• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pembahasan

2. Sifat Kimia Kelobot Jagung

Kadar air pada penelitian utama diuji berdasarkan kadar air acuan pada penelitian pendahuluan. Pada penentuan kadar air acuan didapatkan nilai kadar air kelobot jagung yang dibiarkan kering di pohon selama 15 hari setelah waktu panen sebesar 8,85% , 8% dan 7,63% untuk lapisan luar, tengah dan dalam pada kelobot jagung varietas super sweet. Pada varietas pioneer didapatkan kadar air sebesar 9,44% pada lapisan luar, 8,37% pada lapisan tengah dan 7,75% pada lapisan dalam. Hasil pengukuran kadar air acuan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pada kelobot jagung yang dibiarkan kering di pohon, kadar air lapisan luar lebih besar daripada lapisan tengah dan lapisan dalam. Hal ini diduga karena dinding sel kelobot jagung lapisan luar lebih tebal sehingga dapat menghambat pelepasan air dari dalam bahan. Selain itu, penurunan kadar air yang rendah pada lapisan luar bisa juga dikarenakan uap air pada lapisan yang ada dibawahnya menjenuhkan atmosfir pada permukaan lapisan luar sehingga memperlambat pengeluaran air selanjutnya.

Kadar air kelobot jagung varietas pioneer lebih besar dibandingkan kelobot jagung varietas super sweet. Hal ini karena kelobot jagung varietas pioneer memiliki nilai tebal yang lebih besar daripada varietas super sweet. Selain itu berkaitan juga dengan dugaan tebal dinding sel kelobot jagung varietas pioneer yang lebih besar sehingga menyebabkan proses pengeluaran air berjalan lama.

Hasil pengujian kadar air pada penelitian utama, kelobot jagung varietas super sweet segar lapisan luar, tengah dan dalam bernilai 83,83%, 80,9% dan 72,85% dikeringkan selama 4 jam menggunakan cabiner drier pada suhu 50˚C sehingga kadar airnya mencapai 8,85% untuk lapisan luar, 8,00% untuk lapisan tengah dan 7,63% untuk lapisan dalam. Pengujian kadar air kelobot jagung varietas pioneer segar lapisan luar, tengah dan dalam bernilai 85,43%, 82,06% dan 77,87% dikeringkan selama 4 ½ jam menggunakan cabiner dryer pada suhu 50˚C sehingga kadar airnya mencapai 9,44% untuk lapisan luar, 8,37% untuk lapisan tengah dan 7,75% untuk lapisan dalam. Nilai kadar air ini merupakan nilai yang paling mendekati kadar air acuan untuk kelobot jagung lapisan luar, tengah dan dalam pada varietas super sweet dan pioneer selama proses pengeringan. Perbedaan kadar air kelobot jagung kering dapat dilihat pada Gambar 8.

8.66 9.10 7.83 8.23 7.34 7.65 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ka dar a ir ( % )

Lapisan luar lapisan tengah lapisan dalam Jenis lapisan kelobot jagung

super sweet pioneer

Gambar 8. Grafik nilai kadar air kelobot jagung kering

Proses pengeringan kelobot jagung pada cabinet dyer menggunakan suhu 50˚C bertujuan untuk memperkecil kerusakan bahan akibat pengeringan. Menurut Casey (1952) pengeringan dengan menggunakan alat pengering, biasanya menggunakan suhu 50 sampai 70˚C tergantung pada bahannya. Bila suhunya terlalu tinggi maka bisa menyebabkan terjadinya case hardening pada bahan.

Pengeringan kelobot jagung dapat menurunkan kadar air karena pada proses pengeringan suhu udara yang dialirkan di sekeliling bahan lebih tinggi dari suhu bahan dan menyebabkan tekanan uap air dalam bahan lebih tinggi daripada tekanan uap air di udara sehingga terjadi perpindahan uap air dari bahan ke udara.

