• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyerap atau menyerap objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan merupakan pelaksaan motif tertentu. Dalam hal ini sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Kepercayaan, ide, konsep, kehidupan emosional, kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek, membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang berada disekitar kita (Notoadmodjo, 2012).

Berdasarkan penelitian untuk informasi tentang bahaya di tempat kerja penting bagi karyawan, bahwa informasi tentang bahaya yang ada di tempat kerja penting diberikan bagi karyawan, agar karyawan mampu melindungi dirinya untuk memahami dan mengenali setiap bahaya di tempat kerja.

Hal ini sesuai dengan Oborne yang dikutip oleh Winarsunu (2008), dua prinsip utama pemberian reinforcement adalah: pertama, reinforcement positif cenderung membuat suatu tindakan lebih mungkin untuk dilakukan, dan kedua, semakin sering suatu tindakan di beri reinforcement maka pengaruh belajarnya akan semakin tinggi.

Tenaga kerja dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat dari terganggunya konsentrasi dan kurang fokusnya perhatian. Terganggunya pelaksanaan dan pencapaian hasil kerja oleh kebisingan dapat dikarenankan adanya perasaan terganggu atau melemahnya semangat kerja (Suma’mur, 2009).

Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan menunjukan sikap tidak nyaman dan terganggu dengan adanya kebisingan di area pk plant, karena komunikasi menjadi tidak lancar, tetapi ada juga karyawan yang menunjukan sikap tidak terganggu dengan adanya bising ditempat kerja karena merasa sudah terbiasa.

Masalah temperatur tentunya akan memengaruhi efesiensi kerja. Pengaturan temperatur atau suhu yang nyaman dilakukan untuk menunjang tercapainya produktivitas kerja. Temperatur yang telalu panas mengakibatkan perasaan cepat lelah dan mengantuk. Oleh karena itu, tanpa perlindungan pakaian yang cukup, seorang pekerja yang bekerja di luar akan mengalami masalah kesehatan yang serius (Salami dkk, 2015).

Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan menunjukan sikap tidak nyaman dan terganggu dengan suhu panas di area pk plant, karena gampang lelah, konsentrasi berkurang dan gampang haus lagi, terkadang sampai buka baju saat bekerja karena tidak tahan dengan panasnya.

Debu yang dihasilkan bersumber dari hasil proses press palm kernel yang kemudian berada di udara, sehingga dengan menggunakan banyak mesin untuk proses press palm kernel debu yang dihasilkan akan lebih banyak.

Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan menyatakan kondisi debu di pk plant lumayan banyak, debu tersebut dihasilkan oleh proses press palm kernel yang kemudian berterbangan diudara, yang membuat pernapasan dan penglihatan jadi terganggu sehingga kerjapun jadi gak nyaman. Pihak manajemen pun telah membuat ventilasi sebagai solusi pengendalian tetapi tetap saja tidak bisa membantu sepenuhnya karena debunya tetap saja masih banyak, makanya saat bekerja harus pakai masker dan kacamata lah untuk menghindari dampak dari debu tersebut.

Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228). Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.

Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan menyatakan kalau lantai licin di pk plant ada dibeberapa titik, ini ditimbulkan dari ceceran minyak dari hasil proses press palm kernel, tidak terlalu berpengaruh dengan pekerjaan, tetapi tetap harus rutin dibersihkan dan selalu berhati-hati saat berada diarea lantai yang licin.

Berdasarkan penelitian untuk penggunaan alat pelindung diri secara lengkap saat bekerja itu penting, menerapkan aturan-aturan keselamatan saat bekerja itu penting salah satunya penggunaan alat pelindung diri secara lengkap dan tepat demi keselamatan saat bekerja dan mencegah terjadinya kecelakaan.

Hal ini sesuai dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. MNA yaitu keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab setiap

karyawan dan setiap karyawan memiliki kewajiban untuk bekerja sama dalam program keselamatan kerja di perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja.

Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Reamer (1980), bahwa indikasi tinggi rendahnya sikap terhadap keselamatan kerja dapat dilihat dari keputusan untuk mendukung atau tidak mendukung keselamatan kerja setelah pekerja mengalami pertentangan atau konflik antara kebutuhan untuk melakukan sesuatu secara aman tetapi tidak menyenangkan di satu sisi berhadapan dengan tuntutan untuk memuaskan kebutuhan yang menyenangkan tetapi dilakukan secara tidak aman.

