per hari dengan rincian retribusi sebesar Rp 615,00 ;

listrik sebesar Rp 375,00 ; dan retribusi kebersihan kota sebesar Rp

115,00. Sedangkan untuk los yang luasnya 9 m2, maka besarnya retribusi

adalah Rp 1325,00 per hari dengan rincian retribusi sebesar Rp 740,00 ;

listrik sebesar Rp 450,00 ; dan retribusi kebersihan kota sebesar Rp

135,00. Untuk retribusi listrik dibebankan kepada pedagang yang

memiliki los sesuai lahan permeternya. Untuk permeternya dikenakan

beban listrik sebesar Rp 50,00. Sehingga seperti yang telah dijelaskan

diatas untuk luas los 7,5 m2 maka beban listrik yang harus dibayar adalah

Rp 375,00 sedangkan untuk luas los 9 m2 maka beban listrik yang harus

dibayar adalah Rp 450,00. Untuk retribusi los ini pembayarannya

tergantung pedagang yang bersangkutan, apakah akan dibayar langsung

selama sebulan ataukah setiap harinya.

Tabel 1.5

Rincian Biaya Retribusi Pasar Pedagang Los Berdasarkan Luas Lahan Los

Di Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010

Jenis

Luas los Retribusi (Rp) Listrik (Rp) RKK (Rp)

Total(Rp) Dikali 30

hari

7,5 m2 615 375 115 33150

9 m2 740 450 135 39750

(9)

commit to user

Untuk tunggakan retribusi tersebut merupakan tunggakan retribusi

tahun lalu. Setiap pedagang Pasar Ayam Semanggi yang menggunakan los

harus memiliki SHP (Surat Hak Penempatan). Awalnya pedagang harus

membeli lahan los terlebih dahulu, dimana semeternya dikenai biaya Rp

900.000,00. Biaya tersebut sudah termasuk biaya untuk mendapatkan SHP

dan KTPP. Selanjutnya pedagang tersebut mengajukan SHP (Surat Hak

Penempatan) kepada Lurah Pasar Ayam, selanjutnya Lurah Pasar Ayam

nanti akan mengurusnya ke Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar

Surakarta. Hal ini memerlukan waktu sekitar 2 hari. Setelah melalui

Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta maka

prosedur selanjutnya diajukan kepada Kepala Dinas Pengelolaan Kota

Surakarta untuk mendapat persetujuan. Hal ini memerlukan waktu sekitar

3 hari. Setelah mendapat persetujuan maka akan dikembalikan lagi ke

Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Kota Surakarta, dan selanjutnya

diserahlan lagi kepada Lurah Pasar Ayam untuk nantinya diserahkan

kepada pedagang yang bersangkutan. Biaya yang harus dikelurkan untuk

mendapatkan SHP adalah Rp 17.500,00 dan SHP tersebut berlaku selama

3 tahun. Dengan adanya SHP (Surat Hak Penempatan) maka retribusi los

yang dimiliki oleh pedagang tetap harus dibayar meskipun los tersebut

ditempati ataupun tidak ditempati. Selain itu pemilik los juga harus

memiliki KTPP ( Kartu Tanda Pengenal Pedagang). Pelayanan KTPP (

Kartu Tanda Pengenal Pedagang ) ini biasanya langsung dijadikan satu

(10)

commit to user

Pengenal Pedagang ) adalah 3 tahun, dan untuk mendapatkan KTPP (

Kartu Tanda Pengenal Pedagang) dikenai biaya Rp 7.500,00. Itu artinya

biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan KTPP ( Kartu Tanda Pengenal

Pedagang ) selama setahun adalah Rp 2.500,00. Jadi biaya total untuk

mendapatkan SHP dan KTPP adalah sebesar Rp 25.000,00. Pada awal

kepemilikan SHP dan KTPP maka biaya tersebut, sudah dimasukkan

dalam biaya pembelian lahan los senilai Rp 900.000,00. Tetapi jika masa

berlakunya SHP dan KTPP sudah habis, maka untuk mengajukannya

kembali dikenai biaya Rp 25.000,00 dan berlaku untuk 3 tahun ke depan.

Retribusi yang didapat dari SHP dan KTPP ini berasal dari biaya yang

harus dikeluarkan untuk memperoleh SHP dan KTPP yaitu sebesar Rp

25.000,00. Karena biaya tersebut berlaku untuk 3 tahun, maka retribusi

pertahunnya adalah Rp 8.333,00 dengan rincian untuk SHP sebesar Rp

5.833,00 dan KTPP sebesar Rp 2.500,00.

Balik nama disini diartikan sebagai pengubahan status kepemilikan

pedagang dari nama pemilik yang lama menjadi nama pemilik yang baru.

Nilai taksiran tempat dasaran untuk balik nama adalah Rp 820.000,00.

Biaya pelayanan yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan

balik nama permeternya adalah Rp 82.000,00. Untuk sumber retribusi

lain-lain ini berasal dari tambahan retribusi yang lain-lain, misalnya tambahan dari

sponsor yang memasang reklame atau tambahan listrik bagi pedagang

(11)

commit to user

Kontribusi retribusi pasar bagi peningkatan PAD Kota Surakarta

yang semakin meningkat, secara tidak langsung akan berdampak bagi

Pemkot Surakarta untuk mengembangkan penerimaan daerah. Usaha

pengembangan penerimaan retribusi pasar pada tiap tahunnya mengalami

kendala dan hambatan. Kendala dan hambatan tersebut di antaranya

menyangkut perilaku wajib retribusi pasar yang seringkali melakukan

penundaan pembayaran retribusi dengan berbagai alasan. Dari penundaan

inilah dikhawatirkan penerimaan yang didapatkan tidak bisa atau tidak

memenuhi target yang telah ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar

Surakarta.

Dalam mencapai target retribusi pasar sesuai yang ditetapkan oleh

Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, maka diperlukan suatu strategi

yang handal untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk masing-masing pasar,

strategi yang digunakan berbeda-beda tergantung Lurah Pasar yang

bersangkutan. Begitu pula Lurah Pasar Ayam juga memiliki strategi

tersendiri untuk mencapai target sesuai yang ditetapkan oleh Dinas

Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yaitu sebesar Rp 122.888.000,00.

