• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Penyuluh Swadaya Dalam Mendukung Intensifikasi Kakao Di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Penyuluh Swadaya Dalam Mendukung Intensifikasi Kakao Di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PENYULUH SWADAYA DALAM MENDUKUNG

INTENSIFIKASI KAKAO DI KABUPATEN SIGI

PROVINSI SULAWESI TENGAH

RIANA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peranan Penyuluh Swadaya dalam mendukung Intensifikasi Kakao di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

RIANA. Peranan Penyuluh Swadaya dalam Mendukung Intensifikasi Kakao di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Dibimbing oleh NINUK PURNANINGSIH dan ARIF SATRIA.

Salah satu permasalahan pertanian saat ini adalah keterbatasan akses sehingga petani tidak mudah untuk bertemu langsung dengan penyuluh, hal ini disebabkan karena jarak tempuh ke desa atau infrastruktur yang tidak memadai. Penyuluh swadaya sebagai alternatif solusi yang paling sesuai dengan UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga

masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh (UU Nomor 16 Tahun 2006).

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan deskriptif dan paradigma kuantitatif yang dilakukan di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode proporsional purposive sampling sebanyak 96 orang.

Peranan penyuluh swadaya diukur melalui aspek agribisnis yang meliputi proses budidaya, proses panen dan pascapanen serta proses pemasaran. Secara keseluruhan peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao di Kabupaten Sigi berada pada kategori cukup. Hal ini dikarenakan penyuluh swadaya hanya berperan pada proses budidaya saja diantaranya adalah pemberian informasi pada proses penyortiran, pembelahan buah, pembenihan, pemupukan, pengendalian penyakit dan hama. Namun, di sisi lain penyuluh swadaya sudah cukup berperan pula pada kompetensi umum yang telah ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan dikeluarkannya surat keputusan tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang penyuluhan pertanian. Kemudian, dari hasil uji menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS) diketahui bahwa faktor yang memengaruhi persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya adalah faktor dukungan lingkungan dengan indikatornya responsivitas penyuluh swadaya dan terakhir petani bertemu penyuluh swadaya dan karakteristik individu dengan indikatornya pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh swadaya.

(5)

SUMMARY

RIANA. The role of self-Support Extension Agents in Supporting Intensification Cocoa in Sigi district in Central Sulawesi. Supervised by NINUK PURNANINGSIH and ARIF SATRIA.

One of the problems of agriculture today is less the maximum PNS extension and THL carrying out its duties, it is because the distance to village or inadequate infrastructure. Extension self as an alternative solution in Law Number 16 Year 2006 on the Extension System of Agriculture, Fisheries and Forestry. Extension self-help is success farmer in their business and other citizens with his own conscience willing and able to become counselors (UU No 16 Year 2006).

The purpose of this study was to analyze the role of self-help in supporting intensification extension cocoa and analyze the factors that affect farmers perception of the role of non-extension. This study used survey method with of descriptive and quantitative paradigm approach undertaken in Sigi, Central Sulawesi Province. The method is proportional cluster random sampling counted 96 people.

The role of self-help extension measured through agribusiness aspects that include the cultivation, harvest process, post-harvest and the marketing process. Overall, the role of self-help in supporting intensification extension cocoa in Sigi in a quite category, because only self-help extension any role in the process of which is which is the provision of information in the process of sorting, the fruit division, Seeding, fertilization, a threat and disease control. However, on the other side the role self extension very important in the general competence that has been set by the government through the Ministry of Labour and Transmigration to the issuance of a decree on the National Competence Indonesia (SKKNI) field of agricultural extension. Then, from the results of the test using the approach of Partial Least Square (PLS) it is known that factors that influence the perception of the role of non-extension is the factor of social support and self-help extention responsiveness indicator and final extension farmers meet governmental and individual characteristics with the indicator knowledgeof farmers on the role of non-extension.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

PERANAN PENYULUH SWADAYA DALAM MENDUKUNG

INTENSIFIKASI KAKAO DI KABUPATEN SIGI

PROVINSI SULAWESI TENGAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Dwi Sadono, M.Si

(9)
(10)

Judul Tesis : Peranan Penyuluh Swadaya dalam Mendukung Intensifikasi Kakao di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah

Nama : Riana NIM : I351130111

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, Msi Ketua

Dr Arif Satria, SP MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(11)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah Penyuluh Swadaya, dengan judul Peranan Penyuluh Swadaya dalam Mendukung Intensifikasi Kakao di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.

Selama penulisan tesis berlangsung banyak pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi dan Dr Arif Satria, SP MSi selaku komisi

pembimbing yang dengan sabar dan ikhlas meluangkan waktu, pemikiran, arahan dan bimbingannya kepada penulis.

2. Dr Dwi Sadono, MSi selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberi saran.

3. Prof Dr Ir Sumardjo, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, atas masukannya dalam penulisan karya ilmiah penulis. 4. Dr Ir Prabowo Tjitropranoto, MSc atas bantuan berupa masukan dan saran

dalam penulisan karya ilmiah penulis.

5. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah mengajar penulis selama ini dan staf sekretariat Pascasarjana PPN Ibu Desiar Ismoyowati.

6. Kepala BP4K Kabupaten Sigi, Kepala BP3K Bahagia, Dolo, Kulawi dan Lawua serta penyuluh swadaya atas kesediaannya berbagi informasi dengan penulis.

7. Kedua orang tua penulis, Papa Ade Dahlan dan Mama Nining Kartini terima kasih atas doa yang tulus dari kalian. Juga kepada kakak dan adik penulis, Ismeti, SH, Hesti Mulyati, SP, Dani Hidayat, Ai Humairah dan Azizah RJ, karena kalian penulis ingin terus menjadi yang terbaik.

8. Indah Listiana, SP MSi, Tiara AP Hernanda, SP MSi, Aira Putri ED, SP MSi. dan Nurul Hidayati, SE, MSi, Dewi Cahyanti, SP atas bantuan dan masukan kepada penulis selama penulisan tesis dan Dr Sherly Silvianty, SP MSi, yang selalu bersama berbagi suka dan duka dalam pembimbingan. 9. Rekan-rekan di PPN 2013 Siti, Shinta, Nila, Ike, Cici, Dedeh, Mbak Minas,

Mbak Vera, Kak Nia, Ankesa, Inong, Hery, Dharma dan Pak Erik atas diskusi dan masukannya selama ini.

