• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT TEH BAH BUTONG TAHUN 2017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT TEH BAH BUTONG TAHUN 2017 SKRIPSI"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV UNIT TEH BAH BUTONG TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH

DEWI SRI A. SIMATUPANG NIM : 131000631

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV UNIT TEH BAH BUTONG TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

DEWI SRI A. SIMATUPANG NIM : 131000631

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN

SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA

PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT TEH BAH BUTONG TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2017 Yang membuat pernyataan

(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian produksi teh.

Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja bagian produksi teh sebanyak 154 orang dengan sampel sebanyak 61 orang yang didapat dengan teknik proportional random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan observasi dan dokumentasi untuk melihat sikap kerja dan dengan wawancara langsung kepada pekerja dengan menggunaan kuesioner Nordic Body Map.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap kerja pekerja produksi teh selama melakukan kegiatan produksi adalah adanya sikap kerja tidak ergonomis berupa berdiri sambil membungkuk, posisi tangan terangkat keatas menjauhi batang tubuh, leher menunduk, dan posisi jongkok. Pada pekerja produksi teh mengalami keluhan muskuloskeletal yaitu pada bagian tangan kanan, tangan kiri, lengan atas kanan, lengan atas kiri, siku kiri, dan siku kanan dan pada bahu kanan, bahu kiri, pergelangan tangan kanan, pergelangan tangan kiri, kaki kanan, dan kaki kiri,pergelangan kaki kanan, pergelangan kaki kiri, betis kanan, betis kiri, pinggang, dan punggang.

Disarankan kepada pekerja untuk mengambil waktu untuk melakukan relaksasi otot saat mengalami nyeri-nyeri pada bagian tubuh saat bekerja dan menghindari sikap kerja yang tidak ergonomis selama bekerja yang dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal.

(6)

ABSTRACT

This research was conducted at PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Bah Butong in 2017. The purpose of this research is to know the work posture and musculoskeletal complaint on tea production worker.

The type of research is descriptive. The population in this research is all worker of tea production as much as 154 people with the sample counted 61 people got by technique proportional random sampling. Data collection methods used in this research is by observation and documentation to see work posture and by direct interview to worker by using questionnaire of Nordic Body Map.

The results showed that the work posture of tea production workers during the production activities is there were non ergonomic working posture like standing while bowing, the position of the hands raised upwards away from the torso, neck down, and squatting position. In tea production workers experience musculosceletal complaints in the right hand, left hand, upper right arm, left upper arm, left elbow, and right elbow and on right shoulder, left shoulder, right wrist, left wrist, right leg, and Left leg, right ankle, left ankle, right calf, left calf, waist, and back.

Suggested to the workers tak a time to do relaxation when there are some complaints in the body at work and avoid the work posture that is not ergonomic during work that can cause musculoskeletal complaints.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penullis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Gambaran Sikap Kerja Dan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Bagian Produksi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Tahun 2017” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan ini, saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Selama penulisan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 4. Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ketua Penguji dan dr. Mhd Makmur Sinaga, MS selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(8)

5. Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes selaku dosen penguji I dan Umi Salmah, SKM., M.Kes selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang dapat membangun skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Teristimewa kepada orang tua saya, Ayahanda (T. Simatupang) dan Ibunda (W. Simanullang) dan saudara-saudaraku bang Anton, adikku Desi dan Roy Markus yang selalu memberi dukungan doa dan semangat.

7. Pihak pimpinan, staff dan karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong yang banyak membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 8. Kepada teman-teman Koordinasi UKM POMK FKM USU (Rosnani,

Lisandy, Maria, Mai, Bintang, Betty, Desi, Fransiska, Monita, Karen, Trisiska, dan Christin) yang selalu memberi semangat, motivasi dan doa. 9. Buat Sahabat-sahabat yang di FKM USU, di SMA serta semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuan serta doa selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2017

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTARLAMPIRAN ... xii

DAFTAR ISTILAH ... xiii

RIWAYAT HIDUP ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.3.1 Tujuan Umum ... 6 1.3.2 Tujuan Khusus... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja ... 8