5.4 Tindakan Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja

Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan mengenai bahaya kebisingan di tempat kerja diketahui bahwa informan menyatakan kalau tindakan saya untuk bahaya bising ini ya paling menggunakan ear plug saat berada diarea pk plant.

Pengontrolan suara secara langsung pada telinga penerima dengan menggunakan earplug dan earmuffs dapat sangat efektif di lingkungan industri. Meskipun demikian ternyata penggunaan alat pelindung diri inipun menimbulkan masalah. Masalah yang ditimbulkan antara lain yaitu suara peringatan (emergency sounds) mungkin tidak terdengar serta ketidaknyamanan dalam pemakaiannya (Anizar, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang lingkungan kerja pk plant sangat bising yang ditimbulkan oleh suara mesin tetapi

hanya 1 orang informan yang menggunakan ear plug saat bekerja dan 3 orang informan tidak menggunakan ear plug karena merasa tidak nyaman.

Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan mengenai bahaya panas di tempat kerja diketahui bahwa informan menyatakan menurut saya tindakan untuk bahaya panas ini memakai baju yang disediakan perusahaan, berpindah keruang istirahat atau tempat yang temperaturnya lebih rendah sekali 2 jam dan rutin minum air.

Sebagai usaha preventif terhadap lingkungan kerja bersuhu tinggi yang paling penting adalah aklimatisasi pekerja kepada lingkungan. Pekerjaan fisik yang sangat berat, biarpun untuk mereka yang keadaan tubuhnya sangat sesuai untuk pekerjaan demikian, mereka harus dihindarkan langsung bekerja penuh ditempat bersuhu tinggi tersebut melainkan diatur secara bertahap dan diruang bekerja bersuhu tinggi harus tersedia cukup air minum dan juga tablet garam dapur (Suma’mur, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang lingkungan kerja di pk plant sangat panas sehingga dari beberapa informan hanya memakai kaos tipis saat bekerja dan informan juga rutin minum air.

Untuk mengurangi paparan debu terhadap pekerja, seharusnya dalam bekerja, pekerja memakai APD berupa masker. Masih adanya pekerja dengan APD yang mengalami gangguan saluran pernafasan kemungkinan besar disebabkan APD yang digunakan tidak aman.

Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan mengenai bahaya debu di tempat kerja diketahui bahwa informan menyatakan

menurut saya tindakan yang harus dilakukan untuk menghindari bahaya debu ya dengan rutin menggunakan masker dan kacamata.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang terdapat banyak debu diudara tetapi hanya 1orang informan yang menggunakan masker dan kacamata saat bekerja dan 3 orang informan lainnya tidak memakai masker dan kacamata karena merasa tidak nyaman dan terganggu.

Untuk mendapatkan lingkungan kerja yang aman dan sehat area kerja harus dibersihkan secara teratur.

Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan mengenai bahaya lantai licin di tempat kerja diketahui bahwa informan menyatakan tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan bahaya lantai licin ya rutin membersihkan ceceran minyak area yang sering adanya ceceran minyak, memakai safety shoes dan berjalan dengan hati-hati diarea tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang terdapat lantai licin dibeberapa area dan karyawan secara rutin membersihkan area tersebut dan selalu memakai safety shoes saat berada di area tersebut.

Menurut Rijanto (2011), tidak menggunakan alat pelindung diri dengan benar adalah tidak menggunakan alat pelindung diri sebagaimana yang diharuskan, tidak memelihara alat tersebut, atau tidak menggunakannya dengan cara yang benar. Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benar-benar terlindungi dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri dari risiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan maka badan kita perlu menggunakan alat-alat pelindung ketika melaksanakan pekerjaan. Alat pelindung

diri merupakan alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang ditimbulkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja baik bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya.

Informan mengetahui bahaya di tempat kerja dan memiliki sikap yang positif mengenai bahaya di tempat kerja tetapi memiliki tindakan yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya, ini terjadi karena tidak adanya pengawasan dan pemberian sanksi atau teguran bagi karyawan yang melanggar aturan K3 seperti tidak menggunakan APD secara lengkap dan benar.

Menurut Silami (2015) mengatakan bahwa kesalahan pekerja sering terjadi bukan karena mereka tidak memahami peraturan, melainkan karena tidak mematuhi peraturan dengan berbagai alasan. Kelalaian pada dasarnya dapat diatasi dengan disiplin yang kuat serta pengawasan yang baik dan benar.

Menurut Notoatmodjo (2012) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam sesuatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh pengetahuan dan sikap, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait