3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang
menekankan pada pengujian teori-teori untuk menunjukkan hubungan antar
variabel melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka yang
bertujuan untuk menguji hipotesis.
3.2 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang mengikuti survei
Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang dilakukan oleh IICG
periode 2006-2010. Pemilihan objek penelitian pada perusahaan yang
mengikuti survei Corporate Governance Perception Index (CGPI) karena
perusahaan-perusahaan ini mempunyai pemahaman yang baik dan telah
melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Sedangkan metode
pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
di Bursa Efek Indonesia melalui website BEI, yaitu www.idx.co.id. Data
CGPI diperoleh dari hasil survei IICG tahun 2006-2010, dan website
majalah SWA yaitu, www.swadigital.com. Data pendukung lainnya
diperoleh dengan metode studi pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah serta
literatur yang memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian ini.
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi yang dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang mengikuti survei Corporate Governance Perception Index
(CGPI) yang dilaksanakan oleh The Indonesian Institute of
Corporate Governance (IICG) pada tahun 2006-2010.
3.4.2 Sampel
Pemilihan sampel ditentukan secara purposive sampling
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai
dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria untuk dipilih
menjadi sampel adalah :
1) Merupakan perusahaan yang ikut berpartisipasi dan terdaftar
dalam pemeringkatan Corporate Governance Perception Index
(CGPI) yaitu daftar yang dibuat oleh The Indonesian Institute of
Corporate Governance (IICG) pada tahun penelitian yaitu
2006-2010.
3) Merupakan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
4) Menerbitkan laporan keuangan auditan per 31 Desember dari
tahun 2006-2010.
5) Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian.
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan
pada suatu variabel dengan cara memberikan arti yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut.
3.5.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas
implementasi good corporate governance. Kualitas implementasi
good corporate governance diukur dengan instrument
pemeringkatan yang dikembangkan oleh IICG. Instrumen yang
dikembangkan oleh IICG menghasilkan suatu konstruk yang disebut
Corporate Governance Perception Index (CGPI). CGPI mengukur
sejauh mana perusahaan memenuhi kaidah-kaidah implementasi
good corporate governance.
Komponen-komponen corporate governance yang
dikembangkan dalam penelitian ini didasarkan pada instrumen yang
1. Komitmen terhadap tata kelola perusahaan
2. Hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci
3. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham
4. Peran stakeholders dalam tata kelola perusahaan
5. Pengungkapan dan transparansi
6. Tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direksi
Berdasarkan pengembangan instrumen-instrumen yang
dikembangkan oleh CGPI, maka akan diperoleh data hasil
pemeringkatan CGPI yang kemudian dijadikan proksi dalam
penelitian ini.
3.5.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen terdiri dari:
1) Kesempatan pertumbuhan/ investasi (growth/ investment
opportunities).
Hamzah (2004) mengemukakan bahwa proksi
pertumbuhan dengan IOS oleh peneliti Myer (1977) secara
umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan
faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur nilai IOS tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Proksi berbasis harga, mendasarkan pada perbedaan antara
asset dan nilai perusahaan sehingga proksi ini sangat
tergantung pada harga saham. Proksi ini percaya pada
sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang
tumbuh akan mempunyai nilai pasar yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan aktiva riilnya (asset in place).
2. Proksi berbasis investasi, proksi ini percaya pada gagasan
bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi secara
positif berhubungan dengan IOS perusahaan. Kegiatan
investasi ini diharapkan dapat memberikan peluang investasi
dimasa berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang
bersangkutan.
3. Proksi berbasis variance, proksi ini percaya pada gagasan
bahwa pilihan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas
dari return dengan mendasarkan pada peningkatan asset.
Adanya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku
ekuitasnya menunjukkan kesempatan investasi perusahaan
rumusnya adalah:
Dimana:
MVE :Rasio market to book value of equity
MC :Kapitalisasi pasar (lembar saham beredar dikalikan dengan harga nominal)
TE :Total ekuitas
2) Konsentrasi kepemilikan.
Konsentrasi kepemilikan adalah salah satu bentuk
mekanisme corporate governance yang bisa menyamakan
pengelola perusahaan. Namun pada kepemilikan terkonsentrasi
masalah perbedaan kepentingan utama yang terjadi adalah
perbedaan kepentingan antara pemilik mayoritas sebagai
pengendali perusahaan dengan pemilik minoritas (Haryono,
2005). Untuk membandingkan antara kepemilikan mayoritas dan
minoritas, sehingga dalam penelitian ini konsentrasi kepemilikan
diukur dengan membandingkan besarnya kepemilikan saham
dalam negeri dan asing yang dimiliki perusahaan. Dimana
dilakukan dengan menggunakan variabel dummy yaitu dengan
memberikan nilai memberikan kode 1 apabila kepemilikan dalam
negeri lebih besar daripada kepemilikan asing, dan kode 0
apabila kepemilikan asing lebih besar dari kepemilikan dalam
negeri. Baik itu dimiliki oleh perorangan maupun lembaga/
perusahaan.