10. Rekan-rekan penulis Indah F, Ichy Arfanika, Ardin, Edwar, Musbah, Yeldi, Azwar, Jasrin, Mbak Nisa, Marna, Kak Rita, Ozi, Tika dan Widya terima kasih atas doa, bantuan dan perhatiannya.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka dan semoga karya ilmiah ini dapat memberi manfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 . PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

2 . TINJAUAN PUSTAKA 4

Konsep Penyuluhan 4

Konsep Peranan 6

Konsep Penyuluh atau Agen Perubahan 8

Konsep Penyuluh Swadaya 9

Peranan Penyuluh Swadaya 11

Agribisnis Kakao 13

Karakteristik Responden 15

Faktor dukungan sosial 17

Kerangka Berpikir 18

Hipotesis 19

3. METODE PENELITIAN 20 Rancangan Penelitian 20 Lokasi Penelitian 20

Populasi dan Sampel Penelitian 20

Data dan Instrumentasi 21

Uji Validitas dan Reliabilitas 21

Pengolahan dan Analisis Data 23

Definisi Operasional 27 HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 30

Karakteristik Responden 33

Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Swadaya dalam Mendukung Intensifikasi Kakao dilihat dari Aspek Agribisnis Kakao 37

Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Swadaya 43

Evaluasi Penilaian pada Model Struktural (Inner Model) 48

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 52

LAMPIRAN 58

(13)

DAFTAR TABEL

1. Jumlah sebaran responden 21

2. Uji validitas item instrumen 22

3. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran karakteristik

petani. 28

4. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran faktor

dukungan sosial. 29

5. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran persepsi

petani terhadap peranan penyuluh swadaya. 30

6. Persentase luas wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Sigi. 31 7. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan menurut kecamatan dan

jenis tanaman. 32

8. Distribusi responden berdasarkan karakteristik individu di Kabupaten

Sigi 34

9. Distribusi responden berdasarkan karakteristik eksternal individu di

Kabupaten Sigi. 36

10.Persepsi petani terhadap peranan yang dilakukan oleh penyuluh swadaya dalam proses budidaya kakao di Kabupaten Sigi, tahun

2015 38

11.Persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya dalam proses panen dan pascapanen kakao di Kabupaten Sigi, tahun 2015. 39 12.Persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya dalam proses

pemasaran kakao di Kabupaten Sigi, tahun 2015. 40 13.Persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya berdasarkan

Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). 41 14.Hasil analisis validitas diskriminan kriteria cross loading. 47 15.Koefisien korelasi variabel laten, nilai average variance extracted

(AVE) dan akar AVE. 47

16.Nilai analisis model inner vs nilai standard. 49

17.Hasil bootstrap koefesien path. 50

18.Nilai perhitungan effect size. 50

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka berpikir operasional peranan penyuluh swadaya dalam

mendukung intensifikasi kakao 19

2 Model Partial Least Square (PLS) penelitian 26

3 Model Outer Akhir 46

4 Model Inner 48

DAFTAR LAMPIRAN

1 Evaluasi penilaian pada model pengukuran (Outer Model) 59

(14)

3 Faktor loading pada model outer awal 60

4 Hasil analisis model awal 60

5 Nilai laten variabel correlations outer awal dan akhir 61 6 Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di

Kabupaten Sigi 62

7 Persentase pembagian luas tanam berdasarkan pemanfaatan lahan untuk

pertanian di Kabupaten Sigi 62

8 Indikator yang di iterasi 62

(15)
(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian telah mencanangkan program satu penyuluh satu desa, namun jumlah penyuluh belum mencukupi kebutuhan yang seharusnya yaitu 72.143 penyuluh dan baru terpenuhi sekitar 85% (Departemen Pertanian 2013). Menurut UU Nomor 16 tahun 2006 tenaga penyuluh terdiri dari penyuluh PNS, penyuluh swasta dan/atau penyuluh swadaya. Kemudian pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengeluarkan peraturan tentang pedoman pembinaan penyuluh pertanian swadaya dan penyuluh pertanian swasta. Peraturan ini dibuat untuk peningkatan kinerja penyuluh pertanian swadaya dan swasta melalui revitalisasi penyuluhan pertanian serta keberhasilan pembangunan pertanian dapat berhasil baik. Penyuluh swadaya merupakan alternatif yang sesuai dengan UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan untuk memenuhi seluruh kekurangan penyuluh yang ada sebagai pendamping penyuluh PNS.

Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. Sedangkan penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh (UU Nomor 16 Tahun 2006).

Jumlah penyuluh swadaya di Indonesia saat ini berjumlah 13.169 penyuluh sedangkan penyuluh PNS berjumlah 27.476 penyuluh. Keberadaan penyuluh swadaya sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan penyuluh belum mencukupi mengatasi kekurangan tersebut. Padahal para petani sangat membutuhkan keberadaan penyuluh yang bukan hanya sekedar penyampai teknologi dan informasi, namun juga membutuhkan orang yang terampil untuk membantu petani meningkatkan usahataninya dan mengatasi setiap persoalannya. Faktanya, penyuluh PNS ataupun THL tidak selalu siap membantu karena kadang-kadang terkendala jarak yang cukup jauh maupun infrastruktur yang tidak memadai. Hal ini sejalan dengan pendapat Van den Ban dan Hawkins (1999) yang menyatakan bahwa peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang diperlukan petani, selain itu penyuluh pertanian juga berperan untuk membantu petani dalam peningkatan usahataninya.

(17)

2

Perkebunan merupakan salah satu dari sektor pertanian yang menjadi andalan Kabupaten Sigi, sebagian masyarakatnya berusaha di sektor ini khususnya komoditi kakao yang pada tahun 2011 produksi kakaonya sebanyak 18,386.50 ton dengan luas area 27,555.10 ha kabupaten ini termasuk penghasil kakao terbesar di Sulawesi Tengah dan juga merupakan sasaran utama dari Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional melalui program rehabilitasi, peremajaan dan intensifikasi perkebunan yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2009 sampai tahun 2013.

Sektor pertanian sebagai sasaran pembangunan mempunyai prospek potensial untuk dikembangkan dan menunjang otonomi daerah, untuk itu sangat diperlukan peranan penyuluh yang kompeten menjalankan tugasnya dalam memberdayaan masyarakat petani karena penyuluh merupakan penyedia informasi yang dibutuhkan petani seperti Budidaya kakao, panen dan pascapanen serta pemasaran, fasilitator untuk melakukan tindakan efisiensi kegiatan budidaya dan lain sebagainya bagi petani yang bersangkutan dan sebagai motivator atau pendorong untuk terjadinya perubahan yakni peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Berperan atau tidaknya seorang penyuluh dapat dinilai salah satunya melalui persepsi petani binaannya.

