BAB V PEMBAHASAN
5.1 Shift Kerja Perawat Rawat Inap di RSU Haji Medan tahun 2017
Shift di RSU Haji Medan memiliki 3 shift kerja, yaitu shift pagi, shift siang, dan shift malam yang dilakukan secara bergilir. Shift pagi dimulai pukul 08.00 – 14.00 WIB, shiftsiang dimulai pukul 14.00 – 21.00 WIB, dan shiftmalam dimulai pukul 21.00 – 08.00 WIB. Sistem shift di RSU Haji Medan menerapkan model shift3-2-2, yaitu setiap perawat mendapatkan jadwal 3 hari di shift pagi, 2 hari di shift siang, dan 2 hari di shift malam, kemudian libur 2 hari ketika telah selesai bekerja shift malam, namun sewaktu – waktu dapat terjadi perubahan apabila terdapat perawat tidak dapat hadir di satu shift, sehingga perawat yang lain harus menggantikan jadwal shiftperawat tersebut.
Pengukuran kelelahan dilakukan dengan mewawancara setiap perawat yang mengalami shift pagi, siang, dan malam untuk mengetahui bagaimana perasaannya ketika menjalani shift pagi, siang, dan malam sehingga setiap perawat memiliki kesempatan yang sama untuk diukur kelelahan shift pagi, siang, dan malam. Pengukuran dilakukan di setiap akhir shift perawat. Shift pagi dilakukan pada hari ke 3 siang hari, shiftsiang diukur pada hari ke 2 malam hari, dan shift malam dilakukan pada hari ke 2 pada pagi hari. Apabila perawat pada saat pengukuran tidak dapat hadir, maka harus menunggu di putaran shift selanjutnya sehingga jumlah jam kerja yang diukur pada saat shiftpagi, siang, dan malam setiap perawat sama.
5.2 Tingkat Kelelahan Perawat berdasarkan Shift Kerja di RSU Haji Medan tahun 2017
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap perawat rawat inap di RSU Haji Medan menunjukkan bahwa tingkat kelelahan perawat berdasarkan shift berbeda - beda. Tingkat kelelahan yang paling tinggi terdapat pada perawat shift malam.Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suma’mur (2013) bahwa shift malam paling potensial menyebabkan kelelahan dibandingkan shiftkerja lainnya. Pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja di malam hari dan maksimum akan terjadi selama bekerja pada shiftmalam.
Berdasarkan hasil kuesioner, perawat shift malam sering merasakan gejala kelelahan sukar berfikir dan sulitnya untuk berkonsentrasi yang disebabkan oleh kondisi tubuh yang sudah lelah, merasa mengantuk, jam kerja yang lebih panjang, dan pusing karena kurangnya jam tidur. Hasil ini sesuai dengan teori Suma’mur (2013) yang menyatakan bahwa perawat yang bekerja pada malam hari sebanyak 80% akan mengalami kelelahan dan 60% - 80% mengalami gangguan tidur karena waktu tidur kurang dari 8 jam dan tidur pada siang hari tidak seefektif tidur pada malam hari.
Selain itu, perawat shift malam juga sering mengalami gejala kelelahan merasa lelah sebelum bekerja yang dikarenakan perawat sudah banyak melakukan aktivitas pada saat siang hari di luar pekerjaan mereka, seperti mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga. Hal ini dikarenakan sebagian besar perawat sudah berkeluarga. Menurut Sudirman dalam Fatona (2015), seseorang yang sudah menikah akan memiliki tugas – tugas seperti mulai hidup berkeluarga, memelihara
anak, mengatur rumah tangga, dan memulai dalam pekerjaan. Sehingga seseorang yang sudah menikah akan mengalami kelelahan kerja akibat kerja dan sesampainya di rumah harus mengurus kebutuhan keluarga yang mana waktu tersebut harus digunakan untuk istirahat.
Perawat shift malam juga sering mengalami gejala kelelahan lelah pada seluruh tubuh yang disebabkan perawat harus bekerja pada malam hari dimana waktu tersebut seharusnya digunakan untuk istirahat yang tentunya hal ini sangat berlawanan dengan irama sirkadian tubuh. Menurut Folkard dan Monk dalam Firdaus ( 2005 ), mengatakan bahwa irama sirkadian setiap individu berbeda dalam menyelesaikan kerja terutama terhadap kerja shiftdi malam hari. Selain itu, gangguan irama sirkadian ini mengakibatkan perawat sering merasakan lelah pada seluruh badan pada saat menjalani shiftmalam.