3) Leverage.
Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang
menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap
modal, maupun asset perusahaan. Dalam penelitian ini leverage
diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) yaitu
perbandingan antara jumlah hutang dengan modal sendiri. Debt
to equity ratio mampu menjelaskan bagaimana kecenderungan
struktur permodalan usaha, apakah lebih banyak menggunakan
dalam struktur permodalan usaha (Sulyanti, 2011). Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
4) Ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar
kecilnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran
perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural (Ln)
dari total asset. Hal ini karena besarnya total asset
masing-masing berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga
dapat menyebabkan nilai yang ekstrem. Untuk menghindari data
yang terlalu besar tersebut maka harus di Ln kan (Sulyanti,
2011).
s
5) Kualitas Auditor Eksternal.
Auditor adalah orang atau badan yang melaksanakan
aktivitas auditing. Kualitas auditor dalam melaksanakan tugasnya
tergantung pada efektifitas dan kemampuan auditor tersebut.
Kualitas auditor ini biasanya dikaitkan dengan kualitas auditor
auditor eksternal, sehingga dalam penelitian ini kualitas auditor
diukur dengan variabel dummy, dimana 1 untuk perusahaan yang
diaudit oleh KAP Big four dan 0 untuk perusahaan yang diaudit
3.6 Metode Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis berganda karena dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih juga menunjukan arah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2009).
Dalam penelitian ini akan di analisis dengan menggunakan alat analisis
regresi berganda.
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, dan minimum (Ghozali, 2009).
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian regresi berganda dapat dilakukan setelah model dari
penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari uji asumsi klasik.
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan
model regresi dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik terdiri dari uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
terdistribusi normal atau tidak secara statistik maka dilakukan uji
Kolmogorov-Smirnov. Dasar pengambilan keputusan normal atau
tidaknya data yang akan diolah adalah sebagai berikut:
1. Apabila hasil signifikansi lebih besar sama dengan (≥) dari 0,05
maka data terdistribusi normal.
2. Apabila hasil signifikansi lebih kecil (<) dari 0,05 maka data
tidak terdistribusi secara normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas
dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih
yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Model
regresi yang bebas multikolonieritas adalah yang mempunyai nilai
tolerance di atas 0,1 atau VIF di bawah 10 (Ghozali, 2009).
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Untuk menguji autokorelasi antara lain dapat dilakukan dengan run test. Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah random atau acak. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Kriteria pengujian untuk pengujian autokorelasi dengan menggunakan run test. Kriteria untuk run test jika asymp sig pada outputrun test > 5%, maka data tidak mengalami/ mengandung autokorelasi, dan sebaliknya (Ghozali, 2011).
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
antara satu pengamatan dengan lainnya. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi adanya
heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan uji glejser yaitu
dengan melakukan analisis regresi variabel independen terhadap
Dalam uji glejser jika tingkat signifikansi di atas 5% atau
jika thitung > ttabel, maka disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas. Namun bila tingkat signifikansi di bawah 5%
atau thitung< ttabel, maka ada gejala heteroskedastisitas.
3.6.3 Analisis Regresi Berganda
Analisis data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda
digunakan untuk meneliti pengaruh variabel terikat dengan beberapa
variabel bebas serta menunjukkan arah hubungan variabel-variabel
tersebut. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:
CGPI= a + b1KI + b2KK + b3LEV + b4SIZE + b5KAE + e
Keterangan:
a : Konstanta b : Koefisien regresi
CGPI : Pengukuran Kualitas GCG KI : Kesempatan Investasi KK : Konsentrasi Kepemilikan LEV : Leverage
SIZE : Ukuran Perusahaan
KAE : Kualitas Auditor Eksternal e : Random error
Analisis terhadap hasil regresi dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan
model dapat menjelaskan variabel terikat. Nilai koefisien
variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat terbatas,
begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2009).
Secara matematis jika,
nilai R2 = 1, maka Adjusted R2 = R2 =1
nilai R2 = 0, maka Adjusted R2 = (1 - k)/ (n - k)
Jika k > 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama dengan variabel terikat (Ghozali, 2009).
Kriteria pengujian:
a. H0 : b1 = b2 = ……. = bk = 0, artinya variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ ……. ≠ bk ≠ 0, artinya variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria penerimaan hipotesis:
H0 diterima jika Fhitung≤ Ftabel
Ha diterima jika Fhitung > Ftabel
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel bebas secara individual dapat menjelaskan variasi variabel
a) Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk menguji hipotesis pertama digunakan uji t
dengan langkah pengujian sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 = b1= 0 :artinya variabel kesempatan investasi tidak
berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance.
