• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Mekanis Papan Bambu Komposit

5 PENGARUH BERAT LABUR PEREKAT DAN WAKTU KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN BAMBU KOMPOSIT

5.3.2 Sifat Mekanis Papan Bambu Komposit

Nilai rata-rata hasil pengujian sifat mekanis papan bambu komposit dengan berbagai perlakuan tercantum dalam Tabel 5.4. Untuk mengetahui pengaruh berat labur perekat dan waktu kempa terhadap sifat mekanis papan bambu komposit yang dihasilkan. maka dilakukan analisa keragaman dan hasilnya disajikan pada Tabel 5.5 sedangkan uji lanjutnya disajikan pada Tabel 5.6.

Pada Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa papan bambu komposit dengan variasi kombinasi perlakuan berat labur perekat dan waktu kempa memiliki nilai keteguhan lentur atau modulus patah (MOR) uji datar bervariasi antara 867 – 1 193 kg cm-2 dengan rata-rata 1 031 kg cm-2 (Gambar 5.8), sedangkan nilai MOR uji tegak bervariasi antara 914 – 1 172 kg cm-2 dengan rata-rata 1 075 kg cm-2 (Gambar 5.9). Jika dibandingkan dengan klasifikasi kelas kuat kayu Indonesia (Seng 1964), berdasarkan nilai keteguhan lenturnya maka papan bambu komposit 5 lapis hasil penelitian ini setara dengan kayu kelas kuat II (725 – 1 100 kg cm-2) hingga kelas kuat I (> 1 100 kg cm-2).

Hasil analisa keragaman pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa berat labur perekat dan waktu kempa yang diterapkan dalam proses pembuatan papan bambu komposit berpengaruh nyata terhadap MOR uji datar papan bambu komposit yang dihasilkan, dan sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap MOR uji tegak papan bambu komposit. Pada Gambar 5.8 dapat diketahui bahwa berat labur perekat dan lama waktu pengempaan menunjukkan kecenderungan yang sama terhadap MOR papan bambu komposit. Semakin tinggi berat labur perekat semakin tinggi MOR papan bambu komposit dan semakin lama waktu pengempaan semakin tinggi pula MOR papan bambu komposit. Namun demikian hasil uji beda pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa berat labur perekat 250 g m-2 dengan 300 g m-2 pengaruhnya tidak berbeda nyata, demikian juga lama waktu pengempaan 45 menit tidak berbeda

nyata dengan 60 menit. Dengan demikian variabel proses yang paling tepat diterapkan dalam pembuatan papan bambu komposit adalah berat labur perekat isosianat 250 g m-2 dan lama waktu pengempaan 45 menit. Seperti telah dikemukakan pada bab 3 bahwa respon bambu andong terhadap perekat isosianat cukup baik dengan dihasilkannya ikatan antara perekat isosianat dengan bambu andong yang kuat yaitu berupa ikatan kovalen sehingga papan komposit yang dihasilkan benar- benar utuh dan memiliki kekuatan yang tinggi.

Tabel 5.4. Sifat mekanis papan bambu komposit

Sifat yang diuji Waktu

pengempaan

Berat labur perekat (g m-2)

200 250 300

MOR uji datar (kg cm-2) 30 menit 867 898 947 45 menit 1 003 1 193 1 108 60 menit 1 040 1 123 1 100 MOE uji datar (x103 kg cm-2) 30 menit 115.6 133.9 141.5 45 menit 131.0 145.8 140.7 60 menit 142.3 146.0 144.9 MOR uji tegak (kg cm-2) 30 menit 1 029 1 095 914

45 menit 1 142 1 108 1 107 60 menit 1 069 1 172 1 040 MOE uji tegak (x 103 kg cm-2) 30 menit 120.7 126.3 125.9 45 menit 129.5 132.6 132.0 60 menit 129.8 132.8 122.7 Keteguhan tekan (kg cm-2) 30 menit 672.8 719.6 651.1 45 menit 701.8 762.2 750.6 60 menit 702.7 678.6 685.6 Kekerasan sisi (kg cm-2) 30 menit 557 565 515