Faktor utama dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah partisipasi masyarakat sebagai penggerak utama dalam penyelenggaraan otonomi daerah dan pelaksana kebijakan dari otonomi daerah tersebut termasuk juga dalam mengembangkan potensi yang ada di daerahnya sebagai komoditas unggulan daerah. Hal ini perlu didukung oleh peranan penyuluh termasuk penyuluh swadaya dalam meningkatkan kesejateraan masyarakat daerah melalui penyuluhan. Kemudian melalui otonomi daerah yang telah digulirkan, itu artinya pemerintah pusat memberikan urusan daerah pada pemerintah daerah agar mengatur dan mengurus kepentingan yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya.

Sejalan dengan hal tersebut maka perlu adanya perhatian terhadap peranan penyuluh swadaya dalam mendukung pelaksanaan pembangunan khususnya di sektor pertanian. Sebagai salah satu penerima kebijakan penyuluhan di daerah yang merupakan runtutan dari Peraturan Perundang-undangan tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang memerlukan sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah agar pelaksanaan atas peraturan tersebut dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.

Salah satu pendukung berkembangnya sektor tersebut tentu didukung oleh para pelaku perubahan yakni penyuluh khususnya penyuluh swadaya yang seharusnya mampu memainkan perannya untuk membantu pemerintah sehingga petani lebih mandiri, memiliki daya saing dan peningkatan kesejahteraan. Hal ini sejalan dengan hasil penemuan studi yang dilakukan Indraningsih (2010) menunjukkan bahwa penyuluh swadaya merupakan pelaku utama yang memiliki status sosial yang tinggi. Hal ini mengindikasikan kebutuhan penyuluh swadaya akan peranannya. Berbagai peranan tersebut diterapkan oleh penyuluh pertanian dengan kadar yang berbeda.

(18)

3 tentang penyuluh swadaya atau dapat dijadikan informasi untuk membuat sebuah rekomendasi yang berkaitan dengan penyuluh swadaya.

Perumusan Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah menganalisis peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao di Kabupaten Sigi. Hal ini disebabkan perkebunan kakao merupakan sektor andalan pada Kabupaten Sigi. Jumlah penyuluh swadaya sudah mencukupi kebutuhan penyuluh di 15 kecamatan, namun perlu ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki penyuluh swadaya sehingga dapat berperan aktif membantu petani dalam menyelesaikan setiap persoalan perkebunan yang dialami. Pemerintah sendiri perlu berpartisipasi aktif dalam meningkatkan sumberdaya penyuluh dengan berbagai pelatihan. Jika dibandingkan dengan penyuluh yang lain penyuluh swadaya merupakan alternatif yang paling sesuai karena pengalamannya dalam berusahatani, oleh sebab itu perlu adanya analisis tentang peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang ditelaah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah?

2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah?

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1) Menganalisis peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.

2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1) Secara teoritis, penelitian ini diharapan dapat menambah pengetahuan baik kepada peneliti, pengambil kebijakan, penyuluh swadaya maupun petani. 2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta

(19)

4

2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Penyuluhan

Pada awal sejarahnya dahulu, Van den Ban (1999) dalam perjalanannya mencatat beberapa istilah penyuluhan seperti di Belanda disebut voorlichting, di Jerman dikenal sebagai advisory work, vulgarization (Prancis), dan capacitation (Spanyol). Rolling (1988) dalam Mardikanto (2009) mengemukakan bahwa Freire (1973) pernah melakukan protes terhadap kegiatan penyuluhan yang bersifat top-down. Karena itu, dia kemudian menawarkan beragam istilah pengganti extension seperti: animation, mobilization, conscientisation. Di Indonesia dipergunakan istilah penyuluhan sebagai terjemahan dari voorlichting.

Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai yang diharapkan. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), penyuluhan merupakan kegiatan yang melibatkan orang-orang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kegiatan penyuluhan intensifikasi kakao perlu pula disesuaikan dengan falsafah penyuluhan yang dilandasi oleh tiga hal pokok (Mardikanto 2009), yakni: 1. Penyuluhan masyarakat adalah suatu proses pendidikan

Penyuluhan adalah pendidikan non formal yang terutama ditujukan bagi orang dewasa, guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental seseorang. Dengan penyuluhan tersebut diharapkan timbulnya perubahan perilaku yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik sehingga tercapainya kesejahteraan hidup manusia.

2. Penyuluhan merupakan proses demokrasi

Penyuluhan dilakukan atas kebutuhan para peserta/klien sehingga lebih

bercirikan demokrasi dan „bottom up‟. Karena memenuhi kebutuhan klien, tidak diharapkan terjadinya penolakan juga pemaksaan pada klien dalam proses

penyuluhan. Berbeda dengan penyuluhan yang „top down‟ sering bukan merupakan kebutuhan klien, sehingga yang terjadi adalah penolakan terhadap inovasi yang ditawarkan. Kalaupun klien terpaksa mengikutinya, berarti tidak memberikan kebebasan klien yang dapat dikatakan tidak demokratis.

3. Penyuluhan merupakan proses yang terus menerus

(20)

5 Dari ketiga falsafah penyuluhan di atas, penyuluhan merupakan proses pendidikan dengan metode anak didik dalam mengubah perilaku mereka secara terus-menerus mengikuti perubahan dalam masyarakat. Dalam perjalanannya, kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti yang diungkapkan oleh Mardikanto (2009) yakni: Pertama penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi. Sebagai terjemahan dari kata extension. Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan sistem penelitian ke dalam praktek atau kegiatan praktis. Kedua penyuluhan sebagai proses penerangan.

Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, dapat diartikan

sebagai kegiatan penerangan. Kegiatan penerangan atau pemberian penjelasan adalah bagian dari proses atau kegiatan penyuluhan. Ketiga penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku. Penyuluhan adalah proses yang dilakukan secara menerus, sampai terjadinya perubahan perilaku pada sasaran penyuluhan. Perubahan perilaku yang dilakukan melalui kegiatan penyuluhan adalah perubahan pada ranah pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).

