• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap peserta yang telah menyelesaikan seluruh proses pembelajaran dengan minimal kehadiran 95% akan diberikan sertifi kat kepesertaan pelatihan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dengan memperoleh 2 (dua) angka Kredit, ditandatangani oleh Kepala Pusdiklat Aparatur atas nama Menteri Kesehatan.

MATERI INTI 6 TEKNIK MELATIH

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pada setiap pelatihan, tugas utama seorang Pelatih atau Fasilitator adalah melatih/memfasilitasi peserta pelatihan untuk belajar dengan lebih baik secara bersama-sama. Dengan kata lain fasilitator harus menguasai teknik memfasilitasi peserta untuk “belajar bagaimana caranya belajar“. Untuk itu, fasilitator hendaknya tidak hanya mengembangkan minatnya dalam isi/substansi tapi juga dalam hal bagaimana proses peserta pelatihan belajar. Pada umumnya, semakin mampu seorang fasilitator menjaga kendali atas dirinya sendiri, untuk tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran, akan semakin baik fasilitator tersebut melakukan fasilitasi. Fasilitator harus menguasai teknik melatih/pembelajaran orang dewasa mulai dari merancang pelatihannya, melaksanakan proses pembelajaran, melaksanakan pengendalian dan evaluasi proses pelatihan tersebut sehingga tercapai tujuan kurikuler yang telah ditetapkan. Dengan demikian pelatih/ fasilitator dapat memfokuskan perhatiannya pada proses pembelajaran agar dapat melakukan fasilitasi secara maksimal, bukannya mengajar. Modul ini menguraikan bagaimana fasilitator mengembangkan ketrampilannya melalui tahapan fasilitasi proses pembelajaran sehingga dapat berperan penuh dan menampilkan dirinya sendiri dengan segala kreatifi tasnya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum:

Meningkatnya kemampuan peserta dalam melaksanakan Teknik melatih/fasilitasi pada pelatihan tenaga pelaksana Program BPJS .

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah sesi ini selesai, peserta diharapkan mampu: 1. Menjelaskan konsep pembelajaran orang dewasa 2. Merancang pelatihan

3. Melaksanakan proses pembelajaran pelatihan

4. Melaksanakan pengendalian proses pelatihan Melaksanakan evaluasi proses pelatihan

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 1. Konsep Pembelajaran orang dewasa

a. Cara Belajar Orang Dewasa (CBOD) b. Peran sebagai Pelatih/Fasilitator

2. Perancang pelatihan tenaga pelaksana Program BPJS

a. Kurikulum dan GBPP

b. Satuan Acara Pembelajaran (SAP)

3. Proses pembelajaran pelatihan tenaga pelaksana BPJS

a. Menciptakan iklim pembelajaran b. Metode pembelajaran

c. Media dan alat bnatu pembelajaran d. Teknik presentasi interaktif

4. Pengendalian proses pelatihan tenaga pelaksana BPJS

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Fasilitator memperkenalkan diri dan menjelaskan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai;

2. Fasilitator menjelaskan konsep Pembelajaran orang dewasa;

3. Fasilitator menjelaskan perancang pelatihan

4. Fasilitator menjelaskan tentang proses pelatihan/ fasilitasi

5. Fasilitator menjelaskan cara pengendalian proses pelatihan

6. Fasilitator menguraikan tentang pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran.

V. URAIAN MATERI

Tujuan dari pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kepedulian, komitmen, dan partisipasi aktif dari para pelaksana program.

Pada modul ini akan dibahas beberapa metode pembelajaran yang dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok besar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, yaitu (1) metode pembelajaran yang ditujukan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada peserta dan (2) metode pembelajaran untuk membantu dalam peningkatan kemampuan sikap dan ketrampiulan peserta.

