• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI) 2006-2010 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI) 2006-2010 - repository perpustakaan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

menekankan pada pengujian teori-teori untuk menunjukkan hubungan antar

variabel melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka yang

bertujuan untuk menguji hipotesis.

3.2 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang mengikuti survei

Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang dilakukan oleh IICG

periode 2006-2010. Pemilihan objek penelitian pada perusahaan yang

mengikuti survei Corporate Governance Perception Index (CGPI) karena

perusahaan-perusahaan ini mempunyai pemahaman yang baik dan telah

melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Sedangkan metode

pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan

(2)

di Bursa Efek Indonesia melalui website BEI, yaitu www.idx.co.id. Data

CGPI diperoleh dari hasil survei IICG tahun 2006-2010, dan website

majalah SWA yaitu, www.swadigital.com. Data pendukung lainnya

diperoleh dengan metode studi pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah serta

literatur yang memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian ini.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi yang dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

yang mengikuti survei Corporate Governance Perception Index

(CGPI) yang dilaksanakan oleh The Indonesian Institute of

Corporate Governance (IICG) pada tahun 2006-2010.

3.4.2 Sampel

Pemilihan sampel ditentukan secara purposive sampling

dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai

dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria untuk dipilih

menjadi sampel adalah :

1) Merupakan perusahaan yang ikut berpartisipasi dan terdaftar

dalam pemeringkatan Corporate Governance Perception Index

(CGPI) yaitu daftar yang dibuat oleh The Indonesian Institute of

Corporate Governance (IICG) pada tahun penelitian yaitu

2006-2010.

(3)

3) Merupakan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

4) Menerbitkan laporan keuangan auditan per 31 Desember dari

tahun 2006-2010.

5) Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian.

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan

pada suatu variabel dengan cara memberikan arti yang diperlukan untuk

mengukur variabel tersebut.

3.5.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas

implementasi good corporate governance. Kualitas implementasi

good corporate governance diukur dengan instrument

pemeringkatan yang dikembangkan oleh IICG. Instrumen yang

dikembangkan oleh IICG menghasilkan suatu konstruk yang disebut

Corporate Governance Perception Index (CGPI). CGPI mengukur

sejauh mana perusahaan memenuhi kaidah-kaidah implementasi

good corporate governance.

Komponen-komponen corporate governance yang

dikembangkan dalam penelitian ini didasarkan pada instrumen yang

(4)

1. Komitmen terhadap tata kelola perusahaan

2. Hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci

3. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham

4. Peran stakeholders dalam tata kelola perusahaan

5. Pengungkapan dan transparansi

6. Tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direksi

Berdasarkan pengembangan instrumen-instrumen yang

dikembangkan oleh CGPI, maka akan diperoleh data hasil

pemeringkatan CGPI yang kemudian dijadikan proksi dalam

penelitian ini.

3.5.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel independen terdiri dari:

1) Kesempatan pertumbuhan/ investasi (growth/ investment

opportunities).

Hamzah (2004) mengemukakan bahwa proksi

pertumbuhan dengan IOS oleh peneliti Myer (1977) secara

umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan

faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur nilai IOS tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Proksi berbasis harga, mendasarkan pada perbedaan antara

asset dan nilai perusahaan sehingga proksi ini sangat

tergantung pada harga saham. Proksi ini percaya pada

(5)

sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang

tumbuh akan mempunyai nilai pasar yang relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan aktiva riilnya (asset in place).

2. Proksi berbasis investasi, proksi ini percaya pada gagasan

bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi secara

positif berhubungan dengan IOS perusahaan. Kegiatan

investasi ini diharapkan dapat memberikan peluang investasi

dimasa berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang

bersangkutan.

3. Proksi berbasis variance, proksi ini percaya pada gagasan

bahwa pilihan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas

dari return dengan mendasarkan pada peningkatan asset.

Adanya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku

ekuitasnya menunjukkan kesempatan investasi perusahaan

rumusnya adalah:

Dimana:

MVE :Rasio market to book value of equity

MC :Kapitalisasi pasar (lembar saham beredar dikalikan dengan harga nominal)

TE :Total ekuitas

2) Konsentrasi kepemilikan.

Konsentrasi kepemilikan adalah salah satu bentuk

mekanisme corporate governance yang bisa menyamakan

(6)

pengelola perusahaan. Namun pada kepemilikan terkonsentrasi

masalah perbedaan kepentingan utama yang terjadi adalah

perbedaan kepentingan antara pemilik mayoritas sebagai

pengendali perusahaan dengan pemilik minoritas (Haryono,

2005). Untuk membandingkan antara kepemilikan mayoritas dan

minoritas, sehingga dalam penelitian ini konsentrasi kepemilikan

diukur dengan membandingkan besarnya kepemilikan saham

dalam negeri dan asing yang dimiliki perusahaan. Dimana

dilakukan dengan menggunakan variabel dummy yaitu dengan

memberikan nilai memberikan kode 1 apabila kepemilikan dalam

negeri lebih besar daripada kepemilikan asing, dan kode 0

apabila kepemilikan asing lebih besar dari kepemilikan dalam

negeri. Baik itu dimiliki oleh perorangan maupun lembaga/

perusahaan.