Ha = b1 ≠ 0 :artinya variabel kesempatan investasi
berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance.
2. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar
0.05 atau tingkat keyakinan 95% serta derajat kebebasan
sebesar (n-1).
3. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Ghozali, 2009):
Keterangan :
t : Nilai t hitung bi : Koefisien regresi
sbi : Kesalahan baku koefisien regresi/ standar deviasi
4. Menentukan kriteria pengujian
Kriteria pengujian uji t:
H0 ditolak jika thitung < -t tabel atau thitung > ttabel (n-k)
b) Pengujian Hipotesis Kedua
Untuk menguji hipotesis kedua digunakan uji t dengan
langkah pengujian sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 = b2 = 0 :artinya variabel konsentrasi kepemilikan tidak
berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance.
Ha = b2 ≠ 0 :artinya variabel konsentrasi kepemilikan
berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance.
2. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar
0.05 atau tingkat keyakinan 95% serta derajat kebebasan
sebesar (n-1).
3. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Ghozali, 2009):
Keterangan :
t : Nilai t hitung bi : Koefisien regresi
sbi : Kesalahan baku koefisien regresi/ standar deviasi
4. Menentukan kriteria pengujian
Kriteria pengujian uji t:
H0 ditolak jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel (n-k)
c) Pengujian Hipotesis Ketiga
Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan uji t dengan
langkah pengujian sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 = b3 = 0 :artinya variabel leverage tidak berpengaruh
terhadap kualitas implementasi good
corporate governance.
Ha = b3 ≠ 0 :artinya variabel leverage berpengaruh
terhadap kualitas implementasi good
corporate governance.
2. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar
0.05 atau tingkat keyakinan 95% serta derajat kebebasan
sebesar (n-1).
3. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Ghozali, 2009):
Keterangan :
t : Nilai t hitung bi : Koefisien regresi
sbi : Kesalahan baku koefisien regresi/ standar deviasi
4. Menentukan kriteria pengujian
Kriteria pengujian uji t:
H0 ditolak jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel (n-k)
d) Pengujian Hipotesis Keempat
Untuk menguji hipotesis keempat digunakan uji t
dengan langkah pengujian sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 = b4 = 0 :artinya variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance.
Ha = b4 ≠ 0 :artinya variabel ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance.
2. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar
0.05 atau tingkat keyakinan 95% serta derajat kebebasan
sebesar (n-1).
3. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Ghozali, 2009):
Keterangan :
t : Nilai t hitung bi : Koefisien regresi
sbi : Kesalahan baku koefisien regresi/ standar deviasi
4. Menentukan kriteria pengujian
Kriteria pengujian uji t:
H0 ditolak jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel (n-k)
e) Hipotesis Kelima
Untuk menguji hipotesis kelima digunakan uji t dengan
langkah pengujian sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 = b5 = 0 :artinya variabel kualitas auditor eksternal
tidak berpengaruh terhadap kualitas
implementasi good corporate governance.
Ha = b5 ≠ 0 :artinya variabel kualitas auditor eksternal
berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance.
2. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar
0.05 atau tingkat keyakinan 95% serta derajat kebebasan
sebesar (n-1).
3. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Ghozali, 2009):
Keterangan :
t : Nilai t hitung bi : Koefisien regresi
sbi : Kesalahan baku koefisien regresi/ standar deviasi
4. Menentukan kriteria pengujian
Kriteria pengujian uji t:
H0 ditolak jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel (n-k)
4.1 Deskripsi Sampel
4.1.1 Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
mengikuti survei Corporate Governance Perception Index (CGPI)
yang dilaksanakan oleh The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) pada tahun 2006-2010. Populasi dalam penelitian
ini berjumlah 119 perusahaan. Perusahaan yang tidak
mempublikasikan indeks CGPI berjumlah 68 perusahaan sedangkan 12
perusahaan tidak memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.
Sehingga data yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 39
perusahaan. Deskripsi pengambilan sampel secara lengkap dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Deskripsi Pengambilan Sampel
No Keterangan Jumlah
1. Jumlah perusahaan yang mengikuti CGPI pada
tahun 2006-2010. 119
2. Jumlah perusahaan yang tidak mempublikasikan
indeks CGPI 68
3. Jumlah perusahaan yang tidak memenuhi kriteria 12
4. Total sampel penelitian 2006-2010 39
Tabel 4.2
Daftar Perusahaan Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 ADHI ADHI KARYA Tbk.