Pasar Ayam merupakan salah satu pasar tradisional di Kota

Surakarta juga menyumbangkan retribusi bagi penerimaan pendapatan asli

daerah Kota Surakarta. Dalam Trans Agro ( edisi 18, tahun II/ Mei 2010,

hal: 21) disebutkan bahwa pasar Ayam ini merupakan pasar terbesar

diseluruh Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Pada Tahun 2010 ini target

(12)

commit to user

pada bulan september baru sekitar 55% dari target yang semestinya, yaitu

Rp 72,9 juta. Dalam Harian Solopos, (kamis pon, 2 september 2010),

Lurah Pasar Ayam, Sunyata mengatakan hingga kini realisasi penarikan

retribusi pedagang mencapai 72,9 juta.

Penarikan retribusi Pasar Ayam Semanggi ternyata juga mengalami

kendala. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lurah Pasar Ayam Sunyata

(Solopos: kamis pon, 2 september 2010) bahwa tidak semua pedagang

mematuhi kewajibannya membayar retribusi. Sebagian pedagang sulit

ditemui di pasar karena mobilitasnya cukup tinggi. Selain itu, jumlah

tunggakan retribusi pasar Ayam Tahun 2009 mencapai sekitar Rp 15 Juta,

tetapi hingga kini tunggakan tersebut sudah berkurang menjadi Rp 10 juta.

Dengan adanya penunggakan ini, maka juga bisa berimbas pada

menurunnya total penerimaan retribusi pasar tiap tahunnya. Untuk itu,

Lurah Pasar Ayam beserta staffnya harus menerapkan strategi yang tepat

agar target retribusi pasar dapat tercapai.

Kelemahan yang dihadapi Lurah Pasar Ayam beserta staffnya

dalam mencapai target retribusi Pasar Ayam Semanggi adalah apabila

pedagang banyak yang tutup maka hal ini menjadi kendala bagi penarikan

retribusi, karena ketika akan dipungut retribusi, pedagang yang

bersangkutan tidak ada. Selain itu kelemahan lainnya adalah perilaku

wajib retribusi yang seringkali menunda pembayaran retribusi. Yang

menjadi tantangan adalah adanya penyakit atau virus yang bisa muncul

(13)

commit to user

retribusi pasar ayam adalah produk yang berkualitas tinggi atau baik,

keramahan dan keseriusan Lurah Pasar Ayam Semanggi beserta staff

dalam memberikan pelayanan kepada pedagang. Seluruh pegawai dengan

serius selalu menjaga kebersihan pasar. Yang menjadi peluang adalah

kehadiran pejabat yang datang atau meninjau lokasi dan keadaan Pasar

Ayam Semanggi serta adanya penyemprotan berkala setiap sebulan sekali

dari Dinas Pertanian Kota Surakarta untuk mengantisipasi berbagai

penyakit yang bisa muncul. Dengan adanya penyemprotan tersebut

menjadi peluang bagi pencapaian target retribusi pasar Ayam Semanggi,

karena pedagang maupun pembeli merasa mendapat jaminan bahwa

barang dagangan mereka berkualitas baik dan tidak menularkan penyakit.

Suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya maka

harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu

berubah-ubah. Para pemimpin puncak, dalam hal ini Lurah Pasar Ayam,

menentukan rencana yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,

disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut

dapat dicapai.

Untuk mencapai target retribusi pasar ayam tersebut dan mengatasi

masalah ataupun kendala yang muncul dalam pencapaian target retribusi

pasar, maka Lurah Pasar Ayam Semanggi harus memikirkan dan

menentukan strategi yang tepat, agar Pasar Ayam Semanggi dapat

menggali potensi retribusi yang dimilikinya. Strategi yang digunakan oleh

(14)

commit to user

Pemberdayaan Pasar melalui pemelirahaan pasar, pengembangan

pengelolaan persampahan pasar, pembangunan pasar, peningkatan

keamanan dan ketertiban pasar, dan pembinaan pedagang pasar.

Strategi pemberdayaan pasar disini merupakan upaya yang

dilakukan pemerintah Kota Surakarta, dalam hal ini yang

menyelenggarakan khusus bagi Pasar Ayam Semanggi adalah Lurah Pasar

Ayam beserta staffnya untuk menumbuhkan iklim usaha, pembinaan,

pengembangan, serta pembiayaan melalui pemelirahaan pasar,

pengembangan pengelolaan persampahan pasar, pembangunan pasar,

peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, dan pembinaan pedagang

pasar. Dengan strategi itu diharapkan iklim usaha menjadi kondusif dan

target retribusi dapat dicapai. Selain strategi diatas, Lurah Pasar Ayam

Semanggi beserta staff juga melakukan sistem jemput bola ke rumah

pedagang untuk menagih retribusi. Hal ini dilakukan mengingat tenggang

waktu yang sempit, artinya sisa akhir tahun yang tinggal beberapa bulan

saja.

Melihat permasalahan tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang strategi pemberdayaan pasar oleh Lurah

Pasar Ayam Semanggi dalam pencapaian target retribusi pasar yang

(15)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Dari uraian tentang latar belakang masalah diatas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah Strategi Pemberdayaan Pasar oleh Lurah Pasar

Ayam Semanggi dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang

Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui informasi dan gambaran mengenai strategi yang

dilakukan oleh Lurah Pasar Ayam dalam pencapaian target retribusi

pasar yang ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Tahun 2010.

2. Sebagai syarat guna meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diperoleh informasi dan gambaran mengenai strategi pemberdayaan

pasar yang dilakukan oleh Lurah Pasar Ayam dalam pencapaian target

retribusi pasar yang ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta

Tahun 2010.

2. Memberikan sumbangan kepada Dinas terkait berupa saran-saran

untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan

(16)

commit to user

3. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memperluas

(17)

commit to user

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi

Istilah strategy berasal dari kata Yunani strategos, atau strategus

dengan kata jamak strategi. Strategos berarti jenderal tetapi dalam bahasa

Yunani Kuno sering berarti perwira Negara (state officer) dengan fungsi yang

luas. Itu artinya penggunaan definisi strategi lebih mengarah pada kalangan

militer. Hal ini sependapat dengan Mc Nicholas (1997) dalam J. salusu (1996 :

92-93) yang mengemukakan bahwa:

strategy is the science and art of employing armed strength of a belligerent to secure the object of war. More restricted, the science and art of military command, exercised to meet the enemy under advantageous conditions”.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa strategi merupakan seni

dan tanggung jawab utama dari negara berperang untuk memenangkan atau

mengamankan peperangan. Pengertian strategi ini lebih terbatas pada suatu

ilmu atau seni memerintah dari militer,untuk mengadakan pertemuan dengan

musuh dalam kondisi yang menguntungkan.