Analisa ragam dengan selang kepercayaan 99% pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa jenis lapisan kelobot jagung dan jenis varietas jagung berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air kelobot jagung. Hasil uji lanjut Newman-Keuls menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kadar air kelobot jagung antara lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan dalam.

b. Kadar Protein

Penentuan kadar protein menggunakan metode Kjeldahl pada dasarnya adalah menghitung protein berdasarkan jumlah N yang terkandung dalam bahan (Fennema, 1985). Analisa protein dengan cara Kjeldahl mengakibatkan senyawa lain bukan protein yang mengandung N dapat terhitung sebagai protein. Pada tanaman terdapat klorofil yang strukturnya mengandung unsur N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelobot jagung kering lapisan luar memiliki kadar protein basis kering yang lebih besar dari lapisan tengah dan dalam yaitu sebesar 2,37% untuk varietas super sweet dan 3,68% untuk varietas pioneer. Diduga dalam klobot jagung terdapat klorofil dan lapisan luar memiliki kandungan klorofil yang lebih banyak. Hal ini diperkuat oleh Purnomo (1988) yang menyatakan bahwa kelobot jagung berwarna hijau tua sampai hijau muda dan semakin kedalam warna kelobot semakin muda. Penampakan kelobot jagung segar varietas super sweet dapat dilihat pada Gambar 9 sedangkan kelobot jagung segar varietas pioneer dapat dilihat pada Gambar 10.

Lapisan Luar Lapisan Tengah Lapisan Dalam

Gambar 9. Kelobot jagung segar varietas super sweet lapisan luar, tengah dan dalam

Lapisan Luar Lapisan Tengah Lapisan Dalam

Gambar 10. Kelobot jagung segar varietas pioneer lapisan luar, tengah dan dalam

Kelobot jagung varietas pioneer memiliki kadar protein yang lebih besar daripada varietas super sweet. Hal ini berkaitan dengan dugaan klorofil yang terdapat dalam kelobot varietas pioneer lebih besar sehingga klorofil yang akan terhitung sebagai kadar protein juga lebih besar. Penampakan kelobot jagung kering varietas super sweet dapat dilihat pada Gambar 11 sedangkan kelobot jagung kering varietas pioneer dapat dilihat pada Gambar 12.

Lapisan Luar Lapisan Tengah Lapisan Dalam

Gambar 11. Kelobot jagung kering varietas super sweet lapisan luar, tengah dan dalam

Lapisan Luar Lapisan Tengah Lapisan Dalam

Gambar 12. Kelobot jagung kering varietas pioneer lapisan luar, tengah dan dalam

Hal ini diperkuat oleh Dalem (1990) yang menyatakan bahwa kelobot jagung pioneer memiliki warna kelobot yang lebih hijau dibandingkan kelobot jagung manis. Hasil pengujian kadar protein basis kering dapat dilihat pada Gambar 13.

2.37 3.68 1.87 2.96 1.30 2.62 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 K adar P rot ei n ( % )

Lapisan luar lapisan tengah lapisan dalam Jenis lapisan kelobot jagung kering

super sweet pioneer

Proses pengeringan dapat menyebabkan terjadinya degradasi klorofil. Hal ini yang menyebabkan kelobot jagung segar memiliki nilai protein yang lebih besar dibandingkan kelobot jagung kering karena terjadinya degradasi klorofil menyebabkan jumlah nitrogen yang terhitung sebagai protein berkurang. Menurut Fennema (1985), pemanasan menyebabkan terjadinya konversi butir hijau daun (klorofil) menjadi pheophytin yang ditandai dengan berubahnya magnesium yang mengikat N menjadi hidrogen sehingga N akan dilepaskan. Struktur dasar klorofil dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil pengukuran kadar protein kelobot jagung segar dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 14. Struktur dasar klorofil (Fennema, 1985)

Analisa ragam dengan selang kepercayaan 99% pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa jenis lapisan kelobot jagung dan jenis varietas jagung berpengaruh nyata terhadap nilai kadar protein kelobot jagung. Hasil uji lanjut Newman-Keuls menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kadar protein kelobot jagung antara lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan dalam.

c. Kadar Lemak

Kadar lemak ditentukan berdasarkan banyaknya lemak yang larut dalam bahan. Kandungan lemak yang terukur dalam bahan adalah lemak kasar dan merupakan kandungan total lipida dalam jumlah yang sebenarnya. Menurut Fennema (1985) fraksi lipida terdiri dari minyak/lemak (edibel fat/oil), malam (wax), fosfolipida, sterol, hidrokarbon dan pigmen. Di dalam tanaman terdapat pigmen yang larut dalam lemak yaitu klorofil.

Pada proses pengukuran kadar lemak, heksan yang digunakan sebagai pelarut berubah warna dari kuning ke kuning kehijauan. Hal ini menunjukkan bahwa klorofil larut dalam pelarut heksan. Menurut Anonim (2006), klorofil dapat larut dalam petroleum eter, heksan, dietil eter, etil asetat, etanol dan air.

