• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Penelitian Utama

3. Sifat Kimia Kulit

y a S era p A ir ( % ) 2% 4% 6%

Konsentrasi Natrium Perkarbonat (% )

Air 70% Air 50% Air 30%

Gambar 40. Histogram Hubungan Antara Konsentrasi Natrium Perkarbonat, Jumlah Air Dan Daya Serap Air 24 Jam

Hasil analisis ragam terhadap faktor konsentrasi natrium perkarbonat dan konsentrasi air tidak berpengaruh terhadap daya serap air pada waktu 2 jam maupun 24 jam dari kulit samak yang dihasilkan, begitu juga dengan interaksi keduanya baik pada waktu 2 jam maupun 24 jamSecara garis besar daya serap air pada waktu 24 jam lebih tinggi jika dibandingkan dengan daya serap air pada waktu 2 jam, karena semakin lama waktu penyerapan maka akan semakin banyak air yang terserap oleh kulit dan pada suatu saat daya serap air akan tetap ketika tercapai titik jenuhnya.

3. Sifat Kimia Kulit a. pH

Nilai pH yang diperoleh dalam penelitian ini untuk semua sampel berkisar antara 6,75 – 7,45. Nilai pH tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi oksidasi dengan konsentrasi natrium perkarbonat sebesar 4% dan jumlah air sebesar 50%, sedangkan untuk nilai pH terendah terdapat pada perlakuan kombinasi oksidasi dengan konsentrasi natrium perkarbonat sebesar 2% dan jumlah air sebesar 70%, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 41.

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 pH 2% 4% 6%

Konsentrasi Natrium Perkarbonat (% )

Air 70% Air 50% Air 30%

Gambar 42.Histogram hubungan antara konsentrasi sodium perkarbonat, konsentrasi air dan pH

Hasil analisis ragam terhadap faktor konsentrasi sodium perkarbonat yang digunakan tidak berpengaruh terhadap pH dari kulit samak yang dihasilkan. Sedangkan terhadap faktor jumlah air yang digunakan sebagai pelarut juga tidak berpengaruh terhadap pH dari kulit samak yang dihasilkan, begitu juga dengan interaksi antara keduanya

b. Kadar Minyak

Kadar minyak merupakan suatu uji menentukan kadar persentase minyak yang terdapat dalam kulit. Pada kulit samak, kadar minyak yang rendah yakni sesuai dengan standar maksimal SNI menunjukkan kualitas yang lebih bagus karena hal ini dapat mengurang efek bau, efek berminyak serta menunjukkan bahwa kegiatan penyamakan berlangsung secara lebih sempurna.

Berdasarkan data hasil penelitian ini, nilai kadar minyak untuk semua sampel kulit berada pada kisaran antara 6,1 – 10,5%. Bila dilihat secara keseluruhan, nilai kadar minyak masih masuk dalam standar (SNI, 1990) yaitu dibawah 10% kecuali untuk sampel tertinggi. Kadar minyak tertinggi terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi sodium perkarbonat sebesar 2% dan konsentrasi air 30% sebesar 10,5%,

sedangkan nilai yang terendah terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi sodium perkarbonat sebesar 6% dan konsentrasi air 70% sebesar 6,1%. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 43.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Ka d a r M in y a k (% ) 2 4 6

Konsentrasi Natrium Perkarbonat (% )

Air 70% Air 50% Air 30%

Gambar 44. Histogram Hubungan Antara Konsentrasi Natrium Perkarbonat, Konsentrasi Air Dan Kadar Minyak

Berdasarkan hasil analisis ragam faktor kombinasi oksidasi dengan konsentrasi natrium perkarbonat dan konsentrasi air, berpengaruh nyata terhadap kadar minyak kulit samak, begitu juga dengan interaksi keduanya. Hasil analisis lanjut Duncan mengenai interaksi antara perlakuan konsentrasi natrium perkarbonat dan jumlah air (lampiran 15), menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi natrium perkarbonatnya (dari 2% sampai 6%) maka kadar minyaknya semakin rendah. Sedangkan jumlah air yang digunakan dimulai dari 30% - 70% - 50% menunjukkan kadar minyak semakin tinggi. Hal ini menunjukkan karena semakin banyaknya minyak yang berpenetrasi ke kulit sehingga minyak yang tidak tercuci semakin menurun. Interaksi untuk keduanya berbeda nyata dari A1BB3, A2B1B , A1BB2, A1B1,B A3BB3, A2B2,B