Robert M. Grant (1996:11) menjelaskan bahwa strategi militer dapat

memberi masukan yang penting dalam pengelolaan bisnis. Perbedaan yang

paling mendasar antara strategi dan taktik dalam militer adalah strategi

merupakan suatu rencana keseluruhan dalam memanfaatkan sumber daya

untuk memperoleh kedudukan yang menguntungkan, sedangkan taktik

(18)

commit to user

tindakan yang harus dilakukan untuk memenangkan peperangan, sedangkan

strategi lebih menekankan pada memenangkan perang. Namun, apaupun itu

keputusan strategis, baik keputusan dalam bidang militer maupun bidang

usaha, berkaitan dengan tiga karakteristik umum, yaitu:

1. strategi merupakan halyang penting

2. strategi meliputi komitmen yang penting dari sumber daya

3. strategi tidak mudah diubah.

Chandler (1992) dalam Mudrajad Kuncoro (2005:1), mengemukakan

strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan,

diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian ini strategi lebih mengacu

pada usaha atau cara bertindak untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu,

strategi sangat penting bagi suatu organisasi untuk pencapaian tujuan, baik itu

tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. James Brian Quinn

(dalam Robert M. Grant, 1966:10) menjelaskan bahwa:

Strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan, dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi yang diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.

Menurut Kenneth Andrew dalam J. Salusu ( 1996:89) strategi adalah

(19)

commit to user

menegaskan bisnis apa yang digeluti organisasi itu atau yang akan digeluti,

dan macam apa atau akan seperti apa organisasi itu. Dari pengertian diatas

maka strategi itu tidak hanya mencakup tentang sasaran dan tujuan apa yang

akan dicapai suatu organisasi tetapi di dalam strategi juga menjelaskan secara

rinci kegiatan maupun jenis organisasi, apakah organisasi profit atau

nonprofit. Pada intinya akan dibawa kemanakah organisasi tersebut,

bagaimana seharusnya organisasi tersebut berjalan demi meraih tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan. Keputusan strategik yang dibuat perusahaan

seharusnya mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan yang

nantinya akan menentukan sukses tidaknya perusahaan dalam lingkungan

kompetitif.

Menurut J. Salusu (1996:101), strategi ialah suatu seni menggunakan

kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya

melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang

paling menguntungkan. Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu organisasi

dalam mencapai tujuan dan sasarannya maka harus mampu menyesuaikan diri

terhadap lingkungan yang selalu berubah-ubah. Strategi juga merupakan suatu

proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan

jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya

bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.( Stephanie K. Marrus dalam

Husein Umar,2010:16)

Dari beberapa pengertian strategi diatas dapat disimpulkan bahwa

(20)

commit to user

permasalahan yang dihadapi guna tercapainya tujuan suatu organisasi dengan

memperhatikan lingkungan internal maupun eksternal organisasi.

Menurut Coulter (2002) Strategi merupakan sejumlah keputusan dan

aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan (goal) dan menyesuaikan sumber

daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam

lingkungan industrinya. Dengan demikian beberapa ciri strategi yang utama

adalah : (dalam Kuncoro, 2005:12 ) :

1. Goal Direction Actions yaitu aktivitas yang menunjukkan “apa” yang

diinginkan organisasi dan bagaimana mengimplementasikannya

2. Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan

kapabilitas), serta mempertahankan peluang dan tantangan.

Terkait dengan ciri strategi di atas, maka penelitian ini telah memenuhi

dua ciri tersebut, yaitu adanya Goal Directed Actions, yaitu mengenai

penetapan tujuan dan tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan strategi

pemberdayaan ini yaitu untuk mencapai target retribusi pasar Ayam sesuai

dengan target yang telah ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta

yaitu sebesar Rp 122.888.00,00. Selain itu, Lurah Pasar Ayam beserta staffnya

juga dalam strategi pemberdayaan ini mempertimbangkan semua sumberdaya

yang dipunyai serta mempertahankan segala peluang yang ada yang kemudian

digunakan untuk mengatasi segala tantangan yang ada.

Rumusan yang komprehensif mengenai strategi oleh Hax dan Majluf

(1991) sebagai berikut : (dalam Salusu, 1996: 100-101)

(21)

commit to user

2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran

jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya;

3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi;

4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan

memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari

lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya;

5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.

Untuk melaksanakan atau mencapai tujuan yang ingin dicapai maka

perlu dipilih strategi yang paling tepat, yang disesuaikan dengan kebutuhan

dan kemampuan organisasi itu sendiri. Tipe-tipe strategi menurut Koteen

(1991) dalam pengambilan keputusan strategik yaitu : (dalam Salusu,

1996:104-105)

1. Corporate Strategy (Strategi Organisasi)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan

inisiatif-inisiatif strategik yang baru. Pembatasan-pembatasan

diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

2. Program Strategy (Strategi Program)

Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategik

dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu

program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi

sasaran organisasi.

(22)

commit to user

Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan

pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna

meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa

tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.

4. Institusional Strategy (strategi kelembagaan)

Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan

organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategik.

Para eksekutif perlu menjamin bahwa strategi yang mereka susun

dapat berhasil dengan meyakinkan. Bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi

memang dapat dilaksanakan. Menurut Hatten dan Hatten dalam J. Salusu

(2003: 107) ada beberapa prinsip agar strategi bisa sukses, yaitu:

a. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya

Jangan membuat strategi yang melawan arus. Ikutilah arus perkembangan dalam masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.

b. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi

Tergantung pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakang. Semua strategi hendaknya diserasikan satu dengan yang lain.

c. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain

Persaingan tidak sehat antar berbagai unit kerja dalam suatu organisasi sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkannya terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.

d. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya

(23)

commit to user e. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis

Mengingat strategi adalah sesuatu yang mungkin, jadi harus membuat sesuatu yang memang layak dan dapat dilaksanakan.

f. Strategi hendaknya memperhitungkan risiko yang tidak terlalu besar Memang setiap strategi mengandung risiko, tetapi haruslah berhati-hati sehingga tidak menjerumuskan organisasi kedalam lobang yang besar. Oleh sebab itu, suatu strategi harusnya dapat selalu dikontrol. g. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah

dicapai

Jangan menyusun strategi di atas kegagalan.

h. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.