3) Leverage.

Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang

menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap

modal, maupun asset perusahaan. Dalam penelitian ini leverage

diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) yaitu

perbandingan antara jumlah hutang dengan modal sendiri. Debt

to equity ratio mampu menjelaskan bagaimana kecenderungan

struktur permodalan usaha, apakah lebih banyak menggunakan

(7)

dalam struktur permodalan usaha (Sulyanti, 2011). Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

4) Ukuran perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar

kecilnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran

perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural (Ln)

dari total asset. Hal ini karena besarnya total asset

masing-masing berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga

dapat menyebabkan nilai yang ekstrem. Untuk menghindari data

yang terlalu besar tersebut maka harus di Ln kan (Sulyanti,

2011).

s

5) Kualitas Auditor Eksternal.

Auditor adalah orang atau badan yang melaksanakan

aktivitas auditing. Kualitas auditor dalam melaksanakan tugasnya

tergantung pada efektifitas dan kemampuan auditor tersebut.

Kualitas auditor ini biasanya dikaitkan dengan kualitas auditor

auditor eksternal, sehingga dalam penelitian ini kualitas auditor

diukur dengan variabel dummy, dimana 1 untuk perusahaan yang

diaudit oleh KAP Big four dan 0 untuk perusahaan yang diaudit

(8)

3.6 Metode Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis berganda karena dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan

hubungan antara dua variabel atau lebih juga menunjukan arah hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2009).

Dalam penelitian ini akan di analisis dengan menggunakan alat analisis

regresi berganda.

3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

maksimum, dan minimum (Ghozali, 2009).

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi berganda dapat dilakukan setelah model dari

penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari uji asumsi klasik.

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan

model regresi dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik terdiri dari uji

normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji

heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual

(9)

terdistribusi normal atau tidak secara statistik maka dilakukan uji

Kolmogorov-Smirnov. Dasar pengambilan keputusan normal atau

tidaknya data yang akan diolah adalah sebagai berikut:

1. Apabila hasil signifikansi lebih besar sama dengan (≥) dari 0,05

maka data terdistribusi normal.

2. Apabila hasil signifikansi lebih kecil (<) dari 0,05 maka data

tidak terdistribusi secara normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel

independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas

dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor

(VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen

manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih

yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Model

regresi yang bebas multikolonieritas adalah yang mempunyai nilai

tolerance di atas 0,1 atau VIF di bawah 10 (Ghozali, 2009).

3. Uji Autokorelasi

(10)

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Untuk menguji autokorelasi antara lain dapat dilakukan dengan run test. Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah random atau acak. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Kriteria pengujian untuk pengujian autokorelasi dengan menggunakan run test. Kriteria untuk run test jika asymp sig pada outputrun test > 5%, maka data tidak mengalami/ mengandung autokorelasi, dan sebaliknya (Ghozali, 2011).

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

antara satu pengamatan dengan lainnya. Model regresi yang baik

adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi adanya

heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan uji glejser yaitu

dengan melakukan analisis regresi variabel independen terhadap

(11)

Dalam uji glejser jika tingkat signifikansi di atas 5% atau

jika thitung > ttabel, maka disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas. Namun bila tingkat signifikansi di bawah 5%

atau thitung< ttabel, maka ada gejala heteroskedastisitas.

3.6.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda

digunakan untuk meneliti pengaruh variabel terikat dengan beberapa

variabel bebas serta menunjukkan arah hubungan variabel-variabel

tersebut. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:

CGPI= a + b1KI + b2KK + b3LEV + b4SIZE + b5KAE + e

Keterangan:

a : Konstanta b : Koefisien regresi

CGPI : Pengukuran Kualitas GCG KI : Kesempatan Investasi KK : Konsentrasi Kepemilikan LEV : Leverage

SIZE : Ukuran Perusahaan

KAE : Kualitas Auditor Eksternal e : Random error

Analisis terhadap hasil regresi dilakukan melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan

model dapat menjelaskan variabel terikat. Nilai koefisien

(12)

variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat terbatas,

begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2009).

Secara matematis jika,

nilai R2 = 1, maka Adjusted R2 = R2 =1

nilai R2 = 0, maka Adjusted R2 = (1 - k)/ (n - k)

Jika k > 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama dengan variabel terikat (Ghozali, 2009).

Kriteria pengujian:

a. H0 : b1 = b2 = ……. = bk = 0, artinya variabel independen

secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ ……. ≠ bk ≠ 0, artinya variabel independen

secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria penerimaan hipotesis:

H0 diterima jika Fhitung≤ Ftabel

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel bebas secara individual dapat menjelaskan variasi variabel

(13)

a) Pengujian Hipotesis Pertama

Untuk menguji hipotesis pertama digunakan uji t

dengan langkah pengujian sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)

H0 = b1= 0 :artinya variabel kesempatan investasi tidak

berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance.