Salah satu tujuan dari modul ini adalah membantu fasilitator untuk menggunakan pengetahuan, pemikiran, dan keterampilan dasar yang sudah dimiliki dalam bekerja dengan peserta. Seseorang tidak akan langsung menjadi seorang fasilitator yang efektif hanya dengan membaca sebuah buku. Fasilitator perlu menggabungkan pengalaman, umpan-balik, observasi dan refl eksi guna

membangun kompetensi, karena kenyataan menunjukkan bahwa pengalaman adalah alat pembelajaran yang paling efektif.

Pokok Bahasan 1: Konsep Pembelajaran Orang Dewasa A. Cara Belajar Orang Dewasa (CBOD)

Peserta latih pada Pelatihan Program API adalah peserta belajar dewasa (adult learners). Pelatih/ Fasilitator harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa, antara lain seperti berikut:

1. Orang dewasa memiliki konsep diri, nilai, keyakinan dan pendapat.

2. Orang dewasa mempunyai banyak pengalaman dan kaya akan informasi. Pengalaman peserta tidak bisa diabaikan atau bahkan dilecehkan. Sebagai peserta mereka merupakan sumber belajar bagi yang lain termasuk bagi fasilitator. Mereka setara dengan fasilitator dengan asumsi bahwa mereka datang ‘bukan tanpa isi’.

3. Orang dewasa mempunyai gaya dan kesiapan belajar yang tidak sama pada setiap orang. Gunakan beberapa strategi dan metode pembelajaran yang tepat.

4. Orang dewasa mempunyai kebutuhan sangat besar untuk mengarahkan dirinya sendiri. Mereka memiliki orientasi waktu dan arah belajar yang jelas. Atur beberapa saat tertentu untuk istirahat. Meskipun hanya peregangan badan selama 2 menit, akan sangat bermanfaat.

5. Orang dewasa mempunyai kebanggaan. Beri dukungan peserta sebagai perorangan. Kepercayaan diri dan kepribadian seseorang akan menjadi resiko di dalam lingkungan kelas yang tidak aman dan mendukung. Peserta tidak akan berani bertanya atau berpartisipasi dalam pembelajaran jika ada kekhawatiran diremehkan atau tidak dihargai.

Kesempatan diberikan merata dan adil pada semua peserta.

6. Orang dewasa cenderung belajar dengan berorientasi kepada masalah. Upayakan belajar dalam format yang praktis dengan menggunakan metode audio-visual, raba dan partisipatori. Melalui metoda dan teknik pembelajaran yang sangat bervariasi seperti: studi kasus, kelompok pemecahan masalah dan kegiatan partisipatori lainnya seperti demonstrasi, tugas praktek, dll akan sangat meningkatkan kemampuan pembelajaran. Orang dewasa umumnya ingin segera menerapkan informasi atau ketrampilan baru kepada masalah atau situasi terkini.

B. Peran Sebagai Pelatih/ Fasilitator

Agar dapat berperan sebagai Pelatih/Fasilitator, hendaknya dipahami hal-hal sebagai berikut :

1. Hindari menggurui & memaksakan kehendak 2. Hindari menyalahkan pelatih lain didepan peserta 3. Jangan langsung menjawab pertanyaan, beri

kesempatan pada peserta yg lain

4. Hindari menguraikan sesuatu secara berbelit

5. Hindari memberi contoh dengan menguraikan pengalaman pribadi berlebihan.

Selain itu ada beberapa persiapan yang harus dilaksanakan dan dikuasai, antara lain sebagai berikut:

1. Mempersiapkan topik & bahan yang akan disampaikan 2. Mempersiapkan metoda pembelajaran yg efektif bagi

orang dewasa

4. Mampu berkomunikasi dengan baik 5. Memiliki kemampuan mengelola waktu 6. Memiliki sifat fl eksibel dan terbuka 7. Menunjukan penampilan yang rapi

Pokok Bahasan 2: Perancang Pelatihan Pengertian Pelatihan:

Adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan atau menunjang pengembangan karir tenaga/SDM dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Agar tujuan pelatihan dapat tercapai sesuai kompetensi yang harus diperoleh peserta, maka sebelum pelatihan berlangsung harus terlebih dahulu disusun Kurikulum pelatihan tersebut, sama seperti halnya pada proses pendidikan. Selain itu untuk berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik diperlukan pula GBPP dan SAP. (Biasanya kurikulum dan GBPP sudah dipersiapkan saat menyusun Modul Pelatihan.)

