• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaman db JK KT F-Hit Pr>F Marihat 2005 Ulangan 1 0.045 0.045 4.40 0.0900 Perlakuan 5 0.091 0.018 1.77 0.2738tn Galat 5 0.051 0.010 Umum 11 0.189 Marihat 1996tr Ulangan 2 0.039 0.019 0.64 0.5458 Perlakuan 5 0.040 0.008 0.26 0.9248tn Galat 10 0.308 0.030 Umum 17 0.387 Costarica 2003 Ulangan 1 0.0006 0.0006 0.01 0.9133 Perlakuan 5 0.139 0.027 0.54 0.7411tn Galat 5 0.257 0.051 Umum 11 0.397 Costarica 2001 Ulangan 1 0.007 0.007 0.75 0.4265 Perlakuan 5 0.049 0.009 0.99 0.5045tn Galat 5 0.050 0.010 Umum 11 0.107

Keterangan: * berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf 1%,

‡EHUSHQJDUXKQ\DWDSDGDWDUDItn = tidak berpengaruh nyata. tr = data ditranformasikan dengan formulasi (x + 0.5)1/2.

35 Lampiran 4. Sidik Ragam Jumlah Buah Hitam per Pohon.

Varietas Sumber Keragaman db JK KT F-Hit Pr>F Marihat 2005 Ulangan 1 9.187 9.187 4.41 0.0898 Perlakuan 5 6.831 1.366 0.66 0.6729tn Galat 5 10.422 2.084 Umum 11 26.44 Marihat 1996tr Ulangan 2 0.0601 0.030 0.37 0.6977 Perlakuan 5 0.494 0.098 1.23 0.3652tn Galat 10 0.805 0.080 Umum 17 1.360 Costarica 2003 Ulangan 1 6.51 6.512 73.62 0.0004 Perlakuan 5 10.04 2.008 22.71 0.0019 ** Galat 5 0.44 0.088 Umum 11 16.99 Costarica 2001 Ulangan 1 0.061 0.061 0.06 0.8163 Perlakuan 5 4.646 0.929 0.90 0.5427tn Galat 5 5.138 1.027 Umum 11 9.846

Keterangan: * berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf 1%,

‡EHUSHQJDUXKQ\DWDSDGDWDUDItn = tidak berpengaruh nyata. tr = data ditranformasikan dengan formulasi (x + 0.5)1/2.

Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Buah Merah per Pohon. Varietas Sumber Keragaman db JK KT F-Hit Pr>F Marihat 2005 Ulangan 1 0.043 0.043 2.44 0.1794 Perlakuan 5 0.058 0.011 0.66 0.6720tn Galat 5 0.088 0.017 Umum 11 0.190 Marihat 1996tr Ulangan 2 0.00014 0.00007 0.01 0.9888 Perlakuan 5 0.011 0.0023 0.36 0.8638tn Galat 10 0.064 0.006 Umum 17 0.075 Costarica 2003 Ulangan 1 0.001 0.001 0.30 0.6099 Perlakuan 5 0.147 0.029 8.66 0.0167 * Galat 5 0.017 0.003 Umum 11 0.165 Costarica 2001 Ulangan 1 0.007 0.007 1.01 0.3603 Perlakuan 5 0.031 0.006 0.84 0.5746tn Galat 5 0.037 0.007 Umum 11 0.075

Keterangan: * berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf 1%,

‡EHUSHQJDUXKQ\DWDSDGDWDUDItn = tidak berpengaruh nyata. tr = data ditranformasikan dengan formulasi (x + 0.5)1/2.

