• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA

6. Sertifikat Tanah

Secara etimologi sertifikat berasal dari bahasan Belanda “Certificat” ‟ yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu. Jadi Sertifikat Tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seorang atas sebidang tanah, atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemiliknya itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat oleh instansi yang berwenang.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 19 UUPA sertifikat adalah merupakan surat tanda bukti yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, maka hal ini diulang lagi penegasannya dalam Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Namun dengan satu klausula bahwa hal ini berlaku selama belum berhasil dibuktikan, sebaliknya dapat melemahkan kedudukan sertifikat sebagai alat bukti yang kuat, akan tetapi dengan adanya tenggang waktu 5

tahun untuk mengajukan gugatan maka kepastian itu justru lebih terjamin.37 Hasil dari rangkaian proses pendaftaran hak atas tanah adalah sertifikat tanah. Sehingga sertifikat tanah tersebut memiliki fungsi tertentu. Menurut Adrian Sutedi (2012 : 57) fungsi dari sertifikat tanah antara lain :

1) Sebagai alat pembuktian yang kuat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA. Seseorang atau badan hukum akan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas suatubidang tanah.

Apabila telah jelas namanya tercantum dalam sertifikat itu. Semua keterangan yang tercantum dalam sertipikat itu mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima sebagai keterangan yang benar sepanjang tidak ada bukti lain yang dapat membuktikansebaliknya.

2) Memberikan kepercayaan bagi pihak bank/kreditor untuk memberikan pinjaman uang kepada pemiliknya. Dengan demikian, apabilan pemegang hak atas tanah itu seorang pengusaha maka akan memudahkan baginya mengembangkan usahanya karena kebutuhan akan modal mudahdiperoleh.

3) Bagi pemerintah, dengan adanya sertipikat hak atas tanah membuktikan bahwa tanah yang bersangkutan telah terdaftar pada Kantor Pertanahan.

Ini tentu akan membantu dalam memperbaiki administrasi pertanahan diIndonesia.

37 Soejono dan H. Abdurahman.,op.cit, hlm. 37.

B. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali terdapat dalam pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 yakni :38

1) Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik.

2) Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan diwilayah wilayah yang ditetapkan oleh menteri.

3) Dalam hal suatu desa/kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistematik sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pendaftarannya dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sporadik.

4) Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan.

Penjelasan lebih lanjut terkait hal di atas akan diperinci sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sistematik

Pendaftaran tanah secara sistematis sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 butir 10 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 di atas adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan, yang dibiayai dari anggaran pemerintah pusat atau daerah atau secara swadaya oleh masyarakat dengan persetujuan Menteri, dengan kata lain pendaftaran tanah tersebut dilaksanakan atas prakarsa

38Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

pemerintah dengan kegiatan yang didasarkan pada suatu rencana kerja yang ditetapkan oleh Menteri.39

Adapun ketentuan formal yang mengatur secara teknis mengenai tahapan kegiatan pendaftaran tanah secara sistematis tersebut tercantum dalam pasal 46 sampai dengan 72 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 tahun 1997 terdiri dari:40

1) Penetapan lokasi

Dalam hal ini ditetapkan oleh Menteri atas usul Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi yang didasarkan atas rencana kerja Kantor Pertanahan, dengan satuan lokasi adalah seluruh atau sebagian wilayah satu desa/kelurahan.

2) Persiapan

Dalam hal Kepala Kantor Pertanahan menyiapkan peta dasar pendaftaran, berupa peta dasar berbentuk peta garis atau peta foto, memuat pemetaan bidang - bidang tanah yang sudah terdaftar haknya dalam bentuk peta indeks grafik.

3) Pembentukan panitia ajudikasi dan satuan tugas

Dalam hal ini oleh Menteri untuk setiap desa/kelurahan yang sudah ditetapkan sebagai lokasi, sedang apabila dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dibentuk olch Kepala Kantor Wilayah, sebelum melaksanakan tugas, wajib mengangkat sumpah di hadapan Kepala Kantor Pertanahan Setelah dibentuk panitia ajudikasi di suatu lokasi, maka apabila ada permohonan hak, jika diproses melalui konversi dan sudah diperiksa oleh

39M. Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis.,op.cit, hlm. 417.

