• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Karyawan Mengenai Bahaya Di Tempat Kerja Departemen Pk Crushing Plant Bagian Produksi Pt. Mna Kuala Tanjung Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Karyawan Mengenai Bahaya Di Tempat Kerja Departemen Pk Crushing Plant Bagian Produksi Pt. Mna Kuala Tanjung Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah bersifat kualitatif yang

bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan

karyawan mengenai bahaya di tempat kerja Departemen PK Crushing Plant

Bagian Produksi di PT. MNA Kuala Tanjung tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Departemen Palm Kernel Crushing

Plant Bagian Produksi di PT. MNA Kuala Tanjung.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2016 - Maret 2017.

3.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2012). Namun pada pelaksanaannya peneliti

dibantu oleh pedoman pengambilan data yaitu:

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan supaya wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian dan dapat dijadikan pedoman umum

wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan yang telah ditentukan

(2)

3.4 Informan

Moelong (2005), informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam

penelitian ini, penentuan informan menggunakan teknik nonprobability sampling

secara sampling purposive. Informan dalam penelitian ini adalah karyawan PK

Crushing Plant bagian produksi di PT. MNA Kuala Tanjung yaitu sebanyak 4

informan, yang mana informan tersebut yaitu terdiri dari 2 orang mandor

karyawan PK Crushing Plant bagian produksi dan 2 orang karyawan PK Crushing

Plant bagian produksi.

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara dengan menggunakan pedoman

wawancara untuk mendapatkan informasi pengetahuan, sikap dan tindakan

karyawan mengenai bahaya di tempat kerja.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari PT. MNA Kuala Tanjung yang meliputi

gambaran umum perusahaan dan informasi yang terkait dengan penelitian ini.

3.6 Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara

secara mendalam dan tidak berstruktur terhadap informan kemudian dibandingkan

dengan teori pada tinjauan pustaka. Tahap analisis data yang digunakan pada

pendekatan kualitatif ini menggunakan analisis domain yaitu upaya peneliti untuk

(3)

terkumpul akan diolah dan disajikan secara narasi dalam bentuk table matriks

(4)

BAB IV HASIL

4.1 Gambaran Umum PT. Multimas Nabati Asahan 4.1.1 Sejarah dan Lokasi PT. Multimas Nabati Asahan

PT. Multimas Nabati Asahan adalah salah satu perusahaan swasta

berbadan hukum perseroan terbatas yang bergerak dalam industri minyak kelapa

sawit dan termasuk dalam Wilmar Group. PT. Multimas Nabati Asahan terletak di

Jl. Access Road Dusun IV Tanjung Permai, Desa Kuala Tanjung, Kecematan Sei

Suka, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelah barat PT.

Multimas Nabati Asahan berbatasan dengan lahan Pertamina, sebelah timur

berbatasan dengan PT. Citra Mill, sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka,

dan sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Access Road Dusun IV Tanjung

Permai.

PT. Multimas Nabati Asahan terdiri dari unit pengolahan kelapa sawit

(PKS), unit pengolahan minyak sawit kasar (Refinery), unit pengolahan inti sawit

(Palm Kernel Plant), dan unit pengolahan produk turunan minyak kelapa sawit.

PT. Multimas Nabati Asahan mulai beroperasi tanggal 9 September 1996. Pada

awalnya PT. Multimas Nabati Asahan hanya mendirikan satu plant saja yang

terdiri dari bagian Refinerydan Fraksinasi dengan kapasitas masing-masing 1500

ton/hari. Untuk mengantisipasi permintaan pasar yang terus meningkat maka pada

tahun 1999, PT. Multimas Nabati Asahan mendirikan Plant kedua dengan

kapasitas 1000 ton perhari. Karena bahan baku yang berupa Crude Palm Oil

(5)

belum dapat memenuhi kapasitas produksi perusahaan. Maka untuk memenuhi

kapasitas produksi, PT. Multimas Nabati Asahan mendirikan Pabrik Kelapa Sawit

(PKS) yang berlokasi di areal perusahaan itu sendiri.

Saat ini kegiatan PKS meliputi pengolahan buah kelapa sawit menjadi

Crude Palm Oil (CPO) dengan kapasitas 75MT/hari. Kegiatan pabrik refinery

meliputi pengolahan CPO dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) menjadi minyak

goreng dan stearin dan turunannya dengan kapasitas produksi terpasang: Refined

Belached Deodorized Palm Oil (RBDPO) 5510 MT/hari, Palm Fattyacid

Distillate (PFAD) 261 MT/hari, Refined Bleached Deodorized Palm Stearin

(RBDPS) 1026 MT/hari dan Refined Bleached Deodorized Olein (RBDOI) 4734

MT/hari, Hydrogenated Palm Kernel Stearin(HPKS) 100 MT/hari, Hydrogenated

Palm Kernel Oil (HPKO) 101 MT/hari, Hydrogenated Palm Kernel Olein

(HPKOlein) 100 MT/hari, serta kegiatan Power Plant sebagai sumber energi

untuk kebutuhan sendiri dengan kapasitas 2x10 MW (Laporan Pelaksanaan

Proper Pabrik Minyak Goreng PT. Multimas Nabati Asahan, 2015).

4.1.2 Visi dan Misi

Visi : “Perusahaan kelas dunia yang dinamis di bisnis agrikultur dan

industri terkait dengan pertumbuhan yang dinamis dengan tetap

mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di dunia

melalui kemitraan dan manajemen yang baik”.

Misi : “Menjadi mitra bisnis yang unggul dan layak dipercaya bagi

(6)

4.1.3 Sumber Daya Manusia dan Jam Kerja

Tenaga kerja yang bekerja di PT. Multimas Nabati Asahan berjumlah 1452

orang, yang terdiri dari Manager & Asisten Manager, Staff/Karyawan, ditambah

dengan karyawan kontraktor yang berasal dari pusat jasa tenaga kerja swasta yang

ada di sekitar lokasi perusahaan. Penggunaan tenaga kerja diutamakan bagi tenaga

kerja lokal melalui proses seleksi yang dilakukan oleh PT. Multimas Nabati

Asahan. Adapun rincian jumlah keseluruhan tenaga kerja di PT. Multimas Nabati

Asahan pada saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

No. Klasifikasi Karyawan Jumlah (orang)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

1. Manager & Asisten 18 17 1

2. Staff/Karyawan 706 665 41

3. Kontraktor 746 720 26

Total 1470 1402 68

Jam kerja yang diberlakukan di PT. Multimas Nabati Asahan untuk

operasional adalah 8 jam/shift, terbagi menjadi 3 shift selama 7 hari kerja dalam

seminggu, dengan rincian sebagai berikut :

1. Shift I : Pukul 07.00 WIB – 15.00 WIB

2. Shift II : Pukul 15.00 WIB – 23.00 WIB

(7)

Jam kerja untuk officemulai dari jam 08.00 – 16.45 WIB dengan waktu

istirahat dari jam 12.00 – 13.00 WIB. Waktu operasional dalam 1 minggu adalah

6 jam kerja dengan waktu kerja selama 24 jam/hari.

4.1.4 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT. Multimas Nabati Asahan

Masalah keselamatan dan kesehatan adalah salah satu prioritas utama dari

PT. Multimas Nabati Asahan, dimana Perseroan memberikan perhatian terhadap

pelaksanaan dan kepatuhan terhadap prosedur standar baku operasi sebagai suatu

cara untuk mengurangi risiko keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, oleh

sebab itu perusahaan menetapkan beberapa kebijakan tentang keselamatan dan

kesehatan kerja di PT. Multimas Nabati Asahan yang dibuat dan diatur langsung

oleh Wilmar Group Indonesia dan ditandatangani langsung oleh Country Head

Wilmar Group Indonesia.Isi dari kebijakan tersebut ialah:

a. Wilmar Group berkomitmen menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi

setiap karyawan dan mengupayakan pengamanan yang memadai untuk

melindungi karyawan dari kecelakaan/cedera serta melindungi perusahaan dan

anak perusahaan dari kerugian atau kerusakan asset.

b. Wilmar Group memprakarsai penerapan, prosedur, dan peraturan keamanan

lingkungan kerja.

c. Manajemen bertanggung jawab untuk meminimalisasi semua risiko yang

membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan di

masing-masing lokasi dan juga bertanggung jawab untuk melatih semua

(8)

d. Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab setiap karyawan.

e. Setiap karyawan harus mengikuti peraturan dan prosedur keselamatan kerja

dari Wilmar Group.

f. Setiap karyawan memiliki kewajiban untuk bekerja sama dalam program

keselamatan kerja di perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja.

g. Wilmar Group tidak mentoleransi penyalahgunaan obat terlarang (narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya).

h. Kebijakan perusahaan untuk menjaga lingkungan kerja bebas dari konsumsi

alkohol dan penyalahgunaan obat terlarang dan dampaknya.

4.1.5 Prinsip-Prinsip Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Multimas Nabati Asahan

Prinsip-prinsip manajemen keselamatan dan kesehatan kerja PT. Multimas

Nabati Asahan adalah:

1. Semua kecelakaan dan cedera dapat dicegah.

2. Keterlibatan dari semua karyawan merupakan syarat dasar.

3. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan tanggung jawab manajemen dan

semua karyawan.

4. Semua dampak pekerjaan dapat dijaga.

5. Pelatihan karyawan untuk bekerja dengan aman merupakan syarat dasar.

6. Bekerja dengan aman merupakan syarat dari pekerjaan.

7. Manajemen wajib melakukan audit.

8. Semua kekurangan harus segera diperbaiki.

(9)

10. Prosedur dan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja harus dilaksanakan

dengan baik.

4.2 Proses Produksi di PK Crushing Plant 1. Pengiriman Palm Kernel ke Hoper

Palm Kernel yang telah di terima di salurkan ke hoper yang kemudian akan di

salurkan ke mesin press, tapi sebelum disalurkan palm kernel akan dibersihkan

dahulu agar tidak terkontaminasi dengan material lain, seperti metal.

Gambar 4.1 Pemisahan material lain, seperti metal

2. Proses Press Pertama

Inti sawit yang berada didalam tangki penyimpanan (silo) akan di transfer ke

hopper dengan menggunakan conveyor dan elevator. Setelah itu akan masuk

kedalam mesin press I untuk memisahkan minyak dengan ampas. Minyak yang

keluar dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju ke bak oil pit. Pada

bak oil pit ini terdapat elevator yang berfungsi sebagai penyaring untuk

mengangkat endapan- endapan atau ampas yang akan dibawa ke hopper ampas

(10)

masih terkandung pada ampas. Kemudian minyak yang ada di bak oil pit akan

menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak

Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Apabila

telah selesai melewati proses penyaringan maka CPKO (Crude Palm Kernel Oil)

tersebut akan masuk kedalam Buffer Tank dan kemudian menuju Daily Tank.

Ampas (PKM) yang keluar dari bagian depan mesin akan turun kedalam

conveyor kemudian dibawa ke conveyor dan menuju elevator. Dengan

menggunakan elevator, ampas diangkat dan jatuh kedalam conveyor. Dari

conveyor tersebut maka ampas selanjutnya masuk ke conveyor dan diangkat

menuju hopper ampas (PKM). Ampas yang ada dalam hopper tersebut selanjutnya

akan memasuki tahap proses kedua (Second Fress).

Gambar 4.2 Proses Press Pertama

Pada proses press menimbulkan debu yang dihasilkan dari ampas palm

kernel yang dapat menganggu penglihatan dan pernapasan karyawan saat bekerja,

adanya tumpahan minyak yang terjadi karena proses pengepressan palm kernel

(11)

Gambar 4.3 Ampas Hasil Press

3. Proses Press Kedua

Ampas yang berasal dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju

mesin press II agar dihasilkan minyak yang masih terkandung didalamnya.