37 Lampiran 6. Sidik Ragam Jumlah TBS per Hektar per Bulan

Varietas Sumber Keragaman db JK KT F-Hit Pr>F Marihat 2005 Ulangan 1 6876.525 6876.52 47.45 0.0010 Perlakuan 5 1836.917 367.383 2.53 0.1652tn Galat 5 724.629 144.925 Umum 11 9438.072 Marihat 1996 Ulangan 2 726.64 363.32 2.90 0.1014 Perlakuan 5 685.67 137.13 1.10 0.4201tn Galat 10 1251.8 125.18 Umum 17 2664.1 Costarica 2003 Ulangan 1 1846.36 1846.3 1.91 0.2252 Perlakuan 5 12519.05 2503.8 2.59 0.1594tn Galat 5 4825.5 965.1 Umum 11 19190.99 Costarica 2001 Ulangan 1 54.14 54.14 0.72 0.4358 Perlakuan 5 492.87 98.57 1.31 0.3887tn Galat 5 377.67 75.53 Umum 11 924.69

Keterangan: * berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf 1%,

Lampiran 7. Sidik Ragam Bobot TBS per Hektar per Bulan. Varietas Sumber Keragaman db JK KT F-Hit Pr>F Marihat 2005 Ulangan 1 434588.11 434588.11 12.55 0.0165 Perlakuan 5 253692.89 50738.57 1.47 0.3426tn Galat 5 173130.45 34626.09 Umum 11 861411.46 Marihat 1996 Ulangan 2 160039.7 80019.8 1.08 0.3747 Perlakuan 5 208748.1 41749.6 0.57 0.7249tn Galat 10 737827.7 73782.7 Umum 17 1106615.6 Costarica 2003 Ulangan 1 78555.5 78555.5 1.96 0.2208 Perlakuan 5 660410.8 132082.1 3.29 0.10‡ Galat 5 200775.9 40155.19 Umum 11 939742.3 Costarica 2001 Ulangan 1 16620.9 16620.9 1.77 0.2410 Perlakuan 5 247311.1 49462.2 5.26 0.0462 * Galat 5 47001.8 9400.3 Umum 11 310933.9

Keterangan: * berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf 1%,

39 Lampiran 8. Sidik Ragam Bobot Brondolan per Butir.

Varietas Sumber Keragaman db JK KT F-Hit Pr>F Marihat 2005 Ulangan 1 0.0133 0.013 0.00 0.9571 Perlakuan 5 14.094 2.818 0.68 0.6614tn Galat 5 20.869 4.173 Umum 11 34.977 Costarica 2003 Ulangan 1 5.48 5.48 1.06 0.3504 Perlakuan 5 14.38 2.87 0.56 0.7322tn Galat 5 25.85 5.17 Umum 11 45.71 Costarica 2001 Ulangan 1 6.33 6.33 0.81 0.4101 Perlakuan 5 21.49 4.29 0.55 0.7377tn Galat 5 39.24 7.84 Umum 11 67.07

Keterangan: * berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf 1%,

Frond is photosynthesis organ for oil palm tree. In oil palm plantation, this Setting of frond is known as canopy management. In this time, setting of frond which is done in oil palm plantation is based on standard in the plantation. However, until this time, there is no appropriate guidance related with this canopy management, for example how many frond number should be maintain on different varieties, different season and different oil palm age in order to get optimum photosynthetic capacity and yield. This research aims to study the effect of number of frond which setted in two varieties and age of oil palm tree to production of that oil palm tree. This research consist of 4 locations set (block) with different variety and different age. The variety and age of oil palm in each locations (blocks) is Marihat 2005, Marihat 1996, Costarica 2003, and Costarica 2001.

The finding of this research is treatment in number of frond has not shown significant effect to each variable. However in variety of Costarica 2003 location set, shown that treatment number of frond give significant effect to variable of production. This is shown by treatment of frond F which is plants with 49-56 of frond in begining of rainy season, 41-48 of frond in top of rainy season until begining of dry season, and 41-48 of frond while dry season, gave the best result in weight of fresh fruit bunch (FFB) oil palm which is 2227.6 kg/hektar/month.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting sebagai sumber devisa negara melalui minyak sawit dan minyak inti sawit. Dengan berkurangnya peranan minyak dan gas bumi dalam menghasilkan devisa dan pendapatan negara maka peranan komoditas di sub sektor perkebunan sangat dirasakan pentingnya. Kelapa sawit merupakan pilihan yang tepat untuk dikembangkan sebagai sumber devisa negara. Kelapa sawit banyak diminati oleh para investor karena mempunyai prospek ekonomi yang cukup tinggi(Fauzi,et al., 2008).