40Pasal 42-72 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 tahun 1997

Panitia A dan atau sudah diumumkan, diteruskan olch Kepala Kantor Pertanahan, namun jika belum diperiksa oleh Panitia A dan atau belum dimohonkan, berkasnya disampaikan olch Kepala kantor Pertanahan kepada Panitia Ajudikasi untuk diselesaikan.

4) Penyuluhan

Dalam hal ini dilakukan sebelum dimulainya ajudikasi dan berkoordinasi dengan instansi yang terkait yaitu : Pemerintah Dacrah, Kantor Departemen PeneranganKabupaten Kota, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dan Instansi lain yang dianggap perlu, bertujuan untuk memberitahukan kepada pemegang hak atau pihak lain yang berkepentingan, dengan menyebut hak dan kewajibannya dalam kegiatan tersebut.

5) Pengumputan Data Fisik

Dalam hal ini dilakukan sebelum penetapan batas batas bidang tanah dan pemasangan tanda- tanda batas tanah, setelah itu dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan.

6) Pengumpulan dan penelitian data yuridis

Dalam hal ini pengumpulan terhadap alat bukti mengenai kepemilikan/

penguasaan tanah, baik bukti tertulis berupa keterangan saksi dan atau keterangan yang bersangkutan yang ditunjukkan olch pemengang hak atas tanah atau pihak lain yang berkepentingan, bila alat bukti tidak lengkap atau tidak ada, pembuktian dapat dilakukan dengan bukti lain yang dilengkapi dengan permyataan yang bersangkutan disaksikan dua orang saksi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan adalah benar pemilik bidang tanah

tersebut. Bila sama sekali tidak ada bukti tertulis dapat dibuat surat pernyataan penguasaan secara fisik bidang tanah selama 20 tahun atau lebih secara berturut turut oleh yang bersangkutan. Setelah itu panitia meneliti kebenaran keterangan tersebut.

7) Pengumuman data fisik dan data yuridis dan pengesahannya

Dalam hal ini panitia membuat rekapitulasi data yuridis yang dituangkan di dalam risalah penelitian data yuridis dan penctapan batas dan dimasukkan di dalam daftar data yuridis dan data fisik bidang tanah atau daftar isian, kemudian diumumkan untuk memberi kesempatan bagi yang berkepentingan mengajukan keberatan, dengan jangka waktu selama 30 (tiga puluh ) hari di Kantor Panitia Ajudikasi dan Kantor Kepala Desa / Keluralengkchan. Setelah itu disahkan olch Panitia dengan berita acara. Bila ada data yang belum lengkap atau ada keberatan pengesahan dilakukan dengan catatan, kepada yang mengajukan keberatan disampaikan pemberitahuan tertulis agar segera mengajukan gugatan ke pengadilan.

8) Penegasan konversi, pengakuan dan pemberian hak

Dalam hal ini berdasarkan berita acara pengesahan data fisik dan data yuridis, maka melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

 Hak atas tanah yang alat bukti tertulisnya lengkap atau alat bukti tertulisnya tidak lengkap tetapi ada keterangan saksi maupun pernyataan yang bersangkutan olch ketua Panitia Ajudikasi ditegaskan konversinya menjadi hak milik atas nama pemegang hak yang terakhir.

 Hak atas tanah yang alat bukti kepemilikannya tidak ada tetapi telah dibuktikan kenyataan penguasaan fisiknya selama 20 ( dua puluh) tahun atau lebih secara berturut - turut, oleh Ketua Panitia Ajudikasi diakui sebagai hak atas tanah dengan memberi catatan, tanpa penerbitan surat keputusan pengakuan hak, lalu berita acara secara kolektif kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat untuk pemberian hak atas tanah dengan menggunakan daftar usulan pemberian hak atas tanah Negara Penetapan pemberian hak dikeluarkan secara kolektif dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya usul dari ketua panitia ajudikasi dengan cara memberikan catatan pada halaman terakhir tersebut. Setelah itu diserahkan kembali kepada Ketua Panitia Ajudikasi untuk dijadikan dasar pendaftaran haknya.