Keempat penyuluhan sebagai proses belajar. Penyuluhan adalah proses belajar pada suatu pendidikan yang bersifat non formal bagi petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment). Kelima penyuluhan sebagai proses perubahan sosial. Penyuluhan tidak hanya melakukan perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan hubungan antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur, nilai-nilai, dan pranata sosialnya (seperti demokratisasi, transparansi, supremasi hukum, dan sebagainya). Keenam penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial (social enginering). Penyuluhan sebagai rekayasa sosial adalah upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam sistem sosialnya masing-masing.

Ketujuh penyuluhan sebagai proses pemasaran sosial (social marketing). Berbeda dengan rekayasa sosial yang lebih berkonotasi ”membentuk” (to do to)

(21)

6

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, penyuluh adalah fasilitator yang memfasilitasi pelaku utama dan pelaku usaha sebagaimana dijelaskan dalam bab penjelasan UU nomor 16 tahun 2006 yang menjelaskan

tentang “penyuluhan berasaskan kemitraan” yaitu penyelenggaraan penyuluhan

yang dilaksanakan berdasarkan prinsip saling menghargai, saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang di fasilitasi oleh penyuluh.

Pasal empat UU nomor 16 tahun 2006 menjelaskan tentang fungsi sistem penyuluhan yang meliputi beberapa hal sebagai berikut :

1) Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha;

2) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya;

3) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;

4) Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan; 5) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang

dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha;

6) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan

7) Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan

Hal tersebut di atas secara tidak langsung telah menjelaskan tentang penyuluh yang berperan sebagai fasilitator untuk menumbuhkan kesadaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha sehingga memiliki kemauan yang tinggi untuk menumbuhkembangkan perekonomian yang berdaya saing tinggi, produktif dan mandiri.

Konsep Peranan

(22)

7 Peranan (Role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan yang menunjukkan dia menjalankan perannya. Hal dan kewajiban harus saling berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan (Departemen Pertanian 2009).

Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses (Soekanto 2002). Menurut Soekanto (2002), unsur-unsur peranan atau role adalah : 1) Aspek dinamis dari kedudukan; 2) Perangkat hak-hak dan kewajiban; 3) Perilaku sosial dari pemegang kedudukan; 4) Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan itu sendiri diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu : Pertama peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Kedua peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, Ketiga peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto 2002).

Berlo (1960) menyebutkan bahwa ada role prescription atau ketentuan peranan adalah adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya, role description atau gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang sacara aktual ditampilkan sesorang dalam membawakan perannya, dan role expectation atau harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya. ketiga dimensi peranan ini seyogyanya berjalan seiring. Artinya seseorang yang berperan baik bilamana role prescription, role description, dan role expectation adalah sama. Hal ini berarti tingkah laku peranan yang demikian adalah terbaik dan ideal. Peranan yang dijalankan seseorang haruslah sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai pula dengan harapan peran yang dilakukan.

Komarudin (1994) dalam buku “Ensiklopedia manajemen” mengungkapkan tentang konsep peran sebagai berikut; (1) bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen; (2) Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status; (3) Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata; (4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau yang menjadi karakteristik yang ada padanya; dan (5) Fungsi variabel dalam hubungan sebab akibat.

(23)

8

dalam meningkatkan kemandirian dan peningkatan taraf hidup sesuai dengan ketentuan dan tujuan penyuluhan yang seharusnya dilakukan.

Konsep Penyuluh atau Agen Perubahan

Vallera (1987) seperti yang dikutip oleh Krisnawati (2014) mengatakan bahwa penyuluh disebut juga sebagai agen perubahan. Agen perubahan mempunyai peran yang sangat penting dalam eksistensi sistem penyuluhan. Agen perubahan berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antar dua (atau lebih) sistem sosial yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha perubahan tersebut. Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai agen perubahan. Nama yang diberikan sesuai dengan misi yang ingin dibawa, yakni membuat suatu perubahan yang berarti bagi sekelompok orang.

Agen perubahan adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi berencana (Havelock 1973 dalam Nasution 1992). Soekanto (1990) menyatakan pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Pengenalan dan kemudian penerapan hal-hal, gagasan-gagasan dan ide-ide baru tersebut yang dikenal sebagai inovasi yang dilakukan dengan harapan agar kehidupan masyarakat yang bersangkutan akan mengalami kemajuan dan kemandirian.

Seeorang penyuluh yang merupakan komponen dalam melakukan kegiatan penyuluhan adalah sumber informasi atau komunikator yang dapat menyampaikan pesan kepada komunikan. Peran seorang penyuluh akan menjadi semakin penting manakala dikaitkan dengan fungsinya sebagai agen perubahan. Penyuluh pertanian datang ke tengah suatu masyarakat membawa sejumlah ide dan gagasan. Umumnya ide dan gagasan tersebut mengandung hal-hal yang baru bagi masyarakat yang didatanginya. Tujuan penyebarluasan ide dan gagasan tersebut adalah untuk melakukan perubahan kehidupan masyarakat dari apa yang ada kini menuju keadaan yang lebih baik lagi.

Menurut Roger (1983) dalam Mardikanto (1993) mendefinisikan penyuluh sebagai seorang yang secara profesional mempengaruhi keputusan-keputusan inovasi dalam arah yang dikehendaki oleh lembaga penyuluhan. Penyuluh menurut UU nomor 16 tahun 2006 adalah :

1) Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. 2) Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan atau

lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.

(24)

9 Van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1994) dalam Krisnawati (2014) mengatakan bahwa penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah perilakunya menjadi petani yang memiliki kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri dan dapat berperan aktif di masyarakat dengan lebih baik.

Penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan (Samsudin 1987). Penyuluhan pertanian ialah proses pendidikan dengan sistem pendidikan non formal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Jadi yang dimaksud penyuluh pertanian dalam penelitian ini adalah penyuluh swadaya yang tugasnya bergerak di bidang penyuluhan pertanian di sektor perkebunan pada komoditi kakao di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Perubahan yang diharapkan dapat dilakukan oleh penyuluh swadaya kepada petani kakao adalah meningkatnya pengetahuan, keterampilan dalam intensifikasi kakao serta tumbuhnya sikap kepemimpinan petani sehingga menjadi teladan bagi petani lain.