Dimana ampas yang berasal dari mesin press I masih mengandung minyak ± 15 %

sehingga perlu diproses kembali pada mesin press II. Minyak yang keluar dari

mesin press II akan dibawa oleh conveyor menuju Bak oil Pit kemudian akan

(12)

menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak

Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Setelah itu

akan dialirkan ke Buffer Tank lalu ke Daily Tank.

Sedangkan ampas yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor

melewati bar magnet kemudian dibawa oleh elevator menuju Hummer Mill untuk

dihaluskan dengan ukuran penggilingnya 0,5 mm. Setelah dari Hummer Mill,

ampas akan dibawa oleh conveyor dan di iringi dengan penambahan air agar suhu

ampas menurun dengan kadar airnya (moisture) max 10% pada saat menuju

gudang, hal ini disebut dengan AAW (After Adding Water). Setelah itu ampas

masuk ke dalam gudang penyimpanan dengan temperature 50º C max.

(13)

4.3 Karakteristik Informan

Gambaran karakteristik karyawan PK Crushing Plant bagian produksi

yang menjadi informan pada penelitian ini berdasarkan jabatan dan masa kerja

yaitu:

Tabel 4.2 Distribusi informan berdasarkan jabatan

Jabatan Jumlah (orang)

Mandor 2

Karyawan PK Crushing Plant bagian produksi 2

Total 4

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 4 informan, 2 orang sebagai mandor

bagian produksi dan 2 oran lainnya bekerja sebagai karyawan PK Crushing Plant

bagian produksi.

Tabel 4.3 Distribusi Informan berdasarkan masa kerja

Masa kerja Jumlah (orang)

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 1 orang telah bekerja sebagai

karyawan PK Crushing Plant bagian produksi selama 12 tahun, sebanyak 1 orang

telah bekerja mandor karyawan PK Crushing Plant bagian produksi selama 17

(14)

bagian produksi selama 18 tahun, dan sebanyak 1 orang telah bekerja sebagai

mandor karyawan PK Crushing Plant bagian produksi selama 20 tahun.

Tabel 4.4 Distribusi Informan berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Jumlah (orang)

sebanyak 1 orang memiliki tingkat pendidikan SMK.

4.4 Pengetahuan Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan

tentang pengetahuan karyawan mengenai bahaya di tempat kerja, hal ini

dijelaskan dalam tabel matriks berikut.

Tabel Matriks 4.1 Matriks pengetahuan karyawan mengenai bahaya di tempat kerja

Informan 1

Mandor

Bahaya merupakan sesuatu yang menyebabkan kecelakaan dan

kerugian bagi pekerja. Setiap rangkaian pekerjaan dan proses

produksi pasti menimbulkan bahaya bagi pekerja, seperti bising,

panas, dan debu yang merupakan dampak dari proses produksi.

Pihak manajemen telah membuat SOP yang termasuk didalamnya

(15)

bekerja untuk menghindari bahaya yang ada di tempat kerja.

Informan 2

Mandor

Bahaya merupakan hal yang mampu menyebabkan kecelakaan dan

menimbulkan kerugian bagi perusahaan dan pekerjanya. Saat

proses produksi sedang berlangsung menggunakan mesin yang

menimbulkan bising, panas, debu, dan juga lantai yang licin hasil

dari produksi. Manajemen membuat aturan-aturan keselamatan dan

kesehatan kerja, terbukti dengan adanya standar operasional

prosedur dan juga tersedianya alat-alat keselamatan, seperti:

masker, sarung tangan, kacamata, penutup telinga dan helm.

Informan 3

Karyawan

Menurut saya bahaya itu suatu kondisi yang memiliki potensi

menyebabkan cedera atau kematian yang dapat merugikan bagi

perusahaan dan pekerjanya. Mesin yang digunakan untuk proses

produksi dapat menjadi sumber bahaya bagi pekerja karena

menimbulkan debu, panas dan bising yang membuat saya tidak

nyaman dalam bekerja, dan juga lantai yang licin disekitar area

mesin. Pihak manajemen sangat mengutamakan keselamatan dan

kesehatan karyawan saat bekerja, oleh karena itu manajemen

membuat standar operasional prosedur dan menyediakan alat

pelindung diri.

Informan 4

Karyawan

Menurut saya bahaya merupakan keadaan yang berpotensi

menyebabkan terjadinya kecelakaan dan cedera bagi karyawan.

Proses produksi yang semakin maju membuat sebuah perusahaan

(16)

otomatis lebih mampu menimbulkan bahaya bagi karyawan

maupun lingkungan kerja, seperti mesin press yang digunakan saat

berproduksi yang mampu menimbulkan panas, debu dan bising.

Manajemen selalu mendukung keselamatan di tempat kerja, oleh

karna itu manajemen membuat aturan-aturan keselamatan dan

kesehatan seperti bekerja sesuai standar operasional prosedur dan

menyediakan alat pelindung diri seperti masker, kacamata, sarung

tangan, penutup telinga dan helm.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tentang pengetahuan

karyawan mengenai bahaya di tempat kerja, dapat diketahui bahwa ke 4 informan

mengetahui tentang bahaya di tempat kerja, 3 orang dari 4 orang informan

mengatakan bahaya yang ada di bagian produksi panas, bising, debu, dan lantai

yang licin dan 1 orang dari 4 orang informan mengatakan bahwa bahaya yang ada

itu seperti panas, debu dan bising, dan ke 4 orang informan mengetahui

tindakan-tindakan untuk mengendalikan bahaya di tempat kerja.