2. ANTM ANEKA TAMBANG Tbk.
3. APEX APEXINDO PRATAMA DUTA Tbk.
4. ASGR ASTRA GRAPHIA Tbk.
5. ASII ASTRA INTERNATIONAL Tbk. 6. BBNI BANK NEGARA INDONESIA Tbk. 7. BMRI BANK MANDIRI Tbk.
8. BNGA BANK CIMB NIAGA Tbk.
9. BNLI BANK PERMATA Tbk.
10. BUMI BUMI RESOURCES Tbk. 11. ELSA ELNUSA Tbk.
12. ELTY BAKRIELAND DEVELOPMENT Tbk. 13. JSMR JASA MARGA Tbk.
14. KLBF KALBE FARMA Tbk.
15. PTBA TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM Tbk. 16. TLKM TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. 17. UNTR UNITED TRACTORS Tbk.
18. WEHA PANORAMA TRANSPORTASI Tbk. 19. WIKA WIJAYA KARYA Tbk.
4.2 Analisis Data dan Pembahasan 4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel
Dalam penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan
bantuan program SPSS 16.0, hasil uji statistik deskriptif terlihat dalam
tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KI 39 .06 .94 .3156 .18394
LEV 39 .10 10.88 4.1895 4.07308
Ln_SIZE 39 25.77 33.61 30.5431 1.89291
CGPI 39 68.53 90.65 81.8133 5.07583
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa
jumlah data dalam penelitian ini sebanyak 39 perusahaan. Besarnya
rata-rata variabel kesempatan investasi sebesar 0,32 persen. Hasil ini
menunjukkan bahwa rata-rata peluang berinvestasi perusahaan yang
dihitung dengan cara membagikan nilai pasar dengan nilai buku
ekuitas adalah 0,32 persen. Nilai kesempatan investasi tertinggi
dimiliki oleh PT. Bumi Resources Tbk tahun 2009 sebesar 0,94 persen,
sedangkan nilai terendah sebesar 0,06 persen dimiliki oleh PT. United
Tractors pada tahun 2009.
Rata-rata variabel leverage adalah 4,19 persen. Hasil ini
menunjukkan bahwa kecenderungan perusahaan dalam memenuhi
struktur permodalan usaha yang dibiayai dengan menggunakan
pendanaan hutang memiliki rata-rata sebesar 4,19 persen. Nilai
leverage sebesar 10,88 persen menjadi nilai tertinggi dalam analisis
penelitian ini dimiliki oleh PT. Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun
2009. Sedangkan nilai terendah dimiliki oleh PT. Aneka Tambang Tbk
tahun 2009 sebesar 0,10 persen. Perusahaan yang memiliki total aktiva
tertinggi (dalam hal ini dihitung dengan logaritma natural dari total
aktiva) dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 33,61 tahun 2009.
Sedangkan nilai total aktiva terendah sebesar 25,77 dimiliki oleh PT.
Panorama Transportasi Tbk tahun 2009.
Untuk variabel konsentrasi kepemilikan dan kualitas auditor
variabel tersebut diukur dengan menggunakan dummy sehingga angka
yang dihasilkan hanya berfungsi sebagai kode. Dalam variabel
konsentrasi kepemilikian jika kepemilikan dalam negeri lebih besar
daripada kepemilikan asing maka diberi nilai 1, dan memberikan nilai
0 apabila kepemilikan asing lebih besar daripada kepemilikan dalam
negeri.Variabel kualitas auditor eksternal, 1 untuk perusahaan yang
diaudit oleh KAP big four dan 0 untuk perusahaan yang diaudit oleh
KAP non big four.
Variabel kualitas implementasi good corporate governance
yang diukur dengan corporate governance perception index (CGPI)
menunjukkan rata-rata sebesar 81,81. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata perolehan indeks pada perusahaan yang telah menerapkan
good corporate governance sebesar 81,81. Indeks CGPI tertinggi
dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk pada tahun 2009 sebesar 90,65.
Sedangkan indeks CGPI terendah sebesar 68,53 dimiliki oleh PT.
Wijaya Karya tahun 2007.