45 menit 611 627 627

60 menit 560 627 578

Kekerasan garis rekat (kg cm-2) 30 menit 495 520 497

45 menit 511 518 545

60 menit 486 532 496

Hasil penelitian Ahmad dan Kamke (2011) menunjukkan bahwa Parallel Strand Lumber (PSL) 7 lapis yang dibuat dari Dendrocalamus strictus dengan perekat fenol formaldehida, berat labur perekat 200 g m-2 dan dikempa panas 120ºC selama 15 menit, memiliki nilai MOR sebesar 133 MPa atau 1 355.9 kg cm-2,setara dengan kayu kelas kuat I. Sedangkan hasil penelitian Nugroho dan Ando (2001)

menunjukkan bahwa MOR papan bambu komposit 4 lapis yang dibuat dari pelupuh bambu moso dan direkat dengan perekat berbahan dasar resorsinol bervariasi antara 639 – 707 kg cm-2, setara dengan kayu kelas kuat III (500 – 725 kg cm-2).

Tabel 5.5. Ringkasan hasil analisa keragaman papan bambu komposit

Sifat yang diuji F hitung

Berat labur (A) Waktu kempa (B) Interaksi AB

Kadar air 3.91* 2.96tn 1..39tn

Kerapatan 5.31* 0.13tn 4.46**

Pengembangan tebal 1.59tn 1.42tn 2.79* Pengembangan lebar 0.60tn 0.23tn 0.15tn

MOR uji datar 2.37* 10.05** 0.53tn

MOE uji datar 9.08** 8.87** 2.35tn

MOR uji tegak 2.16tn 2.43tn 0.69tn

MOE uji tegak 0.56tn 1.52tn 0.49tn

Keteguhan tekan 1.11tn 4.67* 1.40tn

Kekerasan sisi 1.52tn 6.57** 0.75tn

Kekerasan garis rekat 0.37tn 0.29tn 0.21tn Keteguhan rekat 1.86tn 0.52tn 0.89tn

tn = Tidak berpengaruh nyata ; * = Berpengaruh nyata; ** = Sangat berpengaruh nyata

Waktu kempa (menit)

A1 (30) A2 (45) A3 (60) M OR uj i da ta r ( k g c m -2 ) 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 B1 (200 g m-2) B2 (250 g m-2) B3 (300 g m-2)

Gambar 5.8 MOR uji datar papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa

Roh dan Ra (2009) mengemukakan bahwa papan komposit 5 lapis yang dibuat dengan komposisi lapisan luar dari venir kayu keruing (Dipterocarpus sp) dan lapisan dalam dari 3 lapis pelupuh (zephyr) bambu (Phyllostachys nigra var. henonis Stapf ) dan direkat dengan perekat fenol formaldehida. berat labur perekat 320 g m-2 dan

dikempa panas 140ºC selama 6 menit, memiliki nilai MOR sebesar 60.4 MPa atau 615.8 kg cm-2 pada arah sejajar serat permukaan, setara dengan kayu kelas kuat III, sedangkan MOR pada arah tegak lurus serat permukaan sebesar 36.3 MPa atau 370.1 kg cm-2, setara dengan kayu kelas kuat IV.

Correal dan Lopez (2008) menyatakan bahwa MOR bambu lamina yang dibuat dari bilah bambu Guadua angustifolia Kunt dan direkat dengan perekat polivinil asetat (PVA) adalah 81.9 Mpa atau 835 kg cm-2.setara dengan kayu kelas kuat II. Sementara itu hasil penelitian Nordin et al. (2005) menunjukkan bahwa bambu lamina 3 lapis yang dibuat dari bilah bambu samantan (Gigantochloa scortechinnii) umur 4 tahun menggunakan perekat PVAc dengan berat labur perekat 250 g m-2 memiliki nilai MOR sebesar 78.56 MPa atau 800.9 kg cm-2, setara dengan kayu kelas kuat II. Liu et al. (1998) menyatakan bahwa bambu lamina 6 lapis yang dibuat dari bilah bambu moso (Phyllostachys edulis Carr.) dengan perekat urea formaldehida, berat labur perekat 200 g m-2, dikempa dingin selama 24 jam memiliki nilai MOR sebesar 1147 kg cm-2, setara dengan kayu kelas kuat I. papan bambu komposit 3 lapis yang dibuat dari bilah bambu andong (Gigantochloa pseudorundinacea) dan direkat dengan perekat tanin resorsinol formaldehida memiliki nilai MOR sebesar 1241 kg cm-2 (Sulastiningsih et al. 2005), sedangkan yang direkat dengan perekat urea formaldehida adalah 1236 kg cm-2, setara dengan kayu kelas kuat I (Sulastiningsih dan Santoso 2012).