9) Pembukuan hak

Dalam hal ini baik penegasan konversi dan pengakuan hak maupun penetapan pemberian haknya selesai diproses maka hak tersebut dibukukan dalam buku tanah dan ditandatangani oleh ketua panitia ajudikasi Apabila data fisik dan data yuridis kurang lengkap atau disengketakan dibukukan dengan catatan, termasuk adanya catatan pembatasan haknya apabila ada.

10) Penerbitan sertifikat

Dalam hal ini apabila ada yang sudah didaftar dalam buku tanah, diterbitkan sertifikatnya, da dokumen alat bukti hak lama yang menjadi dasar pembukuan dicoret silang dengan tinta selanjutrys disimpan sebagai warkah Sertifikat

ditandatangani oleh Ketua Panitia Ajudikasi dan Kepala Kantor Pertanahan selanjutnya diserahkan kepoda pemegang hak.

11) Penyerahan hasil kegiatan

Dalam hal ini setelah berakhimya penyelenggaraan pendaftaran tanah secara sistematik, Ketua Panitia Ajudikasi menyerahkan hasil kegiatannya dengan Berita Acara Serah Terima kepada Kepala Kantor Pertanahan berupa semua dokumen mengenai bidang- bidang tanah di lokasi pendaftaran tanah secara sistematik, meliputi peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, daftar nama, sertifikat hak atas tanah yang belum diserahkan kepada pemegang hak, daftar hak atas tanah, warkah-warkah dan daftar isian lainnya.

2. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik

Sementara itu pendaftaran tanah secara sporadik sebagaimana diterangkan dalam pasal 1 angka 11 tersebut adalah kegiatan pendaftarantanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal, dengan teknis yang terdiri dari :

1) Permohonan pendaftaran tanah secara sporadik

Dalam hal ini dilakukan atas permohonan yang bersangkutan untuk melakukan pengukuran dan mendaftar haknya (baik hak baru maupun hak lama). Untuk permohonan pengukuran bidang tanah tergantung keperluannya seperti untuk mendapatkan hak baru, pemecahan, pengembalian batas dan

lain - lain, berkasnya harus disertai dengan dokumen asli untuk membuktikaan hak atas bidang tanah tersebut.

2) Pengukuran

Dalam hal ini pengukuran bidang tanah secara sporadik pada dasarnya merupakan tanggung jawab Kepala Kantor Pertanahan, namun untuk optimasi tenaga dan peralatan pengukuran serta dengan mempertimbangkan kemampuan teknologi petugas ukur, maka pengukuran suatu bidang tanah yang luasnya 10 Ha sampai 1000 Ha dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi dan yang luasnya lebih dari 1000 Ha dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Permohonan pengukuran diajukan kepada Kepala Kantor Pertanahan, kecuali atas permohonan pengukuran Hak Guna Usaha diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi, sedangkan pelaksanaannya dapat saja dilakukan oleh petugas pada kantor yang bersangkutan, dapat juga didelegasikan kepada petugas di wilayah kerja yang lebih rendah, atau juga dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga dengan syarat harus disupervisi dan hasilnya disahkan oleh pejabat yang berwenang. Dalam melaksanakan tugasnya petugas ukur harus menetapkan batas bidang tanah, membantu penyelesaian sengketa mengenai batas bidang tanah, melaksanakan pengukuran batas bidang tanah, dan membuat gambar ukur.

3) Pengumpulan dan penelitian data yuridis bidang tanah

Dalam hal ini untuk keperluan pendaftaran hak baru dilakukan oleh seksi Survey, pengukuran dan pemetaan untuk data fisik dan seksi hak tanah dan pendaftaran tanah untuk data yuridisnya. Apabila bukti - bukti sudah lengkap

, dapat dilakukan pengisian, namun jika belum lengkap, dapat ditindaklanjuti penelitian data yuridisnya oleh panitia pemeriksaan tanah A ( panitia A) yang hasilnya dituangkan dalam risalah penelitian data yuridis dan penetapan batas. Setelah itu baru disiapkan pengumuman data fisik dan data yuridisnya.