Dalam pengusahaannya, teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan pembukaan lahan,pemeliharaan tanaman sampai kegiatan panen dan penanganan pasca panen. Semua aspek kegiatan budidaya kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang cukup penting dalam pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan penunasan pelepah, karena penunasan ini akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit.

Menurut Lakitan (1993), banyak penelitian yang difokuskan pada hubungan antara arsitektur kanopi dengan produktivitas tanaman. Istilah indeks luas daun (leaf area index / LAI) digunakan secara meluas untuk menunjukkan perbandingan antara luas daun tanaman dengan luas permukaan tanah tempat tumbuhnya. Produktivitas tanaman meningkat dengan meningkatnya LAI karena lebih banyak cahaya yang ditangkap, tetapi nilai LAI yang terlalu tinggi tidak lagi meningkatkan produktivitas, karena sebagian daun yang ternaung tidak melakukan fotosintesis secara optimal, malah terkadang lebih rendah dari laju respirasinya.

Kapasitas produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh ukuran tajuk atau luas daun sebagai permukaan fotosintesis. Faktor-faktor abiotik seperti cahaya, suhu, konsentrasi CO2, tekanan uap dan keadaan hara merupakan faktor utama yang mempengaruhi laju fotosintesis dan juga pertumbuhan dan produktivitas. Semua kondisi lingkungan yang mengurangi laju fotosintesis (cahaya rendah, suhu rendah, dan hara miskin) akan menurunkan perolehan

karbon fotosintesis. Hasil pengukuran laju fotosintesis pada cahaya jenuh selama ini menunjukkan variasi yang besar. Variasi tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti umur tanaman, posisi daun, dan faktor lingkungan (Dufrene dan Saugier, 1993).Menurut Harahap (2000), pola tanggapan laju fotosintesis kelapa sawit klon MK 60 terhadap fluks spektrum cahaya aktif fotosintetik menunjukkan bahwa laju fotosintesis tanaman kelapa sawit meningkat cepat dengan peningkatan fluks cahaya sampai pada 240 J m-2detik-1. Di atas fluks cahaya 240 J m-2 detik-1, laju fotosintesis cenderung konstan. Tanggapan laju fotosintesis terhadap peningkatan fluks cahaya matahari tersebut memiliki pola yang sama pada berbagai kedudukan pelepah daun.

Ukuran daun selain menunjukkan luas permukaan fotosintesisjuga

menunjukkan luas permukaan transpirasi. Transpirasi merupakan proses

kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan (sebagaimana halnya juga dengan evaporasi) (Lakitan, 1993).

Pengaturan luas permukaan daun diperlukan untuk menyeimbangkan antara kapasitas fotosintesis bersih (termasuk untuk respirasi jaringan daun) dan pemenuhan permintaan transpirasi.Selain itu, jika air dan hara tidak menjadi pembatas, laju asimilasi bersih ditentukan oleh intensitas cahaya yang sampai pada daun pelepah terbawah.

Hubungan kedua proses tersebut bersifat dinamis dan semakin complicated oleh pengaruh perbedaan antara musim hujan dan kemarau. Perbedaan antara musim tersebut berkaitan dengan fluktuasi ketersediaan air (hujan) dan intensitas radiasi matahari. Kedua unsur iklim ini berpengaruh besar terhadap laju fotosintesis dan transpirasi. Pada bulan-bulan bercurah hujan tinggi, rendahnya intensitas radiasi membatasi laju fotosintesis, sedangkan pada musim kemarau, walaupun intensitas radiasi tinggi, laju fotosintesis dibatasi oleh ketersediaan air (hujan). Kondisi ini menjadi diperparah oleh semakin tingginya permintaan transpirasi pada intensitas radiasi yang tinggi pada musim kemarau. Semakin luas daun, semakin tinggi kehilangan transpirasi. Kemampuan tanaman mempertahankan jumlah pelepah, selain ditentukan oleh faktor genetik, juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuh melalui pengaruhnya terhadap laju

3 proses penuaan daun. Patah pelepah (sengkleh) diduga disebabkan kahat hara kalium dan cekaman kekeringan.