Waktu kempa (menit)

A1 (30) A2 (45) A3 (60) MO R u ji te g ak ( k g c m -2 ) 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 B1 (200 g m-2) B2 (250 g m-2) B3 (300 g m-2)

Gambar 5.9 MOR uji tegak papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa

Peneliti lain Hua et al. (1998) mengemukakan bahwa Laminated Veneer Lumber 8 lapis campuran bilah bambu moso (Phyllostachys pubescens) dengan venir kayu poplar yang direkat dengan perekat fenol formaldehida, berat labur perekat 200 g m-2 untuk bilah bambu dan 160 g m-2 untuk venir kayu, dikempa panas 140ºC dengan lama pengempaan 1 menit/mm. memiliki nilai MOR uji datar sebesar 68.2

MPa atau 695.3 kg cm-2 dan MOR uji tegak sebesar 88.5 MPa atau 902 kg cm-2 (lapisan luar bambu 2 lapis, lapisan dalam venir poplar 4 lapis), setara dengan kayu kelas kuat III, sedangkan yang semua lapisannya (8 lapis) dari bilah bambu memiliki nilai MOR uji datar sebesar 90.7 MPa atau 924.7 kg cm-2 setara dengan kayu kelas kuat II dan MOR uji tegak sebesar 118.3 MPa atau 1 206 kg cm-2, setara dengan kayu kelas kuat I.

Hasil pengujian sifat mekanis PBK pada penelitian ini menunjukkan bahwa modulus elastisitas (MOE) uji datar bervariasi antara 115.7 – 146.1 103 kg cm-2 dengan rata-rata 138.0 103kg cm-2 (Tabel 5.4 dan Gambar 5.10), sedangkan MOE uji tegak bervariasi antara 120.7 – 132.8 103 kg cm-2 dengan rata-rata 128.1 103 kg cm-2 (Tabel 5.4 dan Gambar 5.11).

Waktu kempa (menit)

A1 (30) A2 (45) A3 (60) MO E uj i da ta r ( 10 3 k g c m -2 ) 0 50 100 150 200 B1 (200 g m-2) B2 (250 g m-2) B3 (300 g m-2)

Gambar 5.10 MOE uji datar papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa

Hasil analisa keragaman pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa MOE uji datar PBK sangat dipengaruhi oleh berat labur perekat dan waktu kempa yang diterapkan dalam proses pembuatannya, sedangkan pada MOE uji tegak kedua faktor tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata. Pada Tabel 5.4 dan Gambar 5.10 dapat dilihat adanya kecenderungan semakin tinggi berat labur perekat semakin tinggi nilai MOE PBK dan semakin lama waktu pengempaan semakin tinggi nilai MOE PBK yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena berat labur yang lebih banyak dapat menutupi permukaan yang lebih luas dan merata sehingga memungkinkan proses perekatan antar bilah bambu berlangsung lebih sempurna dan menghasilkan papan yang lebih kompak dan utuh, serta memiliki kekakuan yang tinggi. Di samping itu waktu kempa yang lebih lama memberi kesempatan pada garis rekat untuk benar-benar mengeras sehingga perekatan antar bilah bambu benar-benar menyatu dan menghasilkan papan komposit yang utuh dan kuat. Namun demikian hasil uji beda pada Tabel 5.6

menunjukkan bahwa berat labur perekat 250 g m-2 tidak berbeda nyata dengan berat labur perekat 300 g m-2 dan lama pengempaan 45 menit tidak berbeda nyata dengan 60 menit. Dengan demikian kombinasi perlakuan yang tepat diterapkan dalam pembuatan papan bambu komposit adalah berat labur perekat 250 g m-2 dan lama pengempaan 45 menit.