Konsep Penyuluh Swadaya

Keberadaan penyuluh pertanian swadaya telah dijelaskan dalam UU Nomor 16 tentang SP3K dan didukung pula oleh Peraturan Menteri Pertanian/Permentan Nomor 61 tahun 2010 tentang Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Swasta. Penyuluh pertanian swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Maksudnya bahwa penyuluh swadaya merupakan seseorang yang dengan kemampuannya mampu mengembangkan diri menjadi pelaku utama sekaligus pelaku usaha yang telah berhasil meningkatkan taraf hidupnya, kemudian mempunyai keinginan untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan orang lain. Pelaku utama untuk kegiatan pertanian adalah petani tanaman pangan, petani hortikultura, pekebun dan peternak beserta keluarganya.

(25)

10

pelatihan di bidang penyuluhan pertanian yang diselenggarakan oleh pemerintah. Adapun persyaratan khusus meliputi: (1) memiliki dan atau mengelola usaha di bidang pertanian yang berhasil dan dapat dicontoh oleh masyarakat di sekitarnya; (2) mempunyai sifat kepemimpinan dan menjadi teladan bagi pelaku utama dan pelaku usaha (Juklak Pemberdayaan Penyuluh Pertanian Swadaya Kementerian Pertanian 2012).

Penyuluh pertanian swadaya tidak secara langsung menjadi penyuluh swadaya, namun harus diakui dan dilatih oleh pemerintah melalui proses berikut : 1) Pelaku utama yang merasa memenuhi persyaratan tersebut di atas dan berminat, dapat mengajukan diri sebagai calon penyuluh pertanian swadaya ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) atau Balai Penyuluhan di Kecamatan setempat;

2) Penyuluh pertanian PNS bersama dengan aparat desa/kelurahan melakukan identifikasi pelaku utama dan masyarakat lain yang memenuhi syarat sebagai penyuluh pertanian swadaya;

3) Hasil identifikasi dilaporkan sebagai calon penyuluh pertanian swadaya ke BPP;

4) BPP merekapitulasi calon-calon penyuluh swadaya dan mengirimkan ke Badan Pelaksana Penyuluhan atau lembaga yang menangani penyuluhan pertanian di kabupaten/kota;

5) Badan Pelaksana Penyuluhan di kabupaten/kota melakukan klarifikasi dan verifikasi terhadap calon penyuluh swadaya, dan yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai penyuluh pertanian swadaya oleh Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan;

6) Selanjutnya daftar calon penyuluh pertanian swadaya dikirim ke Badan Koordinasi Penyuluhan atau lembaga yang menangani penyuluhan pertanian di provinsi dengan tembusan kepada Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian sebagai bahan perencanaan pelatihan dan pembinaan;

7) Calon penyuluh pertanian swadaya yang telah mengikuti pelatihan dan lulus diberi sertifikat;

8) Dinyatakan sebagai penyuluh swadaya apabila telah menandatangani surat pernyataan sebagai penyuluh dan terikat dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

9) Penyuluh pertanian swadaya bila ingin memperoleh sertifikat kompetensi profesi dari lembaga sertifikasi profesi penyuluh, harus mengikuti uji kompetensi (Departemen Pertanian 2012).

Kedudukan penyuluh pertanian swadaya sebagai mitra penyuluh pertanian PNS dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, baik sendiri-sendiri maupun kerja sama untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian berdasarkan programa penyuluhan pertanian di wilayah setempat. Keberadaan penyuluh pertanian swadaya bersifat mandiri untuk memenuhi kebutuhan pendamping pelaku utama dan pelaku usaha pertanian.

(26)

11 (1) Menyusun rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang dikoordinasikan dengan kelembagaan penyuluhan setempat; (2) melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun; (3) melaksanakan pertemuan koordinasi dengan penyuluh pertanian PNS, pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka mewujudkan sinergi kerja; (4) mengikuti kegiatan rembug, pertemuan teknis, dan temu lapang pelaku utama dan pelaku usaha; (5) berperan aktif menumbuhkembangkan kelembagaan pelaku utama; (6) menjalin kemitraan usaha dengan pihak yang terkait dengan bidang tugasnya; (7) menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan pelaku utama; (8) menyampaikan informasi dan teknologi baru dan tepat guna kepada pelaku utama; (9) melaksanakan proses pembelajaran secara partisipatif melalui berbagai media penyuluhan, antara lain: percontohan dan pengembangan model usaha agribisnis bagi pelaku utama; dan (10) menyusun laporan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan. Penyuluh swadaya pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyuluh swadaya perkebunan kakao.

Peranan Penyuluh Swadaya

Peran penyuluh menurut Undang-undang nomor 16 tahun 2006, adalah memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi. Padmowihardjo (2004) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan pertanian adalah menghasilkan manusia pembelajar, manusia penemu ilmu dan teknologi, manusia pengusaha agribisnis yang unggul, manusia pemimpin di masyarakatnya, manusia guru bagi petani lain, yang bersifat mandiri dan interdependensi, karena itu penyuluhan adalah proses pembelajaran dan proses pemberdayaan.

Menurut SK Menpan Nomor: 19/KEP/MK WASPAN/5/1999 jabatan penyuluh pertanian terdiri dari penyuluh pertanian terampil dan penyuluh pertanian ahli. Penyuluh pertanian terampil adalah jabatan fungsional, yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu, sedangkan penyuluh pertanian ahli adalah jabatan fungsional yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metode dan teknik analisis tertentu. Seiring dengan perubahan paradigma pembangunan pertanian yang lebih mengutamakan pembangunan manusianya, maka peran penyuluh pertanian dalam mensukseskan terjadinya perubahan pola perilaku petani menjadi semakin penting.

(27)

12

menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau lembaga penyuluhan yang bersangkutan.

Adapun kedudukan Penyuluh pertanian swadaya dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor 61 tahun 2008 adalah sebagai mitra penyuluh pertanian PNS dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, baik sendiri-sendiri maupun kerjasama yang terintegrasi dalam programa penyuluhan pertanian sesuai dengan tingkat administrasi pemerintahan dimana kegiatan penyuluhan diselenggarakan. Keberadaan penyuluh pertanian swadaya bersifat mandiri dan independen untuk memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha pertanian. Tugas pokok penyuluh pertanian swadaya adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan rencana kerja penyuluhan pertanian yang disusun berdasarkan programa penyuluhan pertanian di wilayah kerjanya.