Hasil penelitian menunjukkan kelobot jagung kering lapisan luar memiliki kadar lemak basis kering yang lebih tinggi dibandingkan lapisan tengah dan dalam, yaitu sebesar 2,84% untuk kelobot jagung varietas super sweet dan 2,89% untuk kelobot jagung varietas pioneer. Diduga kelobot jagung lapisan luar memiliki kandungan klorofil yang lebih besar sehingga klorofil yang akan terhitung sebagai kadar lemak juga lebih besar.

Kelobot jagung varietas pioneer memiliki nilai kadar lemak yang lebih besar dari kelobot jagung varietas super sweet karena kelobot jagung varietas pioneer memiliki kandungan klorofil yang lebih besar sehingga klorofil yang akan larut dalam lemak dan terhitung sebagai kadar lemak juga lebih besar. Hasil pengujian kadar lemak basis kering dapat dilihat pada Gambar 15.

2.84 2.89 2.63 2.66 2.32 2.35 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 K ada r l em ak ( % )

Lapisan luar lapisan tengah lapisan dalam Jenis lapisan kelobot jagung kering

super sweet pioneer

Gambar 15. Grafik nilai kadar lemak basis kering kelobot jagung kering

Kadar lemak kelobot jagung segar lebih besar dari kelobot jagung kering karena kelobot jagung segar memiliki kandungan klorofil yang lebih besar sehingga klorofil yang larut dan terhitung sebagai kadar lemak juga besar. Pada kelobot jagung kering, klorofil diduga sudah mengalami degradasi akibat proses pengeringan sehingga klorofil yang larut dalam lemak jumlahnya sedikit. Kadar lemak memiliki kecenderungan yang sama dengan kadar protein karena komponen yang mempengaruhinya juga sama yaitu klorofil.

Analisa ragam dengan selang kepercayaan 99% pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa jenis lapisan kelobot jagung berpengaruh nyata terhadap nilai kadar lemak kelobot jagung sedangkan jenis varietas jagung tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar lemak kelobot jagung. Hasil uji lanjut Newman-Keuls menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kadar lemak kelobot jagung antara lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan dalam.

d. Kadar Abu

Unsur mineral dalam suatu bahan dikenal juga sebagai zat organik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu (Fennema, 1985).

Hasil penelitian menunjukkan kelobot jagung kering lapisan luar memiliki kadar abu yang lebih besar dari kelobot jagung lapisan tengah dan dalam yaitu sebesar 3,08% untuk kelobot jagung varietas super sweet dan 3,70% untuk kelobot jagung varietas pioneer. Hal ini karena kandungan mineral yang terdapat dalam kelobot jagung lapisan tengah dan dalam lebih kecil sehingga zat anorganik yang terdapat dalamnya lebih kecil. Perbedaan kandungan mineral yang terdapat pada kelobot jagung disebabkan karena adanya perbedaan varietas, kesuburan tanah dan jenis pupuk yang digunakan.

Menurut Pantastico (1984), kandungan mineral yang terdapat dalam bahan hasil pertanian dipengaruhi oleh varietas, kesuburan tanah, jenis tanaman dan jenis pupuk yang digunakan.

Kelobot jagung varietas pioneer yang nilai kadar abunya lebih besar dibandingkan kelobot jagung varietas super sweet memiliki kecenderungan yang sama karena kandungan mineral yang terdapat dalam kelobot jagung varietas super sweet lebih besar. Hasil pengukuran kadar abu basis kering kelobot jagung dapat dilihat pada Gambar 16.

3.08 3.70 2.61 2.93 1.98 2.04 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 K ad ar a bu ( % )

Lapisan luar lapisan tengah lapisan dalam

Jenis lapisan kelobot jagung kering

super sweet pioneer

Gambar 16. Grafik nilai kadar abu basis kering kelobot jagung

Analisa ragam dengan selang kepercayaan 99% pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa jenis lapisan kelobot jagung dan jenis varietas jagung berpengaruh nyata terhadap nilai kadar abu kelobot jagung. Hasil uji lanjut Newman-Keuls menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kadar abu kelobot jagung antara lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan dalam.

e. Kadar Serat Kasar

Hasil penelitian menunjukkan kelobot jagung kering lapisan luar memiliki kadar serat kasar basis kering yang lebih tinggi dibandingkan kelobot jagung lapisan tengah dan dalam yaitu sebesar 45,84% untuk kelobot jagung varietas super sweet dan 50,87% untuk kelobot jagung varietas pioneer. Diduga karena lapisan luar mempunyai kandungan selulosa yang lebih besar. Menurut Fennema (1985) kandungan serat kasar yang tinggi menunjukkan kandungan selulosa yang tinggi. Kandungan selulosa yang tinggi menyebabkan kandungan gugus-gugus –OH juga tinggi sehingga akan banyak terbentuk ikatan antar serat yang membuat kadar seratnya tinggi.

Begitu juga dengan kadar serat kelobot jagung pioneer lebih tinggi daripada kelobot jagung super sweet karena kelobot jagung pioneer memiliki kandungan selulosa yang lebih besar sehingga akan lebih banyak membentuk ikatan antar serat yang membuat kadar seratnya tinggi. Hasil pengkuran kadar serat kasar dapat dilihat pada Gambar 17.

45.84 50.87 41.88 47.64 38.56 39.89 0 10 20 30 40 50 60 K ad ar s era t k as ar ( % )

Lapisan luar lapisan tengah lapisan dalam

Jenis lapisan kelobot jagung kering

super sweet pioneer

Gambar 17. Grafik nilai kadar serat kasar basis kering kelobot jagung kering

Kadar serat kelobot jagung segar lebih rendah daripada kelobot jagung kering. Diduga karena kelobot jagung segar walaupun memiliki kandungan selulosa yang tinggi, tetapi juga memiliki kadar air yang tinggi sehingga ikatan antar serat yang terbentuk tidak banyak dan membuat nilai kadar serat kasarnya rendah. Hasil pengukuran kadar serat kasar kelobot jagung dapat dilihat pada Lampiran 3.

Analisa ragam dengan selang kepercayaan 99% pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa jenis lapisan kelobot jagung dan jenis varietas jagung berpengaruh nyata terhadap nilai kadar serat kasar kelobot jagung. Hasil uji lanjut Newman-Keuls menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kadar serat kasar kelobot jagung antara lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan dalam.

f.Kadar Karbohidrat

Penentuan karbohidrat dengan cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau disebut juga carbohydrate by difference adalah penentuan karbohidrat dalam bahan makanan secara kasar dimana kandungan karbohidrat diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan. Menurut Fennema (1985), karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati. Karbohidrat yang biasa terdapat dalam serealia dan umbi-umbian adalah polisakarida.

Hasil penelitian menunjukkan kelobot jagung kering lapisan dalam memiliki kadar karbohidrat basis kering yang lebih tinggi dibandingkan kelobot jagung lapisan tengah dan luar yaitu sebesar 55,84% untuk kelobot jagung varietas super sweet dan 53,09% untuk kelobot jagung varietas pioneer karena kelobot jagung lapisan luar memiliki kadar serat yang lebih tinggi. Menurut Fennema (1985), kadar serat yang tinggi menunjukkan kandungan selulosa yang tinggi dimana selulosa termasuk dalam kelompok karbohidrat sebagai penyusun dinding sel tanaman.

Kelobot jagung varietas pioneer memiliki nilai kadar karbohidrat yang lebih rendah dibandingkan kelobot jagung varietas super sweet. Hal ini berhubungan dengan proses pengeringan yang terjadi pada kelobot jagung. Kelobot jagung varietas pioneer mengalami proses pengeringan yang lebih lama sehingga karbohidrat yang diubah menjadi CO2 dan H2O pada proses respirasi kelobot jagung akan semakin banyak. Hasil pengukuran kadar karbohidrat basis kering kelobot jagung dapat dilihat pada Gambar 18.

45.87 38.85 51.01 43.80 55.84 53.09 0 10 20 30 40 50 60 K ad ar k arb o h id ra t ( % )

Lapisan luar lapisan tengah lapisan dalam Jenis lapisan kelobot jagung kering

super sweet pioneer

Gambar 18. Grafik nilai kadar karbohidrat basis kering kelobot jagung kering

Kadar karbohidrat kelobot jagung segar lebih besar daripada kelobot jagung kering karena kelobot jagung kering telah melewati proses pengeringan sehingga karbohidrat yang diubah menjadi CO2 dan H2O pada proses respirasi kelobot jagung akan semakin banyak. Hasil pengukuran kadar karbohidrat kelobot jagung segar dapat dilihat pada Lampiran 3.

Analisa ragam dengan selang kepercayaan 99% pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa jenis lapisan kelobot jagung dan jenis varietas jagung berpengaruh nyata terhadap nilai kadar karbohidrat kelobot jagung. Hasil uji lanjut Newman-Keuls menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kadar karbohidrat kelobot jagung antara lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan dalam.

3. Sifat Mekanis Kelobot Jagung

Dokumen terkait