A. Penyusunan Kurikulum dan GBPP

1. Penyusunan Kurikulum

Pengertian Kurikulum:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metoda yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.

Fungsi Kurikulum:

a. Perencanaan pelaksanaan pelatihan/

pembelajaran (Curriculum is plan for learning) b. Menentukan materi yang akan dipelajari, kegiatan

yang harus dilaksanakan dan pengalaman yang harus diperoleh (curriculum is matter of choice) c. Pemandu pelatihan untuk mencapai tujuan

d. Sentral dari kegiatan pelatihan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pelatihan

Komponen Kurikulum, adalah sebagai berikut: I. Pendahuluan:

1. Latar belakang 2. Filosofi

II. Sasaran dan Kompetensi yang diharapkan pasca pelatihan

III. Tujuan Pelatihan IV. Materi Pelatihan:

1. Struktur Program

2. Garis2 Besar Pokok Pembelajaran (GBPP) V. Alur Proses Pembelajaran:

1. Proses Pembelajaran

2. Metoda dan Media pembelajaran VI. Tempat dan waktu pelatihan

VII. Monitoring dan Evaluasi Pelatihan VIII. Akreditasi dan Sertifi kasi Pelatihan

2. Penyusunan GBPP (Garis-Garis Besar Program Pembelajaran)

Pengertian GBPP:

Menurut literatur adalah Course Outline yang merupakan rumusan dan pokok-pokok isi materi pembelajaran. GBPP merupakan bagian suatu kurikulum pelatihan dan disusun berdasarkan tujuan kurikuler (pelatihan) khusus yang berisi kompetensi umum. Kompetensi ini diharapkan dapat dicapai dan dimiliki peserta setelah mengikuti sesi bersangkutan.

Komponen–komponen yang dikandung GBPP meliputi:

a. Judul materi pembelajaran, yaitu judul substansi sesuai pengetahuan atau ketrampilan yang dilatihkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Tujuan pembelajaran, yaitu arah yang harus dicapai setelah sesi materi berakhir. Tujuan pembelajaran menggambarkan kompetensi yang harus dapat dicapai peserta latih setelah selesai mengikuti sesi materi. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan rumusan ABCD, yaitu:

A = (Audience/ada subyek yang belajar),

B = (Behaviour/kata kerja operasional

mengacu pada taksonomi BLOOM), C = (Condition/kondisi yang dicapai pada

akhir sesi), dan

D = (Degree/tingkat kualitas dan atau kuantitas kemampuan).

Di dalam merumuskan tujuan pembelajaran, tidak harus selalu lengkap mencakup ABCD, bisa saja cukup dengan ABC sesuai situasi.

c. Pokok Bahasan dan atau Sub Pokok Bahasan, yaitu bahasan yang terkandung dalam materi. Pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan dirumuskan sesuai dengan kompetensi yang telah dijabarkan dalam tujuan kurikuler pelatihan/ pembelajaran.

d. Alokasi waktu, yaitu waktu dari masing-masing kegiatan pembelajaran.

e. Metode pembelajaran, yaitu cara-cara dan teknik komunikasi yang digunakan oleh pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran.

f. Media pembelajaran, yaitu berbagai alat yang menggunakan isi materi pembelajaran secara fi sik digunakan untuk menyampaikan isi tersebut. Misalnya bahan cetak berupa buku, hand out, bahan digital, fi lm, dsb.

g. Alat bantu pembelajaran, yaitu seperangkat benda yang digunakan sebagai “pembantu“ fasilitator/ pelatih untuk mempermudah dan mempercepat proses penyampaian materi pembelajaran kepada peserta latih. Misalnya OHP, slide/ fi lm projector, manekin (boneka model anatomik), alat peraga, dsb.

h. Referensi, yaitu buku-buku atau sumber lainnya yang digunakan dalam menyusun materi pembelajaran. Cara menuliskan referensi bermacam-macam.

