• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Signifikansi hubungan antar konstrak

Melihat signifikansi hubungan antar konstrak dapat dilihat dari koefisien jalur (path coefficient). Nilai koefisien jalur dapat memberi gambaran mengenai kekuatan hubungan antar konstrak. Agar dapat memperoleh nilai koefisien jalur, perlu dilakukan bootstrap. Bootstraping sendiri adalah suatu cara untuk menyampling model kembali untuk melihat nilai dari t test, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 20. Nilai alpha (α) yang digunakan adalah 0.05 dengan t tabel 1.96.

Pada hasil uji koefisien path yang telah di-bootstrap diketahui bahwa faktor dukungan sosial berpengaruh secara nyata dan signifikan. Begitu juga halnya dengan karakteristik petani yang memiliki pengaruh nyata dan juga signifikan pada persepsi petani maupun faktor dukungan lingkungan, sehingga dapat

49 dikatakan bahwa faktor dukungan lingkungan dan karakteristik petani memiliki pengaruh yang kuat.

Tabel 16 Nilai analisis model inner vs nilai standard

No Kriteria Nilai hasil penelitian vs Nilai standard 1. R2 dari variabel laten

endogen

Nilai R2 dari hasil penelitian:

R2 untuk faktor dukungan sosial (X2) = 0.140 (di antara moderat dan substansial)

R2 untuk Persepsi Petani (Y1) = 0.146 (di antara moderat dan substansial)

Pengelompokan R2 menurut Chin (1998 dalam Ratono 2010) adalah substansial (0.67), moderat (0.33), dan lemah (0.19)

2. Estimasi koeficient path

Evaluasi terhadap nilai koefisien terdiri atas evaluasi besarnya nilai original sample dan pengaruh nyata melalui bootstrap, disajikan pada Tabel 20.

3. Goodness of fit (GoF)

Indeks GoF digunakan untuk mengukur validasi antara model pengukuran dan struktural. Nilai GoF terdiri dari 3 kategori yaitu: kecil (0.1), moderat (0.25), dan besar (0.36). Nilai GoF pada penelitian ini adalah 0.343 yang masuk kategori besar.

4. Effect size f2 f2 = (R2included- R2excluded) / (1-R2included); evaluasi f2

menurut Cohen (1998) dalam Yamin dan Kurniawan (2011) bahwa prediktor variabel laten mempunyai pengaruh lemah (0.02), moderat (0.15), dan substansial (0.35) terhadap struktural; disajikan pada Tabel 21.

5. Prediction relevance (Q2)

(Q2) diperoleh melalui prosedur penghitungan blindfolding: Q2 = 1- (DSSED/DSSOD) D adalah

jarak yang dihilangkan, SSE jumlah kuadrat galat dan SSO adalah jumlah kuadrat observasi. Nilai Q2 pada ketiga variabel laten faktor internal, faktor dukungan sosial dan persepsi petani adalah 0,000; 0,087; dan 0,118

Q2 > 0 berarti Prediction relevance 2. Mengevaluasi nilai R2

Keragaman variabel endogen yang mampu dijelaskan oleh variabel eksogen dapat dilihat dari R2 . Adapun variabel endogen dalam penelitian ini adalah persepsi petani dan faktor dukungan sosial. Pada variabel persepsi, dibentuk oleh variabel karakteristik petani, dan faktor dukungan sosial. Nilai R2 pada variabel endogen persepsi sendiri adalah sebesar 0.146. Variabel faktor dukungan lingkungan dibentuk oleh karakteristik petani memiliki nilai R2 sebesar 0.140. Chin (1998) dalam Yamin dan Kurniawan (2011) menyebutkan bahwa kriteria batas nilai R2 terbagi menjadi tiga; 0.02 (pengaruh kecil); 0.15 (pengaruh moderat); dan 0.35 (pengaruh besar) dalam level struktural. Maka, pada variabel

50

endogen persepsi dan variabel endogen faktor dukungan lingkungan memiliki pengaruh moderat cenderung kecil. Nilai R² dapat diinterpretasikan bahwa keragaman laten persepsi petani (Y1) dapat dijelaskan oleh keragaman laten karakteristik petani (X1), dan faktor dukungan sosial (X2) sebesar 28.6 persen, sedangkan 71.4persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti. Tabel 17 Hasil bootstrap koefesien path.

T Statistics (|O/STERR|) Karakteristik individu (X1) berpengaruh terhadap faktor dukungan

sosial (X2) 6,348*

Karakteristik individu (X1) berpengaruh terhadap persepsi petani (Y1) 2,996* Faktor dukungan sosial (X2) berpengaruh terhadap persepsi petani (Y1) 2,057* *signifikan pada taraf nyata 0.05 dengan T tabel = 1.96

Penilaian Goodness of Fit (GoF)

Hal terakhir yang dilakukan adalah menilai goodness of fit (GoF). Goodness of fit (GoF) adalah uji kebaikan model yang memvalidasi performa gabungan model pengukuran antara variabel laten dengan indikatornya dan model struktural antar variabel laten. Nilai GoF dalam Ratono (2010) berada di rentang 0-1 dengan interpretasi nilai 0.1 (kecil), 0.25 (moderat) dan 0.36 (besar). Hasil uji menunjukkan bahwa nilai GoF adalah sebesar 0.343 atau moderat cenderung besar, artinya secara keseluruhan model ini memiliki performa yang baik dalam melakukan pengujian.