4.2.2Uji Asumsi Klasik
Sebelum suatu model regresi digunakan, maka perlu dilakukan
beberapa uji asumsi klasik, karena suatu model regresi dapat
digunakan dan dianggap baik jika model regresi telah memenuhi
beberapa asumsi klasik. Berikut ini adalah hasil dan pembahasan dari
1. Uji Normalitas
Model regresi yang baik mensyaratkan adanya normalitas
pada data penelitian. Cara mendeteksi kenormalan data dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilai Asymp. sig (2
tailed) lebih besar dari 0,05 maka dikatakan data terdistribusi
normal (Ghozali, 2009). Adapun hasil pengujian Kolmogorov
Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Pengujian Normalitas dengan Uji Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 39
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.90527503
Most Extreme Differences Absolute .161
Positive .080
Negative -.161
Kolmogorov-Smirnov Z 1.007
Asymp. Sig. (2-tailed) .263
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh nilai Asymp. sig. (2-tailed)
sebesar 0,263. Terlihat bahwa nilai Asymp.sig (2-tailed) diatas
0,05. Dengan demikian data dapat dikatakan normal.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana terjadinya
Multikolinearitas terjadi apabila nilai VIF (Varian Inflation
Factor) diatas 10, dan nilai Tolerance dibawah 0,10 (Ghozali,
2009). Adapun hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada
tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Multikolinearitas
a. Dependen Variable: CGPI
Asumsi yang disyaratkan untuk tidak terjadinya gejala
multikolinearitas bila nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai
Tolerance lebih besar dari 0,10. Dari analisis yang terlihat pada
tabel 4.5 di atas, semua variabel tersebut mempunyai nilai VIF
lebih kecil dari 10, dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10
sehingga persamaan regresi telah terbebas dari multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 57.656 12.047 4.786 .000
KI -12.732 3.446 -.461 -3.694 .001 .636 1.571
KK -1.330 1.717 -.089 -.775 .444 .756 1.323
LEV .232 .191 .186 1.215 .233 .423 2.363
Ln_SIZE .891 .415 .332 2.147 .039 .414 2.413
autokorelasi adalah dengan Run Test. Kriteria pengujian untuk uji
run test jika Asymp sig. (2-tailed) pada output run test lebih besar
0,05 maka data tidak mengalami/ mengandung autokorelasi atau
sebaliknya (Ghozali, 2011). Adapun hasil pengujian run test dapat
dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Run Test
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai Asymp. Sig (2-tailed)
sebesar 0,332 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari 0,05.
Dengan demikian data tidak mengalami autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dipergunakan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada penelitian
ini digunakan uji glejser yaitu dengan meregresikan nilai absolut
residual pada tiap-tiap variabel independen. Kriteria pengujian
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea .52139
Cases < Test Value 19
Cases >= Test Value 20
Total Cases 39
Number of Runs 17
Z -.970
Asymp. Sig. (2-tailed) .332
untuk uji glejser jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka
data bebas dari heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Hasil dari uji
heteroskedastisitas dengan uji glejser terlihat dalam tabel 4.7
berikut:
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .551 6.786 .081 .936
KI .252 1.941 .027 .130 .897
KK 1.328 .967 .264 1.373 .179
LEV .078 .108 .187 .728 .472
Ln_SIZE .003 .234 .003 .011 .991
KAE .170 .798 .044 .213 .833
a. Dependent Variable: abs_ut
Berdasarkan tabel 4.7 di atas hasil uji heteroskedastisitas
menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang
mengalami masalah heteroskedastisitas. Semua variabel
independen memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05.
4.2.3Regresi Berganda
Dari uji asumsi klasik di atas dapat disimpulkan bahwa data
yang ada terdistribusi secara normal serta tidak terdapat
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas sehingga
memenuhi persyaratan untuk melakukan regresi berganda (multiple
regression analysis) untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis.
berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antar variabel
bebas kesempatan investasi, konsentrasi kepemilikan, leverage, ukuran
perusahaan, dan kualitas auditor eksternal terhadap kualitas
implementasi good corporate governance. Hasil olah data perhitungan
regresi linear berganda dengan program SPSS dapat dilihat dalam
tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Regresi Berganda
a. Dependent Variable: CGPI
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mendapat
koefisien regresi yang akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat
akan diterima atau ditolak. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui
persamaan regresi linear berganda dengan tingkat signifikansi sebesar
0,05 yaitu :
CGPI = 86,587 – 14,362KI – 3,132KK + 0,071LEV + 2,177SIZE +
0,896KAE + e
Persamaan tersebut di atas dapat diartikan :
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 86.587 2.502 34.611 .000
KI -14.362 3.289 -.520 -4.366 .000
KK -3.132 1.812 -.209 -1.729 .093
LEV .071 .209 .057 .341 .735
SIZE 2.177E-14 .000 .458 2.748 .010
1. Dari persamaan regresi linier berganda diatas diperoleh nilai
konstanta sebesar 86,587. Dengan asumsi jika variabel independen
(karakteristik perusahaan) nol maka nilai dari kualitas
implementasi good corporate governance perusahaan akan bernilai
86,586.
2. Koefisien regresi KI bernilai negatif (-14,362). Hal ini berarti
setiap penurunan kesempatan investasi (X1) maka akan
menurunkan kualitas implementasi good corporate governance
(Y).
3. Koefisien regresi KK bernilai negatif (-3,132). Hal ini berarti setiap
penurunan konsentrasi kepemilikan (X2) maka akan menurunkan
kualitas implementasi good corporate governance (Y).
4. Koefisien regresi LEV bernilai positif (0,071). Hal ini berarti setiap
peningkatan leverage (X3) maka akan menaikkan kualitas
implementasi good corporate governance (Y).