4.4 Sikap Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan

tentang sikap karyawan mengenai bahaya di tempat kerja, berdasarkan pernyataan berikut:

Tabel 4.2 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Kondisi Bahaya Kebisingan di Tempat Kerja

No. Informan Pernyataan

(17)

bising tersebut berasal dari komponen mesin press seperti

gearbox dan elektromotor yang sedang beroperasi, tetapi

saya tidak merasa terganggu walaupun kebisingannya

melebihi NAB. Karena sudah terbiasa mungkin dek jadi

gak terganggu lagi. Memang manajemen menyediakan

penutup telinga tapi gak nyaman kali dipakai.”

2. Informan 2 “Kebisingannya sangat tinggilah, soalnya banyak mesin

disini udah pastilah menimbulkan bising, bahkan kadang

sampai mencapai 93 db makanya jadi gak nyaman kali

sebenarnya kerja karena bisingnya, tapi mau gimana lagi

udah terbiasa dan juga tuntutan pekerjaan.”

3. Informan 3 “Namanya juga crushing plant, udah pasti menggunakan

mesin dan otomatis menimbulkan bising yang sangat tinggi

sehingga kerja pun jadi gak nyaman , pusing juga

kadang-kadang karena bisingnya, belum lagi komunikasi dengan

sesama anggota jadi terganggu, ngomong pun harus

kuat-kuat biar kedengaran dan ya paling pakai penutup telingalah

untuk mengurangi dampak dari bising tersebut.”

4. Informan 4 “Kalau ditanya kondisi kebisingan sih disini tingkat

kebisingannya bisa dikategorikan tinggi, soalnya ada 142

mesin disini otomatis akan menimbulkan bising yang luar

biasa. Tapi karena saya juga sudah terbiasa jadi gak terlalu

(18)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai kondisi bahaya kebisingan di tempat kerja bahwa kondisi kebisingan di

pk plant cukup tinggi dan suara bising itu berasal dari mesin gearbox dan

elektromotor yang sedang beroperasi. Para informan merasa tidak nyaman dan

terganggu dengan adanya suara bising di pk plant tetapi ada juga informan yang

merasa sudah terbiasa dan tidak terganggu sama sekali dengan suara bising

tersebut.

Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Kondisi Bahaya Panas di Tempat Kerja

No. Informan Pernyataan

1. Informan 1 “Kalau suhu di area pk plant ini dapat dipastikan bahwa

suhunya lumayan tinggi mencapai 33,7oC, soalnya setiap

mesin press beroperasi pasti mengeluarkan panas, otomatis

membuat lingkungan kerja juga menjadi panas, manajemen

telah membuat blower untuk menyerap panas dari dalam dan

dialirkan ke luar pk plant, tapi tetap saja masih terasa

panasnya, sehingga kerja pun jadi gak nyaman karena

gampang lelah.”

2. Informan 2 “Kondisi suhunya cukup panas, dan panas tersebut timbul

dari mesin press yang sedang berproduksi, yang kemudian

membuat lingkungan kerja jadi panas, membuat kerja jadi

gak nyaman soalnya gampang haus dan lelah.”

(19)

mesin-mesin press yang sedang beroperasi di area pk plant ini,

padahal udah ada blower untuk membantu mengurangi

panasnya tapi tidak membantu sepenuhnya, tetap saja

panasnya masih sangat terasa apalagi disaat bekerja jadi

tidak nyaman karena gampang lelah, konsentrasi berkurang

dan gampang haus lagi, terkadang sampai buka baju saat

bekerja karena tidak tahan dengan panasnya.”

4. Informan 4 “Kondisi suhu disini cukup panas, karena disini banyak

menggunakan mesin untuk mengepress palm kernel, yang

otomatis mesin-mesin tersebut mengeluarkan uap panas.

Panas tersebut pun mmebuat jadi gampang lelah, kerja jadi

gak nyaman, terkadang sampai dehidrasi jadi harus lebih

banyak minum air untuk menggantikan cairan dalam tubuh

yang banyak keluar karena keringat berlebih.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai kondisi bahaya panas di tempat kerja bahwa kondisi panas 64ip k plant

cukup panas dan panas tersebut dihasilkan oleh mesin-mesin press yang sedang

beroperasi, yang kemudian membuat suhu dilingkungan kerja jadi meningkat,

informan mengatakan bahwa panas yang ditimbulkan membuat karyawan tidak

(20)

Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Kondisi Bahaya Debu di Tempat Kerja

No. Informan Pernyataan

1. Informan 1 “Kalau kondisi debu disini lumayan banyak karena saat proses

palm kernel di press menimbulkan ampas dalam berbagai

ukuran, ukuran besar akan disalurankan untuk di buang,

sementara ukuran kecil dalam bentuk partikel atau debu akan

berada di udara. Debu tersebut dapat mengganggu

pernapasan dan juga penglihatan, sehingga saat bekerja harus

menggunakan masker dan kacamata.”

2. Informan 2 “Debu pk plant cukup banyak, ini dihasilkan saat mesin press

sedang berproduksi yang otomatis menimbulkan debu yang

berterbangan di lingkungan kerja pk plant, adanya debu ini

sangat tidak nyaman saat bekerja karena mampu mengganggu

pernapasan dan penglihatan, adanya ventilasi juga tidak

membantu dalam mengurangi jumlah debu di area ini

sehingga dibantu dengan penggunaan masker dan kacamata

saat bekerja.”

3. Informan 3 “Saya rasa kondisi debu disini banyak ya, kan itu

berterbangan di udara debunya dek, debunya itu berasal dari

ampas pengepressan palm kernel itu dek, dengan adanya debu

itu jadi gak nyaman kali bekerja soalnya susah bernapas terus

(21)

padahal udah ada ventilasinya disini tetap aja debunya masih

banyak.”