Ha = b1 ≠ 0 :artinya variabel kesempatan investasi

berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance.

2. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar

0.05 atau tingkat keyakinan 95% serta derajat kebebasan

sebesar (n-1).

3. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Ghozali, 2009):

Keterangan :

t : Nilai t hitung bi : Koefisien regresi

sbi : Kesalahan baku koefisien regresi/ standar deviasi

4. Menentukan kriteria pengujian

Kriteria pengujian uji t:

H0 ditolak jika thitung < -t tabel atau thitung > ttabel (n-k)

(14)

b) Pengujian Hipotesis Kedua

Untuk menguji hipotesis kedua digunakan uji t dengan

langkah pengujian sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)

H0 = b2 = 0 :artinya variabel konsentrasi kepemilikan tidak

berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance.

Ha = b2 ≠ 0 :artinya variabel konsentrasi kepemilikan

berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance.

2. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar

0.05 atau tingkat keyakinan 95% serta derajat kebebasan

sebesar (n-1).

3. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Ghozali, 2009):

Keterangan :

t : Nilai t hitung bi : Koefisien regresi

sbi : Kesalahan baku koefisien regresi/ standar deviasi

4. Menentukan kriteria pengujian

Kriteria pengujian uji t:

H0 ditolak jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel (n-k)

(15)

c) Pengujian Hipotesis Ketiga

Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan uji t dengan

langkah pengujian sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)

H0 = b3 = 0 :artinya variabel leverage tidak berpengaruh

terhadap kualitas implementasi good

corporate governance.

Ha = b3 ≠ 0 :artinya variabel leverage berpengaruh

terhadap kualitas implementasi good

corporate governance.

2. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar

0.05 atau tingkat keyakinan 95% serta derajat kebebasan

sebesar (n-1).

3. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Ghozali, 2009):

Keterangan :

t : Nilai t hitung bi : Koefisien regresi

sbi : Kesalahan baku koefisien regresi/ standar deviasi

4. Menentukan kriteria pengujian

Kriteria pengujian uji t:

H0 ditolak jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel (n-k)

(16)

d) Pengujian Hipotesis Keempat

Untuk menguji hipotesis keempat digunakan uji t

dengan langkah pengujian sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)

H0 = b4 = 0 :artinya variabel ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance.

Ha = b4 ≠ 0 :artinya variabel ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance.

2. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar

0.05 atau tingkat keyakinan 95% serta derajat kebebasan

sebesar (n-1).

3. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Ghozali, 2009):

Keterangan :

t : Nilai t hitung bi : Koefisien regresi

sbi : Kesalahan baku koefisien regresi/ standar deviasi

4. Menentukan kriteria pengujian

Kriteria pengujian uji t:

H0 ditolak jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel (n-k)

(17)

e) Hipotesis Kelima

Untuk menguji hipotesis kelima digunakan uji t dengan

langkah pengujian sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)

H0 = b5 = 0 :artinya variabel kualitas auditor eksternal

tidak berpengaruh terhadap kualitas

implementasi good corporate governance.

Ha = b5 ≠ 0 :artinya variabel kualitas auditor eksternal

berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance.

2. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar

0.05 atau tingkat keyakinan 95% serta derajat kebebasan

sebesar (n-1).

3. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Ghozali, 2009):

Keterangan :

t : Nilai t hitung bi : Koefisien regresi

sbi : Kesalahan baku koefisien regresi/ standar deviasi

4. Menentukan kriteria pengujian

Kriteria pengujian uji t:

H0 ditolak jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel (n-k)

(18)

4.1 Deskripsi Sampel

4.1.1 Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang

mengikuti survei Corporate Governance Perception Index (CGPI)

yang dilaksanakan oleh The Indonesian Institute for Corporate

Governance (IICG) pada tahun 2006-2010. Populasi dalam penelitian

ini berjumlah 119 perusahaan. Perusahaan yang tidak

mempublikasikan indeks CGPI berjumlah 68 perusahaan sedangkan 12

perusahaan tidak memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.

Sehingga data yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 39

perusahaan. Deskripsi pengambilan sampel secara lengkap dapat

dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Deskripsi Pengambilan Sampel

No Keterangan Jumlah

1. Jumlah perusahaan yang mengikuti CGPI pada

tahun 2006-2010. 119

2. Jumlah perusahaan yang tidak mempublikasikan

indeks CGPI 68

3. Jumlah perusahaan yang tidak memenuhi kriteria 12

4. Total sampel penelitian 2006-2010 39

(19)

Tabel 4.2

Daftar Perusahaan Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 ADHI ADHI KARYA Tbk.

2. ANTM ANEKA TAMBANG Tbk.

3. APEX APEXINDO PRATAMA DUTA Tbk.

4. ASGR ASTRA GRAPHIA Tbk.

5. ASII ASTRA INTERNATIONAL Tbk. 6. BBNI BANK NEGARA INDONESIA Tbk. 7. BMRI BANK MANDIRI Tbk.

8. BNGA BANK CIMB NIAGA Tbk.

9. BNLI BANK PERMATA Tbk.

10. BUMI BUMI RESOURCES Tbk. 11. ELSA ELNUSA Tbk.

12. ELTY BAKRIELAND DEVELOPMENT Tbk. 13. JSMR JASA MARGA Tbk.

14. KLBF KALBE FARMA Tbk.

15. PTBA TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM Tbk. 16. TLKM TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. 17. UNTR UNITED TRACTORS Tbk.

18. WEHA PANORAMA TRANSPORTASI Tbk. 19. WIKA WIJAYA KARYA Tbk.

4.2 Analisis Data dan Pembahasan 4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel

Dalam penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan

bantuan program SPSS 16.0, hasil uji statistik deskriptif terlihat dalam

tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KI 39 .06 .94 .3156 .18394

LEV 39 .10 10.88 4.1895 4.07308

Ln_SIZE 39 25.77 33.61 30.5431 1.89291

CGPI 39 68.53 90.65 81.8133 5.07583

(20)

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa

jumlah data dalam penelitian ini sebanyak 39 perusahaan. Besarnya

rata-rata variabel kesempatan investasi sebesar 0,32 persen. Hasil ini

menunjukkan bahwa rata-rata peluang berinvestasi perusahaan yang

dihitung dengan cara membagikan nilai pasar dengan nilai buku

ekuitas adalah 0,32 persen. Nilai kesempatan investasi tertinggi

dimiliki oleh PT. Bumi Resources Tbk tahun 2009 sebesar 0,94 persen,

sedangkan nilai terendah sebesar 0,06 persen dimiliki oleh PT. United

Tractors pada tahun 2009.

Rata-rata variabel leverage adalah 4,19 persen. Hasil ini

menunjukkan bahwa kecenderungan perusahaan dalam memenuhi

struktur permodalan usaha yang dibiayai dengan menggunakan

pendanaan hutang memiliki rata-rata sebesar 4,19 persen. Nilai

leverage sebesar 10,88 persen menjadi nilai tertinggi dalam analisis

penelitian ini dimiliki oleh PT. Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun

2009. Sedangkan nilai terendah dimiliki oleh PT. Aneka Tambang Tbk

tahun 2009 sebesar 0,10 persen. Perusahaan yang memiliki total aktiva

tertinggi (dalam hal ini dihitung dengan logaritma natural dari total

aktiva) dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 33,61 tahun 2009.

Sedangkan nilai total aktiva terendah sebesar 25,77 dimiliki oleh PT.

Panorama Transportasi Tbk tahun 2009.

Untuk variabel konsentrasi kepemilikan dan kualitas auditor

(21)

variabel tersebut diukur dengan menggunakan dummy sehingga angka

yang dihasilkan hanya berfungsi sebagai kode. Dalam variabel

konsentrasi kepemilikian jika kepemilikan dalam negeri lebih besar

daripada kepemilikan asing maka diberi nilai 1, dan memberikan nilai

0 apabila kepemilikan asing lebih besar daripada kepemilikan dalam

negeri.Variabel kualitas auditor eksternal, 1 untuk perusahaan yang

diaudit oleh KAP big four dan 0 untuk perusahaan yang diaudit oleh

KAP non big four.

Variabel kualitas implementasi good corporate governance

yang diukur dengan corporate governance perception index (CGPI)

menunjukkan rata-rata sebesar 81,81. Hal ini menunjukkan bahwa

rata-rata perolehan indeks pada perusahaan yang telah menerapkan

good corporate governance sebesar 81,81. Indeks CGPI tertinggi

dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk pada tahun 2009 sebesar 90,65.

Sedangkan indeks CGPI terendah sebesar 68,53 dimiliki oleh PT.

Wijaya Karya tahun 2007.

4.2.2Uji Asumsi Klasik

Sebelum suatu model regresi digunakan, maka perlu dilakukan

beberapa uji asumsi klasik, karena suatu model regresi dapat

digunakan dan dianggap baik jika model regresi telah memenuhi

beberapa asumsi klasik. Berikut ini adalah hasil dan pembahasan dari

(22)

1. Uji Normalitas

Model regresi yang baik mensyaratkan adanya normalitas

pada data penelitian. Cara mendeteksi kenormalan data dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilai Asymp. sig (2

tailed) lebih besar dari 0,05 maka dikatakan data terdistribusi

normal (Ghozali, 2009). Adapun hasil pengujian Kolmogorov

Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Pengujian Normalitas dengan Uji Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 39

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 2.90527503

Most Extreme Differences Absolute .161

Positive .080

Negative -.161

Kolmogorov-Smirnov Z 1.007

Asymp. Sig. (2-tailed) .263

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh nilai Asymp. sig. (2-tailed)

sebesar 0,263. Terlihat bahwa nilai Asymp.sig (2-tailed) diatas

0,05. Dengan demikian data dapat dikatakan normal.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana terjadinya

(23)

Multikolinearitas terjadi apabila nilai VIF (Varian Inflation

Factor) diatas 10, dan nilai Tolerance dibawah 0,10 (Ghozali,

2009). Adapun hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada

tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Multikolinearitas

a. Dependen Variable: CGPI

Asumsi yang disyaratkan untuk tidak terjadinya gejala

multikolinearitas bila nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai

Tolerance lebih besar dari 0,10. Dari analisis yang terlihat pada

tabel 4.5 di atas, semua variabel tersebut mempunyai nilai VIF

lebih kecil dari 10, dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10

sehingga persamaan regresi telah terbebas dari multikolinearitas.

