• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Kimia dan Status Kesuburan Tanah

Dalam dokumen Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2015 (Halaman 69-75)

4. Data Sosial Ekonomi

4.7. I dentifikasi dan Karakterisasi Sumberdaya Lahan

4.7.3. Sifat Kimia dan Status Kesuburan Tanah

Sifat kimia tanah sangat dipengaruhi oleh bahan induk tanah serta tingkat pelapukan yang telah terjadi. Penetapan sifat kimia dan status kesuburan di Kabupaten Kepahiang ditentukan dari pengambilan contoh tanah secara komposit pada lapisan atas (0-30 cm dan 30-60 cm) dari beberapa pewakil yang dianggap representatif dan dianalisis di laboratorium. Kriteria sifat kimia dan penentuan status kesuburan tanah mengacu kunci status kesuburan tanah (PPT, 1983), yaitu dengan mengkombinasikan parameter kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah, kejenuhan basa (KB), kadar K2O, P2O5 dan C-organik tanah. Beberapa sifat kimia tanah hasil analisis di laboratorium diuraikan sebagai berikut:

a. Reaksi Tanah ( pH)

Di dalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktifitas dan dominasi mikroorganisme, seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi), penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesis senyawa kimia organik dan transport gas ke atmosfer. Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah. Sebagai teladan tanah-tanah dengan reaksi tanah sangat masam (pH < 4,0) unsur hara P seringkali tidak tersedia untuk tanaman karena dijerap oleh Fe dan Al yang mendominasi kompleks pertukaran kationnya. Sedangkan pada tanah-tanah dengan pH > 7,5 unsur hara tersebut dijerap oleh Ca, sehingga tidak tersedia untuk tanaman.

Tanah yang masam memiliki pH nilai kurang dari 7 pada skala pH (SSSA, 1997). Secara teoritis, keasaman tanah sebagian besar terkait dengan adanya perubahan bentuk ion hidrogen dan aluminium (Brady, 2001; Fageria dan Baligar, 2003). Dengan demikian, semakin tinggi konsentrasi ion ini dalam larutan tanah, semakin tinggi keasamannya. Kebanyakan tanah masam menunjukkan tingkat kesuburan yang rendah, rendah unsur fisik, kimia, dan biologi tanah.

pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah memegang peran sangat penting dalam ketersediaan unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/ kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia

bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0-7,0. Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut.

Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tanah-tanah di Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Lebong mempunyai pH tanah masam, yaitu 4,08-6,73 (rata-rata 5,92) dan 4,14-6,49 (rata-rata 5,78). Hal ini dapat disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di dua kabupaten tersebut . Menurut Brady (2001) curah hujan memiliki nilai pH antara 4 dan 4,5 yang sampai ketanah melalui presipitasi ( Coy et al. , 1990). Di daerah yang mempunyai curah hujan tinggi seperti di daerah tropis maka tanah cenderung bersifat agak masam sampai masam karena terjadi pencucian terhadap ion-ion yang bersifat basa.

Pada tanah asam (pH rendah), tanah didominasi oleh ion Al, Fe, dan Mn. I on-ion ini akan mengikat unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama unsur P (fosfor), K (kalium), S (sulfur), Mg (magnesium) dan Mo (molibdenum) sehingga tanaman tidak dapat menyerap makanan dengan baik meskipun kandungan unsur hara dalam tanahnya banyak. Pada kondisi ini, derajat keasaman tanah bernilai < 7. Selain ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara, ion-ion tersebut juga meracuni tanaman. Pada tanah asam, kandungan unsur mikro seperti seng (Zn), tembaga (Cu) dan kobalt (Co) juga tinggi sehingga meracuni tanaman.

Keasaman tanah telah terbukti memiliki efek merugikan pada pertumbuhan tanaman dengan mempengaruhi ketersediaan hara dan pertumbuhan tanaman. Dua faktor fundamental yang terkait dengan infertilitas tanah masam, yaitu kekurangan hara seperti P, Ca dan Mg, dan adanya zat phytotoxic seperti Al dan Mn terlaut. Di dalam tanah, tanaman menyerap nutrisi terutama dalam bentuk larut. Dalam kondisi asam beberapa nutrisi penting seperti P, Ca dan Mg yang tidak tersedia dalam larutan tanah untuk diserap tanaman karena banyaknya elemen seperti Al dan Mn (Obiri-Nyarko, 2012).

b. Bahan Organik Tanah ( BO)

Bahan organik berpengaruh penting terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Pengaruhnya terhadap fisik tanah antara lain: merangsang granulasi,

menurunkan daya kohesi, serta meningkatkan kemampuan menahan air. Sedangkan pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah adalah ketersediaan hara (N, P, dan S dalam bentuk organik) dan penambahan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Karena sumber bahan organik umumnya terkonsentrasi di lapisan atas, maka kadar bahan organik menurun sejalan dengan kedalaman tanah.

Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan bahan organik tanah (C-organik) di Kabupaten Kepahiang pada lapisan atas (0-30 cm dan (0-30-60 cm) berkisar antara 0,64-6,20% (tinggi). Sedangkan di Kabupaten Lebong sebesar 0,11-4,15% (rendah). Keadaan yang cukup baik ini disebabkan oleh adanya vegetasi yang tumbuh di areal penelitian yang menjadi penyumbang bagi bahan organik tanah. Bahan organik yang tinggi ini sangat menguntungkan untuk budidaya pertanian, mengingat bahan organik tanah sangat berperan terhadap aktivitas organisme tanah dan dapat berfungsi sebagai bahan “pengendali” hara dalam tanah. Dalam budidaya tanaman tetap disarankan penambahan bahan organik.

c. Nitrogen Total ( N)

Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman. Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik. Bentuk-bentuk N anorganik tanah meliputi NH4

+ , NO3 -, NO2 -, N2O, NO, dan N elemen, sedang bentuk-bentuk N organik tanah meliputi asam-asam amino atau protein, asam-asam animo bebas, gula amino, dan senyawa kompleks lainnya. Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk NH4

+

atau NO3

-.

Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kadar N-total tanah di Kabupaten Kepahiang bervariasi dari sangat rendah sampai sangat tinggi (0,24-1,22% ) dengan rata-rata 0,47% (sedang), sedangkan pada tanah-tanah di kabupaten Lebong bervariasi dari sangat rendah sampai tinggi (0,21-0,61% ) dengan rata-rata 0,32 (sedang). Pada lahan-lahan yang sudah intensif diusahakan pemberian pupuk Nitrogen dari sumber bahan organik maupun anorganik mutlak dilakukan. Penambahan pupuk organik lebih menguntungkan, karena dapat berfungsi sebagai sumber hara nitrogen, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sebagian besar nitrogen tanah terdapat dalam persenyawaan ikatan kompleks senyawa organik yang terdapat dalam bahan organik tanah.

d. Phosfat ( P)

Phosfat merupakan unsur hara esensial setelah nitrogen, berfungsi untuk pembentukan protein, ATP, ADP, dan menstimulasi pembentukan akar. Di dalam tanah, unsur hara P berada dalam bentuk organik dan anorganik yang ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Pada pH tanah 6.0-7.0 merupakan pH yang optimum bagi ketersediaan hara P. Tanaman umumnya menyerap P dalam bentuk H2PO4

-dan HPO4 =

. Penyerapan P oleh tanaman dengan jalan difusi sehingga selain faktor kimia tanah, faktor fisik tanah juga berpengaruh terhadap penyerapan P oleh tanaman.

Berdasarkan hasil analisis, tanah-tanah di Kabupaten Kepahiang mempunyai kadar total (HCl 25% ) sangat rendah (2,13-3,89% ) dan hara P-tersedia (Bray I) tergolong sangat tinggi (49,41 ppm). Kadar hara P-total Kabupaten Lebong sebesar 0,56-4,85 (sangat rendah), sedangkan kadar P-tersedia sebesar 35,08-66,89 ppm (sangat tinggi). Secara umum tanah-tanah di daerah penelitian mempunyai kandungan hara P sedang, hal ini menunjukkan bahwa hara P perlu penambahan melalui pupuk anorganik maupun organik, tetapi harus memperhatikan status hara P dan kebutuhan tanaman.

e. Kalium ( K)

Kalium merupakan unsur hara makro esensial setelah N dan P. Sumber utama kalium di dalam tanah adalah bahan-bahan mineral. Kalium dalam tanah terdapat dalam tiga bentuk, yaitu kalium dapat tersedia/ bebas, kurang tersedia, dan tidak tersedia bagi tanaman. Unsur ini selalu berada dalam bentuk keseimbangan sehingga kalium yang diserap tanaman akan segara diganti oleh bentuk-bentuk yang tidak tersedia menjadi bentuk tersedia. Kalium diserap dalam bentuk ion K melalui pertukaran kation. Unsur kalium berantagonisme terhadap Ca, Mg, dan Na sehingga usaha menjaga keseimbangan antara unsur-unsur tersebut mutlak diperlukan.