Untuk perawat shiftpagi dan siang, banyak juga perawat yang mengalami gejala kelelahan lelah pada seluruh tubuh dan merasa cenderung lupa yang disebabkan perawat shift pagi dan siang lebih banyak melakukan aktivitas fisik, seperti mengantarkan pasien yang akan melakukan pemeriksaan laboratorium, fisiologi, dan radiologi, mengantarkan pasien yang operasi, mengganti sprei pasien, mendampingi dokter ketika berkunjung memeriksa keadaan pasien, dan memeriksa keadaan pasien secara berkala. Apabila tugas belum diselesaikan oleh perawat shift pagi, maka akan dilanjutkan oleh perawat shift siang. Kondisi tubuh yang sudah lelah menyebabkan mereka merasa menjadi mudah lupa dan kurang fokus terhadap tugas yang mereka kerjakan. Menurut Suma’mur (2013), tidak banyak perbedaan antara shift pagi dan shift siang dan irama sirkadian tubuh
sesuai untuk bekerja pada pagi dan siang hari sehingga tubuh tidak terlalu cepat lelah. Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan beraneka hal yang bersifat umum, misalnya menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5.3 Hubungan ShiftKerja dengan Kelelahan pada Perawat Rawat Inap di RSU Haji Medan
Dari hasil uji statistik Exact Fisher antara shift kerja dengan kelelahan dapat diketahui bahwa nilai p = 0,002 dimana p < 0,05, artinya ada hubungan shift kerja dengan kelelahan pada perawat rawat inap di RSU Haji Medan tahun 2017.
Dari analisis ini dapat diketahui bahwa di antara shift pagi, siang, dan malam yang memiliki tingkat kelelahan yang paling tinggi ditemukan pada shift malam karena jam kerjanya yang panjang mencapai 10 jam dalam satu shiftserta waktu tidur yang kurang mengakibatkan perawat sering mengantuk dan ingin berbaring. Diketahui bahwa waktu tidur di siang hari tidak seefektif saat malam hari. Banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh perawat diluar pekerjaannya serta tanggung jawabnya sebagai perawat juga dituntut untuk memberikan tindakan dan asuhan keperawatan yang baik untuk pasien serta selalu siaga dan tidak boleh lengah dalam mengawasi pasien. Perawat yang bekerja pada malam hari sangat mudah lelah karena waktu yang seharusnya digunakan untuk tidur dan istirahat, justru digunakan untuk bekerja dan hal ini sangat bertentangan dengan irama sirkadian tubuh.
Keadaan irama sirkadian yang terganggu pada malam hari juga menjadi penyebab timbulnya kelelahan pada perawat karena fungsi tubuh yang tidak
sesuai dimana tubuh beraktivitas pada malam hari dan istirahat pada siang hari. Pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja di malam hari dan maksimum akan terjadi selama bekerja pada shift malam. Pada malam hari semua fungsi tubuh akan menurun dan timbul rasa kantuk, sehingga kelelahan pada shiftmalam relatif sangat besar. Hal ini didukung oleh kondisi alam seperti adanya siang dan malam. Kondisi tubuh yang sudah terpola ini tentunya sulit untuk diubah. Menurut Setyawati dalam Fatona (2015), menyatakan bahwa irama sirkadian berfungsi dalam mengatur tidur, kesiapan untuk bekerja, proses otonom dan vegetatif seperti metabolism, temperature tubuh, detak jantung dan tekanan darah. Fungsi tersebut dinamakan siklus harian yang teratur.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada perawat rawat inap di RSU Haji Medan tahun 2017, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hubungan antara shiftkerja dengan kelelahan pada perawat rawat inap di RSU Haji Medan memiliki hubungan yang signifikan (p = 0,002). 2. Tingkat kelelahan yang paling tinggi terdapat pada perawat shift
malam yang ditandai dengan keluhan merasa sukar berfikir, lelah sebelum bekerja, dan sulit berkonsentrasi
3. Tingkat kelelahan terendah terdapat padashiftsiang sebab beban kerja perawat hanya melanjutkan tugas yang belum di selesaikan oleh perawat shift pagi.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Disarankan kepada perawat shift malam agar mampu beradaptasi ketika bekerja di malam hari dengan memanfaatkan waktu senggang untuk istirahat sebaik – baiknya dan usahakan untuk tidur yang cukup. 2. Untuk perawat shift pagi dan siang dapat melakukan relaksasi ringan
dengan berjalan santai untuk sekedar melihat keadaan pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ShiftKerja
2.1.1 Definisi ShiftKerja
Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa (08.00-17.00). Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur.