3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 57.656 12.047 4.786 .000

KI -12.732 3.446 -.461 -3.694 .001 .636 1.571

KK -1.330 1.717 -.089 -.775 .444 .756 1.323

LEV .232 .191 .186 1.215 .233 .423 2.363

Ln_SIZE .891 .415 .332 2.147 .039 .414 2.413

(24)

autokorelasi adalah dengan Run Test. Kriteria pengujian untuk uji

run test jika Asymp sig. (2-tailed) pada output run test lebih besar

0,05 maka data tidak mengalami/ mengandung autokorelasi atau

sebaliknya (Ghozali, 2011). Adapun hasil pengujian run test dapat

dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Run Test

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai Asymp. Sig (2-tailed)

sebesar 0,332 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari 0,05.

Dengan demikian data tidak mengalami autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Hasil uji heteroskedastisitas dipergunakan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada penelitian

ini digunakan uji glejser yaitu dengan meregresikan nilai absolut

residual pada tiap-tiap variabel independen. Kriteria pengujian

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .52139

Cases < Test Value 19

Cases >= Test Value 20

Total Cases 39

Number of Runs 17

Z -.970

Asymp. Sig. (2-tailed) .332

(25)

untuk uji glejser jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka

data bebas dari heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Hasil dari uji

heteroskedastisitas dengan uji glejser terlihat dalam tabel 4.7

berikut:

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .551 6.786 .081 .936

KI .252 1.941 .027 .130 .897

KK 1.328 .967 .264 1.373 .179

LEV .078 .108 .187 .728 .472

Ln_SIZE .003 .234 .003 .011 .991

KAE .170 .798 .044 .213 .833

a. Dependent Variable: abs_ut

Berdasarkan tabel 4.7 di atas hasil uji heteroskedastisitas

menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang

mengalami masalah heteroskedastisitas. Semua variabel

independen memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05.

4.2.3Regresi Berganda

Dari uji asumsi klasik di atas dapat disimpulkan bahwa data

yang ada terdistribusi secara normal serta tidak terdapat

multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas sehingga

memenuhi persyaratan untuk melakukan regresi berganda (multiple

regression analysis) untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis.

(26)

berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antar variabel

bebas kesempatan investasi, konsentrasi kepemilikan, leverage, ukuran

perusahaan, dan kualitas auditor eksternal terhadap kualitas

implementasi good corporate governance. Hasil olah data perhitungan

regresi linear berganda dengan program SPSS dapat dilihat dalam

tabel 4.8.

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Regresi Berganda

a. Dependent Variable: CGPI

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mendapat

koefisien regresi yang akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat

akan diterima atau ditolak. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui

persamaan regresi linear berganda dengan tingkat signifikansi sebesar

0,05 yaitu :

CGPI = 86,587 – 14,362KI – 3,132KK + 0,071LEV + 2,177SIZE +

0,896KAE + e

Persamaan tersebut di atas dapat diartikan :

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 86.587 2.502 34.611 .000

KI -14.362 3.289 -.520 -4.366 .000

KK -3.132 1.812 -.209 -1.729 .093

LEV .071 .209 .057 .341 .735

SIZE 2.177E-14 .000 .458 2.748 .010

(27)

1. Dari persamaan regresi linier berganda diatas diperoleh nilai

konstanta sebesar 86,587. Dengan asumsi jika variabel independen

(karakteristik perusahaan) nol maka nilai dari kualitas

implementasi good corporate governance perusahaan akan bernilai

86,586.

2. Koefisien regresi KI bernilai negatif (-14,362). Hal ini berarti

setiap penurunan kesempatan investasi (X1) maka akan

menurunkan kualitas implementasi good corporate governance

(Y).

3. Koefisien regresi KK bernilai negatif (-3,132). Hal ini berarti setiap

penurunan konsentrasi kepemilikan (X2) maka akan menurunkan

kualitas implementasi good corporate governance (Y).

4. Koefisien regresi LEV bernilai positif (0,071). Hal ini berarti setiap

peningkatan leverage (X3) maka akan menaikkan kualitas

implementasi good corporate governance (Y).

5. Koefisien regresi SIZE bernilai positif (2,177). Hal ini berarti

setiap peningkatan ukuran perusahaan (X4) maka akan menaikkan

kualitas implementasi good corporate governance (Y).