A3BB2, A2B3B dan A3BB1. Interaksi berpengaruhnya kedua faktor dapat dilihat pada Gambar 45 yang menunjukkan dengan konsentrasi natrium perkarbonat dan jumlah air yang berbeda saling berpotongan ataupun merujuk akan saling berpotongan. Hal tersebut menunjukkan ada

pengaruh interaksi antara faktor konsentrasi natrium perkarbonat dan air. 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 70% 50% 30% Ka d ar  Mi ny ak  (%) Jumlah Air Natrium  perkarbonat 2% Natrium  perkarbonat 4% Natrium  perkarbonat 6%

Gambar 46. Interaksi antara Konsentrasi Natrium Perkarbonat dan Jumlah Air terhadap Kadar Minyak

Gambar 47 menunjukkan bahwa dengan konsentrasi natrium perkarbonat dan jumlah air yang berbeda saling berpotongan ataupun merujuk akan saling berpotongan. Hal ini menunjukkan ada pengaruh interaksi antara faktor konsentrasi natrium perkarbonat dan air.

Kadar minyak dalam kulit samak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Minyak yang berlebih pada proses penyamakan minyak dapat dihilangkan pada proses pencucian dengan menggunakan air alkalin hangat. Dengan demikian, kandungan minyak yang masih tertinggal dalam kulit hasil penyamakan minyak sangat tergantung kepada proses pencucian yang dilakukan. Selain itu, kadar minyak pada kulit juga dipengaruhi oleh proses prapenyamakan, misalnya tahap pengapuran kulit. Proses pengapuran bertujuan untuk melarutkan epidermis dan menghidrolisis lemak serta zat – zat yang tidak diperlukan pada proses penyamakan, sehingga sewaktu proses pengapuran sebagian lemak pada kulit akan terbuang.

c. Kadar Abu

Kadar abu merupakan suatu uji menentukan bahan sisa yang tidak dapat habis terbakar. Nilai kadar abu dalam penelitian ini berkisar antara 1,0 – 1,6 %. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan dengan

konsentrasi natrium perkarbonat sebesar 4% dan jumlah air 30%, sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi natrium perkarbonat sebesar 4% dan jumlah air 70% (Gambar 48).  

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 Ka d a r A b u ( % ) 2 4 6

Konsentrasi Natrium Perkarbonat (% )

Air 70% Air 50% Air 30%

 

Gambar 49. Histogram hubungan antara konsentrasi natrium perkarbonat, konsentrasi air dan kadar abu 

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi natrium perkarbonat dan jumlah air yang digunakan tidak berpengaruh terhadap kadar abu kulit samoa, akan tetapi berpengaruh dengan interaksi keduanya (Lampiran 16). Hasil analisis Duncan untuk interaksi antara natrium perkarbonat dan air terhadap kadar abu menunjukkan bahwa berbeda nyata antara sampel A2BB3, A3B2B =A3BB1, A1B1B , A1BB2=A2B2B , A1BB3, A3B3B dan A2BB1. Interaksi antara kedua faktor tersebut dibuktikan pada Gambar 50.

0,0 0,3 0,6 0,9 1,2 1,5 1,8 70% 50% 30% K a da r Abu (% ) Jumlah Air Natrium perkarbonat 2% Natrium perkarbonat 4% Natrium perkarbonat 6%

Gambar 51. Interaksi antara Konsentrasi Natrium Perkarbonat dan Jumlah Air terhadap Kadar Abu

Gambar 52 menunjukkan bahwa dengan konsentrasi natrium perkarbonat dan jumlah air yang berbeda saling berpotongan ataupun merujuk akan saling berpotongan. Hal ini menunjukkan ada pengaruh interaksi antara faktor konsentrasi natrium perkarbonat dan air.

Hal ini dikarenakan bahwa air melarutkan natrium perkarbonat dan setelah larut menjadi natrium karbonat dan hidrogen peroksida, sedangkan natrium karbonat mengandung bahan mineral. Secara umum, kadar abu mempunyai nilai yang sama akan tetapi dalam kasus ini interaksi tersebut menambah kadar abunya. Kadar abu pada kulit dipengaruhi oleh bahan mineral tersebut antara lain Na, K, Ca, Fe, P dan umumnya sebagai garam khlorida, sulfat, karbonat, dan phosfat; sedikit SiO2, Zn, Ni, As, Fe dan S. Bila dilihat secara keseluruhan, nilai kadar abu masih masuk dalam standar (SNI, 1990), yakni dibawah 5 %.

Dokumen terkait