2.2 Ergonomi ... 8

2.2.1 Pengertian Ergonomi ... 8

2.2.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Ergonomi ... 9

2.3 Sikap Kerja ... 11

2.3.1 Prinsip Posisi Duduk ... 11

2.3.2 Kerja Posisi Berdiri ... 13

2.3.3 Kerja Berdiri Setengah Duduk ... 14

2.4 Sikap Tubuh Alamiah ... 15

2.5 Sikap Kerja Tidak Alamiah ... 17

2.6 Sikap Kerja Berulang ... 18

2.7 Muskuloskletal ... 18

2.7.1 Keluhan Muskuloskletal... 18

2.7.2 Faktor Penyebab Keluhan Muskuloskeletal ... 19

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4.1 Data Primer ... 34

3.4.2 Data Sekunder ... 34

3.5 Defenisi Operasional ... 35

3.6 Pengolahan Data ... 36

3.7 Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 37

4.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 38

4.3 Proses Produksi The Hitam ... 39

4.4 Karakteristik Pekerja Bagian Produksi ... 41

4.4.1 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

4.4.2 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan ... 41

4.4.3 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Masa Kerja ... 42

4.4.4 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur ... 42

4.5 Sikap Kerja 4.5.1 Sikap Kerja Pada Stasiun Penerimaan ... 43

4.5.2 Sikap Kerja Pada Stasiun Pelayuan ... 45

4.5.3 Sikap Kerja Pada Stasiun Penggulungan ... 46

4.5.4 Sikap Kerja Pada Stasiun Fermentasi ... 48

4.5.5 Sikap Kerja Pada Stasiun Pengeringan ... 49

4.5.6 Sikap Kerja Pada Stasiun Sortasi ... 50

4.5.7 Sikap Kerja Pada Stasiun Pengepakan ... 51

4.6 KeluhanMuskuloskletal 4.6.1 Keluhan Muskuloskeletal Stasiun Penerimaan ... 53

4.6.2 Keluhan Muskuloskeletal Stasiun Pelayuan ... 60

4.6.3 Keluhan Muskuloskeletal Stasiun Penggulungan ... 71

4.6.4 Keluhan Muskuloskeletal Stasiun Fermentasi ... 81

4.6.5 Keluhan Muskuloskeletal Stasiun Pengeringan ... 82

4.6.6 Keluhan Muskuloskeletal Stasiun Sortasi ... 91

(11)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Sikap Kerja Pada Pekerja Produksi Teh... 101

5.2 Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Sikap Kerja ... 105

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 108

6.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Masing-masing Stasiun Kerja ... 34 Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin di PT. Perkebunan

Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Tahun 2017 ... 41 Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan pekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV

Unit Teh Bah Butong Tahun 2017 ... 41 Tabel 4.3 Masa Kerja pekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh

Bah Butong Tahun 2017 ... 42 Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Produksi PT. Perkebunan Nusantara IV

Unit Teh Bah Butong Berdasarkan Umur pada Tahun 2017 ... 42 Tabel 4.5 Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Di Bagian Produksi

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Stasiun

Penerimaan Tahun 2017 ... 43 Tabel 4.6 Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Di Bagian Produksi

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Stasiun

Pelayuan Tahun 2017 ... 45 Tabel 4.7 Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Di Bagian Produksi

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Stasiun

Penggulungan Tahun 2017 ... 46 Tabel 4.8 Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Di Bagian Produksi

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Stasiun

Fermentasi Tahun 2017 ... 48 Tabel 4.9 Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Di Bagian Produksi

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Stasiun

Pengeringan Tahun 2017 ... 49 Tabel 4.10 Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Di Bagian Produksi

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Stasiun

Sortasi Tahun 2017 ... 50 Tabel 4.11 Keluhan Muskuloskletal pada Pekerja Di Bagian Produksi

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Stasiun

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Postur Janggal Tulang Belakang ... 22