GBPP penting baik bagi fasilitator maupun bagi penyelenggara pelatihan. Untuk penyelenggara pelatihan dapat dipakai sebagai pegangan kunci untuk melaksanakan proses pembelajaran sesuai tujuan kurikuler yang akan dicapai, juga untuk merancang sequence/ urutan materi yg harus diberikan dalam pelatihan tersebut. Untuk fasilitator GBPP diperlukan dalam menyusun Satuan Acara Pembelajaran agar tetap berada di dalam ruang lingkup materi. GBPP disusun untuk seluruh sesi pembelajaran dalam satu pelatihan. Di bawah ini, tersedia 2 (dua) alternatif format GBPP yang dapat dipilih sesuai kebutuhan.

Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)

B. Satuan Acara Pembelajaran (SAP)

Apabila GBPP telah tersedia, kegiatan pelatih/fasilitator dilanjutkan dengan menyusun SAP atau Satuan Acara Pembelajaran dengan ketentuan berikut:

1. SAP atau Satuan Acara Pembelajaran adalah dokumen berisi skenario proses pembelajaran suatu topik tertentu dalam pelatihan.

2. SAP disusun untuk setiap sesi pertemuan. Format SAP disusun secara naratif agar dapat dioperasionalkan dengan mudah.

3. SAP dikembangkan berdasar semua komponen yang terdapat dalam GBPP.

4. SAP menguraikan secara rinci langkah demi langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan estimasi waktunya untuk masing-masing tahapan kegiatan tersebut. Uraian meliputi tiap tahap pembelajaran mulai dari pendahuluan hingga penutupan.

5. SAP diperlukan sebagai pegangan fasilitator dalam memfasilitasi, agar tidak menyimpang dari alur dan lingkup materi sajian pembelajaran.

6. SAP mengacu pada GBPP namun tidak persis sama dengan GBPP. Judul Materi Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan & Sub Pokok Bahasan Alokasi Waktu

Metode Media Alat Bantu Refe rensi 1. 2. 3. Dst.

Format SAP

Komponen SAP untuk satu sesi pembelajaran tercantum dalam format berikut ini :

1. Mata Diklat ( Materi Pembelajaran) 2. Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan 3. Waktu (hari, tgl, jam, durasi)

4. Tujuan Pembelajaran Umum 5. Tujuan Pembelajaran Khusus 6. Kegiatan Pembelajaran

a. Materi Pembelajaran b. Metode Pembelajaran

c. Langkah Kegiatan & Estimasi Waktu d. Media & Alat bantu Pembelajaran 7. Evaluasi

Pokok Bahasan 3: Pelaksanaan Proses Pembelajaran A. Penciptaan Iklim Pembelajaran Yang Kondusif

Pelatihan berorientasi pembelajaran memberi kesempatan kepada masing-masing peserta untuk memperoleh pemahaman dan ketrampilan mereka secara alamiah. Tiga karakteristik berikut diperlukan untuk membangun suasana pembelajaran efektif di kelas (Combs, 1976):

1. Atmosfi r belajar harus diciptakan agar dapat

memfasilitasi pencarian pengetahuan dan pemahaman baru. Peserta harus merasa aman dan diterima. Mereka perlu memahami risiko dan manfaatnya. Kelas harus mengakomodir pendekatan keterlibatan, interaksi dan sosialisasi sebagaimana orang bekerja menyelesaikan tugasnya.

2. Peserta harus diberi kesempatan secara berkala untuk menghadapi informasi dan pengalaman baru ketika proses berlangsung. Sekalipun demikian, kesempatan ini harus diatur sedemikian rupa agar peserta lebih banyak melakukan sesuatu daripada sekedar menerima informasi. Peserta harus diperbolehkan untuk mengkonfi rmasi tantangan baru dengan menggunakan pengalaman mereka di masa lalu tanpa dominasi fasilitator atau pemberi informasi. 3. Pengetahuan dan pemahaman baru harus diperoleh

melalui proses pencarian yang dilakukan secara mandiri. Metode yang digunakan mendorong pencarian secara mandiri tersebut sangat individual dan diadaptasikan pada gaya dan kecepatan belajar masing-masing. Pada pembelajaran orang dewasa lebih diterima apabila peserta dapat dilibatkan/ partisipasi secara penuh, misalnya melalui praktek, diskusi dsbnya.

Untuk itu, seorang fasilitator ketika memfasilitasi proses pembelajaran pada suatu pelatihan harus memiliki penguasaan dan kesiapan atas berbagai aspek yang berperan besar dalam pencapaian tujuan pelatihan. Kesiapan dapat diperoleh antara lain dengan memahami hal-hal berkaitan pengelolaan/mengendalikan dan mengorganisasikan kelas yang mencakup lingkungan fi sik dan lingkungan sosio-emosional. Tujuan pengelolaan kelas tentu saja agar tujuan pelatihan dapat tercapai secara efektif dan efi sien. Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah di kelas, maka perlu dilakukan pengelolaan kelas antara lain sebagai berikut :

1. Menciptakan iklim kelas yang baik (tindakan positif atau preventif).

Fasilitator menyampaikan bahasan dengan baik dan lancar, serta melibatkan peserta dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan dengan demikian mencegah timbulnya gangguan atau penyelewengan.

2. Memberikan motivasi

Motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan dasar, kebutuhan akan rasa aman, dan kebutuhan untuk diakui. Dalam proses pembelajaran, motivasi peserta dapat di tumbuhkan dengan memenuhi kebutuhan untuk di hormati dan dihargai dengan ikut berpartisipasi. Proses pembelajaran harus dilakukan tanpa ancaman, lakukan motivasi dengan cara yang wajar, alamiah, namun demikian tetap dijaga agar tidak berlebih-lebihan.

3. Memberi umpan balik positip kepada peserta

Fasilitator harus mempunyai kumpulan kata-kata positif pilihan. Peserta yang mendapat umpan balik positif akan menebarkan semangat positif kepada peserta lain. Peserta yang tersinggung atas umpan negatif akan menjadi masalah kelas yang menetap.

Learning is most effective when it’s fun. Dapat disimpulkan bahwa pelatih lebih banyak berperan sebagai manajer (pengelola) kelas, agar kegiatan pembelajaran bagi peserta dapat berlangsung dengan efi sien dan efektif. Hal ini sejalan dengan tuntutan perkembangan, bahwa pelatih harus lebih berperan sebagai fasilitator, motivator, dinamisator daripada sebagai penyampai informasi, penceramah apalagi operator.

B. Pemilihan Metode Pembelajaran 1. Pengertian

Metode pembelajaran adalah cara dan teknik komunikasi/transfer subject/materi yang digunakan oleh pelatih dalam melakukan proses interaksi pembelajaran dengan sasaran/peserta belajar, dalam untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Sudjana, N dan Rivai, A, 2000)

Pemilihan metode pembelajaran dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan subject/ materi pembelajaran. Pemilihan jenis metode pembelajaran yang akan digunakan tergantung pada banyak faktor, antara lain: kompetensi yang harus dicapai, kriteria dan jumlah peserta, tujuan materi, waktu dan sarana/ prasarana pembelajaran yang tersedia, kemampuan fasilitator dll.

2. Ragam metode Pembelajaran

Beberapa pilihan metode pembealajaran yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran di dalam kelas meliputi:

a. Ceramah/ kuliah/presentasi Pengertian:

Metode ceramah seringkali disebut metode kuliah (The Lecture Method). Dapat pula disebut dengan metode deskripsi. Metode ceramah merupakan metode yang memberikan penjelasan atau memberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh seorang fasilitator) tentang materi pembelajaran tertentu.

b. Brainstorming / curah pendapat (gagasan) Pengertian:

Curah pendapat adalah metode penggalian sebanyak mungkin ide, gagasan, dan pendapat dari peserta. Fasilitator melontarkan suatu topik, isu, atau permasalahan dan mendorong peserta untuk mengembangkan pendapat-pendapatnya dan orang lain bisa melengkapi. Curah pendapat pada prinsipnya meniadakan kritik terhadap setiap pendapat, membiarkan peserta bebas berimajinasi dan memberikan kontribusi masing-masing. Setiap kontribusi dicatat dan ditayangkan sehingga terlihat oleh seluruh peserta. Hal ini sangat membantu fasilitator untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta sebelum penyampaian materi oleh pelatih.

c. Latihan/Penugasan Praktek

Pengertian

Kegiatan yang dilakukan secara perorangan atau berkelompok untuk melaksanakan suatu tugas tertentu untuk mencapai suatu hasil berupa ketrampilan yang telah ditentukan dengan mengikuti pedoman yang ada. Latihan

memberikan suatu pengalaman belajar yang terstruktur. Kegiatan dapat berupa olah pikir, olah rasa (emosi), olah verbal atau olah motorik. Fasilitator perlu memiliki kemampuan untuk mempersiapkan bahan dan instrumen secara matang dan memilih jenis latihan yang tepat, antara lain: tugas praktek, assignment (penugasan) membahas/ menjawab pertanyaan/ soal esai, latihan verbal seperti latihan debat, diskusi dan dialog.

d. Role play/Bermain peran Pengertian

Peserta memerankan dirinya sebagai orang lain atau tokoh tertentu pada situasi yang dirancang secara spesifi k atau seperti situasi nyata dan melakukan dialog seperti permintaan skenario. Melalui penokohan tersebut, peserta melibatkan dirinya dalam situasi tertentu dan mengekspresikan sikapnya ketika berada dalam situasi tersebut. Penekanan permainan terletak pada karakter, sifat atau sikap yang perlu dianalisa dan peserta mampu menggunakan pengalaman tersebut dalam menghadapi permasalahan di tempat kerjanya.

Tunjuk beberapa pengamat yang bertugas mengamati dan mencatat kejadian selama role play dan lengkapi dengan instrumen pengamatan. Setelah selesai, para pengamat diminta menyampaikan hasil pengamatannya dan para pemeran diminta mengemukakan pengalamannya dalam memainkan perannya dan menganalisis peranan itu sendiri.

e. Simulasi Pengertian

Simulasi berasal dari bahasa inggris “Simulation” artinya tiruan. Situasi merupakan tiruan dan kegiatan yang dilakukan bersifat pura-pura atau tidak dalam kondisi sesungguhnya. Menanamkan pemahaman melalui pengalaman berbuat dalam situasi yang mirip sesungguhnya. Lebih tepat bila dikatakan bahwa simulasi meningkatkan ketrampilan tertentu dengan jalan “melakukan sesuatu“ dalam kondisi tidak nyata. Misalkan “melakukan pemadaman kebakaran “, atau “mengemudikan pesawat terbang”. Simulasi digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk memberi kesempatan kepada peserta meniru satu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari, yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya atau kegiatan yang akan dan harus dilakukannya. Fasilitator harus mempersiapkan skenario simulasi berikut prosedur tetap (protap) penggunaan alat-alat, urutan dan waktu untuk setiap langkah-langkah. Rinci dan jelas. Berikan umpan balik dari para pengamat atau fasilitator setelah simulasi dilakukan, setelah itu refl eksi peserta dan ditutup dengan rangkuman dari fasilitator.

f. Demonstrasi Pengertian

Metode ini dipakai dalam pembelajaran dengan cara mempertunjukan objek dan dan/atau memperagakan proses suatu ‘kegiatan’. Metode demonstrasi digunakan untuk memperjelas suatu objek dan proses suatu kegiatan bagi peserta,juga untuk memberi contoh.

Contoh: Demontrasi menolong persalinan, demonstrasi sampel air menggunakan Tehnologi Tepat Guna/TTG, dll.

g. Coaching Pengertian

Fasilitator membimbing intensif peserta di ‘kelas’nya secara perorangan. Di dalamnya digunakan metode demonstrasi, simulasi dan/ atau praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera untuk perbaikan.

Tujuannya adalah meningkatkan, mengembangkan dan memantapkan kualitas

kemampuan khususnya ketrampilan, sikap atau penampilan dalam melaksanakan atau menerapkan kegiatan atau prosedur tetap suatu jenis pelayanan tertentu.

Fasilitator (coach) menjelaskan langkah demi langkah kegiatan dengan menggunakan berbagai media (misal slides–videotape, model alat tertentu). Peserta mensimulasi ulang interaksi dan ketrampilan yang diperoleh dari coach pada alat kerja, dalam ruang yang telah ditata seperti di tempat kerja sebenarnya (misalnya: klinik, bengkel, dsb).

Contoh: bimbingan/coaching dilakukan untuk mempelajari dan menguasai teknik memasang infus dengan baik dan benar.

Fasilitator mempersiapkan sarana dan prasarana semirip mungkin dengan situasi nyata di tempat kerja dan memperagakan setiap langkah tindakan yang harus dilakukan, kemudian peserta mempraktikkan dengan bimbingan. Setelah dinilai mampu melaksanakan ketrampilan secara

benar dan mandiri, peserta diberi kesempatan menerapkan kemampuannya di tempat kerja/ lapangan dengan pengawasan pembimbing.

h. Studi kasus

Pengertian

Menurut Yin, R. (1996), studi kasus merupakan salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial, tapi bisa juga digunakan untuk masalah2 lain yang berkaitan dengan management. Studi kasus dapat menggambarkan isu administratif yang tipikal atau masalah yang berkaitan dengan organisasi. Secara ideal kasus diambil dari kehidupan nyata. Pernyataan masalah biasanya dinyatakan sekalipun tidak secara eksplisit. Penulis kasus akan menyediakan informasi tambahan tentang kegiatan organisasi, lingkungannya dan segala hal yang berkaitan dengan masalah itu. Kasus mengandung data cukup rinci, juga tidak terlalu umum (harus spesifi k dan jelas). Tujuannya juga untuk melakukan pembelajaran kepada peserta untuk menggunakan pendekatan problem solving (penyelesaian masalah). Hendaknya dipilih kasus yang yang tepat, realistis, praktis dan tidak mempunyai sifat berlebihan. Lebih baik jika berkaitan dengan ruang lingkup pekerjaan atau tugas sehari-hari.

i. Metaplan Pengertian

Meta Plan adalah metode yang hampir sama prinsipnya dengan curah pendapat (Brainstorming) merupakan metode penggalian sebanyak mungkin ide, gagasan, dan pendapat dari peserta. Fasilitator melontarkan suatu topik,

isu, atau permasalahan dan mendorong peserta untuk mengembangkan pendapat-pendapatnya dalam satu lembar kertas (kertas plano). Meta Plan pada prinsipnya meniadakan kritik terhadap setiap pendapat, membiarkan peserta bebas berimajinasi dan memberikan kontribusi masing-masing. Setiap kontribusi dicatat dan ditempelkan pada papan/dinding sehingga terlihat oleh seluruh peserta. Hal ini sangat membantu fasilitator untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta sebelum penyampaian materi oleh pelatih. Metode ini bisa juga digunakan untuk membuat rencana aksi yang idenyadiharapkan berasal dari peserta dalam kelompok.

CATATAN: Pendekatan yang dipergunakan untuk

Dokumen terkait