4) Pengumuman data fisik dan data yuridis dan pengesahannya

Dalam hal ini untuk memberi keberatan atas data fisik dan data yuridis mengenal bidang tanah yang di mohon pendaftarannya, maka peta bidang tanah yang bersangkutan diumumkan di Kantor Pertanahan dan kantor Kepala Desa Kelurahan letak tanah. Jangka waktu pengumumannya, untuk pendaftaran tanah secara sistematik dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari sedangkan pendaftaran tanah secara sporadik pengumuman ditetapkan selama 60 (enam puluh ) hari. Pengumuman dapat juga melalui sebuah harian umum setempat dan atau di lokasi tanah tersebut atas biaya pemohon. Setelah berakhir jangka waktu pengumuman, Kepala Kantor Pertanahan membuat berita acara pengesahan data fisik dan data yuridis. Jika ada keberatan dari pihak lain dan belum diselesaikan, maka diberitahukan secara tertulis agar yang bersangkutan mengajukan keberatan gugatan ke pengadilan.

5) Penegasan konversi dan pengakuan hak

Dalam hal ini berdasarkan berita acara panitia pengesahan data fisik dan data yuridis, dilaksanakan kegiatan, yakni hak atas bidang tanah yang alat bukti tertulisnya lengkap dan tanahnya dikuasai oleh pemohon, ditegaskan konversinya menjadi hak milik atas nama pemegang hak yang terakhir, sedang hak atas tanah yang alat bukti kepemilikannya tidak ada tetapi

dikuasai secara fisik selama 20 ( dua puluh) tahun diakui sebagai hak milik, dan untuk pengakuan hak tersebut tidak diperlukan penerbitan surat keputusan pengakuan hak.

6) Pembukuan hak

Dalam hal ini terhadap hak atas tanah yang sudah ditegaskan konversinya dan diakui hak, maka hak yang bersangkutan dibukukan dalam buku tanah.

Apabila datanya belum lengkap atau haknya masih disengketakan, dibukukan dengan catatan dalam buku tanah mengenai hal - hal yang kurang lengkap atau disengketakan tersebut Selanjutnya penandatanganan buku tanah dilakukan olch Kepala Kantor pertanahan.

7) Penerbitan sertifikat

Dalam hal ini untuk hak hak atas tanah yang sudah didaftar dalam buku tanah dan memenuhi syarat untuk diberikan tanda bukti haknya, diterbitkan sertifikat yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan, selanjutnya sertifikat diserahkan kepada pemegang hak atau kuasanya, sedang dokumen alat bukti hak lama disimpan sebagai warkah.

BAB III

PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH MELALUI PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA DI KOTA MEDAN

A. Pengertian Prona

Prona atau Proyek Nasional Agraria adalah merupakan suatu usaha Pemerintah dengan suatu subsidi untuk melakukan pendaftaran tanah secara massal.41Menurut Pasal 1 angka (1) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Program Nasional Agraria memberikan pengertian Program Nasional Agraria yang selanjutnya disebut PRONA adalah rangkaian kegiatan persertipikatan tanah secara massal pada suatu wilayah administrasi desa/kelurahan atau sebutan lain atau bagian-bagiannya. Sedang apabila melihat pengertian Prona lebih lanjut pada Pasal 1 angka (1) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Percepatan Program Nasional Agraria Melalui Pendaftaran Tanah Sistematis, PRONA adalah program percepatan penetapan hak atas tanah dan pendaftaran tanah masyarakat yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan desa/kelurahan demi desa/kelurahan di seluruh wilayah Republik Indonesia, sesuai dengan strategi pembangunan dari pinggiran. Menurut Apabila ditelusuri lebih lanjut latar belakang terbentuknya legalisasi aset ini yaitu pada pertengahan PELITA (Pembangunan Lima Tahun) ke III tahun 1980 sebagai penjabaran dari GBHN Tahun 1978 ditetapkan suatu kebijaksanaan tentang

