• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.1 Sikap Kerja Pada Pekerja Produksi Teh

Pada stasiun penerimaan daun teh basah sikap kerja dari pekerja adalah berdiri diatas withering through dengan tangan terangkat untuk menurunkan daun teh dan membungkuk ketika menarik dan meratakan daun teh. Posisi berdiri secara terus menerus akan mengakibatkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki yang menimbulkan kelelahan otot dan kebas. Menurut Suma’mur (1996), posisi kerja berdiri lebih melelahkan daripada posisi duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15 % daripada duduk.

Untuk meminimalkan pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang tidak alamiah (Tarwaka, 2010). Selain itu sikap tubuh dengan tangan terangkat untuk meraih monorail dan fishnet juga beresiko untuk mengalami keluhan kesehatan. Bekerja dengan tangan terangkat seperti ini semakin meningkatkan risiko keluhan muskuloskeletal. Hal tersebut karena semakin jauh bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi risiko keluhan (Tarwaka, 2004).

Selain pada proses penerimaan, sikap tubuh berdiri sambil membungkuk juga terdapat pada stasiun pelayuan yaitu ketika pekerja mengirap (membolak- balikkan) daun teh, mendorong trolley dan ketika memasukkan bubuk teh ke dalam corong mesin pengulungan. Pada proses pelayuan daun teh basah, pekerja mebolak-balikkan daun teh agar pelayuannya merata. Sikap kerja dari pekerja

adalah berdiri ketika membolak-balikkan daun teh basah yang ada di withering trough agar daun teh menjadi layu secara merata. Kemudian daun teh yang sudah layu dibawa menuju corong penggulungan. Pekerja membungkuk ketika mendorong trolley yang berisi daun teh layu menuju corong penggulungan. Postur leher dan punggung yang terlalu membungkuk atau menekuk dapat meningkatkan risiko terjadinya muskuloskelatal disorders (MSDs) atau gangguan sendi pada otot-otot leher dan punggung, terutama lowback pain pada punggung (Bernard 1997). Dan kondisi corong penggulungan berada di lantai membuat posisi pekerja menjadi jongkok dan membungkuk sambil mendorong daun tersebut masuk ke dalam corong. Sikap kerja seperti ini membuat pekerja berisiko mengalami gangguan sendi. Pekerjaan yang dilakukan secara repetitif dalam jangka waktu lama maka akan meningkatkan risiko musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan sendi, apalagi bila ditambah dengan gaya beban dan postur yang janggal (OHSCO, 2007).

Pada proses penggulungan daun teh, pekerja bertugas untuk berdiri menunggu hasil penggulungan daun teh, mengambil daun teh yang berjatuhan di bawah dan sekitar mesin. Menurut Canadian Center of Occupational Health and Safety yang dikutip oleh Bararrah (2010), mengatakan bekerja dalam posisi berdiri untuk jangka waktu panjang secara teratur dapat menyebabkan kaki sakit, pembengkakan kaki, varises, kelelahan otot umum, nyeri pinggang serta kekakuan pada leher dan bahu.

Kemudian pekerja yang lain membawa teh hasil penggulungan ke mesin pengayakan dengan trolley. Pada saat mendorong trolley diperlukan pekerja

sebanyak dua orang, namun karena aktivitas kerja tersebut memerlukan pengerahan tenaga yang lebih besar, sering kali pekerja lain membantu untuk mendorong trolley yang berisi teh tersebut. Karena tolley yang rendah mengakibatkan posisi tubuh pekerja yang terbentuk membungkuk. Sikap kerja membungkuk sambil mendorong yang dilakukan secara berulang-ulang mengakibatkan peregangan otot. Peregangan otot mempertinggi resiko terjadinya keluhan dan cedera otot. Untuk itu perlunya desain alat-alat kerja yang sepadan dengan pekerja. Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk pendukung lainnya, data antropometri tenaga kerja memegang peranan penting. MenurutSutarman (1972), bahwa dengan mengetahui ukuran antropometri tenaga kerjaakan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja. Lebih lanjut MacLeod (1995) menjelaskan bahwa faktor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setiap desain produk dan stasiunkerja.

Pada proses fermentasi, sikap kerja yang terbentuk adalah pekerja berdiri tegak pada saat mendorong trolley ke ruang fermentasi.

Pada stasiun pengeringan, sikap tubuh pekerja adalah berdiri di depan mesin dengan waktu yang lama sambil memasukkan bubuk teh yang sudah difermentasi ke dalam mesin dan pekerja sesekali membungkukkan badan ketika memasukkan bubuk teh ke mesin. Pada stasiun sortasi, pekerja berdiri menunggu hasil bubuk teh yang dikeluarkan dari mesin siliran, kemudian mendorong ember yang berisi bubuk teh yang telah penuh dengan posisi badan yang membungkuk karena ember

yang terlalu rendah, selanjutnya pekerja mengangkat ember yang berisi bubuk teh kedalam goni. Dalam proses sortasi ini ditemui masalah ergonomi menyangkut sikap tubuh pekerja yaitu tubuh yang membungkuk ketika mendorong ember yang berisi bubuk teh dan pada saat mengangkat ember bersikan bubuk teh, sikap tubuh pekerja membungkuk. Bila seorang tenaga kerja mengangkat barang sambil membungkuk, tekanan yang besar terjadi pada pinggang sebagai akibat gaya pengungkit (Gibson, J.1998). Menurut Suma’mur (2009), sikap tubuh yang baik untuk mengangkat beban adalah jongkok terlebih dahulu kemudian mengangkat barang perlahan-lahan sehingga beban bertumpu pada kaki dan berdiri tegak sambil mengangkat ember berisikan bubuk teh. Kurangnya pemahaman terhadap cara mengangkat dan mengangkut yang benar menyebabkan sikap kerja tidak alamiah yang dapat menimbulkan gangguan otot skeletal (musculoskeletal disorders), terutama gangguan otot pada punggung dan pinggang.

Pada stasiun pengepakan sikap tubuh pekerja adalah berdiri menunggu paper sack terisi penuh dengan bubuk teh dan pekerja membungkuk untuk mengepres paper sack yang berisi bubuk teh karena mesin yang digunakan untuk mengepress sangat rendah . Postur tubuh yang terlalu membungkuk dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan sendi pada otot-otot leher dan punggung, terutama lowback pain pada punggung. Untuk itu perlunya desain alat-alat kerja yang sesuai dengan pekerja.

Gerakan latihan peregangan yang dapat dilakukan pekerja untuk mengurangi ketengangan yang dirasakan oleh pekerja pada bagian muskuloskletal. Gerakan-gerakan tersebut antara lain, gerakan lingkaran

pinggang, gerakan lingkar bahu, gerakan lingkar lengan, gerakan latihan leher, gerakan peregangan bahu, gerakan peregangan atas, gerakan peregangan pergelangan tangan, gerakan peregangan lengan, dan beberapa kombinasi gerakan lain. Gambar gerakan-gerakan latihan peregangan tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Dokumen terkait