Menurut Suma’mur (2013), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan untuk pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan banyak masalah terutama bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat menyesuaikan diri dengan jam kerja yang lazim.
Menurut Nurmianto (2004), shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, dimana pada hari kerja biasa, pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari. Biasanya perusahaan yang berjalan secara kontinyu yang menerapkan aturan shift kerja ini. Selain itu, masyarakat yang membutuhkan kebutuhkan sosial akan pelayanan dengan waktu yang lebih banyak seperti polisi dan rumah sakit juga benar – benar dibutuhkan dalam 24 jam/hari, 7 hari/minggu.
2.1.2 Sistem ShiftKerja
Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shiftsetiap hari dengan delapan jam kerja setiap shift. Menurut William yang dikutip oleh Ramayuli (2004), dikenal dua macam system
shiftkerja yang terdiri dari :
1. ShiftPermanen
Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang – orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari.
2. Sistem Rotasi
Tenaga kerja bekerja tidak terus – menerus di tempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling mengganggu terhadap irama
circardian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka
Pergantian shift yang normal 8 jam/shift kerja. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu ini dikenal dengan regu kerja terus – menerus dan diperlukan sedikitnya 3 regu yang disebut dengan regu kerja semi terus – menerus (ILO dalam Ramayuli, 2004).
Knauth (1988) dalam jurnalnya yang berjudul The Design of Shift System mengemukakan bahwa terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan dalam
shiftkerja, antara lain (Nurmianto,2004):
1. Jenis shift(pagi,siang,malam) 2. Panjang waktu tiap shift
3. Waktu dimulai dan diakhirinya satu shift 4. Distribusi waktu istirahat
5. Arah transisi shift.
Ada lima kriteria dalam mendesain suatu shiftkerja, antara lain : 1. Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shiftyang berurutan. 2. Seorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturut – turut
(seharusnya 5 hari kerja, 2 hari libur).
3. Sediakan libur akhir pecan (setidaknya 2 hari). 4. Rotasi shiftmengikuti matahari.
2.1.3 Efek ShiftKerja 1. Efek Fisiologis
a. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
b. Menurunnya kapasitas kerja fisik akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek Psikososial
Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Shiftkerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40 – 50 tahun. Shiftkerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
Menurut Nurmianto (2004), sebagian besar dari pekerja yang bekerja pada
shiftmalam memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja
dibandingkan mereka yang bekerja pada shift normal. Josling (1998) dalam artikelnya yang berjudul Shift Work and Ill-Health mempertegas anggapan tersebut dengan menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The
Circardian Leraning Centre di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa para
pekerja shift, terutama yang bekerja di malam hari, dapat terkena beberapa permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan tersebut ditambah dengan tekanan stress yang besar dapat secara otomatis meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan pada para pekerja shiftmalam.
2.2 Irama Circardian
Irama Circardian adalah jam alami dalam tubuh manusia. Dalam 24 jam
tubuh akan mengalami fluktuasi berupa temperature, kemampuan untuk bangun, aktivitas lambung, denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormone, dikenal sebagai irama circardian( Folkard dan Monk dalam Firdaus, 2005).
Circardian rhythm berasal dari bahasa latin. Circayang berarti kira – kira
dan Diesberarti hari (Circadies= kira – kira satu hari). Circardian Rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai dengan perputaran bumi dalam siklus 24 jam. Hampir seluruh makhluk hidup di dunia ini mempunyai irama yang secara teratur mengalai perubahan fungsi tubuh dan fisiologik dalam siklus 24 jam, tetapi ada pula beberapa perubahan yang sesuai dengan bulan atau tahun. Sebenarnya siklus sirkadian manusia berkisar antara 22 – 25 jam (Mahyusti, 1993).
Menurut Folkard dan Monk serta Mc. Cormick dan Ilgen yang dikutip oleh Firdaus (2005) menyatakan bahwa circardian rhythm setiap individu berbeda dalam penyesuaian kerja malam, namun antara shift pagi dan siang terlihat sedikit perbedaan. Pola aktivitas tubuh akan terganggu apabila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam. Masing – masing orang mempunyai jam biologis sendiri – sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama dan seragam dalam daur hidup 24 jam sehari.