4. Informan 4 “Kondisi debu disini lumayan banyak, debu tersebut

dihasilkan oleh proses press palm kernel yang kemudian

berterbangan diudara, yang membuat pernapasan dan

penglihatan jadi terganggu sehingga kerjapun jadi gak

nyaman. Pihak manajemen pun telah membuat ventilasi

sebagai solusi pengendalian tetapi tetap saja tidak

membantu sepenuhnya karena debunya tetap saja masih

banyak, makanya saat bekerja harus pakai masker dan

kacamata lah untuk menghindari dampak dari debu tersebut.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai kondisi bahaya debu di tempat kerja bahwa kondisi debu di pk plant

cukup banyak dan debu tersebut ditimbulkan dari proses press palm kernel yang

menghasilkan ampas dalam berbagai ukuran, ukuran besar akan di salurkan untuk

di buang dan dalam bentuk partikel kecil atau debu akan berada di udara,

informan mengatakan adanya debu tersebut membuat karyawan tidak nyaman

dalam bekerja karena mampu mengganggu pernapasan dan penglihatan mereka.

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Bahaya Kondisi Lantai Licin di Tempat Kerja

No. Informan Pernyataan

1. Informan 1 “Menurut saya tidak seluruh lantai licin di pk plant, lantai

(22)

oil pit, ketika pembersihan atau penggorekan ampas harus

dilakukan dengan hati-hati agar tidak terpleset.”

2. Informan 2 “Kalau lantai licin di pk plant ada dibeberapa titik, ini

ditimbulkan dari ceceran minyak dari hasil proses press

palm kernel, tidak terlalu berpengaruh dengan pekerjaan,

tetapi tetap harus rutin dibersihkan dan selalu berhati-hati

saat berada diarea lantai yang licin.”

3. Informan 3 “Lantai yang licin ada di area penampungan minyak

sementara atau diarea bak oil pit, ini terjadi karena adanya

ceceran minyak saat disalurkan, lantai licin ini bisa

membahayakan karena karyawan bisa terpleset, sehingga

harus rutin dibersihkan, berjalan dengan hati-hati dan

harus memakai safety shoes .”

4. Informan 4 “Adanya lantai licin di pk plant disebabkan adanya minyak

yang tercecer saat disalurkan ke bak oil pit, bahaya juga

terkadang lantai licin ini kalau gak hati-hati pas ngorek

ampas disekitar area bak oil pit bisa-bisa terpleset pula.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai kondisi bahaya lantai licin di tempat kerja bahwa kondisi lantai licin di

pk plant ada dibeberapa area salah satunya di area bak oil pit, informan

mengatakan lantai licin tersebut bisa membahayakan karyawan karena bisa

(23)

harus rutin membersihkan area tersebut dan selalu memakai safety shoes saat

bekerja.

4.5 Tindakan Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja

Hasil wawancara dengan informan mengenai tindakan karyawan mengenai

bahaya di tempat kerja Departemen PK Crushing Plant bagian produksi.

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Tindakan Yang dilakukan Terhadap Bahaya Kebisingan

No Informan Tindakan

1. Informan 1 “Kalau tindakan saya untuk bahaya bising ini ya paling

menggunakan ear plug saat berada diarea pk plant.”

2. Informan 2 “Menurut saya tindaknnya ya menggunakan penutup

telinga saat berada di area yang bising.”

3. Informan 3 “Menurut saya kalau untuk mengantisipasi bising ini

tindakan yang harus dilakukan ya menggunakan

penutup telinga selama berada diarea bising .”

4. Informan 4 “Tindakan saya pasti menggunakan penutup telingalah

saat bekerja.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai tindakan informan terhadap bahaya kebisingan di tempat kerja

diketahui bahwa tindakan yang dilakukan informan ada yang menggunakan ear

plug selalu, ada informan hanya kadang-kadang menggunakan ear plug dan ada

(24)

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Tindakan Yang dilakukan Terhadap Bahaya Panas

No Informan Pernyataan

1. Informan 1 “Menurut saya tindakan untuk bahaya panas ini

memakai baju yang disediakan perusahaan,

berpindah keruang istirahat atau tempat yang

temperaturnya lebih rendah sekali 2 jam dan rutin

minum air.”

2. Informan 2 “Tindakan saya terhadap bahaya panas itu ya

bekerja dengan pakaian yang telah disediakan,

sekali 2 jam berpindah ke tempat yang

temperaturnya lebih rendah atau ruang istirahat dan

selalu rutin minum air.”

3. Informan 3 “Kalau tindakan saya terhadap panas ya terkadang

buka baju kerja yang disediakan diganti dengan

kaos biasa yang tipis, terus ya sekali 2 jam pindah

ke area yang temperaturnya lebih rendah atau ruang

istirahat dan minum air yang cukup.”

4. Informan 4 “Tindakan saya untuk mengendalikan panas disini

yang paling minum air yang cukup dan sekali 2 jam

pindah ke tempat yang temperaturnya lebih rendah

(25)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai tindakan informan terhadap bahaya panas di tempat kerja diketahui

bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah memakai baju yang disediakan, ada

juga yang menggunakan kaos tipis, berpindah tempat sekali 2 jam ke tempat yang

temperaturnya lebih rendah atau ruang istirahat, dan minum air yang cukup.

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Tindakan Yang dilakukan Terhadap Bahaya Debu

No. Informan Pernyataan

1. Informan 1 “Tindakan saya terhadap bahaya debu ya dengan

menggunakan masker dan kacamata saat bekerja.”

2. Informan 2 “Kalau tindakan yang harus dilakukan terhadap bahaya

debu seharusnya menggunakan masker dan kacamata.”

3. Informan 3 “Menurut saya tindakan yang harus dilakukan untuk

menghindari bahaya debu ya dengan rutin

menggunakan masker dan kacamata.”

4. Informan 4 “Tindakan saya saat bekerja untuk menghindari

bahaya debu sudah pasti harus memakai masker dan

kacamata walaupun tidak rutin saya pakai.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai tindakan informan terhadap bahaya debu di tempat kerja diketahui

bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah memakai masker dan kacamata saat

(26)

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Tindakan Yang dilakukan Terhadap Bahaya Lantai Licin

No. Informan Pernyataan

1. Informan 1 “Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan

bahaya lantai licin ya rutin membersihkan ceceran

minyak area yang sering adanya ceceran minyak,

memakai safety shoes dan berjalan dengan hati-hati

diarea tersebut.”