Pada tanaman kelapa sawit, pengaturan luas permukaan daun dilakukan dengan pemotongan pelepah, yang sering disebut penunasan. Penunasan berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Kadar nitrogen dan kalium pada pelepah akan meningkat, tetapi magnesium akan menurun bila tunas pokok dilakukan secara berlebihan. Implikasinya, bila ditemukan status N dan K lebih tinggi dan status Mg berkurang maka hal tersebut menunjukkan terjadinya penunasan yang berlebihan sebelum periode pengambilan contoh daun(Pahan, 2008).

Sampai saat ini belum diperoleh informasi tentang jumlah pelepah yang perlu dipertahankan terus menerus atau berbeda antara musim hujan dan kemarau agar tercapai jumlah pelepah optimum, untuk menyeimbangkan antara kapasitas fotosintesis bersih (termasuk untuk respirasi jaringan daun) dan pemenuhan permintaan transpirasi. Laju berbagai proses fisiologi tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuh, terutama keadaan iklim. Dengan demikian perlu pula diketahui kemungkinan adanya perbedaan tingkat penunasan atau pelepah optimum dengan berbedanya keadaan iklim.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mencari metode penunasan untuk memperoleh danmempelajari jumlah pelepah optimum yang mendukung pertumbuhan dan produksi tertinggi tanaman kelapa sawit.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar acuan (justifikasi) bagi manajemen kebun dalam penangananpenunasan atau pengelolaan tajuk.

Hipotesis

Pelakuan jumlah pelepah berpengaruh terhadap produksi tanaman kelapa sawit.

Botani Kelapa Sawit

Taksonomi tanaman kelapa sawit:

Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae Famili : Palmae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies :Elaeis guineensis

Varietas kelapa sawit cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal. Kelapa sawit dapat dibedakan atas tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah, dan lain-lain. Berdasarkan warna buah dari Elaeis guineensis Jacq. tersebut, dikenal varietas-varietas Nigrescens, Virescens, dan Albescens (Lubis, 1992). Jika dilihat dari variasi morfologis buah kelapa sawit yang ada di lapangan membuktikan bahwa kelapa sawit berasal dari banyak varietas. Sampai saat ini, varietas yang banyak ditanam adalah varietas Tenera karena menghasilkan minyak yang paling tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya (Mangoensoekarjo, 2007)

Kelapa sawit (Elaeis guineensisJacq.)adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae.Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazildipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanamanini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit tumbuh subur di luar negara asalanya seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini (Lubis,1992). Benih kelapa sawitpertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984

5 berasal dari Mauritius, Afrika. Perkebunankelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) padatahun 1911.

Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati dengan produktivitas tertinggi dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya, yaitu 5-6 ton/ha/tahun. Kelapa sawit banyak digunakan dalam industri pangan, sabun, tekstil, baja, obat, kosmetik, serta sebagai bahan bakar alternatif (minyak diesel) (Wardjo, 2006).

Tanaman kelapa sawit secara alami bisa mencapai umur 100 tahun. Namun, tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan harus diremajakan sebelum mencapai umur tersebut, karena produksi buahnya semakin menurun (Sastrosayono, 2003).

Daun pada tanaman kelapa sawit, dibentuk didekat titik tumbuh. Setiap bulan biasanya akan tumbuh 2 lembar daun. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnyaakan membentuk sudut 1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun yang lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2003).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1 500 ± 4 000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2 000 ± 3 000 mm per tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24 ±280C dengan suhu terendah 180C dan tertinggi 320C. Penelitian tentang pengaruh suhu ekstrim tinggi dan ekstrim rendah tanaman kelapa sawit masih sangat sedikit. Suhu maksimal berkisar 38 0C, sedangkan suhu minimal sekitar 8 0C (Pahan, 2008). Adapun ketinggian tempat optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah 0 ± 400 m diatas permukaan laut (dpl) (Setyamidjaja, 2006).