Menurut Nurmianto (2004), pengaturan dilakukan oleh penangguh waktu yang ada di luar tubuh seperti :
1. Perubahan dari siang ke malam dan semacamnya. 2. Kontak sosial.
3. Pekerjaan
4. Pengetahuan waktu jam
Fungsi tubuh yang ditandai dengan circardian rhythm adalah pola tidur, kesiapan bekerja, beberapa fungsi otonom, vegetative seperti metabolisme, temperature tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Setiap hari fungsi tubuh ini akan berubah – ubah antara maksimum dan minimum, pada siang hari meningkat dan pada malam hari menurun.
Menurut Mahyusti (1993), dalam keadaan normal, fungsi tubuh dapat dibedakan atas 2 fase, yaitu :
1. Fase Ergotropik, terjadi pada siang hari dan semua organ tubuh siap untuk bekerja.
2. Fase Tropotropik, terjadi malam hari dan sebagian besar fungsi tubuh menurun serta waktu ini dipakai untuk pemulihan dan pembaruan energy. 2.3 Kelelahan
2.3.1 Definisi Kelelahan
Semua jenis pekerjaan akan menimbulkan kelelahan. Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan subjektif. Kelelahan merupakan salah satu keluhan yang paling sering dan umum yang dirasakan pekerja seperti rasa letih, baik karena kurang tidur malamnya, terlalu banyak bekerja atau suatu masalah emosional lainnya.
Menurut Suma’mur (2013), kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda – beda, tetapi semuanya berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.
Banyak definisi kelelahan yang telah dikemukakan, namun secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya ( Satalaksana dalam Putra, 2011).
Menurut Wignjosoebroto dan Schuler yang dikutip oleh Sudana, kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, pendidikan dan sebagainya. Kelelahan akibat kerja sering sekali diartikan sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan.
2.3.2 Jenis – Jenis Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelelahan berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.
a. Kelelahan berdasarkan Proses 1. Kelelahan Otot
Menurut Tarwaka,dkk (2004), kelelahan otot meupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Menurut Suma’mur (2013), kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama akan mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, kurangnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar.
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan.
2. Kelelahan Umum
Menurut Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004), biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.
Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah pada organ penglihatan ( mata ), mengantuk, stress (pikiran tegang), dan rasa malas bekerja (Nurmianto dalam Putra).
b. Kelelahan berdasarkan Waktu Terjadinya Kelelahan 1. Kelelahan akut
Terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.
2. Kelelahan Kronis
Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :
Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau a-sosial terhadap orang lain.
Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan. Depresi yang berat, dan lain-lain.
c. Kelelahan berdasarkan Penyebab Terjadinya Kelelahan
1. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah, penurunan waktu reaksi.
2. Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.
2.3.3 Faktor yang Menimbulkan Kelelahan
Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pekerjaan yang akan dilakukan seseorang setiap hari dan tingkat kelelahan fisik akibat kerja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan yaitu : jam kerja; periode istirahat; cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap, mental dan
kelelahan tenaga kerja; kebisingan dan getaran merupakan gangguan yang tidak diinginkan, sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan. Hal ini sebaiknya dipahami sehingga tercipta kondisi fisik yang menyenangkan dalam bekerja.
Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ diluar kesadaran serta prose pemulihan. Orang-orang lelah menunjukkan :
1. Penurunan perhatian.
2. Perlambatan dan hambatan persepsi. 3. Lambat dan sukar berfikir.
4. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja. 5. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental.
Ada lima (5) kelompok penyebab kelelahan yaitu : 1. Keadaan monoton.
2. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.
3. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan. 4. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik. 5. Penyakit, perasaan sakit, keadaan gizi.
Faktor organisasi kerja seperti pengaturan waktu kerja termasuk di dalamnya shift kerja dan periode istirahat juga berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan kerja. Shift kerja secara nyata berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan terutama shift kerja siang dan shift kerja malam. Kedua shift ini nyata lebih lelah dibandingkan shift pagi karena menyebabkan gangguan circardian rhythm.
Schultz dalam Resayana (2008), dalam penelitiannya menyatakan bahwa shift kerja siang dan malam paling berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja kurang produktif pada shift malam dibanding shift siang dan cenderung membuat banyak kesalahan kerja, mudah kecelakaan kerja dan absentism.
2.3.4. Proses Terjadinya Kelelahan
Kelelahan terjadi karena berkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivasi otot. Ataupun mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.
Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot akan selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksida glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontiniu. Ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dengan proses pemulihan.
2.3.5 Akibat Terjadinya Kelelahan
Perasaan lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah bekerja, tetapi juga saat sedang bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum bekerja. Kelelahan yang