Gambar 2.2 Postur Mengangkat... 23

Gambar 2.3 Cara Mengangkat Beban Yang Benar ... 24

Gambar 2.4 Postur Janggal Bahu ... 25

Gambar 2.5 Postur Janggal Pada Leher ... 25

Gambar 2.6 Nordic Body Map ... 30

Gambar 4.1 Pekerja Meraih Monorail ... 44

Gambar 4.2 Pekerja Menurunkan Bubuk Teh Dari Monorail ... 44

Gambar 4.3 Pekerja Menarik Daun Teh Ke Withering Trough ... 45

Gambar 4.4 Pekerja Mengirap Daun Teh ... 46

Gambar 4.5 Pekerja Mendorong Bubuk Teh Hasil Penggulungan ... 48

Gambar 4.6 Pekerja Memasukkan Teh Ke Mesin Pengayakan ... 48

Gambar 4.7 Pekerja Mendorong Teh Ke Ruang Fermentasi ... 49

Gambar 4.8 Pekerja Memasukkan Tee Ke Mesin Pengeringan... 50

Gambar 4.9 Pekerja Menampung Bubuk Teh ... 51

Gambar 4.10 Mendorong Hasil Bubuk Teh ... 51

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. . Kuesioner ... 112

Lampiran 2. Lembar Observasi ... 114

Lampiran 3. Master Data ... 117

Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian ... 120

(15)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari

MSDs : Musculoscletal Disorders

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dewi Sri A. Simatupang, lahir pada 21 Juli 1995 di Tarutung. Penulis merupakan anak dari pasangan Tarianus Simatupang dan Wardiani Simanullang. Penulis bersuku Batak Toba dan beragama Kristen Protestan dan bertempat tinggal di Silaban, Lintongihuta.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD. Swasta Santa Maria Tarutung pada tahun 2000 dan selesai tahun 2007, SMP Negeri 4 Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010, SMA Swasta Budi Mulia Pematangsiantar pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013. Penulis menempuh pendidikan tingkat lanjut pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2013 dan selesai tahun 2017.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya (Kurniawidjaja, 2012).

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya, agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 2009).

Dengan kesehatan yang baik manusia mampu bekerja dan berprestasi, bagi tenaga kerja kesehatan merupakan modal utama untuk dapat bekerja dengan baik dan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan tenaga kerja adalah dengan menerapkan ergonomi di lingkungan kerja (Wignjosoebroto,2000).

(18)

Ergonomi merupakan suatu ilmu dimana penerapannya berusaha menyerasikan antara faktor manusia. Penerapan ergonomi dalam melakukan pekerjaan dapat menghasilkan rasa nyaman saat bekerja, terhindar dari kelelahan, serta dapat menghindari gerakan yang tidak perlu saat bekerja serta upaya dalam melaksanakan pekerjaaan menjadi sekecil-kecilnya dengan hasil yang sebesar besarnya (Surya dalam Laurita, 2010).

Di samping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja utuk alat peraga visual (visual display unit station) (Nurmianto,2008).

Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Bagian otot rangka yang sering dikeluhkan meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Keluhan muskuloskleletal ini biasanya diawali dari adanya sikap kerja yang tidak alamiah.

Sikap kerja menurut Sada (2000) yang dikutip oleh Purwanto adalah tindakan yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian

(19)

tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan lain-lain. Bila sikap kerja yang tidak alamiah ini tidak dicegah atau ditangani dengan baik, pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas kerja.

Posisi duduk pada otot rangka muskuloskeletal dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari rasa nyeri dan cepat lelah. Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan, tekanan tersebut sekitar 100%, cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% (Nurmianto, 2008).

Sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk (Tarwaka, 2004).

Menurut Tarwaka (2004) yang mengutip pendapat Grandjean, sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tanpa terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko

(20)

terjadinya keluhan otot skeletal Sikap kerja yang statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat menimbulkan keluhan pada sistem muskuloskeletal.