Berdasarkan hasil analisis, tanah-tanah di Kabupaten Kepahiang mempunyai kadar K-total sebesar 11,33-56,53% (sedang) dan hara K-dd sebesar 0,14-0,95 me/ 100 gr (rendah). Untuk Kabupaten Lebong K-total dan K-dd berkisar antara 12,64-40,40% (sedang) dan 0,13-0,93 me/ 100 gr (sedang). Secara umum kandungan kalium di dua kabupaten ini tergolong sedang. Kalium mudah tercuci/ hilang karena erosi, maka ketersediaannya perlu dijaga, untuk itu

pemberian pupuk K sangat diperlukan pada tanah-tanah yang mempunyai kandungan hara K tergolong rendah.

f. Basa- basa dapat dipertukarkan ( Ca, Mg, dan Na)

Selain berfungsi sebagai unsur hara yang penting bagi tanaman, Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) juga mempengaruhi (pH) tanah. Kandungan basa Ca, Mg, dan Na di Kabupaten Kepahiang masing-masing berkisar antara 0,53-2,41 me/ 100 gr (sangat rendah), 1,72-9,98 me/ 100 gr (tinggi), dan 0,18-0,53 me/ 100 gr (rendah).

Kandungan Ca, Mg, dan Na di Kabupaten Lebong masing-masing 0,44-3,60 me/ 100 gr (sangat rendah), 1,43-10 me/ 100 gr (tinggi), dan 0,22-0,64 me/ 100 gr (rendah). Secara umum kadar basa Ca, Mg, dan Na tergolong rendah, hal ini menunjukkan bahwa bahan induk pembentuk tanah di Kabupaten Kepahiang dan Lebong miskin akan bahan lapukan.

g. Kapasitas Tukar Kation ( KTK)

Kapasitas Tukar Kation merupakan kemampuan tanah untuk menahan dan melepaskan kembali kation-kation/ basa-basa ke dalam tanah. KTK yang tinggi merupakan salah satu petunjuk bahwa tanah mempunyai respon positif terhadap pemupukan. Nilai KTK tanah di Kabupaten Kepahiang dan Lebong berkisar antara 12,54-42,67 me/ 100 gr (tinggi) dan 16,72-47,24 me/ 100 gr (tinggi).

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, bahan organik, dan pengapuran.

Tanah dengan KTK tinggi bila didomonasi dengan kation basa Ca ,Mg, K, Na. Kejenuhan basa tinggi dapat meningkatkan kesuburan tanah tetapi bila di dominasi dengan kation asam Al, H (Kejenuhan basa rendah) dapat mengurangi kesuburan tanah, karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.

h. Kejenuhan Basa ( KB)

Kejenuhan basa merupakan gambaran tentang banyaknya basa-basa pada kompleks absorbsi, dinyatakan sebagai bandingan jumlah basa-basa yang dapat ditukarkan dalam miliekivalen yang terdapat dalam 100 gram tanah terhadap nilai KTK efektif tanah. Pada umumnya makin tinggi kejenuhan basa suatu tanah, nilai pH-nya juga semakin tinggi dan berkorelasi positif dengan tingkat kesuburan tanahnya. Sebaliknya, apabila nilai kejenuhan basa rendah sebagian dari kompleks absorbsi ditempati oleh kation-kation Al3+ dan H+, sehingga reaksi tanahnya masam.

Kejenuhan basa tanah Kabupaten Kepahiang dan Lebong berkisar antara 8,37-70,72% (rendah) dan 13,81-53,09 (rendah), hal ini menunjukkan bahwa bahan pembentuk tanah di daerah penelitian miskin basa-basa tanah. Menurut Setiadi (2012) kejenuhan basa tidak boleh kurang dari 20 agar tanaman tidak mengalami pertumbuhan melambat. Hal tersebut dapat disebabkan oleh terjerapnya unsur Al yang beracun bagi tanaman pada kondisi tanah dengan kejenuhan basa yang kurang dari 20.

i. Kesuburan tanah

Hasil evaluasi status kesuburan tanah menggunakan data laboratorium menunjukkan bahwa tanah-tanah di Kabupaten Kepahiang dan Lebong memiliki KTK tinggi. Namun karena status hara P2O5 dan K2O (ekstrak HCl 25% ) seluruh profil lokasi penelitian termasuk sangat rendah-sedang maka status kesuburan tanah lokasi penelitian seluruhnya termasuk rendah. Hal ini bertolak belangkang dengan pernyataan Susanto et al. (2010), Bassey et al. (2009), dan Widodo (2006) yang menyatakan bahwa KPK memegang peranan penting dalam menentukan status kesuburan tanah.

Rendahnya hasil evaluasi status kesuburan tanah yang diperoleh dari setiap profil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh sedikitnya kombinasi parameter yang digunakan dalam menilai status kesuburan tanah. Hal ini senada dengan hasil penelitian Susanto et al. (2010) bahwa semakin banyak parameter dilibatkan dalam penilaian status kesuburan tanah memiliki kecenderungan semakin meningkatkan akurasi hasil. Hasil penilaian status kesuburan tanah menunjukkan bahwa semua titik pengamatan termasuk tingkat kesuburan tanah rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh iklim dan relief serta variasi tingkat

perkembangan tanah tidak berpengaruh langsung terhadap status kesuburan tanah (Alam et al. 2013).

Dalam dokumen Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2015 (Halaman 69-75)

Dokumen terkait