Selain mengevaluasi nilai R2 dan GoF, pada tahap ini juga dilakukan penilaian effect size f2. yang berfungsi untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen dan apakah pengaruhnya substansial jika terjadi perubahan nilai R2 (Yamin dan Kurniawan 2011). Nilai f2 menunjukkan ukuran besarnya efek dari dikeluarkannya variabel laten eksogen karakteristik petani dan faktor dukungan sosial dari model. Pada Tabel 16 dapat dilihat mengenai hasil perhitungan effect size f2 , kriteria nilai f2 adalah sebagai berikut 0.02; 0.15; dan 0;35 dengan variabel laten eksogen berpengaruh kecil, moderat dan besar (Cohen 1988 dalam Yamin dan Kurniawan 2011).

Tabel 18 Nilai perhitungan effect size.

Peubah Laten R2 included R

2

excluded f2

X1 X2 X1 X2

Persepsi Petani 0.146 0.103 0.108 0.048 0.045

Hasil perhitungan effect size f2 menunjukkan bahwa pengaruh faktor internal terhadap persepsi petani termasuk kategori besar (0.048). Pengaruh faktor internal terhadap persepsi petani memiliki pengaruh yang substansial jika dikeluarkan dari model. Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan petani berpengaruh terhadap persepsinya dalam menilai peranan penyuluh swadaya. Sedangkan pengaruh faktor dukungan sosial terhadap persepsi petani menunjukkan nilai yang mendekati kategori substansial (0.045). Karakteristik petani dan faktor dukungan sosial memiliki effect size f2 yang besar dan substansial pengaruhnya terhadap persepsi petani jika dikeluarkan dari model.

51 Maka perlu diperhatikan pemerintah maupun penyuluh swadaya untuk mengetahui kebutuhan petani dengan melakukan berbagai interaksi dan pendekatan atau dengan kata lain pemerintah perlu menerapkan metode partisipasi dalam penyuluhan sehingga dapat menyaring apa yang dibutuhkan oleh petani sehingga petani lebih siap menerima apa yang disampaikan oleh penyuluh. Kemudian perlu adanya penguatan kelembagaan dengan memberdayakan kelompok tani, dengan demikian pengetahuan petani juga akan bertambah karena terus terjadi pertukaran informasi yang mereka butuhkan.

Kriteria yang terakhir pada analisis model inner adalah penilaian predictive relevance Q2 yang berfungsi memvalidasi kemampuan prediksi pada model (Yamin dan Kurniawan 2011). Hasil analisis yang disajikan pada Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai Q2 pada semua variabel laten eksogen sesuai sebagai variabel penjelas yang mampu memprediksi variabel endogennya.

5.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Peranan penyuluh swadaya berdasarkan persepsi petani adalah cukup berperan dalam mendukung intensifikasi kakao khususnya di bidang budidaya, yang meliputi pemberian informasi pada proses penyortiran dan pembelahan buah serta pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan pengendalian penyakit. Peranan lain yang juga dilakukan oleh penyuluh swadaya menurut Standar kompetensi kerja nasional indonesia (SKKNI) diantaranya adalah sebagai pemberi motivasi, dukungan kepada petani, dan membantu petani dalam pemecahan masalah.

2. Semakin sering penyuluh swadaya berinteraksi dengan petani semakin tinggi pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh swadaya, maka persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya semakin baik. Semakin ttinggi interaksi penyuluh swadaya dengan petani maka semakin siap petani menerima materi penyuluhan karena materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan petani.

Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang juga dapat menjadi rekomendasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyuluh swadaya akan lebih berperan jika dapat menjalin komunikasi yang baik dengan penyuluh PNS maupun pemerintah. Penyuluh swadaya sebagai pelaku yang dekat dengan petani secara emosional dapat didukung dengan penyuluh PNS sebagai pelaku yang memahami teori dan teknologi serta pemerintah sebagai pemberi kebijakan yang dapat membantu kerja penyuluh swadaya melalui pemberian reward bagi penyuluh dengan pemberian insentif atau lainnya. Perlu adanya penelitian

52

lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang memengaruhi persepsi yang belum terukur dalam penelitian ini.

2. Perlu adanya pelatihan berkala kepada penyuluh swadaya secara keseluruhan untuk meningkatkan pengetahuan penyuluh swadaya tentang peranannya dan keterampilan bertaninya. Meningkatkan pengetahuan lain yang akan menunjang peranan penyuluh swadaya yakni tentang penggunaan teknologi yang tepat bagi petani perkebunan kakao sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan hasil usahataninya. Perlu pula adanya penguatan kelembagaan yang dapat membantu para petani untuk meningkatkan usahataninya dan sosialisasi kepada penyuluh swadaya tentang peranannya yang telah diatur oleh pemerintah.

Dokumen terkait