41Prof. Dr. A.P . Parlindungan, SH., Pendaftaran Tanah di Indonesia,Mandar Maju,Bandung, 2009, hlm. 45.

pendaftaran tanah agar sungguh-sungguh membantu usaha meningkatkan kesehjateraan rakyat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. Untuk merealisir hal tersebut oleh Pemerintah ditetapkan Catur Tertib Pertanahan yang salah satu wujud realisasinya adalah melaksanakan pensertipikatan tanah melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) yang semulanya ditujukan bagi golongan ekonomi lemah tetapi kemudian berkembang secara melembaga dan meluas.42 Catur Tertib Pertanahan dimaksud meliputi :43

1) Tertib Hukum Pertanahan, 2) Tertib Administrasi Pertanahan, 3) Tertib Penggunaan Tanah, dan

4) Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup.

Salah satu diantara Catur Tertib Pertanahan di atas yaitu Tertib Administrasi Pertanahan adalah salah satu dari tujuan pendaftaran tanah sebagaimana diuraikan di muka. Selain ketentuan pasal 19 ayat (1) dan (4) UUPA untuk melaksanakan pendaftaran dimaksud ditetapkanlah Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 189 Tahun 1981 tentang PRONA.

Pokok pikiran yang mendasari kebijakan PRONA tidak lain agar pihak golongan ekonomi mampu dan kuat terdorong untuk mendaftarkan tanahnya disamping merealisir jaminan perlindungan kepentingan golongan ekonomi lemah dibidang pendaftaran tanah.44 Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendaftaran tanah PRONA tidak lepas dari penggolongan peserta PRONA itu sendiri. Berdasarkan

42 Tampil Anshari Siregar., Pendaftaran Tanah Kepastian Hak, Multi Grafik, Medan, hlm. 109.

43Ibid.,hlm. 110

44Ibid,.

diktum Kedua huruf (a) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 Tentang Proyek Operasi Nasional Agraria disebutkan bahwa PRONA ditujukan bagi segenap lapisan masyarakat terutama bagi golongan ekonomi lemah. Dalam peraturan yang mengatur PRONA tersebut tidak memberikan penjelasan yang konkret mengenai golongan ekonomi lemah tersebut, mulai dari kriteria, ciri-ciri, dan syarat-syarat hingga seseorang dapat dikatakan sebagai golongan ekonomilemah. Hal ini juga diperjelas oleh Kepala Seksi Pengadaan Tanah Selaku Ketua Tim Peneliti Tanah Masniari Situmorang,S.H,M.Kn sebagai berikut :

“Pelaksanaan pendaftaran tanah melalui prona di Kota Medan pada dasarnya bukan ditujukan bagi golongan ekonomi lemah, melainkan pendaftaran tanah ini cenderung diprioritaskan terhadap masyarakat yang luas kepemilikan Tanahnya kecil sehingga hal inilah yang diasumsikan bahwa tidak mungkin golongan mampu memiliki luas tanah yang kecil.”

(Hasil wawancara pada 26 November 2018)

Namun secara umum, golongan ekonomi lemah adalah warga negara Indonesia asli, baik asli maupun keturunan yang karena keadaan perekonomian tidak mungkin untuk bisa membiayai semua pungutan biaya yang diperlukan untuk memperoleh sertifikat, sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah.45 Hal ini juga mendapat perhatian khusus dari Kantor Pertanahan

45 Adrian Sutedi, Sertifikat Hak Atas Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 71.

Kota Medan melalui Kepala Bagian Tata Usaha,Rosdiana Gultom. S.H menyampaikan sebagai berikut :

Biaya material seperti foto copy dll dan patok tanda batas, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan (PPh) bagi yang terkena ketentuan perpajakan menjadi beban kewajiban peserta program PRONA ini. Namun Kantor Pertanahan Kota Medan telah melalui PEMDA dalam hal ini Wali Kota Medan menerapkan suatu kebijakan Pemotongan pajak sebanyak 25%untuk membantu masyarakat .