6. Koefisien regresi KAE bernilai positif (0,896). Hal ini berarti

setiap perusahaan yang diaudit oleh auditor eksternal (X5) dalam

hal ini KAP Big four maka akan menaikkan kualitas implementasi

(28)

Dalam analisis regresi yang digunakan dalam proses

perhitungan tidak selalu tepat untuk mengestimasi nilai variabel

dependen terhadap variabel independen, oleh karena itu diperlukan

pengujian goodness of fit test. Pengujian goodness of fit test terdiri

dari:

1. Uji Koefisien Determinasi R Square (R2)

Koefisien R2 digunakan untuk mengetahui kemampuan

menjelaskan variabel independen terhadap variabel dependen

ditunjukan oleh besarnya koefisian determinasi adjusted R2

(Ghozali, 2009). Hasil uji adjusted R2 dapat dilihat dalam tabel 4.9.

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Adjusted R2

B

e

Berdasarkan tabel 4.9 bahwa koefisien determinasi yang

menunjukan nilai Adjusted R-Square sebesar 0,623 berarti kualitas

good corporate governance dipengaruhi oleh variasi karakteristik

perusahaan sebesar 62,3%, sedangkan dipengaruhi oleh faktor lain

sebesar 37,7%. Faktor lain tersebut seperti, faktor regulasi

(Darmawati, 2006).

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .820a .672 .623 3.11761

(29)

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui tingkat signifikansi koefisien korelasi

pengaruh kararakteristik perusahaan, maka akan diuji dengan

menggunakan uji simultan koefisien korelasi dengan menggunakan

uji F. Hasil uji F dapat dilihat dalam tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 658.291 5 131.658 13.546 .000

a

Residual 320.744 33 9.720

Total 979.034 38

a. Predictors: (Constant), KAE, LEV, KK, KI,SIZE b. Dependent Variable: CGPI

Berdasarkan tabel 4.10, nilai Fhitung sebesar 13,546

sedangkan Ftabel sebesar 2,53. Sehingga diketahui Fhitung > Ftabel,

yaitu 14,423 > 2,53 serta tingkat signifikansi sebesar 0,000 kurang

dari 0,05 menunjukkan bahwa secara simultan karakteristik

perusahaan berpengaruh terhadap kualitas implementasi good

corporate governance.

2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variansi variabel dependen (Ghozali, 2009). Untuk

melihat pengaruh kesempatan investasi, konsentrasi kepemilikan,

(30)

terhadap kualitas implementasi good corporate governance, dapat

dihitung dengan menggunakan uji statistik t. Dengan menggunakan

derajat keyakinan 95% dan alpha (α) 0,05. Hasil uji t dapat dilihat

dalam tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 57.656 12.047 4.786 .000

KI -12.732 3.446 -.461 -3.694 .001

KK -1.330 1.717 -.089 -.775 .444

LEV .232 .191 .186 1.215 .233

Ln_SIZE .891 .415 .332 2.147 .039

KAE 1.555 1.417 .136 1.097 .280

a. Dependent Variable: CGPI

Dari uji statistik t diperoleh nilai signifikansi variabel

kesempatan investasi sebesar 0,001 dan ukuran perusahaan sebesar

0,039, artinya baik kesempatan investasi maupun ukuran

perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance. Sedangkan nilai signifikan dari

variabel konsentrasi kepemilikan sebesar 0,444, leverage sebesar

0,233, dan kualitas auditor eksternal sebesar 0,280 artinya variabel

konsentrasi kepemilikan, leverage, dan kualitas auditor eksternal

tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas implementasi good

(31)

4.2.4Pengujian Hipotesis

Untuk mendapatkan signifikansi pengaruh dari karakteristik

perusahaan terhadap kualitas implementasi good corporate governance

dapat diuji sebagai berikut:

1. Pengujian hipotesis pertama

Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen

kesempatan investasi (KI) yang diukur dengan membandingkan

nilai pasar dengan nilai buku ekuitas, memiliki nilai thitung = -3,694,

sedangkan nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui thitung < -ttabel yaitu -3,694 < -2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,001. Signifikansi

ini lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan

bahwa kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas

implementasi good corporate governance, diterima. 2. Pengujian hipotesis kedua

Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen

konsentrasi kepemilikan (KK) yang diukur menggunakan dummy

dengan melihat konsentrasi kepemilikan saham terbesar dalam

negeri dan asing, memiliki nilai thitung = -0,775, sedangkan nilai

ttabel = 2,02. Sehingga diketahui –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel yaitu -2,02 ≤

-0,775 ≤ 2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,444. Signifikansi ini

lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa

konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap kualitas

(32)

3. Pengujian hipotesis ketiga

Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen

leverage (LEV) yang diukur dengan rasio total hutang terhadap

total aktiva, memiliki nilai thitung = 1,215, sedangkan nilai ttabel =

2,02. Sehingga diketahui –ttabel≤ thitung ≤ ttabel yaitu -2,02 ≤ 1,215 ≤

2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,233. Signifikansi ini lebih

besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa

leverage berpengaruh terhadap kualitas implementasi good

corporate governance, ditolak. 4. Pengujian hipotesis keempat

Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen

ukuran perusahaan (SIZE) yang diukur dengan ln asset, memiliki

nilai thitung = 2,147, sedangkan nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui

thitung > ttabel yaitu 2,499 > 2,02 serta nilai signifikansi sebesar

0,039. Signifikansi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

kualitas implementasi good corporate governance, diterima. 5. Pengujian hipotesis kelima

Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen

kualitas auditor eksternal (KAE) yang diukur dengan

menggunakan variabel dummy, dimana 1 untuk perusahaan yang

(33)

oleh KAP non big four, memiliki nilai thitung = 1,097, sedangkan

nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel yaitu

-2,02 ≤ 1,097 ≤ 2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,280.