Berdasarkan hasil penelitian Mindayani (2012), perajin sulaman di Nagari Koto Gadang Jorong Subarang Tigo Jorong (84% perajin sulaman tangan) mengeluhkan rasa sakit di bagian pinggang selama melakukan pekerjaan sulaman tangan. Selain itu juga terdapat terdapat keluhan pada bahu kanan sebanyak 34 orang (68%), bawah pinggang sebanyak 27 orang (54%), dan pantat sebanyak 28 orang (56%). Banyaknya keluhan muskuloskeletal yang dirasakan pada perajin sulaman tangan, menjadikan mereka tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan mereka sehari-hari.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan daun teh menjadi bubuk teh hitam. PT.Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong sudah berdiri sejak tahun 1917 hingga sekarang dan merupakan Perusahaan penghasil teh terbesar se Asia Tenggara yaitu menghasilkan 100 ton per hari.

Proses kerja yang dilakukan oleh pekerja di PTPN IV Unit Teh Bah Butong ada 7 stasiun yaitu stasiun penerimaan daun teh basah dimana daun teh basah diangkut ke unit/ stasiun pelayuan dan dimasukkan ke Withering Trough dengan menggunakan alat angkut Monorail, yang selanjutnya daun teh basah di diserakkan pada box pelayuan untuk dilayukan kemudian dilakukan pelayuan daun teh basah yang bertujuan untuk menurunkan kandungan air, sehingga daun teh basah menjadi layu fisik dan kemudian daun tersebut digulung dan

(21)

difermentasi/ oksidasi enzimatis yang bertujuan untuk memberikan kesempatan terjadinya reaksi oksidasi enzimatis dalam bubuk teh dan mengendalikannya sehingga terbentuk kualitas teh hitam yang baik. Proses selanjutnya adalah pengeringan yang bertujuan untuk menghentikan proses kerja enzim pada titik optimal serta menurunkan kadar air dalam teh bubuk teh dan teh tersebut akan di ayak/ di saring, sehingga batang-batang daun teh ataupun bagian daun teh yang masih kasar akan tersaring oleh mesin stasiun pra sortasi dan selanjutnya di stasiun sortasi bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan jenisnya sesuai dengan kriteria yang berlaku pada pemasaran teh hitam. Tahap terakhir adalah pengepakan, teh yang sudah memenuhi jumlah 1 Chop langsung di pack. Kemasan yang digunakan untuk pengepakan yaitu Paper sack dan Poly Bag.

Kegiatan produksi di atas dilakukan oleh pekerja dengan posisi berdiri dan didapati pula pekerja dengan sikap tidak alamiah seperti gerakan leher menunduk, badan membungkuk, dan menjongkok. Sikap kerja yang tidak alamiah jika terjadi dalam kurun waktu lama maka akan terjadi akumulasi keluhan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya cedera otot (Suma’mur, 1996).

Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan didapati bahwa pekerja sering mengalami keluhan muskuloskletal pada saat bekerja dan keluhan yang dialami sangat beragam antara lain sakit pada pinggang, nyeri lutut dan kaki, keluhan pada lengan dan tangan, dan nyeri bahu dan punggung dan leher.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Tahun 2017.

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada pekerja di bagian produksi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada pekerja di bagian produksi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran sikap kerja pekerja di bagian produksi

2. Mengetahui keluhan Musculoskeletal pada pekerja di bagian produksi 1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Dapat digunakan untuk menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan khususnya tentang sikap kerja dan keluhan muskuloskletal pada pekerja. b. Bagi perusahaan

Dari hasil penelitian diharapkan dapat sebagai masukan bagi pihak perusahaan tentang keluhan muskuloskletal dan upaya pencegahan dan pengendaliannya.

(23)

c. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian lain yang sejenis.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan kerja

Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.

2.2 Ergonomi

2.2.1. Pengertian Ergonomi

Kata ergonomi berasal bahasa Yunani : ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal Research di Amerika Utara. Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. Tidak jarang pula kepada ergonomi diberikan pengertian sebagai ilmu tentang bekerja (study work) atau ilmu tentang kerja.