Waktu kempa (menit)

A1 (30) A2 (45) A3 (60) MO E uj i te g ak ( 10 3 k g c m -2 ) 0 50 100 150 200 B1 (200 g m-2) B2 (250 g m-2) B3 (300 g m-2)

Gambar 5.11 MOE uji tegak papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa

Data sifat mekanis pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa keteguhan tekan papan bambu komposit pada penelitian ini bervariasi antara 651.1 – 762.2 kg cm-2 dengan rata-rata 702.8 kg cm-2 (Gambar 5.12). Jika dibandingkan dengan klasifikasi kelas kuat kayu Indonesia maka papan bambu komposit tersebut setara dengan kayu kelas kuat I karena nilai keteguhan tekannya lebih dari 650 kg cm-2. Nilai keteguhan tekan papan bambu komposit ini sama dengan nilai keteguhan tekan bilah bambu andong pada Bab 2 (625-784 kg cm-2).

Hasil analisa keragaman pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa waktu kempa berpengaruh nyata terhadap keteguhan tekan papan bambu komposit sedangkan berat labur perekat tidak berpengaruh nyata. Pada Gambar 5.12 terlihat jelas bahwa papan bambu komposit yang dibuat dengan waktu kempa 45 menit memiliki nilai keteguhan tekan tertinggi dan yang dibuat dengan waktu kempa 30 menit memiliki nilai keteguhan tekan terendah. Hasil uji beda pada Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa waktu kempa 30 menit tidak berbeda nyata dengan 60 menit tetapi berbeda nyata dengan 45 menit, sedangkan waktu kempa 45 menit tidak berbeda nyata dengan 60 menit. Berdasarkan data tersebut maka waktu kempa 45 menit sudah cukup memberi kesempatan pada garis rekat untuk benar-benar mengeras dan cukup kuat menyatukan antar bilah bambu.

Ahmad dan Kamke (2011) mengemukakan bahwa Parallel Strand Lumber (PSL) 7 lapis yang dibuat dari D. stricus dengan perekat fenol formaldehida, berat

labur perekat 200 g m-2 dan dikempa panas 120ºC selama 15 menit, memiliki nilai keteguhan tekan sebesar 66.3 MPa atau 676 kg cm-2,setara dengan kayu kelas kuat I. Rittironk dan Elnieiri (2008) menyatakan bahwa papan bambu lamina (Laminated bamboo lumber atau LBL) yang dibuat dari susunan bilah bambu secara mendatar atau horizontal memiliki nilai keteguhan tekan sebesar 87.9 MPa atau 896.1 kg cm-2, dan yang bilahnya disusun secara tegak atau vertical memiliki nilai keteguhan tekan sebesar 84.7 MPa atau 863.5 kg cm-2. Sementara itu hasil penelitian Sulastiningsih dan Nurwati (2009) menunjukkan bahwa keteguhan tekan papan bambu lamina 3 lapis dan 5 lapis yang dibuat dari bilah bambu tali (G. apus), direkat dengan tanin resorsinol formaldehida dan dicampur ekstender 20%, berat labur 170 g m-2 serta dikempa dingin selama 4 jam, memiliki nilai keteguhan tekan sebesar 564.8 kg cm-2 (3 lapis) dan 518.8 kg cm-2 (5 lapis), sedangkan yang dibuat dari bilah bambu mayan (G. robusta) memiliki nilai keteguhan tekan sebesar 572 kg cm-2 (3 lapis) dan 503.2 kg cm-2 (5 lapis). Verma dan Chariar (2012) melaporkan bahwa bambu komposit 5 lapis (semuanya sejajar serat) yang dibuat dari bilah bambu D. strictus menggunakan perekat diglycidyl ether of bisphenol, memiliki nilai keteguhan tekan rata-rata sebesar 80 MPa atau 815.6 kg cm-2.

Waktu kempa (menit)

A1 (30) A2 (45) A3 (60) K ete g uh an te k an (k g c m -2 ) 0 200 400 600 800 1000 B1 (200 g m-2) B2 (250 g m-2) B3 (300 g m-2)

Gambar 5.12 Keteguhan tekan papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa keteguhan tekan bambu komposit sangat bervariasi tergantung dari bentuk elemen penyusun, jenis bambu, jenis perekat dan variabel proses yang diterapkan dalam pembuatannya. Di samping itu papan bambu komposit hasil penelitian ini memiliki sifat mekanis yang cukup tinggi dan memiliki kekuatan setara dengan kayu kelas kuat II hingga I. Dengan demikian papan bambu komposit hasil penelitian ini memenuhi persyaratan sebagai bahan mebel menurut Standar Nasional Indonesia SNI 01-0608-1989 karena kekuatannya tidak kurang dari kelas kuat III.

Tabel 5.6 Ringkasan hasil uji BNJ pengaruh berat labur dan waktu kempa terhadap sifat papan bambu komposit

Sifat yang diuji Perlakuan Nilai rata-rata yang dibandingkan Kadar air (%) A A2 A3 A1

10.93 10.92 10.66 Kerapatan (g cm-3) A A3 A2 A1

0.77 0.76 0.74 MOR uji datar

(kg cm-2)

A A2 A3 A1 1 071 1 052 970 B B2 B3 B1

1 101 1 088 904 MOE uji datar

( x 103 kg cm-2) A A3 A2 A1 142.4 141.9 129.7 B B3 B2 B1 144.4 139.2 130.4 Keteguhan tekan (kg cm-2) B B2 B3 B1 738.2 689 681.2 Kekerasan sisi (kg) B B2 B3 B1 621.7 588.3 545.7

A = pengaruh berat labur; B = pengaruh waktu kempa; ___________ = tidak berbeda nyata

Kekerasan adalah sifat mekanis yang digunakan untuk menilai kesesuaian suatu jenis kayu sebagai bahan untuk lantai (Bustos et al. 2009). Hasil pengujian sifat mekanis pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa kekerasan sisi rata-rata papan bambu komposit pada penelitian ini bervariasi antara 515 – 627 kg cm-2 dengan rata-rata 585 kg cm-2 (Gambar 5.13). Sedangkan kekerasan garis rekat bervariasi antara 495 – 532 kg cm-2 dengan rata-rata 511 kg cm-2 (Gambar 5.14).

Kekerasan pada garis rekat perlu diuji karena dalam penggunaannya terdapat lantai bambu yang bahannya berupa papan bambu komposit dengan susunan bilah bambu secara tegak atau vertical, sehingga lebar bilah bambu merupakan tebal lantai dan permukaan yang terdapat beberapa garis rekat merupakan muka lebar. Hasil analisa keragaman pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa kekerasan sisi papan bambu komposit sangat dipengaruhi oleh waktu kempa sedangkan berat labur perekat tidak

memberikan pengaruh yang nyata. Kekerasan garis rekat papan bambu komposit tidak dipengaruhi oleh berat labur perekat maupun waktu kempa. Pada Gambar 5.13 dapat dilihat dengan jelas bahwa papan bambu komposit yang dibuat dengan lama waktu pengempaan 45 menit memiliki nilai kekerasan sisi paling tinggi, sedangkan yang dibuat dengan lama waktu pengempaan 30 menit memiliki kekerasan sisi paling rendah. Namun demikian hasil uji beda pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa lama waktu pengempaan 45 menit tidak berbeda nyata dengan 60 menit.

Waktu kempa (menit)

A1 (30) A2 (45) A3 (60) K ek er asa n si si ( k g c m -2 ) 0 200 400 600 800 B1 (200 g m-2) B2 (250 g m-2) B3 (300 g m-2)

Gambar 5.13 Kekerasan sisi papan bambu komposit dengen variasi berat labur perekat dan waktu kempa

Waktu kempa (menit)

A1 (30) A2 (45) A3 (60) K ek er asa n g ar is r ek at ( k g c m -2 ) 0 200 400 600 800 B1 (200 g m-2) B2 (250 g m-2) B3 (300 g m-2)

Gambar 5.14 Kekerasan garis rekat papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa

Kekerasan lantai bambu yang diperdagangkan di pasaran Amerika Serikat dan bambu lamina 3 lapis yang dibuat di laboratorium dengan menggunakan bambu moso berturut-turut adalah 8558 N atau 872.7 kgf dan 5465 N atau 557.3 kgf (Lee dan Liu 2003). Kekerasan sisi maupun kekerasan garis rekat papan bambu komposit hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding kekerasan sisi beberapa jenis kayu yang biasa digunakan untuk lantai. Kekerasan sisi kayu jati yang diuji dalam kondisi kering udara adalah sebesar 428 kg cm-2, kekerasan sisi kayu mahoni sebesar 271 – 392 kg cm-2 (Martawijaya et al. 1981), sedangkan kekerasan sisi kayu merbau adalah 587 kg cm-2, dan kekerasan sisi kayu nyatoh adalah 302 kg cm-2 (Martawijaya et al. 1989).

5.3.3 Sifat Ketahanan PBK terhadap Serangan Rayap Tanah

Parameter yang digunakan untuk menilai ketahanan papan bambu komposit terhadap serangan rayap tanah meliputi kehilangan berat, mortalitas dan derajat serangan. Hasil pengujian ketahanan papan bambu komposit yang dibuat dengan variasi kombinsi perlakuan berat labur perekat dan waktu kempa terhadap serangan rayap tanah disajikan pada Tabel 5.7 yang merupakan angka rata-rata dari 4 ulangan.

Tabel 5.7 Nilai rata-rata ketahanan PBK terhadap rayap tanah Perlakuan Pengurangan berat (%) Kelas ketahanan Mortalitas (%) Derajat serangan Kerusakan (%) Keterangan A1B1 I 26.67 V 8.25 46.25 berat II 9.75 III 100 15 sedikit A1B2 I 26.01 V 8 47.5 berat II 8.71 III 100 11.25 sedikit A1B3 I 23.11 V 8.62 46.25 berat II 8.12 III 100 10.5 sedikit A2B1 I 23.62 V 9 42.5 berat II 8.27 III 100 11.75 sedikit A2B2 I 23.32 V 7.13 47.5 berat II 8.56 III 100 10.25 sedikit A2B3 I 23.93 V 7.8 49.5 berat II 8.07 III 100 10 sedikit A3B1 I 23.53 V 7.5 50 berat II 8.08 III 100 13.75 sedikit A3B2 I 23.25 V 7.75 50 berat II 8.26 III 100 15 sedikit A3B3 I 23.26 V 7 48.25 berat II 8.05 III 100 11.5 sedikit

A= berat labur ( A1=200 g m-2; A2 = 250 g m-2; A3= 300 g m-2); B = waktu kempa (B1=30menit; B2 = 45 menit; B3= 60 menit);I = PBK kontrol; II =PBK diawetkan.

Pada Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa nilai kehilangan berat papan bambu komposit kontrol dan PBK diawetkan akibat serangan rayap tanah berkisar antara 23.11 – 23.93%, dan berkisar antara 8.05 – 9.75%. Kehilangan berat terendah terjadi pada papan bambu komposit diawetkan yang dibuat dengan berat labur perekat 300 g m-2 dan lama waktu pengempaan 60 menit, sedangkan kehilangan berat tertinggi untuk papan bambu komposit yang diawetkan terjadi pada papan bambu komposit yang dibuat dengan berat labur perekat 200 g m-2 dan lama waktu pengempaan 30 menit.

Dibandingkan dengan klasifikasi ketahanan menurut Standar Nasional Indonesia SNI 01.7207-2006 mengenai uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu (BSN 2006), maka semua papan bambu komposit yang diawetkan dan dibuat dengan berbagai kombinasi perlakuan berat labur perekat dan waktu kempa memiliki kelas ketahanan III terhadap serangan rayap tanah karena nilai kehilangan beratnya kurang dari 10.96% dan termasuk cukup tahan. Sedangkan PBK yang tidak diawetkan memiliki kelas ketahanan V. Pada Tabel 5.7 dapat dilihat juga bahwa pengawetan bilah bambu dengan larutan boron 7% sudah cukup efektif menahan serangan rayap tanah yang ditunjukkan oleh nilai mortalitas rayap tanah yang sudah mencapai maksimal (100%).