Kelapa sawit menghendaki kelembaban udara sekitar 80 % dan penyinaran matahari yang cukup. Lama penyinaran berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, produksi karbohidrat, pembentukan bunga (sex ratio), dan produksi buah. Kecepatan angin yang optimal adalah 5 ± 6 km/jam yang sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang kering menyebabkan

penguapan lebih besar, mengurangi kelembaban, dan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan tanaman layu (Fauziet al., 2008).

Taaman kelapa sawit tumbuh optimal pada pH 5.0 ± 5.5. Tanah yang memiliki pH rendah seperti tanah gambut/organosol sebaiknya dilakukan pengapuran. Di Indonesia, tanah podsolik merah kuning mendominasi areal perkebunan (Setyamidjaja, 2006).

Pengelolaan Tajuk

Pengelolaan tajuk (canopy management) merupakan suatu perlakuan pengaturan dan pemeliharaan kanopi atau tajuk atau daun tanaman kelapa sawit. Pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi produksi kelapa sawit. Efisiensi tajuk merubah radiasi matahari menjadi karbohidrat. Pasokan karbohidrat untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif ditentukan oleh ukuran luas permukaan hijau daun (Pahan, 2008).

Daun kelapa sawit dihasilkan dalam urutan yang teratur. Daun muda yang sudah mengembang sempurna secara konvensional dinamakan daun nomor satu, sedangkan daun yang masih terbungkus seludang dinamakan daun nomor nol. Perkembangan dan menuanya daun kelapa sawit secara individual terjadi dalam arah basipetal(dari atas ke bawah) (Pahan, 2008).

Luas daun meningkat secara progresif pada umur sekitar 8 ± 10 tahun setelah tanam. Meningkatnya luas daun dengan bertambahnya umur tanaman terutama disebabkan oleh bertambahnya anak daun dan rata-rata ukurannya. Produksi daun per tahun pada tanaman yang secara genetik sama, tetapi ditanam pada lingkungan yang berbeda memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah. Lingkungan yang lebih favorableumumnya mempercepat terjadinya puncak laju produksi daun pada tanaman muda (Pahan, 2008).

Penunasan Pelepah

Salah satu kegiatan penanganan dan pemeliharaan kelapa sawit adalah penunasan. Penunasan merupakan upaya untuk mengatur jumlah pelepah yang perlu dipertahankan atau tinggal di pohon (PPKS, 2007). Penunasan dilakukan

7 dalam rangka pengaturan jumlah pelepah yang harus ditinggalkan untuk tujuan pengaturan kapasitas produksi, walaupun pada prakteknya sangat ditentukan oleh manajemen panen buah (ketentuan songgo satu dan songgo dua). Dalam prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegitatan panen (potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Jika penunasan tidak pada waktu panen, pemanen melakukan penunasan terhadap pelepah yang menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama pada pokok yang buah sudah tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa penunasan (curi buah) umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya masih rendah (dengan alat panen dodos).

Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit

Pada kegiatan penunasan terdapat teknik yang bernama songgo satu dansonggo dua. Teknik yang paling sering digunakan adalah songgo dua, dimanajumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah yangpaling bawah. Songgo satu tidak terlalu berbeda dengan songgo dua,perbedaannya pada songgo satu hanya satu pelepah yang disisakan dari tandanbuah paling bawah.

Teknik songgo dua sering dilakukan pada tanaman kelapa sawit untukmendapatkan ILD yang optimum. ILD adalah rasio luas daun terhadap luas lahan.ILD yang optimum pada tanaman kelapa sawit yaitu 5-7. Nilai ILD dipengaruhioleh waktu penyinaran, temperature udara, kelembaban tanah, dan karakteristikgenetik tanaman. ILD akan optimum jika penutupan tajuk optimum.Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % radiasi matahari yangdatang dapat diserap oleh tanaman atau saat pelepah dari tiga pokok salingmenutupi(Pahan, 2008).

