Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variansi variabel dependen (Ghozali, 2009). Untuk melihat pengaruh kesempatan investasi, konsentrasi kepemilikan, leverage, ukuran perusahaan dan kualitas auditor eksternal
terhadap kualitas implementasi good corporate governance, dapat
dihitung dengan menggunakan uji statistik t. Dengan menggunakan
derajat keyakinan 95% dan alpha (α) 0,05. Hasil uji t dapat dilihat dalam tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Uji t
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 57.656 12.047 4.786 .000 KI -12.732 3.446 -.461 -3.694 .001 KK -1.330 1.717 -.089 -.775 .444 LEV .232 .191 .186 1.215 .233 Ln_SIZE .891 .415 .332 2.147 .039 KAE 1.555 1.417 .136 1.097 .280
a. Dependent Variable: CGPI
Dari uji statistik t diperoleh nilai signifikansi variabel kesempatan investasi sebesar 0,001 dan ukuran perusahaan sebesar 0,039, artinya baik kesempatan investasi maupun ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance. Sedangkan nilai signifikan dari
variabel konsentrasi kepemilikan sebesar 0,444, leverage sebesar
0,233, dan kualitas auditor eksternal sebesar 0,280 artinya variabel konsentrasi kepemilikan, leverage, dan kualitas auditor eksternal
tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas implementasi good
4.2.4Pengujian Hipotesis
Untuk mendapatkan signifikansi pengaruh dari karakteristik perusahaan terhadap kualitas implementasi good corporate governance
dapat diuji sebagai berikut: 1. Pengujian hipotesis pertama
Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen kesempatan investasi (KI) yang diukur dengan membandingkan nilai pasar dengan nilai buku ekuitas, memiliki nilai thitung = -3,694, sedangkan nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui thitung < -ttabel yaitu -3,694 < -2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,001. Signifikansi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance, diterima.
2. Pengujian hipotesis kedua
Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen konsentrasi kepemilikan (KK) yang diukur menggunakan dummy
dengan melihat konsentrasi kepemilikan saham terbesar dalam negeri dan asing, memiliki nilai thitung = -0,775, sedangkan nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel yaitu -2,02 ≤ -0,775 ≤ 2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,444. Signifikansi ini lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance, ditolak
3. Pengujian hipotesis ketiga
Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen leverage (LEV) yang diukur dengan rasio total hutang terhadap
total aktiva, memiliki nilai thitung = 1,215, sedangkan nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui –ttabel≤ thitung ≤ ttabel yaitu -2,02 ≤ 1,215 ≤ 2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,233. Signifikansi ini lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap kualitas implementasi good
corporate governance, ditolak. 4. Pengujian hipotesis keempat
Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen ukuran perusahaan (SIZE) yang diukur dengan ln asset, memiliki
nilai thitung = 2,147, sedangkan nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui thitung > ttabel yaitu 2,499 > 2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,039. Signifikansi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance, diterima. 5. Pengujian hipotesis kelima
Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen kualitas auditor eksternal (KAE) yang diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana 1 untuk perusahaan yang
oleh KAP non big four, memiliki nilai thitung = 1,097, sedangkan
nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel yaitu -2,02 ≤ 1,097 ≤ 2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,280. Signifikansi ini lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa kualitas auditor eksternal berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance, ditolak.
4.3 Pembahasan
Dari pengujian hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa hanya hipotesis pertama dan keempat saja yang terbukti berpengaruh. Bagian ini berisi pembahasan atas hasil pengujian masing-masing variabel dan hasil pengujian koefisien determinasinya.
4.3.1 Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Kualitas Implementasi
Good Corporate Governance
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis pertama, diketahui bahwa kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance. Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Durnev dan Kim (2003) dalam Darmawati (2006) yang menemukan bukti bahwa perusahaan yang memiliki kesempatan investasi (investment opportunities) yang tinggi,
kebutuhan pendanaan eksternal yang tinggi akan menerapkan praktik corporate governance yang berkualitas tinggi. Sulyanti (2011) juga
signifikan terhadap kualitas implementasi good corporate
governance.
Hasil analisis pada PT. Adhi Karya Tbk, pada tahun 2009, perusahaan memiliki nilai kesempatan investasi sebesar 0,25 persen dengan perolehan indeks CGPI sebesar 81,54. Sedangkan pada tahun 2007 perusahaan dengan nilai kesempatan investasi sebesar 0,34 persen memperoleh indeks CGPI sebesar 81,79. Pada tahun 2007 perusahaan dalam memenuhi kebutuhan akan modalnya memiliki tingkat hutang lebih tinggi sebesar 0,44 persen dibanding tahun 2009. Hal ini berarti apabila nilai kesempatan investasi semakin tinggi maka kualitas implementasi good corporate governance pada perusahaan
akan semakin meningkat. Perusahaan yang menggunakan pendanaan eksternal akan lebih memperhatikan kualitas good corporate
governance dengan tujuan untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak
debtholders.
Menurut Durnev dan Kim; dkk, (2003) dalam Darmawati, (2006) kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance. Secara teori perusahaan
yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi akan membutuhkan pendanaan yang besar. Apabila kebutuhan dana internal belum mampu untuk mencukupi maka perusahaan akan berusaha mencari sumber dana eksternal (pecking order theory). Untuk memperoleh
terlebih dahulu dari pihak debtholder, salah satu cara untuk
mendapatkan kepercayaan tersebut adalah dengan menerapkan good
corporate governance.
4.3.2Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Kualitas Implementasi Good Corporate Governance
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis kedua, diketahui bahwa konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance. Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Evana, dkk (2007), Hormati (2009), dan Sulyanti (2011) yang menemukan bukti bahwa konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi good
corporate governance. Hal ini sesuai dengan kondisi di Indonesia,
bahwa struktur kepemilikan yang ada di Indonesia masih terkonsentrasi pada sedikit pemegang saham yang menguasai mayoritas saham sekaligus sebagai pengendali perusahaan, sehingga memudahkan pemilik dalam mengendalikan berbagai strategi dan kebijakan (Evana, 2007).
Semakin terkonsentrasinya kepemilikan saham, menyebabkan pemegang saham mayoritas cenderung akan mengabaikan kepentingan pemilik saham minoritas. Pemegang saham mayoritas akan menganggap dirinya sebagai pengendali sehingga banyak kebijakan-kebijakan yang dilakukan untuk kepentingan sendiri. Oleh sebab itu
konsentrasi kepemilikan saham cenderung mengabaikan kualitas implementasi good corporate governance.
4.3.3Pengaruh Leverage terhadap Kualitas Implementasi Good Corporate Governance
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis ketiga, diketahui bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance. Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darmawati (2006), dan Hormati (2009) yang menemukan bukti bahwa leverage tidak
memiliki pengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate
governance.
Leverage dalam penelitian ini yang diproksikan dengan debt to
equity ratio (DER) menggambarkan sejauh mana perusahaan dibiayai
oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingginya leverage tidak berarti mempengaruhi peningkatan kualitas corporate
governance. Terbukti dari hasil analisis pada PT. Astra Graphia Tbk
pada tahun 2006 perusahaan memiliki tingkat leverage sebesar 1,05
lebih tinggi dibandingkan PT. Aneka Tambang Tbk tahun 2006 yaitu 0,70. Tetapi jika dilihat dari laba perusahaan, PT. Astra Graphia Tbk yang memiliki tingkat leverage lebih tinggi (hutang lebih besar) justru
nilai atas laba yang diperoleh PT. Aneka Tambang Tbk yaitu sebesar Rp 1.552.777.307.000.
Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi belum tentu akan meningkatkan labanya. Perusahaan yang seperti ini maka cenderung akan diawasi oleh kreditur secara ketat. Pengawasan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk kontrak hutang yang dibuat oleh kedua belak pihak yaitu perusahaan dan kreditur. Adanya kontrak tersebut membuat perusahaan cenderung kurang memperhatikan kualitas corporate
governance, karena perusahaan menganggap telah ada pengawasan
dari pihak eksternal. Sehingga dalam hal ini leverage tidak
berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate
governance.
4.3.4Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Implementasi
Good Corporate Governance
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis keempat, diketahui bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance. Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian Darmawati (2006), dan Hormati (2009) yang menyatakan bahwa ukuran berpengaruh terhadap kualitas implementasi good
corporate governance. Evana (2007), dan Sulyanti (2011) yang juga
menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas implementasi good corporate governance.
Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar kecilnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural (Ln) dari total asset.
Hasil analisis membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance. Semakin
besar ukuran perusahaan berarti semakin baik pula kualitas implementasi good corporate governance. Secara teori perusahaan
yang berukuran lebih besar cenderung menarik perhatian dan sorotan publik khususnya bagi investor sehingga akan mendorong perusahaan tersebut untuk lebih memperhatikan kualitas implementasi good
corporate governance.
Hasil analisis pada PT. Aneka Tambang Tbk, tahun 2006 perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp 7.292.142.247.000 dengan perolehan indeks CGPI sebesar 81,92. Sedangkan pada tahun 2007 perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp 12.043.690.940.000 dengan perolehan indeks CGPI lebih besar daripada tahun 2006 yaitu sebesar 82,07. Pada tahun 2007 perusahaan menerbitkan saham yaitu sebanyak 9.538.459.750 lembar saham, sedangkan pada tahun 2006 saham yang diterbitkan hanya 1.907.691.950. Hal ini bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva lebih besar akan menerbitkan saham lebih banyak daripada perusahaan yang memiliki total aktiva lebih kecil, karena perusahaan yang berukuran besar cenderung
menjadi sorotan publik. Semakin banyak saham yang beredar menandakan semakin diminati oleh investor.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan maka akan semakin dipercaya oleh investor sehingga perusahaan akan menerapkan good corporate governance. Perusahaan yang besar juga
akan semakin rumit sistem dan permasalahan yang dihadapi, sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan meningkatkan kualitas implementasi good corporate
governance.
4.3.5Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal terhadap Kualitas Implementasi Good Corporate Governance
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis kelima, diketahui bahwa kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance. Hasil penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian Hormati (2009) yang menyatakan bahwa kualitas auditor eksternal berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance.
Hasil analisis penelitian ini menemukan bukti bahwa kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate governance. Hal ini karena fungsi audit dalam rangka
menciptakan good corporate governance yaitu salah satunya dapat
mengurangi ketidakselarasan informasi antara manajemen dan para pemegang saham sehingga seorang auditor sudah seharusnya dapat
mempertahankan sikap independensi dalam kenyataan (in act)
sepanjang pelaksanaan audit dan independensi dalam penampilan (in
appearance) untuk menjaga perilaku auditor sebagai professional dan
menjaga kepercayaan masyarakat sebagai pemakai laporan keuangan (Nini dan Trisnawati, 2009). Sehingga dalam penelitian ini auditor eksternal KAP big four maupun non big four tidak berpengaruh