(25)

Untuk ergonomi, di Indonesia digunakan pula istilah tata karya atau tata kerja (Suma’mur, 2009).

Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikanc atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Dari pengalaman menunjukkan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat, performansi menurun yang berakibat kepada penurunan efisiensi dan daya kerja. Dengan demikian, penerapan ergonomi di segala bidang kegiatan adalah suatu keharusan (Tarwaka, 2004).

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dengan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Permasalahan tersebut bisa disebabkan oleh sikap kerja yang salah antara lain sikap duduk dan sikap berdiri yang keliru merupakan penyebab dampak negatif yang dapat timbul bagi manusia, antara lain yaitu nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan. Dampak negatif tersebut akan terjadi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang (Santoso, 2004).

2.2.2. Tujuan dan Ruang Lingkup Ergonomi

(26)

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak social, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi (Tarwaka, 2004).

Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan produksi yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan yang mana kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain :

1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).

2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas.

3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin diubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat duduk.

(27)

4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 kebawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).

5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.

6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah papan penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan lengan.

7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh ILO sebesar 50 kg.

8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien dan kualitas kerja sangat menurun (Suma’mur, 1996).

2.3 Sikap Kerja

Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah dan kekuatan) (Suma’mur, 1996). Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, (Santoso, 2004) yaitu:

2.3.1 Prinsip Posisi Duduk

Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang

(28)

bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih produktif. Di samping itu lebih cekatan dan mahir. Namun sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%; maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong ke depan (Nurmianto, 2004).

Kenaikan tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam lekukan tulang belakang yang terjadi pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 90° tidak dapat dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha (persendian tulang paha).

Urat-urat lutut dan otot-otot gluteal pada bagian belakang paha dihubungkan sampai bagian belakang pinggul dan menghasilkan suatu rotasi parsial dari pinggul (pelvis), termasuk tulang ekor (sacrum). Hal tersebut hanya menghasilkan 60° kelebihan putar pinggul dengan rotasi pada persendian tulang paha itu sendiri. Oleh sebab itu, perolehan 30° dari rotasi pinggul (pelvis) searah dengan lekukan tulang belakang kearah belakang (lordosis) dan

(29)

bahkan memperkenalkan suatu lekukan tulang belakang kearah depan (kyphosis) (Nurmianto, 2004).

Posisi duduk pada otot rangka (musculoskeletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah. Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar.

Menurut Eko Nurmianto (1998) dalam Santoso (2004) bahwa tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk ke depan. Oleh karena itu perlu sikap duduk yang benar dan dapat relaksasi (tidak statis). Sikap duduk yang paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat. Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya kelelahan pada kaki.

b. Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah. c. Berkurangnya pemakaian energi.

(30)

2.3.2 Kerja Posisi Berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja. Apabila sepatu tidak pas (tidak sesuai) maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut sepatu kerja secara ergonomis. Sepatu yang baik adalah sepatu yang dapat menahan kaki (tubuh) dan kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu. Desain sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki. Apabila bagian sepatu di kaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan hal itu terjadi dalam waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan.

Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja dengan posisi berdiri. Contohnya yaitu seperti yang diungkapkan Grandjean (1988) dalam Santoso (2004), merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku. Dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku.

2.3.3 Kerja Berdiri Setengah Duduk

Berdasarkan penelitian Santoso (2004) bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak diubah menjadi posisi setangah

(31)

duduk tanpa sandaran dan setengah duduk dengan sandaran, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok.

Menurut Suma’mur (1989) posisi kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk. Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk disamping itu konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan tiduran, tetapi lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman.

2.4 Sikap Tubuh Alamiah

Sikap tubuh alamiah yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan muskuloskeletal dan sistem tubuh yang lain (Baird dalam Merulalia, 2010).

a. Pada tangan dan pergelangan tangan

Sikap normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah tidak miring ataupun mengalami fleksi atau ekstensi.

(32)

b. Pada leher.