2. Informan 2 “Tindakan saya untuk selalu mengingatkan anggota

agar rutin membersihkan lantai di area yang selalu ada

ceceran minyak, memakai safety shoes dan

berhati-hati berjalan saat bekerja di area lantai licin.”

3. Informan 3 “Ketika adanya lantai yang licin seperti sekitar bak oil

pit maka saya akan rutin membersihkan area tersebut,

memakai safety shoes dan berjalan dengan hati-hati

disekitar area itu.”

4. Informan 4 “Terhadap lantai licin otomatis saya akan rutin

membersihkannya, memakai safety shoes saat bekerja

dan berhati-hati saat bekerja di area tersebut.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai tindakan informan terhadap bahaya lantai licin di tempat kerja diketahui

(27)

tercecer minyak, menggunakan safety shoes saat bekerja dan berjalan hati-hati

(28)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Informan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. MNA diketahui bahwa yang

menjadi informan dalam penelitian ini mandor karyawan PK Crushing Plant

bagian produksi dan karyawan PK Crushing Plant bagian produksi.

Mandor bertanggung jawab atas keselamatan para pekerjannya, peran dan

tugasnya mengawasi dan memberikan petunjuk kepada anggota dalam

melaksanakan pekerjaan dan membantu anggota di lapangan dalam pelaksanaan

pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa 1 dari 4 orang informan

telah bekerja selama 12 tahun, 1 orang informan telah bekerja selama 17 tahun, 1

orang informan telah bekerja selama 18 tahun dan 1 orang informan telah bekerja

selama 20 tahun sebagai karyawan PK Crushing Plant bagian produksi.

5.2 Pengetahuan Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja

Berdasarkan penelitian tentang pengertian bahaya di tempat kerja,

karyawan memberikan pendapat bahwa bahaya merupakan sesuatu hal yang dapat

menyebabkan kecelakaan dan kerugian bagi perusahaan dan pekerjannya.

Jika dibandingkan pendapat karyawan PK Crushing Plant bagian produksi

tentang pengertian bahaya yang merupakan sesuatu hal yang dapat menyebabkan

kecelakaan dan kerugian bagi perusahaan dan pekerjanya sesuai dengan Ridley

(2008) tentang, bahaya (hazard), adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan

(29)

Berdasarkan penelitian untuk bahaya yang mungkin terjadi , saat proses

produksi berlangsung menggunakan mesin yang menimbulkan bising dan panas,

saat proses press sedang berlangsung menimbulkan debu dan mesin yang

bergerak.

Jika dibandingkan bahaya yang mungkin terjadi di tempat kerja saat proses

produksi berlangsung menggunakan mesin yang menimbulkan bising dan panas,

saat proses press sedang berlangsung menimbulkan debu sesuai dengan Ramli

(2010) bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara

unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau metoda kerja

seperti: bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya fisis (bising, tekanan, getaran,

suhu, cahaya, radiasi dan bahan kimia), pencemaran lingkungan, dan bahaya

biologi.

Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Brauer (1990)

mengatakan sejalan dengan beberapa pandangan ditegaskan bahwa kemampuan

mempersepsi dan mengenal bahaya adalah sesuatu yang sangat penting untuk

keselamatan kerja. Untuk melakukan tindakan yang benar seseorang

membutuhkan keterampilan di dalam membuat pertimbangan dan membuat

keputusan tindakan yang benar sehingga menjadi selamat.

Berdasarkan penelitian untuk tindakan untuk mengendalikan bahaya,

manajemen membuat aturan keselamatan dan kesehatan, seperti membuat standar

operasional prosedur dan menyediakan alat pelindung diri yang harus digunakan

(30)

Hal ini sesuai dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT.

MNA yaitu Wilmar Group memprakarsai penerapan, prosedur, dan peraturan

keamanan lingkungan kerja dan manajemen bertanggung jawab untuk

meminimalisasi semua risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan

kerja bagi semua karyawan di masing-masing lokasi dan juga bertanggung jawab

untuk melatih semua kayawan agar dapat bekerja dengan aman.

Mayoritas informan memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahaya di

tempat kerja. Pada dasarnya informan sudah diberikan informasi tentang bahaya

di tempat kerja oleh pihak manajemen dan mendapatkan pelatihan secara rutin,

sehingga informan memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahaya di tempat

kerja.

Menurut Salami dkk (2015) tindakan pengendalian pada penerima bahaya

ialah pendidikan dan pelatihan agar bekerja dengan aman dan tidak menderita

kecelakaan/penyakit dan penggunaan APD atau alat pengaman diri. Pendidikan

dan pelatihan diberikan kepada karyawan agar dapat terampil untuk memantau

dan menilai kualitas lingkungan kerja, termasuk mempelajari proses produksi, alat

proses produksi, produk utama dan sampingan, dapat memberi usulan cara kerja

demi perbaikan lingkungan kerja, mengukur besaran eksposur yang diterima

pekerja, menguji sampel lingkungan dan sampel biologis.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu

aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap

(31)

menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan dan Dewi,

2011)

5.3 Sikap Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap

suatu objek, dengan suatu cara menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyerap

atau menyerap objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan merupakan

pelaksaan motif tertentu. Dalam hal ini sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Kepercayaan, ide, konsep, kehidupan emosional, kecenderungan untuk

bertindak terhadap suatu objek, membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan

sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang

peranan penting. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang

lain yang berada disekitar kita (Notoadmodjo, 2012).

Berdasarkan penelitian untuk informasi tentang bahaya di tempat kerja

penting bagi karyawan, bahwa informasi tentang bahaya yang ada di tempat kerja

penting diberikan bagi karyawan, agar karyawan mampu melindungi dirinya

untuk memahami dan mengenali setiap bahaya di tempat kerja.