Sejalan dengan peran yang dilakukan penyuluh, Berlo (Levis 1996) mengemukakan bahwa ada empat kualifikasi yang harus dimiliki penyuluh termasuk penyuluh swadaya yaitu:

1. Kemampuan untuk berkomunikasi yang mengandung tidak hanya kemampuan retorika, memilih dan menggunakan saluran komunikasi, memilih dan menerapkan metode penyuluhan tetapi juga menyangkut kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk berempati dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar,

2. Sikap penyuluh, seperti sikap penghayatan dan bangga dengan profesinya, sikap bahwa inovasi yang dilakukan bermanfaat bagi kelompok sasaran serta sikap mencintai masyarakat yang menjadi kelompok sasaran,

3. Kemampuan pengetahuan penyuluh, seperti isi, fungsi dan manfaat serta nilai-nilai yang terkandung dapat disampaikan baik secara ilmiah maupun praktis, kemampuan membaca peta dan latar belakang masyarakat yang menjadi sasaran maupun watak masyarakat sasaran, dan

4. Kemampuan terhadap sosial budaya, artinya penyuluh perlu memahami latar belakang sosial budaya sasarannya, seperti bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan, nilai dan norma yang dianut, sehingga lebih bisa membantu menentukan keberhasilan tugas-tugas yang diembannya.

Konsep Persepsi

Menurut Rakhmat (2007), persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi sebagaimana didefinisikan dalam kamus besar bahasa Indonesia (Balai Pustaka 2002) adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Van den Ban dan Hawkins (1999) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis, dan DeVito (2002) menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita, dan persepsi adalah upaya pemberian makna pada stimuli inderawi.

(28)

13 dunia yang penuh dengan rangsangan. Persepsi merupakan sifat paling asli yang merupakan titik tolak perubahan. Dalam mempersepsikan tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin cukup hanya diingat. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau bergantung pada konteks dan pengalaman (Baiqhaqi 2005).

Walgito (2002) menyatakan stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu : 1) adanya objek yang diamati, objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensori) yang bekerja sebagai reseptor; 2) alat indera atau reseptor, alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf sensori; 3) adanya perhatian, perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam suatu persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk persepsi. Pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah tanggapan seseorang terhadap informasi tentang orang lain dalam lingkungannya baik melalui perasaan maupun pancainderanya.

Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard 1991). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson 1986).

Agribisnis Kakao

Menurut Soeharjo (Purnaningsih 1999) agribisnis mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan barang produksi pertanian sampai pada tata niaga produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau hasil olahannya. Pengertian agribisnis mengandung dua dimensi penting. Pertama, agribisnis mengandung pengertian fungsional yaitu sebagai rangkaian fungsi-fungsi kegiatan pengusahaan pertanian. Kedua, sistem agribisnis mengandung pengertian struktural, yaitu sebagai kumpulan unit usaha atau unit kegiatan dan lembaga lain yang melaksanakan fungsi-fungsi dari masing-masing sub sistem.

(29)

14

Kegiatan agribisnis di Indonesia dalam sektor pertanian mencakup agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, agribisnis tanaman obat-obatan, agribisnis tanaman perkebunan, kehutanan, agribisnis perikanan dan agribisnis peternakan. Khusus perkebunan kegiatan usaha agribisnis terus berlangsung pada setiap subsistem agribisnis, mengingat beberapa produk perkebunan merupakan produk andalan ekspor indonesia selain produk-produk perikanan. Beberapa komoditas utama perkebunan yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah karet, kelapa, kelapa sawit, kakao, kopi dan teh. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya bagi penyedia lapangan kerja, sumber pandapatan dan devisa negara. Di samping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta (Departemen Pertanian 2010). Agribisnis kakao yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Budidaya tanaman kakao, panen, pascapanen dan pemasaran (Dirujuk dari Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir 2013).

Budidaya Tanaman Kakao

Budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam nabati melalui upaya manusia yang dengan modal, teknologi, dan sumber daya lainnya menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik. Budidaya tanaman bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas penganekaragaman hasil tanaman, guna memenuhi kebutuhan, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani serta mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja (UU nomor 12 tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman). Budidaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah budidaya tanaman kakao. Secara taksonomis, tanaman kakao memiliki sistimatika sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Anak Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Anak kelas : Dialypetalae Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Theobroma

Jenis : Theobroma cacao L.

(30)

15 Panen dan Pascapanen

Menurut Undang-undang nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, panen merupakan kegiatan pemungutan hasil budidaya tanaman yang ditujukan untuk memperoleh hasil yang optimal dengan menekan kehilangan dan kerusakan hasil serta menjamin terpenuhinya standar mutu. Untuk mencapai tujuan tersebut maka panen harus dilakukan dengan tepat waktu, tepat keadaan, tepat cara, dan tepat sarana. Dalam pelaksanaan panen harus dicegah timbulnya kerugian bagi masyarakat dan/atau kerusakan sumber daya alam dan/atau lingkungan hidup.

Pascapanen meliputi kegiatan pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, standardisasi mutu, dan transportasi hasil produksi Budidaya tanaman. Kegiatan pascapanen ditujukan untuk meningkatkan mutu, menekan tingkat kehilangan dan/atau kerusakan, memperpanjang daya simpan, dan meningkatkan daya guna serta nilai tambah hasil Budidaya tanaman.

Panen dan pascapanen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemetikan, penyortiran, pembelahan buah, fermentasi, pengeringan, pengolahan, mutu dan evaluasi

Pemasaran

Menurut Daryanto (2011) pemasaran adalah “suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai

satu sama lain”.

Menurut American Marketing Association yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2009), pemasaran adalah Suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan. Stanton (1993) berpendapat pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga hingga mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa pemasaran merupakan suatu sistem manajerial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan seseorang maupun kelompok dengan menggunakan strategi-strategi yang bertujuan merencanakan, menentukan harga hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang akan memberikan kepuasan kepada pembeli. Pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga, tempat dan produk.

Karakteristik Responden

Umur

(31)

16

interen yang mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau perilaku. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Rogers dan Shoemaker (1971), bahwa karakteristik seseorang akan ikut mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau perilaku. Lalu dipertegas oleh pernyataan yang disampaikan oleh De Vito (1997) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan persepsi adalah umur, kecerdasan, kompleksitas, kognitif, popularitas, ciri-ciri pribadi dan kesan latihan atau hasil belajar. Jadi yang dimaksud dengan umur dalam penelitian ini adalah jumlah tahun sejak lahir hingga penelitian dilakukan.