Tempat dan Waktu

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kebun PT. Sawit Asahan Indah, Grup Astra Agro Lestari, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi ini merupakan wilayah yang memiliki jenis tanah mineral dengan rata-rata hari hujan bulanan dan curah hujan bulanan periode 1996-2009 berturut-turut adalah 9.32 hari/ bulan dan 272.51 mm/bulan, dan rata-rata Bulan Kering per Bulan Basah periode 1996-2009 adalah 1.57/7.71. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 11 bulan, yaitu pada bulan Oktober 2010 hingga Agustus 2011.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman kelapa sawit dengan 4(empat) set percobaan masing-masing untuk varietas dan umur pada areal tanaman menghasilkan, yaitu:

1. Varietas Marihat, Tahun Tanam 2005 2. Varietas Marihat, Tahun Tanam 1996 3. Varietas Costarica, Tahun Tanam 2003 4. Varietas Costarica, Tahun Tanam 2001

Peralatan percobaan yang digunakan adalah yang lazim digunakan di kebun dan ditambah yang secara khusus diadakan untuk panen dan penunasan, serta untuk pengamatan pengukuran peubah-peubah tanaman dan lingkungan tumbuhnya. Peubah tanaman dan lingkungan tumbuh yang diamati yaitu iklim mikro di bawah tajuk meliputi pengukuran intensitas cahaya, suhu dan kelembaban. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan alat luxmeter (Gambar 1) dan pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan dengan menggunakan alat thermo-hygrometer (Gambar 2).

9

Gambar 1. Luxmeter. Gambar 2. Thermo-hygrometer.

Metode Penelitian

Percobaan terdiri atas 4 set lokasi (blok) dengan varietas dan umur tanam yang berbeda, yaitu blok F6 (varietas Marihat tahun tanam 2005), blok G19 (varietas Marihat tahun tanam 1996), blok F6-7 (varietas Costarica 2003) dan blok I21 (varietas Costarica 2001) . Pada setiap lokasi digunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor perlakuan yaitu jumlah pelepah yang dipertahankan.Perlakuan jumlah pelepah yang diberikan merupakan kombinasi dari jumlah pelepah yang ditinggalkan pada tanaman yaitu 41-48 (I) dan 49-56 (II) dan periode musim dalam setahun yang dibagi ke dalam 3 bagian yakni awal musim hujan sampai puncak hujan (Oktober-Desember), puncak hujan sampai awal musim kemarau (Januari-April), dan selama musim kemarau (Mei-Agustus). Dengan demikianperlakuan jumlah pelepah terdiri atas 6 taraf perlakuan. Perlakuan pelepah yang dipertahankan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perlakuan Pelepah pada Periode Musim dalam Setahun.

Perlakuan Pelepah

Jumlah Pelepah per Periode Awal Musim Hujan

(Oktober-Desember) Musim Hujan (Januari-April) Musim Kemarau (Mei-Agustus) A 41±48 41±48 41±48 B 41±48 41±48 49±56 C 41±48 49±56 49±56 D 49±56 49±56 49±56 E 49±56 49±56 41±48 F 49±56 41±48 41±48

Model aditif linear untuk rancangan yang digunakan adalah : Yij=

µ

+

IJ

i+

ȕ

j+

İ

ij

(Gomez dan Gomez, 1995). Keterangan :

Yij : nilai peubah yang diamati.

µ

: rataan umum.

IJ

k : pengaruh perlakuan jumlah pelepah ke-i.

ȕ

j : pengaruh kelompok ke-j.