Hal ini sesuai dengan Oborne yang dikutip oleh Winarsunu (2008), dua

prinsip utama pemberian reinforcement adalah: pertama, reinforcement positif

cenderung membuat suatu tindakan lebih mungkin untuk dilakukan, dan kedua,

semakin sering suatu tindakan di beri reinforcement maka pengaruh belajarnya

(32)

Tenaga kerja dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat dari

terganggunya konsentrasi dan kurang fokusnya perhatian. Terganggunya

pelaksanaan dan pencapaian hasil kerja oleh kebisingan dapat dikarenankan

adanya perasaan terganggu atau melemahnya semangat kerja (Suma’mur, 2009).

Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan

menunjukan sikap tidak nyaman dan terganggu dengan adanya kebisingan di area

pk plant, karena komunikasi menjadi tidak lancar, tetapi ada juga karyawan yang

menunjukan sikap tidak terganggu dengan adanya bising ditempat kerja karena

merasa sudah terbiasa.

Masalah temperatur tentunya akan memengaruhi efesiensi kerja.

Pengaturan temperatur atau suhu yang nyaman dilakukan untuk menunjang

tercapainya produktivitas kerja. Temperatur yang telalu panas mengakibatkan

perasaan cepat lelah dan mengantuk. Oleh karena itu, tanpa perlindungan pakaian

yang cukup, seorang pekerja yang bekerja di luar akan mengalami masalah

kesehatan yang serius (Salami dkk, 2015).

Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan

menunjukan sikap tidak nyaman dan terganggu dengan suhu panas di area pk

plant, karena gampang lelah, konsentrasi berkurang dan gampang haus lagi,

terkadang sampai buka baju saat bekerja karena tidak tahan dengan panasnya.

Debu yang dihasilkan bersumber dari hasil proses press palm kernel yang

kemudian berada di udara, sehingga dengan menggunakan banyak mesin untuk

(33)

Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan

menyatakan kondisi debu di pk plant lumayan banyak, debu tersebut dihasilkan

oleh proses press palm kernel yang kemudian berterbangan diudara, yang

membuat pernapasan dan penglihatan jadi terganggu sehingga kerjapun jadi gak

nyaman. Pihak manajemen pun telah membuat ventilasi sebagai solusi

pengendalian tetapi tetap saja tidak bisa membantu sepenuhnya karena debunya

tetap saja masih banyak, makanya saat bekerja harus pakai masker dan kacamata

lah untuk menghindari dampak dari debu tersebut.

Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan

air dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228). Karena lantai

licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi besar terhadap

terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.

Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan

menyatakan kalau lantai licin di pk plant ada dibeberapa titik, ini ditimbulkan dari

ceceran minyak dari hasil proses press palm kernel, tidak terlalu berpengaruh

dengan pekerjaan, tetapi tetap harus rutin dibersihkan dan selalu berhati-hati saat

berada diarea lantai yang licin.

Berdasarkan penelitian untuk penggunaan alat pelindung diri secara

lengkap saat bekerja itu penting, menerapkan aturan-aturan keselamatan saat

bekerja itu penting salah satunya penggunaan alat pelindung diri secara lengkap

dan tepat demi keselamatan saat bekerja dan mencegah terjadinya kecelakaan.

Hal ini sesuai dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT.

(34)

karyawan dan setiap karyawan memiliki kewajiban untuk bekerja sama dalam

program keselamatan kerja di perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja.

Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Reamer (1980),

bahwa indikasi tinggi rendahnya sikap terhadap keselamatan kerja dapat dilihat

dari keputusan untuk mendukung atau tidak mendukung keselamatan kerja setelah

pekerja mengalami pertentangan atau konflik antara kebutuhan untuk melakukan

sesuatu secara aman tetapi tidak menyenangkan di satu sisi berhadapan dengan

tuntutan untuk memuaskan kebutuhan yang menyenangkan tetapi dilakukan

secara tidak aman.

5.4 Tindakan Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja

Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan

mengenai bahaya kebisingan di tempat kerja diketahui bahwa informan

menyatakan kalau tindakan saya untuk bahaya bising ini ya paling menggunakan

ear plug saat berada diarea pk plant.

Pengontrolan suara secara langsung pada telinga penerima dengan

menggunakan earplug dan earmuffs dapat sangat efektif di lingkungan industri.

Meskipun demikian ternyata penggunaan alat pelindung diri inipun menimbulkan

masalah. Masalah yang ditimbulkan antara lain yaitu suara peringatan (emergency

sounds) mungkin tidak terdengar serta ketidaknyamanan dalam pemakaiannya

(Anizar, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang

(35)

hanya 1 orang informan yang menggunakan ear plug saat bekerja dan 3 orang

informan tidak menggunakan ear plug karena merasa tidak nyaman.

Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan

mengenai bahaya panas di tempat kerja diketahui bahwa informan menyatakan

menurut saya tindakan untuk bahaya panas ini memakai baju yang disediakan

perusahaan, berpindah keruang istirahat atau tempat yang temperaturnya lebih

rendah sekali 2 jam dan rutin minum air.

Sebagai usaha preventif terhadap lingkungan kerja bersuhu tinggi yang

paling penting adalah aklimatisasi pekerja kepada lingkungan. Pekerjaan fisik

yang sangat berat, biarpun untuk mereka yang keadaan tubuhnya sangat sesuai

untuk pekerjaan demikian, mereka harus dihindarkan langsung bekerja penuh

ditempat bersuhu tinggi tersebut melainkan diatur secara bertahap dan diruang

bekerja bersuhu tinggi harus tersedia cukup air minum dan juga tablet garam

dapur (Suma’mur, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang

lingkungan kerja di pk plant sangat panas sehingga dari beberapa informan hanya

memakai kaos tipis saat bekerja dan informan juga rutin minum air.

Untuk mengurangi paparan debu terhadap pekerja, seharusnya dalam

bekerja, pekerja memakai APD berupa masker. Masih adanya pekerja dengan

APD yang mengalami gangguan saluran pernafasan kemungkinan besar

disebabkan APD yang digunakan tidak aman.

Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan

(36)

menurut saya tindakan yang harus dilakukan untuk menghindari bahaya debu ya

dengan rutin menggunakan masker dan kacamata.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang

terdapat banyak debu diudara tetapi hanya 1orang informan yang menggunakan

masker dan kacamata saat bekerja dan 3 orang informan lainnya tidak memakai

masker dan kacamata karena merasa tidak nyaman dan terganggu.

Untuk mendapatkan lingkungan kerja yang aman dan sehat area kerja

harus dibersihkan secara teratur.

Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan

mengenai bahaya lantai licin di tempat kerja diketahui bahwa informan

menyatakan tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan bahaya lantai licin ya

rutin membersihkan ceceran minyak area yang sering adanya ceceran minyak,

memakai safety shoes dan berjalan dengan hati-hati diarea tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang

terdapat lantai licin dibeberapa area dan karyawan secara rutin membersihkan area

tersebut dan selalu memakai safety shoes saat berada di area tersebut.

Menurut Rijanto (2011), tidak menggunakan alat pelindung diri dengan

benar adalah tidak menggunakan alat pelindung diri sebagaimana yang

diharuskan, tidak memelihara alat tersebut, atau tidak menggunakannya dengan

cara yang benar. Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus

benar-benar terlindungi dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri

dari risiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan maka badan kita perlu

(37)

diri merupakan alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau

penyakit yang ditimbulkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja

baik bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya.

Informan mengetahui bahaya di tempat kerja dan memiliki sikap yang

positif mengenai bahaya di tempat kerja tetapi memiliki tindakan yang tidak

sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya, ini terjadi karena tidak adanya

pengawasan dan pemberian sanksi atau teguran bagi karyawan yang melanggar

aturan K3 seperti tidak menggunakan APD secara lengkap dan benar.

Menurut Silami (2015) mengatakan bahwa kesalahan pekerja sering terjadi

bukan karena mereka tidak memahami peraturan, melainkan karena tidak

mematuhi peraturan dengan berbagai alasan. Kelalaian pada dasarnya dapat

diatasi dengan disiplin yang kuat serta pengawasan yang baik dan benar.

Menurut Notoatmodjo (2012) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

sesuatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping fasilitas, juga diperlukan faktor

dukungan (support) dari pihak lain. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh

(38)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PK Crushing Plant Bagian

Produksi PT. MNA mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan

karyawan mengenai bahaya di tempat kerja, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh

mayoritas karyawan memiliki tingkat pendidikan tamat SMA.

2. Pengetahuan karyawan dapat diketahui bahwa ke 4 informan mengetahui

tentang bahaya di tempat kerja, mengenali dan memahami bahaya-bahaya

yang ada di tempat kerja dan mengetahui tindakan-tindakan untuk

mengendalikan bahaya di tempat kerja.

3. Sikap Karyawan dapat diketahui bahwa informan memiliki sikap yang

positif karena informan mengatakan informasi tentang bahaya di tempat

kerja memang penting diberikan kepada karyawan, informan merasa tidak

nyaman dengan adanya bahaya di tempat kerja seperti kebisingan, panas,

debu dan lantai licin.

4. Tindakan Karyawan dapat diketahui bahwa:

a. Tindakan informan terhadap bahaya kebisingan adalah dengan

menggunakan ear plug saat berada di area pk plant.

b. Tindakan informan terhadap bahaya panas adalah dengan mengunakan

(39)

lebih rendah temperaturnya atau keruang istirahat dan minum air yang

cukup.

c. Tindakan informan terhadap bahaya debu adalah dengan menggunakan

masker dan kacamata saat bekerja.

d. Tindakan informan terhadapa bahaya lantai licin adalah dengan rutin

membersihkan lantai yang tercecer minyak, menggunakan safety shoes dan

berjalan dengan hati-hati diarea lantai licin.

6.2 Saran

1. Pihak manajemen PT. MNA harus mengawasi karyawan saat bekerja dan

memeriksa kelengkapan APD untuk menghindari bahaya di lingkungan

PK Crushing Plant Bagian Produksi .

2. Pihak manajemen perlu memberikan sanksi yang tegas bagi karyawan

yang tidak mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di

lingkungan kerja PK Crushing Plant Bagian Produksi.

3. Karyawan PK Crushing Plant Bagian Produksi hendaknya selalu

mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja seperti bekerja

sesuai standar operasional prosedur dan menggunakan alat pelindung diri

saat bekerja secara lengkap.

4. Perusahaan seharusnya menyediakan air minum untuk karyawan di PK

Gambar

Gambar 4.1 Pemisahan material lain, seperti metal
Gambar 4.2 Proses Press Pertama
Gambar 4.3 Ampas Hasil Press
Gambar 4.5 Menggorek ampas untuk disalurkan ke Hummer Mill
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut PRDB (Laju Pertumbuhan Ekonomi) Kota Depok pada sektor tersier sub-sektor restoran terdapat peningkatan persentase menurut harga konstan tahun 2000 untuk tahun

Dave Weckl Play Along Drum Book.. Manhattan: Manhatan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 45 lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan TPA Sampah di wilayah Kabupaten Sumedang, dengan luasan

Memelihara kesepakatan atau menumbuh kembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini

HUDA JAYA memiliki 5 proses bisnis eksisting utama pada manajemen sumber daya manusia, yaitu Proses Bisnis Mengatur Data Karyawan, Proses Bisnis Kehadiran, Proses Bisnis

In accordance with the explanation above, the purpose of the study is to describe the great influence of fashion toward American society especially women in the work

Penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research) yaitu studi kepustakaan yang mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang

Formasi Balikpapan diendapkan secara selaras di atas Formasi Pulubalang. Formasi ini terdiri dari selang seling antara batulempung dan batupasir dengan sisipan batubara dan batugamping