(Hasil wawancara pada 26 November 2018)

Akan tetapi pihak ekonomi mampu dan kuat memang terdorong untuk mendaftarkan tanahnya karena golongan ekonomi lemahpun tanahnya sudah terdaftar. Tetapi golongan mampu dan kuat itu juga berupaya agar tanah-tanahnya terdaftar melalui PRONA sebagaimana pendaftaran tanah yang berlaku bagi golongan ekonomi lemah tersebut.46

B. Dasar Hukum

Pada dasarnya penyelenggaraan PRONA ini merupakan tindak lanjut dan implementasi dari Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Pokok Agraria, yang menyebutkan sebagai berikut:

“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan

46 Tampil Anshari Siregar.,op.cit, hlm. 111.

yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”,

Atas hal tersebut Pemerintah membuat kebijakan terkait pendaftaran tanah melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 Tentang Proyek Operasi Nasional Agraria.

PRONA mulai berlaku pada tanggal 15 Agustus 1981, dilaksanakan sebagai tindak lanjut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 , dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 220 Tahun 1981 dalam rangka pelaksanaan catur tata tertib di bidang pertanahan, sehingga program pensertifikatan tanah secara massal, merupakan jaminan kepastian hukum bagi penguasaan dan pemilikan tanah sebagai tanda bukti hak yang kuat.47

Adapun dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 Tentang Proyek Operasi Nasional Agraria, belum diatur mengenai ketentuan pelaksanaan pendaftaran tanah dan penyelesaian sengketa yang bersifat strategis.

Untuk itu terkait dengan adanya pelaksanaan pendaftaran tanah masih mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, sedangkan untuk penyelesaian sengketa yang dimaksud dalam PRONA dapat dilakukan dengan menggunakan Keputusan Kepala BPN RI Nomor 34 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan sebagai dasar hukum pelaksanaantersebut.

Hingga saat ini peraturan mengenai PRONA tersebut diatur lebih lanjut

47Dalam Menimbang huruf a Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 Tentang Proyek Operasi Nasional Agraria.

dalamPeraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2015 dan tetap menggunakan Petunjuk Teknis Kegiatan Prona Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2013.

Kemudian pada tahun 2016, Pemerintah kembali menerbitkan Peraturan Pemerintah Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 28 tahun 2016 tentang Percepatan Program Nasional Agraria Melalui Pendaftaran Tanah sistematis. Meskipun telah diterbitkan peraturan baru mengenai PRONA, Secara tegas dinyatakan dalam ketentuan Penutup Pasal 17 huruf (d) bahwa PERMEN ATR/KBPN Nomor 4 tahun 2015 masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan PERMEN ATR/KBPN Nomor 28 tahun 2016.

C. Kegiatan Pendaftaran Tanah Melalui Prona di Kota Medan

Untuk penentuan kegiatan lokasi PRONA diadakan di semua Kabupaten/Kotamadya seluruh Indonesia, dan ditetapkan secara berkelompok.

Dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten/Kotamadya merupakan instansi Pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan PRONA ini. Dalam penentuan lokasi PRONA ini harus dikaitkan dengan pelaksanaanya, pembagian kerja tetap dilakukan secara fungsional sesuai dengan bidang tugas masing-masing, supaya tetap terjamin adanya kebenaran formal dan materil dan/atau pelaksanaan proyek ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.48 Dalam menetapkan lokasi kegiatan PRONA tahun 2016, Kantor Petanahan Kota Medan berlandaskan pada Pasal 7 ayat (2) PERMEN

Dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten/Kotamadya merupakan instansi Pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan PRONA ini. Dalam penentuan lokasi PRONA ini harus dikaitkan dengan pelaksanaanya, pembagian kerja tetap dilakukan secara fungsional sesuai dengan bidang tugas masing-masing, supaya tetap terjamin adanya kebenaran formal dan materil dan/atau pelaksanaan proyek ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.48 Dalam menetapkan lokasi kegiatan PRONA tahun 2016, Kantor Petanahan Kota Medan berlandaskan pada Pasal 7 ayat (2) PERMEN

Dokumen terkait