Sikap atau posisi normal leher, lurus dan tidak miring atau memutar ke samping kiri atau kanan sehingga tidak terjadi penekanan pada discus tulang cervical.

c. Pada bahu

Sikap atau posisi normal pada bahu adalah dalam keadaan tidak mengangkat dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan proporsional.

d. Pada punggung

Sikap atau postur normal dari tulang belakang untuk bagian toraks adalah kiposis dan bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri atau ke kanan. Kasus umum yang berkaitan dengan sikap kerja adalah :

a) Leher dan kepala inklinasi ke depan karena medan display terlalu rendah dan objek terlalu kecil.

b) Sikap kerja membungkuk, karena medan kerja terlalu rendah dan objek diluar medan jangkauan.

c) Lengan terangkat yang diiringi dengan bahu terangkat, fleksi dan abduksi pada muskulus trapesius dan levator pada skapula seratus anterior, deltoid dan supra spinator bisep. Ketentuan bahu terangkat dan terabduksi.

d) Pada sikap asimetris terjadi perbedaan beban pada kedua sisi tulang belakang. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan adalah :

(33)

1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian.

2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil. 3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani,

melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.

2.5 Sikap Kerja Tidak Alamiah

Menurut Tarwaka (2004), sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umunya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Di Indonesia sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja. Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara lain :

(34)

a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.

b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.

c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan kaki, tangan atau leher/kepala).

d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring, bongkok). Untuk bisa mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal serta memberikan rasa nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan dengan cara :

a. Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah. b. Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin.

c. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang sarana kerja (meja, kursi, dll.) yang sesuai dengan antropometri pemakainya.

d. Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan sikap duduk atau kombinasi duduk dan berdiri.

2.6 Sikap kerja berulang (aktivitas berulang)

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut, dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi (Tarwaka, 2004). Ketika bergerak ,otot dan tendon bekerja dengan memendek dan memanjang. Peradangan pada tendon dan ligamen sangat mungkin terjadi

(35)

jika gerakan yang dilakukan berulang secara terus-menerus tanpa istirahat yang cukup (Hardianto dan Yassierli, 2014).

2.7 Muskuloskeletal

2.7.1 Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikiann keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap, walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut (Tarwaka, 2004).

2.7.2 Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Musculoskeletal

Menurut Tarwaka (2004) terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :

(36)

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktiitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat.

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut, dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal.

Faktor penyebab sekunder antara lain : a. Tekanan

Terjadi tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak saat harus memegang alat, dapat menyebabkan nyeri otot yang menetap.

b. Getaran

Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan meneyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancer,

(37)

penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur, 1989).

c. Mikrolimat

Paparan suhu dingin atau panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan, dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlalu besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dngan lingkunga tersebut. Apabila tidak diimbangi dengan pemasukan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan energi ke otot. Akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun sehingga proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.

Dalam suatu pekerjaan ada faktor-faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya sutu penyakit akibat kerja yang biasa disebut dengan musculoskeletal disorders, repetitive strain injury,cumulative trauma disorders dan penyakit lainnya. Humantech (1995) dalam Ariati (2015) mengkategorikan kedalam empat kelompok faktor-faktor risiko utama terhadap terjadinya keluhan muskuloskeletal, yaitu postur, frekuensi, durasi dan beban pekerjaan.

1. Postur Kerja

Pembagian postur kerja dalam ergonomi didasarkan atas posisi tubuh dan pergerakan. Berdasarkan posisi tubuh, postur kerja dalam ergonomi terdiri dari:

(38)

a. Postur Netral (Neutral Posture)

Postur dimana seluruh bagian tubuh berada pada posisi yang seharusnya dan kontraksi otot tidak berlebihan sehingga bagian organ tubuh, saraf jaringan lunak dan tulang tidak mengalami pergeseran, penekanan, ataupun kontraksi yang berlebihan.

b. Postur Janggal (Awkward Posture)