Pendidikan formal

Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Pada akhirnya pendidikan bertujuan untuk menjadikan seseorang menjadi anggota masyarakat tempat dia tinggal, sebagaimana yang dinyatakan UNESCO dengan Empat Pilar Pendidikan, yaitu sebagai berikut: (a) Learning to know: belajar untuk mengetahui; (b) Learning to do: belajar untuk berbuat; (c) Learning to be: belajar untuk menjadi dirinya sendiri; dan (d) Learning to live together: belajar untuk hidup bersama dengan orang lain.

Undang-undang Dasar Tahun 1945, pasal 31 ayat (3) secara eksplisit menyebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Tujuan pendidikan menurut UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab

Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal dalam penelitian ini adalah jumlah tahun pendidikan formal yang telah ditempuh oleh responden.

Pengalaman

Menurut Padmowihardjo (1994) pengalaman adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Dalam otak manusia dapat digambarkan adanya pengaturan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang sebagai hasil belajar selama hidupnya. Dalam proses belajar, seseorang akan berusaha menghubungkan hal yang dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki.

(32)

17 Pengetahuan Petani terhadap Peranan Penyuluh Swadaya

Menurut Sudarta (2002) pengetahuan petani sangat membantu dan menunjang kemampuannya untuk mengadopsi teknologi dalam usahataninya dan melanggengkan usahataninya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan petani maka kemampuannya dalam mengadopsi teknologi dalam bidang pertanian juga akan semakin tinggi dan begitupun sebaliknya. Pengetahuan merupakan tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian melahirkan sikap dan pada akhirnya melahirkan perbuatan atau tindakan. Adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap sesuatu, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku sebagaimana yang diungkapkan oleh Ancok (1997) bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut.

Van den Ban dan Hawkins (1999) menjelaskan bahwa pengetahuan berharga yang diperoleh petani dapat memberikan rekomendasi untuk mengadopsi teknologi yang sesuai untuk mengembangkan usahatani dalam jangka panjang. Artinya jika pengetahuan petani tentang peranan penyuluh swadaya tinggi, maka persepsi yang diberikan adalah baik, begitupun sebaliknya.

Faktor Dukungan Sosial

Dimatteo (1991) mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerja dan orang-orang lainnya. Gottlieb dalam Smet (1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihah penerima. Dukungan sosial dapat berupa pemberian infomasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai. Faktor dukungan sosial petani pada penelitian ini dibatasi pada interaksi antara petani dan penyuluh dan keterlibatan petani dalam kelompok tani. Interaksi dengan Penyuluh Swadaya

Hubungan antara petani dengan penyuluh terjadi karena adanya interaksi. Wiraatmadja (1990) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan penyuluhan, seorang penyuluh harus mengadakan hubungan, hubungan tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan komunikasi. Interaksi dengan penyuluh swadaya merupakan hubungan yang kemudian terjalin komunikasi untuk saling bertukar informasi antara petani dan penyuluh swadaya. Dalam penelitian ini interaksi dengan penyuluh swadaya dalam usaha meningkatkan pendapatan berusahatani kakao diukur dari tingkat kualitas dan kuantitas hubungan petani dengan penyuluh swadaya dalam hal mendapatkan informasi/teknologi dan wawasan tentang perkebunan kakao.

Keterlibatan Petani dalam Kelompok Tani

(33)

18

berkelompok akan membentuk pola interaksi yang akan mempengaruhi persepsi seseorang dalam menilai orang lain. Salah satu keterlibatan petani dalam kelompok tani adalah menghadiri pertemuan rutin yang dilaksanakan oleh kelompok maupun penyuluh untuk membahas dan menyelesaikan suatu permasalahan atau pertemuan yang diselenggarakan dalam rangka untuk mengambil keputusan atau menghasilkan kesepakatan.

Pertemuan kelompok tani juga dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga dapat melakukan hal-hal baru yang dapat meningkatkan taraf hidupnya. Keterlibatan petani dalam kelompok tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah pertemuan rutin (bulanan) yang pernah diikuti oleh responden berkaitan dengan kegiatan penyuluhan dan posisi petani dalam kelompok tani.

Kerangka Berpikir

Penyuluhan sebagai suatu proses belajar dan proses penyampaian informasi maupun pesan, tidak hanya sebatas agar informasi atau pesan tersebut sampai kepada sasaran, tetapi informasi dan pesan tersebut dapat diterima dengan baik dan dipahami sasaran yang kemudian mampu diterapkan oleh sasaran dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut Soedijanto (2001) proses belajar sama dengan proses adopsi inovasi yaitu, sadar, minat, menilai, mencoba dan kemudian menerapkan (mengadopsi).

Kemampuan memahami pesan atau informasi seseorang berbeda antara yang satu dengan yang lain dan diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor dari karakteristik individu masyarakat masing-masing yang menerima informasi atau pesan yang meliputi tingkat pendidikan, persepsi, motivasi, dan pengalaman. Pemahaman suatu pesan juga dapat dipengaruhi oleh penyampai pesan atau penyuluh swadaya, intensitas dari penyuluh swadaya, apakah penyuluh swadaya dapat diterima atau tidak dan dapat dipengaruhi pula oleh keterampilan, kedudukan sosial, tingkat pendidikan penyuluh swadaya, materi penyuluhan dan kepercayaan sasaran terhadap penyuluh swadaya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS), Penyuluh Pertanian Swadaya dan/atau Penyuluh Pertanian Swasta. Hal ini sebagai indikasi bahwa keterbatasn pemerintah dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan pertanian memerlukan mitra kerja yang memadai sesuai azas-azas dalam pasal 2 Undang-Undang tersebut. Pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian khususnya bagi Penyuluh Pertanian Swadaya selama ini dirasakan belum memiliki arah yang jelas, juga belum didayagunakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.

Variabel dalam penelitian ini meliputi faktor internal atau karakteristik petani (X1) yang terdiri atas umur, pendidikan formal, pengalaman berusahatani

dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh swadaya dan faktor dukungan sosial (X2) yaitu interaksi antara petani dan penyuluh swadaya dan keterlibatan

(34)

19 karakteristik pribadi yakni sikap, kepribadian, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan harapan. Penelitian ini memfokuskan pada peranan penyuluh swadaya yang dipersepsikan oleh petani binaan penyuluh swadaya pada sektor perkebunan kakao yang dilihat berdasarkan aspek agribisnis kakao di antaranya adalah pada proses budidaya, panen dan pascapanen serta pemasaran. Pemikiran penelitian ini bisa dilihat pada Gambar 1.