5. Koefisien regresi SIZE bernilai positif (2,177). Hal ini berarti
setiap peningkatan ukuran perusahaan (X4) maka akan menaikkan
kualitas implementasi good corporate governance (Y).
6. Koefisien regresi KAE bernilai positif (0,896). Hal ini berarti
setiap perusahaan yang diaudit oleh auditor eksternal (X5) dalam
hal ini KAP Big four maka akan menaikkan kualitas implementasi
Dalam analisis regresi yang digunakan dalam proses
perhitungan tidak selalu tepat untuk mengestimasi nilai variabel
dependen terhadap variabel independen, oleh karena itu diperlukan
pengujian goodness of fit test. Pengujian goodness of fit test terdiri
dari:
1. Uji Koefisien Determinasi R Square (R2)
Koefisien R2 digunakan untuk mengetahui kemampuan
menjelaskan variabel independen terhadap variabel dependen
ditunjukan oleh besarnya koefisian determinasi adjusted R2
(Ghozali, 2009). Hasil uji adjusted R2 dapat dilihat dalam tabel 4.9.
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Adjusted R2
B
e
Berdasarkan tabel 4.9 bahwa koefisien determinasi yang
menunjukan nilai Adjusted R-Square sebesar 0,623 berarti kualitas
good corporate governance dipengaruhi oleh variasi karakteristik
perusahaan sebesar 62,3%, sedangkan dipengaruhi oleh faktor lain
sebesar 37,7%. Faktor lain tersebut seperti, faktor regulasi
(Darmawati, 2006).
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .820a .672 .623 3.11761
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui tingkat signifikansi koefisien korelasi
pengaruh kararakteristik perusahaan, maka akan diuji dengan
menggunakan uji simultan koefisien korelasi dengan menggunakan
uji F. Hasil uji F dapat dilihat dalam tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 658.291 5 131.658 13.546 .000
a
Residual 320.744 33 9.720
Total 979.034 38
a. Predictors: (Constant), KAE, LEV, KK, KI,SIZE b. Dependent Variable: CGPI
Berdasarkan tabel 4.10, nilai Fhitung sebesar 13,546
sedangkan Ftabel sebesar 2,53. Sehingga diketahui Fhitung > Ftabel,
yaitu 14,423 > 2,53 serta tingkat signifikansi sebesar 0,000 kurang
dari 0,05 menunjukkan bahwa secara simultan karakteristik
perusahaan berpengaruh terhadap kualitas implementasi good
corporate governance.
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variansi variabel dependen (Ghozali, 2009). Untuk
melihat pengaruh kesempatan investasi, konsentrasi kepemilikan,
terhadap kualitas implementasi good corporate governance, dapat
dihitung dengan menggunakan uji statistik t. Dengan menggunakan
derajat keyakinan 95% dan alpha (α) 0,05. Hasil uji t dapat dilihat
dalam tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 57.656 12.047 4.786 .000
KI -12.732 3.446 -.461 -3.694 .001
KK -1.330 1.717 -.089 -.775 .444
LEV .232 .191 .186 1.215 .233
Ln_SIZE .891 .415 .332 2.147 .039
KAE 1.555 1.417 .136 1.097 .280
a. Dependent Variable: CGPI
Dari uji statistik t diperoleh nilai signifikansi variabel
kesempatan investasi sebesar 0,001 dan ukuran perusahaan sebesar
0,039, artinya baik kesempatan investasi maupun ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance. Sedangkan nilai signifikan dari
variabel konsentrasi kepemilikan sebesar 0,444, leverage sebesar
0,233, dan kualitas auditor eksternal sebesar 0,280 artinya variabel
konsentrasi kepemilikan, leverage, dan kualitas auditor eksternal
tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas implementasi good
4.2.4Pengujian Hipotesis
Untuk mendapatkan signifikansi pengaruh dari karakteristik
perusahaan terhadap kualitas implementasi good corporate governance
dapat diuji sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis pertama
Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen
kesempatan investasi (KI) yang diukur dengan membandingkan
nilai pasar dengan nilai buku ekuitas, memiliki nilai thitung = -3,694,
sedangkan nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui thitung < -ttabel yaitu -3,694 < -2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,001. Signifikansi
ini lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan
bahwa kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas
implementasi good corporate governance, diterima. 2. Pengujian hipotesis kedua
Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen
konsentrasi kepemilikan (KK) yang diukur menggunakan dummy
dengan melihat konsentrasi kepemilikan saham terbesar dalam
negeri dan asing, memiliki nilai thitung = -0,775, sedangkan nilai
ttabel = 2,02. Sehingga diketahui –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel yaitu -2,02 ≤
-0,775 ≤ 2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,444. Signifikansi ini
lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa
konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap kualitas
3. Pengujian hipotesis ketiga
Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen
leverage (LEV) yang diukur dengan rasio total hutang terhadap
total aktiva, memiliki nilai thitung = 1,215, sedangkan nilai ttabel =
2,02. Sehingga diketahui –ttabel≤ thitung ≤ ttabel yaitu -2,02 ≤ 1,215 ≤
2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,233. Signifikansi ini lebih
besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa
leverage berpengaruh terhadap kualitas implementasi good
corporate governance, ditolak. 4. Pengujian hipotesis keempat
Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen
ukuran perusahaan (SIZE) yang diukur dengan ln asset, memiliki
nilai thitung = 2,147, sedangkan nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui
thitung > ttabel yaitu 2,499 > 2,02 serta nilai signifikansi sebesar
0,039. Signifikansi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
kualitas implementasi good corporate governance, diterima. 5. Pengujian hipotesis kelima
Dari hasil pengujian secara parsial (uji t), variabel independen
kualitas auditor eksternal (KAE) yang diukur dengan
menggunakan variabel dummy, dimana 1 untuk perusahaan yang
oleh KAP non big four, memiliki nilai thitung = 1,097, sedangkan
nilai ttabel = 2,02. Sehingga diketahui –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel yaitu
-2,02 ≤ 1,097 ≤ 2,02 serta nilai signifikansi sebesar 0,280.