Signifikansi ini lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang

menyatakan bahwa kualitas auditor eksternal berpengaruh terhadap

kualitas implementasi good corporate governance, ditolak.

4.3 Pembahasan

Dari pengujian hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa hanya

hipotesis pertama dan keempat saja yang terbukti berpengaruh. Bagian ini

berisi pembahasan atas hasil pengujian masing-masing variabel dan hasil

pengujian koefisien determinasinya.

4.3.1 Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Kualitas Implementasi

Good Corporate Governance

Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis pertama, diketahui

bahwa kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas

implementasi good corporate governance. Hasil penelitian ini sama

dengan hasil penelitian Durnev dan Kim (2003) dalam Darmawati

(2006) yang menemukan bukti bahwa perusahaan yang memiliki

kesempatan investasi (investment opportunities) yang tinggi,

kebutuhan pendanaan eksternal yang tinggi akan menerapkan praktik

corporate governance yang berkualitas tinggi. Sulyanti (2011) juga

(34)

signifikan terhadap kualitas implementasi good corporate

governance.

Hasil analisis pada PT. Adhi Karya Tbk, pada tahun 2009,

perusahaan memiliki nilai kesempatan investasi sebesar 0,25 persen

dengan perolehan indeks CGPI sebesar 81,54. Sedangkan pada tahun

2007 perusahaan dengan nilai kesempatan investasi sebesar 0,34

persen memperoleh indeks CGPI sebesar 81,79. Pada tahun 2007

perusahaan dalam memenuhi kebutuhan akan modalnya memiliki

tingkat hutang lebih tinggi sebesar 0,44 persen dibanding tahun 2009.

Hal ini berarti apabila nilai kesempatan investasi semakin tinggi maka

kualitas implementasi good corporate governance pada perusahaan

akan semakin meningkat. Perusahaan yang menggunakan pendanaan

eksternal akan lebih memperhatikan kualitas good corporate

governance dengan tujuan untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak

debtholders.

Menurut Durnev dan Kim; dkk, (2003) dalam Darmawati,

(2006) kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas

implementasi good corporate governance. Secara teori perusahaan

yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi akan membutuhkan

pendanaan yang besar. Apabila kebutuhan dana internal belum

mampu untuk mencukupi maka perusahaan akan berusaha mencari

sumber dana eksternal (pecking order theory). Untuk memperoleh

(35)

terlebih dahulu dari pihak debtholder, salah satu cara untuk

mendapatkan kepercayaan tersebut adalah dengan menerapkan good

corporate governance.

4.3.2Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Kualitas Implementasi Good Corporate Governance

Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis kedua, diketahui

bahwa konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kualitas

implementasi good corporate governance. Hasil penelitian ini sama

dengan hasil penelitian Evana, dkk (2007), Hormati (2009), dan

Sulyanti (2011) yang menemukan bukti bahwa konsentrasi

kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi good

corporate governance. Hal ini sesuai dengan kondisi di Indonesia,

bahwa struktur kepemilikan yang ada di Indonesia masih

terkonsentrasi pada sedikit pemegang saham yang menguasai

mayoritas saham sekaligus sebagai pengendali perusahaan, sehingga

memudahkan pemilik dalam mengendalikan berbagai strategi dan

kebijakan (Evana, 2007).

Semakin terkonsentrasinya kepemilikan saham, menyebabkan

pemegang saham mayoritas cenderung akan mengabaikan kepentingan

pemilik saham minoritas. Pemegang saham mayoritas akan

menganggap dirinya sebagai pengendali sehingga banyak

(36)

konsentrasi kepemilikan saham cenderung mengabaikan kualitas

implementasi good corporate governance.

4.3.3Pengaruh Leverage terhadap Kualitas Implementasi Good Corporate Governance

Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis ketiga, diketahui

bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance. Hasil penelitian ini sama dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darmawati (2006), dan

Hormati (2009) yang menemukan bukti bahwa leverage tidak

memiliki pengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate

governance.

Leverage dalam penelitian ini yang diproksikan dengan debt to

equity ratio (DER) menggambarkan sejauh mana perusahaan dibiayai

oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang

digambarkan oleh modal. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingginya

leverage tidak berarti mempengaruhi peningkatan kualitas corporate

governance. Terbukti dari hasil analisis pada PT. Astra Graphia Tbk

pada tahun 2006 perusahaan memiliki tingkat leverage sebesar 1,05

lebih tinggi dibandingkan PT. Aneka Tambang Tbk tahun 2006 yaitu

0,70. Tetapi jika dilihat dari laba perusahaan, PT. Astra Graphia Tbk

yang memiliki tingkat leverage lebih tinggi (hutang lebih besar) justru

(37)

nilai atas laba yang diperoleh PT. Aneka Tambang Tbk yaitu sebesar

Rp 1.552.777.307.000.

Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki

tingkat hutang yang tinggi belum tentu akan meningkatkan labanya.

Perusahaan yang seperti ini maka cenderung akan diawasi oleh

kreditur secara ketat. Pengawasan ini biasanya dinyatakan dalam

bentuk kontrak hutang yang dibuat oleh kedua belak pihak yaitu

perusahaan dan kreditur. Adanya kontrak tersebut membuat

perusahaan cenderung kurang memperhatikan kualitas corporate

governance, karena perusahaan menganggap telah ada pengawasan

dari pihak eksternal. Sehingga dalam hal ini leverage tidak

berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate

governance.

4.3.4Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Implementasi

Good Corporate Governance

Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis keempat, diketahui

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance. Hasil penelitian ini sama dengan hasil

penelitian Darmawati (2006), dan Hormati (2009) yang menyatakan

bahwa ukuran berpengaruh terhadap kualitas implementasi good

corporate governance. Evana (2007), dan Sulyanti (2011) yang juga

menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif

(38)

Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar

kecilnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan

diukur dengan menggunakan logaritma natural (Ln) dari total asset.

Hasil analisis membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap kualitas implementasi good corporate governance. Semakin

besar ukuran perusahaan berarti semakin baik pula kualitas

implementasi good corporate governance. Secara teori perusahaan

yang berukuran lebih besar cenderung menarik perhatian dan sorotan

publik khususnya bagi investor sehingga akan mendorong perusahaan

tersebut untuk lebih memperhatikan kualitas implementasi good

corporate governance.

Hasil analisis pada PT. Aneka Tambang Tbk, tahun 2006

perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp 7.292.142.247.000

dengan perolehan indeks CGPI sebesar 81,92. Sedangkan pada tahun

2007 perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp 12.043.690.940.000

dengan perolehan indeks CGPI lebih besar daripada tahun 2006 yaitu

sebesar 82,07. Pada tahun 2007 perusahaan menerbitkan saham yaitu

sebanyak 9.538.459.750 lembar saham, sedangkan pada tahun 2006

saham yang diterbitkan hanya 1.907.691.950. Hal ini bahwa

perusahaan yang memiliki total aktiva lebih besar akan menerbitkan

saham lebih banyak daripada perusahaan yang memiliki total aktiva

(39)

menjadi sorotan publik. Semakin banyak saham yang beredar

menandakan semakin diminati oleh investor.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan

maka akan semakin dipercaya oleh investor sehingga perusahaan akan

menerapkan good corporate governance. Perusahaan yang besar juga

akan semakin rumit sistem dan permasalahan yang dihadapi, sehingga

salah satu cara yang efektif untuk mengatasi permasalahan yaitu

dengan meningkatkan kualitas implementasi good corporate

governance.

4.3.5Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal terhadap Kualitas Implementasi Good Corporate Governance

Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis kelima, diketahui

bahwa kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap kualitas

implementasi good corporate governance. Hasil penelitian ini berbeda

dengan hasil penelitian Hormati (2009) yang menyatakan bahwa

kualitas auditor eksternal berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance.

Hasil analisis penelitian ini menemukan bukti bahwa kualitas

auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi

good corporate governance. Hal ini karena fungsi audit dalam rangka

menciptakan good corporate governance yaitu salah satunya dapat

mengurangi ketidakselarasan informasi antara manajemen dan para

(40)

mempertahankan sikap independensi dalam kenyataan (in act)

sepanjang pelaksanaan audit dan independensi dalam penampilan (in

appearance) untuk menjaga perilaku auditor sebagai professional dan

menjaga kepercayaan masyarakat sebagai pemakai laporan keuangan

(Nini dan Trisnawati, 2009). Sehingga dalam penelitian ini auditor

eksternal KAP big four maupun non big four tidak berpengaruh

Gambar

Tabel 4.1 Deskripsi Pengambilan Sampel
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian
Pengujian Normalitas dengan Uji Tabel 4.4 Kolmogorov Smirnov
tabel 4.5 berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

TERHADAP KUALITAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Mengikuti Survei IICG) ”. Perumusan

“Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kualitas Good Corporate Governance Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang Mengikuti Survei The

Corporate Governance Perception Index (CGPI) is the ranking of good corporate governance by Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) with SWA

Berdasarkan hasil perhitungan yang menggunakan uji t maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Good Corporate Governance

Penulis menggunakan skor CGPI ( Corporate Governance Perception Index ) sebagai variabel independen untuk mengukur pemeringkatan penerapan good corporate governance

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris pengaruh good corporate governance yang di proxy dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kualitas good corporate governance perusahaan dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan

Pengaruh Good Corporate Governance, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan pengujian hipotesis kelima diperoleh hasil bahwa variabel Good Corporate