Ket : : Tidak diteliti

: Diteliti (memengaruhi)

Gambar 1 Kerangka berpikir operasional peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, dirumuskan hipotesis kerja penelitian sebagai berikut:

1. Karakteristik petani memengaruhi persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya pada aspek agribisnis kakao.

2. Faktor dukungan lingkungan petani memengaruhi persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya pada aspek agribisnis kakao.

Karakteristik Petani (X1): X1.1. Umur

X1.2. Pendidikan Formal X1.3. Pengalaman Berusahatani X1.4. Pengetahuan Petani

terhadap Peranan Penyuluh Swadaya

Faktor Dukungan Lingkungan (X2) :

X2.1 Interaksi dengan penyuluh X2.2 Keterlibatan dalam

kelompok tani

Peranan penyuluh swadaya yang dipersepsikan oleh petani pada aspek Agribisnis Kakao (Y1): Y1.1 Budidaya

Y1.2 Panen dan Pasca Panen

Y1.3 Pemasaran

Meningkatnya pendapatan

(35)

20

3

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan analisis deskriptif dan paradigma kuantitatif, dilengkapi dengan informasi berdasarkan data kualitatif untuk mendukung dan mempertajam analisis kuantitatif. Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu jenis penelitian untuk mendeskripsikan, menguji hubungan dan pengaruh antar variabel, mengacu pada hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Effendi 1989).

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, pengisian kuesioner maupun focus group discussion (FGD) dengan teknik “search conference” baik kepada responden maupun informan, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian terdahulu dan kajian pustaka yang relevan serta data yang telah dikumpulkan pihak lain seperti Badan Penyuluhan, serta instansi pemerintah lainnya.

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah pertanian Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Sigi merupakan kabupaten baru yang menjadikan sektor pertanian sebagai pendukung utama perekonomian daerah dan komoditi kakao sebagai salah satu andalannya dengan jumlah produksi kakao 18,386.5 ton pertahun.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah petani kakao yang dibina oleh penyuluh swadaya berjumlah 2.150 orang, sedangkan Penyuluh swadaya, PNS dan stakeholders sebagai informan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode proporsional purposive sampling, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

(36)

21 Tabel 1 Jumlah sebaran responden

No. BP3K Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1. Baluase 50 2

2. Dolo 50 2

3. Kulawi 725 33

4. Palolo&Nokilalaki (Bahagia) 825 37

5. Kulawi Selatan (Lawua) 500 22

Jumlah 2.150 96

Keterangan: Sumber data sekunder di atas diambil dari BP4K Kabupaten Sigi dan diolah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti dalam penentuan sampel.

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner, wawancara dengan menggunakan panduan pertanyaan yang disusun sesuai indikator pengukuran dan tujuan penelitian, pengamatan langsung ke lokasi dan terhadap aktivitas penyuluh swadaya dalam memberikan penyuluhan. Data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) maupun Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K), Kantor Desa, Kantor Kecamatan serta sumber lainnya untuk menunjang informasi bagi penelitian. Data yang dikumpulkan mencakup data yang berhubungan dengan keadaan geografis, demografis wilayah, data penyuluh swadaya dan program penyuluhan perkebunan kakao yang mendukung kegiatan penyuluhan serta kebijakan pemerintah.

Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu peubah. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai peubah-peubah penelitian untuk kebutuhan penelitian (Djaali dan Muljono 2004).

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner sebagai pedoman wawancara secara terstruktur. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan tertutup dan beberapa pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disiapkan jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan responden menguraikan secara bebas dalam menjawab pertanyaan untuk memperjelas jawaban pertanyaan tertutup.

Kuesioner dirancang sedemikian rupa dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh responden. Kuesioner disusun secara jelas dengan kata-kata yang tidak bermakna ganda, tidak menyinggung perasaan responden, dan menghindari bias kepentingan peneliti.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(37)

22

yang dianjurkan untuk mengukur validitas, yaitu (1) validitas konstruk; penelitian menyusun tolak ukur operasional dari kerangka suatu konsep, (2) validitas isi; suatu alat pengukur yang dapat mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep, (3) validitas eksternal: alat ukur baru yang akan digunakan dimana telah dihubungkan dengan alat ukur lama yang valid.

Pengujian validitas instrumen pengukuran dalam penelitian ini menggunakan validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan dengan menyusun tolak ukur operasional dari kerangka suatu konsep dengan cara pemahaman atau logika berpikir didasarkan pada pengetahuan ilmiah. Kuesioner disesuaikan dengan konsep dan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli dan melakukan konsultasi secara intensif dengan berbagai pihak yang dianggap menguasai materi dalam daftar kuesioner tersebut. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Suatu item dinyatakan valid jika indeks korelasi r tabel > 0.3 dan alpha 0.05 hasil uji validitas instrumen disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Uji validitas item instrumen

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambar 1  Kerangka berpikir operasional peranan penyuluh swadaya dalam
Tabel 2 Uji validitas item instrumen
Gambar 2. Model Partial Least Square (PLS) penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep Pelaksanaan Kontrak Barang dan Jasa Pemerintah Secara Online (E-Procurement) di Indonesia dan Australia ... Konsep Pelaksanaan Kontrak Barang dan Jasa Pemerintah

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat 32 jenis dan 18 famili vegetasi dasar yang ditemukan pada lahan gambut pasca kebakaran di Desa

Dalam tahap ini untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan Apoteker sudah efektif perlu di evaluasi terhadap : Persentase kesesuaian antara stelling

Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat didalam kulit bumi menunjukkan bahwa hanya beberapa unsure logam dan mineral

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 3 dari 8 variabel bebas yang digunakan dalam penelitian berpengaruh signifikan terhadap variabel respon, yaitu pertumbuhan

Meskipun secara umum tingkat pendidikan anggota keluarga miskin ini masih lebih banyak berada pada jenjang pendidik Sekolah Dasar (73,76%), namun dibandingkan dengan

Bahwa mengenai adanya kematian, dipersidangan terungkap bahwa korban ILYAS TANTU mengalami luka-luka sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia, sebagaimana

Dengan dijalaninya hukuman yang melebihi pidana kurungan, justru dapat membuat hak-hak anak tersebut tidak terpenuhi; dan, bahwa perlindungan hukum terhadap