Signifikansi ini lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang
menyatakan bahwa kualitas auditor eksternal berpengaruh terhadap
kualitas implementasi good corporate governance, ditolak.
4.3 Pembahasan
Dari pengujian hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa hanya
hipotesis pertama dan keempat saja yang terbukti berpengaruh. Bagian ini
berisi pembahasan atas hasil pengujian masing-masing variabel dan hasil
pengujian koefisien determinasinya.
4.3.1 Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Kualitas Implementasi
Good Corporate Governance
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis pertama, diketahui
bahwa kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas
implementasi good corporate governance. Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Durnev dan Kim (2003) dalam Darmawati
(2006) yang menemukan bukti bahwa perusahaan yang memiliki
kesempatan investasi (investment opportunities) yang tinggi,
kebutuhan pendanaan eksternal yang tinggi akan menerapkan praktik
corporate governance yang berkualitas tinggi. Sulyanti (2011) juga
signifikan terhadap kualitas implementasi good corporate
governance.
Hasil analisis pada PT. Adhi Karya Tbk, pada tahun 2009,
perusahaan memiliki nilai kesempatan investasi sebesar 0,25 persen
dengan perolehan indeks CGPI sebesar 81,54. Sedangkan pada tahun
2007 perusahaan dengan nilai kesempatan investasi sebesar 0,34
persen memperoleh indeks CGPI sebesar 81,79. Pada tahun 2007
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan akan modalnya memiliki
tingkat hutang lebih tinggi sebesar 0,44 persen dibanding tahun 2009.
Hal ini berarti apabila nilai kesempatan investasi semakin tinggi maka
kualitas implementasi good corporate governance pada perusahaan
akan semakin meningkat. Perusahaan yang menggunakan pendanaan
eksternal akan lebih memperhatikan kualitas good corporate
governance dengan tujuan untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak
debtholders.
Menurut Durnev dan Kim; dkk, (2003) dalam Darmawati,
(2006) kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas
implementasi good corporate governance. Secara teori perusahaan
yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi akan membutuhkan
pendanaan yang besar. Apabila kebutuhan dana internal belum
mampu untuk mencukupi maka perusahaan akan berusaha mencari
sumber dana eksternal (pecking order theory). Untuk memperoleh
terlebih dahulu dari pihak debtholder, salah satu cara untuk
mendapatkan kepercayaan tersebut adalah dengan menerapkan good
corporate governance.
4.3.2Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Kualitas Implementasi Good Corporate Governance
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis kedua, diketahui
bahwa konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kualitas
implementasi good corporate governance. Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Evana, dkk (2007), Hormati (2009), dan
Sulyanti (2011) yang menemukan bukti bahwa konsentrasi
kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi good
corporate governance. Hal ini sesuai dengan kondisi di Indonesia,
bahwa struktur kepemilikan yang ada di Indonesia masih
terkonsentrasi pada sedikit pemegang saham yang menguasai
mayoritas saham sekaligus sebagai pengendali perusahaan, sehingga
memudahkan pemilik dalam mengendalikan berbagai strategi dan
kebijakan (Evana, 2007).
Semakin terkonsentrasinya kepemilikan saham, menyebabkan
pemegang saham mayoritas cenderung akan mengabaikan kepentingan
pemilik saham minoritas. Pemegang saham mayoritas akan
menganggap dirinya sebagai pengendali sehingga banyak
konsentrasi kepemilikan saham cenderung mengabaikan kualitas
implementasi good corporate governance.
4.3.3Pengaruh Leverage terhadap Kualitas Implementasi Good Corporate Governance
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis ketiga, diketahui
bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance. Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darmawati (2006), dan
Hormati (2009) yang menemukan bukti bahwa leverage tidak
memiliki pengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate
governance.
Leverage dalam penelitian ini yang diproksikan dengan debt to
equity ratio (DER) menggambarkan sejauh mana perusahaan dibiayai
oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang
digambarkan oleh modal. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingginya
leverage tidak berarti mempengaruhi peningkatan kualitas corporate
governance. Terbukti dari hasil analisis pada PT. Astra Graphia Tbk
pada tahun 2006 perusahaan memiliki tingkat leverage sebesar 1,05
lebih tinggi dibandingkan PT. Aneka Tambang Tbk tahun 2006 yaitu
0,70. Tetapi jika dilihat dari laba perusahaan, PT. Astra Graphia Tbk
yang memiliki tingkat leverage lebih tinggi (hutang lebih besar) justru
nilai atas laba yang diperoleh PT. Aneka Tambang Tbk yaitu sebesar
Rp 1.552.777.307.000.
Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki
tingkat hutang yang tinggi belum tentu akan meningkatkan labanya.
Perusahaan yang seperti ini maka cenderung akan diawasi oleh
kreditur secara ketat. Pengawasan ini biasanya dinyatakan dalam
bentuk kontrak hutang yang dibuat oleh kedua belak pihak yaitu
perusahaan dan kreditur. Adanya kontrak tersebut membuat
perusahaan cenderung kurang memperhatikan kualitas corporate
governance, karena perusahaan menganggap telah ada pengawasan
dari pihak eksternal. Sehingga dalam hal ini leverage tidak
berpengaruh terhadap kualitas implementasi good corporate
governance.
4.3.4Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Implementasi
Good Corporate Governance
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis keempat, diketahui
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance. Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian Darmawati (2006), dan Hormati (2009) yang menyatakan
bahwa ukuran berpengaruh terhadap kualitas implementasi good
corporate governance. Evana (2007), dan Sulyanti (2011) yang juga
menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar
kecilnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan
diukur dengan menggunakan logaritma natural (Ln) dari total asset.
Hasil analisis membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap kualitas implementasi good corporate governance. Semakin
besar ukuran perusahaan berarti semakin baik pula kualitas
implementasi good corporate governance. Secara teori perusahaan
yang berukuran lebih besar cenderung menarik perhatian dan sorotan
publik khususnya bagi investor sehingga akan mendorong perusahaan
tersebut untuk lebih memperhatikan kualitas implementasi good
corporate governance.
Hasil analisis pada PT. Aneka Tambang Tbk, tahun 2006
perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp 7.292.142.247.000
dengan perolehan indeks CGPI sebesar 81,92. Sedangkan pada tahun
2007 perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp 12.043.690.940.000
dengan perolehan indeks CGPI lebih besar daripada tahun 2006 yaitu
sebesar 82,07. Pada tahun 2007 perusahaan menerbitkan saham yaitu
sebanyak 9.538.459.750 lembar saham, sedangkan pada tahun 2006
saham yang diterbitkan hanya 1.907.691.950. Hal ini bahwa
perusahaan yang memiliki total aktiva lebih besar akan menerbitkan
saham lebih banyak daripada perusahaan yang memiliki total aktiva
menjadi sorotan publik. Semakin banyak saham yang beredar
menandakan semakin diminati oleh investor.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan
maka akan semakin dipercaya oleh investor sehingga perusahaan akan
menerapkan good corporate governance. Perusahaan yang besar juga
akan semakin rumit sistem dan permasalahan yang dihadapi, sehingga
salah satu cara yang efektif untuk mengatasi permasalahan yaitu
dengan meningkatkan kualitas implementasi good corporate
governance.
4.3.5Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal terhadap Kualitas Implementasi Good Corporate Governance
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis kelima, diketahui
bahwa kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap kualitas
implementasi good corporate governance. Hasil penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian Hormati (2009) yang menyatakan bahwa
kualitas auditor eksternal berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance.
Hasil analisis penelitian ini menemukan bukti bahwa kualitas
auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap kualitas implementasi
good corporate governance. Hal ini karena fungsi audit dalam rangka
menciptakan good corporate governance yaitu salah satunya dapat
mengurangi ketidakselarasan informasi antara manajemen dan para
mempertahankan sikap independensi dalam kenyataan (in act)
sepanjang pelaksanaan audit dan independensi dalam penampilan (in
appearance) untuk menjaga perilaku auditor sebagai professional dan
menjaga kepercayaan masyarakat sebagai pemakai laporan keuangan
(Nini dan Trisnawati, 2009). Sehingga dalam penelitian ini auditor
eksternal KAP big four maupun non big four tidak berpengaruh