Grant (2005) dalam Cliff Bowman and Ve´ronique Ambrosini

(2007:363) menyebutkan bahwa:

One of the questions that this special issue of Management Decision seeks to address is that of hierarchical strategies or strategy levels. Traditionally competitive strategy relates to how a strategic business unit (SBU), be it a stand alone firm or a division of a larger corporation, competes within a particular market, and corporate strategy relates to how a corporation manages a set of businesses (Grant, 2005).

Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa salah satu pertanyaan yang

berkaitan dengan issu tentang keputusan manajemen yaitu mengenai hirarki

strategi atau level strategi. Dalam jurnal tersebut menjelaskan tentang

perbedaan dari strategi kompetitif tradisional dan strategi korporasi. Strategi

kompetitif tradisional lebih menekankan bagaimana suatu strategi dari unit

bisnis berdiri sendiri sebagai sebuah firma atau bagian dari sebuah organisasi

besar, saling berkompetisi dalam pangsa pasar. Sedangkan strategi korporasi

lebih menekankan bagaimana sebuah organisasi mengelola/memanage

(24)

commit to user

B. Pemberdayaan

Kata pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa inggris

empowerment” yang berarti “ pemberian kekuasaan” karena power bukan

sekedar “daya’ tapi juga “kekuasaan’’, sehingga kata “daya” tidak saja

bermakna “mampu” tapi juga “mempunyai kuasa” (Wrihatnolo dan

Dwijowijoto, 2007:1).

Definisi Pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi”, bukanlah

sebuah “proses instan” ,pemberdayaan mempunyai tiga tahapan, secara

sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : (Wrihatnolo dan

Dwidjowijoto, 2007:2)

1. Penyadaran.

Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi “pencerahan” dalam

bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai

“sesuatu”. Program-program yang dapat dilakukan pada tahap ini misalnya

memberikan pengetahuan yang bersifat kognisi, belief dan healing. Prinsip

dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu

(membangun”demand”) diberdayakan, dan proses pemberdayaan itu dimulai

dari diri mereka sendiri.

2. Pengkapasitasan.

Disebut “capacity building” atau memampukan. Untuk diberikan daya atau

kuasa yang bersangkutan harus mampu terlebih dahulu. Misalnya, sebelum

memberikan otonomi daerah, seharusnya daerah-daerah yang hendak

(25)

commit to user

mereka cakap dalam mengelola otonomi yang diberikan. Proses capacity

building terdiri dari tiga jenis, yaitu manusia, organisasi, dan sistim nilai.

3. Pemberian daya itu sendiri atau “empowerment” dalam makna sempit.

Pada tahap ini, kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.

Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki. Pokok

gagasannya adalah bahwa proses pemberian daya atau kekuasaan diberikan

sesuai dengan kecakapan penerima.

Duncan (dalam Ronald Nangoi, 2004:7) mengemukakan bahwa

pemberdayaan menyediakan lebih banyak sumberdaya kreatif dari suatu organisasi.

Pemberdayaan mengaktifkan dan memberi energi kepada orang-orang untuk

berusaha secara individu mengejar yang lebih baik.

Pemberdayaan adalah proses yang alamiah, dalam arti kita alami

dalam kehidupan wajar sehari-hari. Meskipun kehidupan itu adalah proses

yang alami, kehidupan pun harus perlu di manajemeni. Jadi pemberdayaan

bukanlah semata-mata konsep politik, melainkan lebih pada suatu konsep

manajemen. Dan sebagai konsep manajemen, pada akhirnya pemberdayaan

harus mempunyai indikator keberhasilan. Indikator tersebut adalah :

(Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007:10)

1. Akses, artinya target yang diberdayakan pada akhirnya mempunyai

akses akan risorsis yang diperlukan untuk mengembangkan diri.

2. Partisipasi, yang berarti target yang diberdayakan pada akhirnya dapat

berpartisipasi mendayagunakan risorsis yang diaksesnya.

3. Kontrol, dalam arti target yang diberdayakan pada akhirnya mempunyai

(26)

commit to user

4. Kesetaraan, dalam arti pada tingkat tertentu saat terjadi konflik, target

mempunyai kedudukan sama dengan yang lain dalam hal pemecahan

masalah.

Dasar-dasar pemberdayaan menurut Dubois dan miley (1977) adalah : (

dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007 : 116)

1. Pemberdayaan adalah proses kerjasama antara klien dan pelaksana kerja secara

bersama-sama yang bersifat mutual benefit.

2. Proses pemberdayaan memandang sistem klient sebagai komponen dan

kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasil dan memberikan

kesempatan.

3. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi.

4. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman

khusus yang kuat dari pada keadaan yang menyatakan apa yang dilakukan.

5. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas

untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah proses

menyeluruh : suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok

masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan,

keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai

askes sistim sumberdaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyrakat.

Wrihatnolo dan dwijowijoto (2007:117), menyebutkan bahwa proses

pemberdayaan hendaknya meliputi :

1. enabeling (menciptakan suasana kondusif)

(27)

commit to user 3. protecting (perlindungan dari ketidakadilan) 4. supporting (bimbingan dan dukungan)

5. foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang)

Aileen Mitchell Stewart (1998:77) menjelaskan bahwa pemberdayaan

bukanlah cara manajemen yang gampang dan enak bagi seorang manajer yang

malas dan setengah-setengah, melainkan justru menuntut lebih banyak

kecakapan dan sumber daya manajerial. Pemberdayaan juga menuntut

digunakannya seperangkat kecakapan baru, yang meliputi:

1.Membuat mampu (enabling)

Membuat mampu berarti memastikan bahwa staf mempunyaisegala

sumber daya yang diperlukan untuk dapat diberdayakan secara penuh,

seperti waktu, personel, uang dan lain-lain.