İ

ijk : pengaruh galat percobaan.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam dengan uji F pada taraf nyata 5%, dan juga dilihat sampai dengan taraf nyata 10%. Jika berbeda nyata pada uji F maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test(DMRT) pada taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan

Tahap awal pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan persiapan lapangan percobaan berupa layout plot-plot sesuai dengan perlakuan dan blok, dan pemasangan papan tanda plot sesuai dengan pengacakannya (Lampiran 2). Setelah layout plot ditentukan, perlakuan penunasan dilakukan sesuai dengan kode perlakuan untuk masing-masing plot. Satu plot perlakuan terdiri dari 4 jalur tanaman kelapa sawit, dan 2 jalur yang berada di tengah ditetapkan sebagai jalur pengamatan dengan 5 tanaman contoh yang teracak di dalamnya. Tanaman contoh yang telah dipasangi papan tanda plot diperlihatkan oleh Gambar 3.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan pemeliharaan rutin yang terdapat di perkebunan. Kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi kegiatan pemupukan makro maupun mikro, pengendalian gulma, serta pemberantasan hama dan penyakit.

11 Untuk kegiatan penunasan (pruning) dilakukan berdasarkan taraf perlakuan yang diberikan untuk masing-masing plot. Kegiatan penunasan dilakukan diluar jadwal penunasan rutin perkebunan, dikarenakan penunasan merupakan perlakuan yang diberikan terhadap tanaman. Kegiatan penunasan dilakukan setiap empat bulan, sesuai dengan perlakuan yang terbagi menjadi 3 musim dalam satu tahun.

Gambar 3. Tanaman Contoh yang Dipasangi Papan Tanda Plot.

Pemanenan

Panen dilakukan pada buah yang telah masak dengan kriteria buah mencapai fraksi 3. Kegiatan pemanenan dilakukan mengikuti rotasi panen yang terdapat di kebun. Rotasi panen yang terdapat di kebun umumnya 6/7, yaitu enam hari panen dalam satu minggu, sehingga panen pada plot penelitian dilakukan setiap satu minggu. Namun rotasi ini dapat berubah sesuai dengan kondisi yang terjadi di kebun, diantaranya karena panen puncak, tenaga kerja kurang, ataupun libur pada hari kerja.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap beberapa peubah yaitu:

1. Peubah pertumbuhan dan hasil. Pengamatan peubah pertumbuhan meliputi panjang daun, panjang petiol, dan panjang anak daun terpanjang, yang diambil dari daun terbawah pada masing-masing pokok contoh. Pengamatan ini dilakukan setiap empat bulan sekali, setelah dilakukan penunasan sesuai dengan perlakuan selama setahun. Selain itu pengamatan hasil dilakukan pada

saat panen meliputi bobot buah, jumlah buah, dan bobot brondolan per butir, yang diamati dari 5 tanaman contoh dan 2 jalur plot pengamatan, serta buah hitam, buah merah, dan bunga betina, yang diamati dari 5 tanaman contoh setiap plot perlakuan. Pengamatan ini dilakukan setiap rotasi panen di kebun selama 11 bulan. Pengamatan peubah pertumbuhan dan hasil ini diperlihatkan oleh Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6.

2. Keadaan lingkungan tumbuh. Pengamatan lingkungan tumbuh dilakukan pada iklim mikro di bawah tajuk, berupa intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara. Untuk intensitas cahaya dilakukan pula pengamatan intensitas cahaya yang jatuh pada permukaan daun terbawah. Pengamatan iklim mikro dilakukan pada 5 pokok contoh masing-masing plot setiap empat bulan selama periode pengamatan yaitu 11 bulan. Data lain adalah data iklim, terutama curah hujan dan lama penyinaran di daerah penelitian. Pengamatan peubah keadaan lingkungan tumbuh ini diperlihatkan oleh Gambar 7 dan Gambar 8.

Gambar 4. Penimbangan TBS. Gambar 5. Penghitungan Brondolan.

Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8.

Pengukuran Panjang Daun. Pengukuran Intensitas Pengukuran Intensitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lahan Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. Sawit Asahan Indah, Grup Astra Agro Lestari, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, yang

Dokumen terkait