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa papan bambu komposit tiga lapis yang dibuat dari bilah bambu andong yang sudah diawetkan atau diputihkan dan direkat dengan tanin resorsinol formaldehida (TRF), berat labur 170 g m-2, dikempa dingin selama 4 jam, memiliki kelas ketahanan III terhadap serangan rayap tanah, sedangkan papan bambu komposit yang tidak diawetkan memiliki kelas ketahanan IV (Sulastiningsih dan Jasni 2012). Berdasarkan informasi tersebut dapat dikemukakan bahwa papan bambu komposit yang dibuat dari bilah bambu andong tanpa diawetkan dan direkat dengan perekat TRF memiliki kelas ketahanan lebih tinggi (kelas IV) dibanding dengan papan bambu komposit yaag dibuat dari bilah bambu andong tanpa diawetkan dan direkat dengan perekat isosianat (kelas V). Hal ini terjadi karena komponen perekat tanin resorsinol formaldehida semuanya bersifat racun sehingga lebih tahan terhadap serangan rayap tanah. Di samping itu kekentalan perekat TRF lebih rendah (2 poise) dibanding perekat isosianat (9 poise) dan waktu kempa yang diterapkan lebih lama sehingga penetrasi perekat TRF masuk lebih dalam pada bilah bambu. Persyaratan keawetan kayu untuk mebel menurut Standar Nasional Indonesia SNI 01-0608-1989 adalah minimum kelas awet III.

5.3.5 Kadar Emisi Formaldehida Papan Bambu Komposit

Hasil pengujian kadar emisi formaldehida papan bambu komposit yang dibuat dengan variasi kombinsi perlakuan berat labur perekat dan waktu kempa disajikan pada Tabel 5.8 yang merupakan angka rata-rata dari 4 ulangan. Berdasarkan data pada Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa papan bambu komposit yang dibuat dengan perekat isosianat tidak melepaskan emisi formaldehida yang ditunjukkan oleh hasil pengujian nilai kandungan formaldehida dalam larutan contoh uji papan bambu komposit 0 mg/L. Dibandingkan dengan persyaratan kadar emisi formaldehida kayu

lamina menurut Standar Jepang, maka papan bambu komposit hasil penelitian ini semuanya setara dengan kelas mutu bintang 4 ( F ****).

Tabel 5.8 Kadar emisi formaldehida papan bambu komposit erat labur perekat Kadar emisi formaldehida (mg/L)

30 menit (B1) 45 menit (B2) 60 menit (B3)

200 g m-2 (A1) 0 0 0

250 g m-2 (A2) 0 0 0

300 g m-2 (A3) 0 0 0

5.4 Simpulan

Papan bambu komposit dari bambu andong yang dibuat menggunakan perekat isosianat dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa memiliki nilai rata-rata kadar air 10.8% , kerapatan 0.76 g cm-3, kualitas perekatan sangat baik (keteguhan rekat lebih dari 55 kg cm-2 dan kerusakan bambu lebih dari 70%), serta kestabilan dimensi yang cukup baik (pengembangan tebal dan pengembangan lebar rata-rata berturut-turut 4.19% dan 2.49%).

Papan bambu komposit dari bambu andong yang dibuat menggunakan perekat isosianat dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa memiliki sifat mekanis yang cukup tinggi yaitu keteguhan lentur (MOR) rata-rata 1031.3 kg cm-2 ( 867.4 – 1193 kg cm-2) setara dengan kayu kelas kuat II hingga I, dan keteguhan tekan rata- rata 702.8 kg cm-2 atau setara dengan kayu kelas kuat I.

Sifat kekerasan sisi (585 kg cm-2) dan kekerasan garis rekat (511 kg cm-2) papan bambu komposit hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan sifat kekerasan sisi kayu jati (428 kg cm-2), sehingga sangat baik digunakan sebagai bahan untuk lantai. Papan bambu komposit hasil penelitian ini yang dibuat dari bilah bambu andong yang sudah diawetkan dengan larutan boron 7% memiliki kelas ketahanan III terhadap serangan rayap tanah dan memenuhi persyaratan keawetan kayu untuk mebel.

Penggunaan perekat isosianat dalam pembuatan papan bambu komposit menghasilkan bahan yang aman terhadap lingkungan karena tidak terjadi emisi formaldehida dan bahan tersebut memiliki kelas mutu F****. Kombinasi perlakuan berat labur perekat 250 g m-2 dan waktu kempa 45 menit merupakan kondisi terbaik dalam pembuatan papan bambu komposit dari bilah bambu andong yang dibuat dengan proses pengempaan dingin atau dalam suhu ruangan dan menggunakan perekat isosianat. Papan bambu komposit hasil penelitian ini memiliki sifat fisis dan mekanis yang baik serta tampilan permukaan yang unik dan bersifat fancy dengan adanya buku pada bilah penyusun papan bambu komposit.

6

PENGARUH KOMPOSISI ARAH LAPISAN TERHADAP

Dokumen terkait