2.Memperlancar (facilitating)

Merupakan kecakapan paling mendasar yang diperlukan oleh manajer

yang memberdayakan. Manajer yang memberdayakan memandangnya

sebagai tugas pokok manajemen untuk meniadakan segala halangan,

rintangan dan penundaan yang menghalangistaf untuk melakukan

pekerjaan sebaik-baiknya.

3.Berkonsultasi (consulting)

Manajer yang memberdayakan perlu menggunakan pengetahuan dan

pengalaman dan memanfaatkannya untuk berkonsultasi dengan staf yang

(28)

commit to user

4.Bekerjasama (collaborating)

Berkonsultasi saja tidak cukup, tetapi dalam program pemberdayaan

manajer hendaknya juga bekerjasama sepenuhnya dengan staf. Hanya

dengan bekerjasama secara bebas, terbuka, dan penuhlah, seluruh

kekayaan kecakapan dan pengetahuan dalam organisasi dapat

dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi.

5.Membimbing (mentoring)

Bertindak sebagai teladan dan dan pelatih bagi staf dan rekan-rekan

sekerja. Membimbing sangat fundamental bagi proses pemberdayaan:

sebelum kita dapat menerima sepenuhnya bahwa kita tidak harus

mengerjakannya sendiri- dan bahwa kita dapat mencapai lebih banyak

melalui orang lain- kita sesungguhnya belumlah siap untuk

memberdayakan staf kita.

6.Mendukung (supporting)

Manajer yang baik mengetahui perlunya mendukung staf dan membantu

mereka untuk dapat mandiri. Jika staf kita tidak merasa bahwa mereka

akan tetap mendapatkan dukungan kita sepenuh hati bahkan pada waktu

mereka membuat kesalahan –asalkan kesalahan itu terjadi akibat usaha

untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi- maka organisasi atau

departemen kita tidak akan pernah akan mencapai pemberdayaan secara

penuh.

Ginanjar Kartasasmita (1996: 159-160), membicarakan konsep

(29)

commit to user

pemberdayaan masyarakat digunakan dalam penelitian ini dengan asumsi

bahwa pedagang merupakan anggota dari masyarakat secara luas. Dalam

kerangka pembangunan nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan

melalui 3 jurusan :

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong (encourage), memotivasi, dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Pekuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan masukan atau input serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya.

3. Memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses

pemberdayaan harus dicegah yang lemah bertambah lemah karena kurang berdaya dalam menghadapi yang kuat oleh karena itu dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah sangat diperlukan. Melindungi disini tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi karena hal itu justru akan semakin melemahkan. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

Kristiadi (1977) melihat bahwa ujung dari pemberdayaan masyarakat

harus membuat masyarakat menjadi swadiri, mampu mengurusi dirinya

sendiri, swadana, mampu membiayai keperluan sendiri, dan swasembada,

mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan (dalam

(30)

commit to user

bahwa istilah pemberdayaan sering kali digunakan dalam konteks kemampuan

meningkatkan keadaan ekonomi individu (dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto,

2007 : 117).

Ada 3 strategi pemberdayaan yang umum dipakai atau dilaksanakan

yaitu : (Wrihatnolo dan dwidjowiyoto, 2007:119-120)

1. Pemberdayaan konformis

Pemberdayaan yang hanya berkutat di “daun” dan “ranting”. Karena

struktur sosial, ekonomi, dan politik yang ada sudah dianggap given,

pemberdayaan masyarakat hanya dilihat sebagai upaya meningkatkan daya

adaptasi terhadap struktur yang sudah ada. Bentuk aksi strategi ini adalah

mengubah sikap mental masyarakat yang tidak berdaya dan pemberian

bantuan, baik modal maupun subsidi. Program-program karitatif dan

sinterklas termasuk dalam kategori ini.

2. Pemberdayaan reformis

Pemberdayaan yang hanya berkutat di “batang”. Konsep ini tidak

mempermasalahkan tatanan sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang ada.

Yang dipersoalkan adalah praktik dilapangan atau pada kebijakan

operasional. Pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja

operasional dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas

(31)

commit to user 3. Pemberdayaan struktural

Pemberdayaan yang berkutat di “akar”. Strategi tersebut melihat bahwa

ketidakberdayaan masyarakat disebabkan oleh struktur sosial, politik,

budaya, dan ekonomi yang kurang memberikan peluang bagi kaum yang

lemah. Pemberdayaan harus dilakukan melalui transformasi struktural

secara mendasar dengan meredesign struktur kehidupan yang ada. Karena

sifat revolusionernya, konsep terakhir ini disebut juga critical paradigm.

Dari tiga strategi pemberdayaan di atas, strategi pemberdayaan pasar

oleh lurah Pasar Ayam termasuk ke dalam strategi pemberdayaan reformis.

Hal ini dilihat dari praktik dilapangan atau pada kebijakan operasional.

Pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja operasional

dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas SDM, penguatan

kelembagaan, dan sebagainya.

Spreitzer (1995a, b, 1997) dalam Jean-Se´bastien Boudrias his

colleagues ( 2009:626):

Empowered individuals:

(1) find meaning in their work role;

(2) feel competent to perform their work role;

(3) have a feeling of self-determination with regard to specific means to achieve expected results; and

(4) believe that they can have a real impact on organizational outcomes.

Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat

itu meliputi menemukan arti dari cara kerja mereka, adanya rasa bersaing

(32)

commit to user

menghormati dalam arti khusus untuk mencapai hasil yang diharapkan, serta

percaya bahwa mereka memiliki pengaruh yang nyata dalam keluaran/hasil

organisasi.

Dari berbagai pandangan mengenai pemberdayaan di atas dapat

disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses untuk mendorong

masyarakat agar lebih mandiri agar mereka dapat menunjukkan kemampuan

mereka bahwa mereka mampu untuk berkreasi, berinovasi dan membuktikan

bahwa mereka memiliki pengaruh bagi pencapaian tujuan organisasi.

C. Strategi Pemberdayaan

1. Pemberdayaan Pasar Tradisional

Menurut peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 3 tahun 1993

tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 5

tahun 1983 tentang pasar, yang dimaksud pasar adalah tempat dengan

batas-batas tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai

tempat berkumpul dan bertemunya pedagang/ pengusaha dengan pembeli

dengan maksud untuk terwujudnya jual beli yang secara langsung

memperdagangkan barang dan jasa.