Postur dimana posisi tubuh (tungkai sendi dan punggung) secara signifikan menyimpang dari posisi netral pada saat melakukan suatu aktivitas yang disebabkan oleh keterbatasan tubuh manusia untuk melawan beban dalam jangka waktu lama. Postur janggal akan menyebabkan stress mekanik pada otot rangka. Selain itu, postur janggal akan membutuhkan energi yang lebih besar pada beberapa bagian otot, sehingga meningkatkan kerja jantung dan paru-paru untuk menghasilkan energi. Semakin lama bekerja dengan postur janggal, maka semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk mepertahankan kondisi tersebut, sehingga dampak kerusakan otot rangka yang ditimbulkan semakin kuat. Beberapa postur janggal antara lain :

1. Postur Janggal Tulang Belakang

a. Membungkuk (bent forward) yaitu punggung dan dada lebih condong ke depan membentuk ≥ 20º terhadap garis vertical.

b. Berputar (twisted) yaitu posisi tubuh yang berputar ke kanan dan kiri dimana garis vertical menjadi sumbu tanpa memperhitungkan berapa derajat besarnya rotasi yang dilakukan.

(39)

vertikal tanpa memperhitungkan besarnya sudut yang dibentuk. Terjadi fleksi pada bagian tubuh, biasanya ke depan atau ke samping.

Gambar 2.1 Postur Janggal Tulang Belakang

Selain itu terdapat postur janggal pada tulang punggung saat mengangkat seperti gambar berikut ini.

Gambar 2.2 Postur Mengangkat

Cara yang benar mengangkat dengan tangan adalah (Setiawan, 1980) :

a. Suatu angkatan hendaknya dimulai dengan kedudukan si pengangkat dalam sikap seimbang dengan meletakkan kedua belah kaki agak merenggang dan barang yang akan diangkat harus didekatkan badan. Sebelum mengangkat punggung harus tegak dan dalam kedudukan sedikit mungkin dengan barang yang akan diangkat.

(40)

b. Untuk mengangkat beban, mula-mula luruskan kaki. Cara ini meyakinkan bahwa daya angkat kita sedang disalurkan benar-benar melalui urat-urat dan tulang.

c. Untuk melengkapi angkatan, luruskanlah badan badan bagian atas sampai dengan keadaan tegak. Pengangkatan yang sempurna adalah menaikkan beban separoh tinggi badan pada kedudukan tegak.

Gambar 2.3 Cara mengangkat beban yang benar

2. Postur Janggal pada tangan dan pergelangan tangan (kiri dan kanan) Faktor risiko pada tangan dan pergelangan tangan adalah melakukan pekerjaan dengan posisi memegang benda dengan cara mencubit (pitch grip), tekanan pada jari terhadap objek (finger press), menggenggam dengan kuat (power grip), posisi pergelangan tangan yang fleksi dan ekstensi dengan sudut ≥ 45º, serta posisi pergelangan tangan yang deviasi selama lebih dari 10 detik dan frekuensi > 30/menit.

3. Postur janggal pada bahu (kiri dan kanan) Postur bahu yang merupakan faktor risiko adalah melakukan pekerjaan lengan atas membentuk sudut ≥ 45º ke arah samping atau ke arah depan terhadap badan selama lebih dari 10 detik

(41)

dengan frekuensi lebih dari satu atau sama dengan 2 kali per menit dan beban ≥ 4,5 Kg.

Gambar 2.4 Postur Janggal Bahu 4. Postur Janggal pada lengan bawah (kiri dan kanan)

Postur lengan bawah yang menjadi faktor risiko adalah posisi siku sebesar 135º dan jika menggunakan gerakan penuh dalam bekerja.

5. Postur janggal pada leher Postur leher yang menjadi faktor risiko adalah melakukan pekerjaan (membengkokkan leher ≥ 20º terhadap vertikal), menekukkan kepala atau menoleh ke samping kiri atau kanan, serta menengadah.