Dari pengertian diatas maka pasar itu ditetapkan oleh pemerintah

Daerah, yang menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk

berinteraksi dan saling berhubungan untuk melakukan jual beli atas barang

atau jasa tertentu. Dalam hal ini pasar Ayam adalah tempat bertemunya

pedagang dan pembeli atas barang dagangan dimana yang diperjualbelikan

(33)

commit to user

Pasar merupakan bagian dari usaha kecil. Hal ini dijelaskan dalam

peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007 tentang

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan

TokoModern yang menjelaskan bahwa:

“pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjuallebih dari satu yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun dengan sebutan lainnya. Sedangkan pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah. Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa took, kios,los dan tenda yang dimilik/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar”.

Usaha kecil seperti pasar perlu diberdayakan agar mampu

memanfaatkan peluang usaha yang dimiliki dan menjawab tantangan

sehingga mampu meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan

masyarakat. Pemberdayaan pasar merupakan strategi untuk menumbuhkan

iklim usaha agar pasar dapat tumbuh kokoh dan mampu menggali potensi

yang dimilki sehingga bias bermanfaat bagi Negara.

Adapun tujuan pemberdayaan usaha kecil yang termuat dalam

pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 adalah:

1) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan;

2) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha kecil menjadi

(34)

commit to user

3) Meningkatkan peran usaha kecil dalam pembangunan daerah,

penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan

ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20

tahun 2008 dimaksudkan untuk meningkatkan peran usaha kecil dan mikro

dalam perekonomian Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 20

tahun 2008 bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa pemberdayaan usaha kecil

adalah:

“upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk pertumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri”

Yang dimaksud dengan iklim usaha adalah kondisi yang

diupayakan pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberdayakan

usaha mikro, kecil, dan menengah secara sinergis melalui penetapan

berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan diberbagai aspek

kehidupan ekonomi agar usaha mikro, kecil dan menengah memperoleh

pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan usaha

yang seluas-luasnya (pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008).

Iklim usaha yang ditumbuhkan pemerintah dan pemerintah daerah sebagai

obyek yang diberdayakan meliputi aspek-aspek pendanaan, sarana dan

prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan

berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan (bab V pasal 7 ayat

(35)

commit to user

Selanjutnya yang dimaksud Pemerintah menumbuhkan iklim usaha

dan aspek kesempatan berusaha antara lain melalui kebijaksanaan untuk

menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di

pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat,

lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima,

serta lokasi lainnya.

Dengan melihat beberapa konsep diatas maka pemberdayaan pasar

tradisional menurut peneliti adalah upaya yang dilakukan pemerintah

melalui penumbuhan iklim usaha, pembinaan, pengembangan serta

pembiayaan sehingga pasar tradisional mampu menumbuhkan dan

memperkuat dirinya menjadi pasar tradisonal yang tangguh dan mandiri.

2. Strategi Pemberdayaan Pasar Oleh Lurah Pasar Ayam dalam

Pencapaian Target Retribusi Tahun 2010

Berdasarkan konsep Strategi dan Pemberdayaan di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa strategi pemberdayaan pasar adalah segala keputusan

atau kebijakan yang yang dilakukan melalui berbagai tindakan untuk

menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha di pasar agar usaha

tersebut menjadi kokoh, tangguh dan mandiri. Selain itu menurut

Wrihatnolo dan dwidjowiyoto (2007:23) dapat disimpulkan bahwa Strategi

Pemberdayaan adalah mengenai penetapan tujuan (tujuan strategi yaitu

untuk keberdayaan masyarakat) dan mengalokasikan/menyesuaikan

sumber daya dengan peluang (strategi berbasis sumber daya) sehingga

(36)

commit to user

untuk lebih mampu merencanakan, membangun dan memelihara hasil

kegiatan secara mandiri. Strategi Pemberdayaan diterapkan ke dalam

berbagai program yang menggunakan prinsip dasar bahwa apabila

mempunyai kesempatan untuk mengambil keputusan secara mandiri,

masyarakat akan berbuat yang terbaik bagi diri mereka, keluarga, dan

masyarakatnya.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Melalui otonomi daerah, suatu

daerah diharapakan dapat menggali potensi daerahnya sendiri karena lebih

mengetahui struktur dan potensi daerahnya.

Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta merupakan induk dari

Pasar Ayam Semanggi, sehingga kebijakan yang ditetapkan DPP Kota

Surakarta berlaku juga di Pasar Ayam Semanggi. Kebijakan yang

ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar guna menciptakan kondisi pasar yang

bersih, tertib, aman dan nyaman, serta mengoptimalkan kontribusi pasar

guna mendukung kelancaran pembangunan pemerintah daerah adalah

dengan menumbuh kembangkan dan memberdayakan pasar melalui

(37)

commit to user

Pemberdayaan pasar tradisional adalah upaya yang dilakukan

pemerintah melalui penumbuhan iklim usaha, pembinaan, pengembangan

serta pembiayaan sehingga pasar tradisional mampu menumbuhkan dan

memperkuat dirinya menjadi pasar tradisonal yang tangguh dan mandiri.

Dalam rencana strategis tahun 2006-2011 Dinas Pengelolaan Pasar

halaman 7, memiliki strategi dan kebijakan untuk lebih memberdayakan

pasar tradisional yaitu melalui:

a. Program pemeliharaan pasar

Pemeliharaan fasilitas pasar dilakukan dengan pemeliharaan sarana

dan prasarana pasar.

b. Program pengembangan pengelolaan persampahan pasar

Peningkatan kebersihan pasar dilakukan melalui penambahan

maupun pengantian alat kebersihan di masing-masing pasar.

c. Program pembangunan atau renovasi pasar

Pembangunan (renovasi) dilakukan untuk meningkatkan

kenyamanan pasar. Dalam pembangunan juga diikuti dengan

penambahan fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di pasar.

d. Program peningkatan keamanan dan ketertiban pasar

Peningkatan keamanan dan ketertiban pasar dilakukan melalui

pembinaan petugas keamanan pasar.

e. Program pembinaan pedagang pasar

Pembinaan dilakukan dengan melakukan penyuluhan terhadap para

(38)

commit to user

Berdasarkan Renstra tersebut maka indikator yang digunakan

untuk menjelaskan strategi pemberdayaan pasar di Pasar Ayam Semanggi

adalah pembangunan pasar, pemeliharaan pasar, pengembangan

pengelolaan persampahan pasar,

Berdasarkan Renstra SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)

Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Tahun 2010-2015 halaman 12-13,

kebijakan yang dirumuskan adalah menumbuhkembangkan dan

memberdayakan perekonomian masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, sarana dan prasarana dan fasilitas pasar yang cukup memadai

guna menciptakan kondisi pasar yang bersih, tertib, aman dan nyaman

serta mengoptimalkan kontribusi pasar guna mendukung kelancaran

pembangunan pemerintah daerah. Dari penjelasan diatas maka tujuan akhir

dari kebijakan tersebut adalah untuk menumbuhkembangkan dan

memberdayakan perekonomian masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh Prijo (1996) yang menjelaskan bahwa istilah

pemberdayaan sering kali digunakan dalam konteks kemampuan

meningkatkan keadaan ekonomi individu (dalam Wrihatnolo dan

dwijowijoto, 2007 : 117).

Dengan terciptanya suasana kondusif di lingkungan Pasar Ayam

Semanggi maka diharapkan pasar tersebut mampu tumbuh dan

berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Hal ini sesuai

dengan konsep pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang

(39)

commit to user

pemberdayaan dilakukan untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan

usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu

tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Untuk

menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha maka fasilitas ataupun

sarana dan prasarana pasar juga harus memadai. Artinya kelengkapan dan

ketersediaan fasilitas pasar harus disesuaikan dengan kebutuhannya.

Dalam peningkatan fasilitas pasar, di pasar Ayam disediakan RPU (Rumah

Pemotongan Unggas), sarana dan prasarana kebersihan serta fasilitas

lainnya seperti toilet dan mushola.

D. Retribusi Daerah dan Retribusi Pasar

1. Retribusi Daerah

Dalam Undang-undang nomor 34 tahun 2004 tentang pajak dan

retribusi daerah pasal 1 (26) disebutkan bahwa Retribusi Daerah atau retribusi

adalah segala pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian

izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan

Menurut Suparmoko (2000:94) menjelaskan,

“Retribusi ialah suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan antara balas jasa yang

langsung diterima dengan pembayaran-pembayaran retribusi

tersebut.Misalnya uang kuliah,uang langganan air minum, uang langganan listrik.”

Dari pendapat diatas maka retribusi merupakan pembayaran dari

rakyat atas jasa yang disediakan oleh pemerintah disebabkan rakyat

(40)

commit to user

mereka yang memanfaatkan jasa atau fasilitas yang disediakan oleh

pemerintah.

Untuk dapat menetukan dasar pengenaan retribusi atau objek retribusi

terhadap potensi pendapatan daerah, maka perlu dilakukan penilaian terhadap

potensi pendapatan daerah tersebut. Ada beberapa criteria yang harus dipenuhi

agar potensi pendapatan daerah yang dapat dikenai retribusi, yaitu kecukupan

dan elastisitas, keadilan, kemampuan administrasi, kesepakatan politik dan

penilaian retribusi oleh pemerintah daerah ( Davey, 1988 dalam Kesit

Bambang Prakoso 2005:57).

1. Kecukupan dan Elastisitas

Retribusi harus memiliki kecukupan dan elastisitas artinya retribusi

harus responsive terhadap variable-variabel yang mempengaruhinya.

2. Keadilan

Struktur tarif retribusi secara tradisional bersifat regresif, artinya

semakin tinggi dasar pengenaan retribusinya semakin turun tarifnya. Hal

ini sangat menguntungkan bagi mereka yang kaya atau berada pada

industry besar dan menengah. Maka dari itu tariff retribusi harus dibuat

kurang regresif atau bersiifat adil bagi semua masyarakat.

3. Kemampuan Administrasi

Secara teoritis retribusi mudah untuk ditaksir dan dipungut. Namun

prakteknya terdapat kesulitan seperti masalah teknis, masalah

menyangkut keinginan politik untuk mengenakan sanksi, dan masalah

(41)

commit to user

untuk mentukan jenis retribusi sehingga pemungutannya juga berjalan

lancer.

4. Kesepakatan Politik

Penentuan besarnya tariff retribusi ataupun peningkatan tariff retribusi

seringkali memerlukan adanya keputusan-keputusan politik tertentu.

5. Penilaian Retribusi oleh Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah berhak menetukan besarnya tariff retribusi di

wilahnya sepanjang kenaikan tariff tersebut berdampak akan lebih

meningkatkan pelayanan Pemerintah Daerah kepada masyarakat.

2. Retribusi Pasar

Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 3 tahun 1993 tentang

Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 5 tahun 1983

tentang Pasar, bahwa pengertian retribusi pasar adalah “sejumlah uang yang

harus dibayar oleh pedagang/pengusaha yang memperoleh manfaat dari

adanya pasar termasuk pasar swasta atau tempat umum dan wilayah pasar.

Dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 tahun 1999 tentang

retribusi pasar pasal 2 disebutkan bahwa “dengan nama retribusi pasar

dipungut retribusi bagi setiap organisasi atau badan yang memperoleh fasilitas

pasar. Itu artinya semua fasilitas pasar yang disediakan oleh pemerintah kota

Surakarta yang dimanfaatkan oleh masyarakat dikenai retribusi pasar. Untuk

memanfaatkan fasilitas pasar tersebut maka para pedagang atau masyarakat

harus mendapatkan izin penempatan dari pejabat yang ditunjuk. Dengan

(42)

commit to user

Pemerintah Daerah kepada setiap pedagang yang memanfaatkan fasilitas

pasar.

E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori-teori di atas, maka diperlukan adanya suatu

kerangka pemikiran yang jelas. Kerangka dasar pemikiran digunakan sebagai

dasar suatu landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang

digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya dengan rumusan masalah

yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk lebih

memudahkan pembaca dan penguji dalam memahami penelitian mengenai

”Strategi Pemberdayaan oleh Lurah Pasar Ayam dalam Pencapaian Target

Retribusi Pasar yang Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta

Tahun 2010”. Selain itu, kerangka pemikiran merupakan landasan berpikir

bagi penulis, yang digunakan sebagai pemandu dan petunjuk arah yang

hendak dituju. Berdasarkan Teori yang ada, maka kerangka dasar pemikiran

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1

Skema Kerangka Pemikiran

Pasar Ayam Surakarta

Target Retribusi Pasar Ayam

Strategi Pemberdayaan oleh Lurah Pasar Ayam: 1. Pemeliharaan Pasar

2. Pengembangan pengelolaan persampahan pasar

3. Pembangunan Pasar

4. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Pasar 5. Pembinaan Pedagang Pasar

Faktor Pendukung

Faktor Penghambat

(43)

commit to user

Pasar Ayam merupakan tempat jual beli hewan ternak yaitu ayam dan

kambing. Awalnya hanya ayam saja yang menjadi komoditi utama, namun

seiring berjalannya waktu komoditi unggas dan kambing juga masuk ke pasar

ayam. Tapi untuk burung tidak termasuk dalam komoditi di pasar ayam.

Pasar Ayam secara nyata mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat

akan kebutuhan daging ayam dan kambing. Apalagi ketika hari raya kurban

atau idul fitri, maka kebutuhan akan daging ayam maupun kambing semakin

meningkat. Keberadaan pasar ayam tentunya juga memberikan sumbangan

bagi pemasukan kas daerah atau pendapatan asli daerah melalui retribusi

pasar.

Sebagai salah satu pasar tradisional yang turut memberi kontribusi bagi

penerimaan pendapatan asli daerah, maka seluruh pegawai pasar Ayam harus

berusaha semaksimal mungkin di dalam mencapai target retribusi pasar sesuai

yang telah ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Di dalam

pelaksanaan pemungutan retribusi pasar, terdapat kekuatan, kelemahan,

peluang, dan tantangan. Untuk factor kekuatannya adalah produk yang

berkualitas tinggi atau baik, keramahan dan keseriusan Lurah Pasar Ayam

beserta staff dalam memberikan pelayanan kepada pedagang. Seluruh pegawai

dengan serius selalu menjaga kebersihan pasar. Sementara kelemahan yang

(44)

commit to user

Pasar Ayam adalah apabila pedagang banyak yang tutup maka hal ini menjadi

kendala bagi penarikan retribusi, karena ketika akan dipungut retribusi,

pedagang yang bersangkutan tidak ada. Selain itu kelemahan lainnya adalah

perilaku wajib retribusi yang seringkali menunda pembayaran retribusi. Yang

menjadi tantangan adalah penyakit atau virus yang bisa muncul seperti flu

burung. Yang menjadi kekuatan pencapaian target retribusi pasar ayam adalah.

Yang menjadi peluang adalah kehadiran pejabat yang datang atau meninjau

Pasar ayam serta adanya penyemprotan berkala setiap sebulan sekali dari

Dinas Pertanian Kota Surakarta untuk mengantisipasi berbagai penyakit yang

akan muncul. Dengan adanya penyemprotan tersebut menjadi peluang bagi

pencapaian target retribusi pasar Ayam Semanggi, karena pedagang maupun

pembeli merasa mendapat jaminan bahwa barang dagangan mereka

berkualitas baik dan tidak menularkan penyakit.

Untuk meningkatkan kegiatan ekonomi serta jual beli di pasar ayam,

maka diperlukan strategi yang tepat untuk mencapai hasil optimal dalam

penerimaan atau pendapatan. Strategi itu dilakukan dengan pemberdayaan

pasar melalui pembangunan pasar, pemeliharaan pasar, pengembangan

pengelolaan persampahan, peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, serta

pembinaan pedagang pasar yang diharapkan dapat berdampak langsung pada

pembayaran retribusi pasar oleh pedagang yang memanfaatkan fasilitas

pelayanan pasar ayam yang disediakan oleh pemerintah Kota Surakarta.

Berdasarkan Renstra SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas

(45)

commit to user

yang dilaksanakan adalah untuk menumbuhkembangkan dan memberdayakan

perekonomian masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Prijo (1996) yang menjelaskan bahwa istilah pemberdayaan sering kali

digunakan dalam konteks kemampuan meningkatkan keadaan ekonomi

individu (dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007 : 117).

Dengan terciptanya suasana kondusif di lingkungan Pasar Ayam

Semanggi maka diharapkan pasar tersebut mampu tumbuh dan berkembang

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Hal ini sesuai dengan konsep

pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008

bab 1 pasal 1 yang menyatakan bahwa pemberdayaan dilakukan untuk

menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil,

dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang

tangguh dan mandiri. Berdasarkan Undang-Undang diatas, Renstra DPP kota

Surakarta tahun 2006-2011, dan Renstra SKPD Dinas Pengelolaan Pasar Kota

Surakarta Tahun 2010 maka untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan

usaha di pasar Ayam itulah maka dipilihlah indikator pembangunan pasar,

pemeliharaan pasar, pengembangan pengelolaan persampahan pasar,

peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, serta pembinaan pedagang pasar

dalam strategi pemberdayaan pasar ini.

Menurut Spreitzer (1995a, b, 1997) dalam Jean-Se´bastien Boudrias

his colleagues ( 2009:626) bahwa empowerment individuals: have a feeling of

self-determination with regard to specific means to achieve expected results;

Gambar

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Retribusi Pasar Ayam
Tabel 1.2 Rincian Target Retribusi Pasar Ayam Semanggi
Tabel 1.3 Rincian Biaya Retribusi untuk Pedagang Plataran
  Tabel 1.5 Rincian Biaya Retribusi Pasar Pedagang Los
+7

Referensi

Dokumen terkait

Struktur Bayesian Network Dari Data Tidak Lengkap,” dalam SESINDO.. 2010-Jurusan Sistem Informasi ITS ,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap turut serta melakukan tindak pidana pemerasan

Utang menurut Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang

simpang yang kecil.. d) Tidak adanya rambu lalu lintas sehingga kendaraan terlihat padat.. dan menyebabkan

Namun Pantai terbanyak terletak di wilayah kabupaten Gunung Kidul yang mana memiliki lokasi saling berdekatan di setiap pantainya, diantaranya Pantai Baron, Pantai Kukup,

High inflation and interest rates tend to make Multinational Corporation. (MNC) not invest

Data pendukung yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang memengaruhi kemampuan menerima dan mengolah informasi dengan usaha mental siswa selama

Manajemen pemeriksaan mencakup kegiatan perencanaan strategis, perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan pelaporan hasil seluruh jenis pemeriksaan yang