(42)

6. Postur janggal pada kaki

a. Jongkok (squatting) yaitu posisi tubuh dimana perut menempel pada paha dimana terjadi fleksi maksimal pada daerah lutut, pangkal paha, dan tulang lumbal.

b. Berlutut (kneeling) yaitu posisi tubuh dimana sendi lutut menekuk, permukaan lutut menyentuh lantai dan berat tubuh bertumpu pada lutut dan jari-jari kaki.

c. Berdiri pada satu kaki (stand on one leg) yaitu posisi tubuh dimana tubuh bertumpu pada satu kaki.

Sedangkan berdasarkan pergerakan, postur kerja dalam ergonomi terdiri dari : 1. Postur Statis

Terjadi dimana sebagian besar tubuh tidak aktif atau hanya sedikit sekali terjadi pergerakan. Postur statis dalam jangka waktu lama sehingga otot berkontraksi secara terus-menerus dan dapat menyebabkan tekanan. Berikut contoh postur statis :

a. Berdiri, yaitu kepala, punggung, dan kaki tegak lurus atau sejajar dengan sumbu vertikal.

b. Duduk, yaitu pantat menyentuh suatu permukaan dan terjadi fleksi pada lutut 90º.

c. Berbaring , yaitu kepala, punggung, dan kaki sejajar dengan sumbu horizontal.

2. Postur Dinamis

(43)

Jenisnya adalah :

a. Carrying, aktivitas mengangkat beban sambil berjalan b. Pulling, yaitu tarikan pada benda agar benda bergerak

c. Pushing, yaitu memindahkan benda dengan memberikan gaya agar benda berpindah.

2. Frekuensi

Postur yang salah dengan frekuensi pekerjaan yang sering dapat mengakibatkan tubuh kekurangan suplai darah, asam laktat yang terakumulasi, inflamasi, tekanan pada otot, dan trauma mekanis. Frekuensi terjadinya postur janggal terkait dengan terjadinya repetitive motion dalam melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja terusmenerus tanpa melakukan relaksasi.

3. Durasi

Adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi dapat dilihat sebagai menit-menit dari jam kerja/hari pekerja terpapar risiko. Durasi juga dapat dilihat sebagai pajanan/tahun faktor risiko atau karakteristik pekerjaan berdasarkan faktor risikonya. Durasi diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Durasi singkat : < 1 jam/hari b. Durasi sedang : 1-2 jam/hari c. Durasi Lama : > 2 jam

Pada posisi kerja statis yang membutuhkan 50% dari kekuatan maksimum tidak dapat bertahan lebih dari satu menit, jika kekuatan digunakan kurang

(44)

dari 20% kekuatan maksimum maka kontraksi akan berlangsung terus untuk beberapa waktu.

4. Force atau beban

Force merupakan usaha yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan. Pekerjaan yang menuntut penggunaan tenaga besar, maka akan memberikan beban pada otot, tendon, ligament, dan sendi. Objek merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka. Menurut ILO, beban maksimum yang diperbolehkan untuk diangkat oleh seseorang adalah 23-25 kg. Suma’mur (1996) menjabarkan cara menangani beban yang baik yaitu:

1. Peregangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari dan pergelangan tangan.

2. Lengan harus berada di dekat tubuh dengan posisi lurus. Fleksi pada lengan untuk mengangkat dan membawa menyebabkan ketegangan otot statis pada lengan yang melelahkan

3. Punggung harus diluruskan. Posisi deviasi punggung membebani tulang belakang. Untuk menghindari punggung membungkuk, mula-mula lutut harus bengkok (fleksi) sehinggga tubuh tetap berada pada posisi dengan punggung lurus.

4. Posisi leher tegak sehingga seluruh tulang belakang diluruskan.

5. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa agar mampu mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat dan menurunkan. Kedua kaki ditempatkan untuk membantu mendorong tubuh.

(45)

6. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.

7. Beban yang ditangani diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal atau pusat gravitasi tubuh. Posisi tubuh yang menahan beban cenderung mengikuti beban sedangkan posisi tubuh yang mnjauhi pusat gravitasi tubuh lebih berisiko MSDs.

2.8 Nordic Body Map

Nordic Body Map (NBM) merupakan salah satu metode pengukuran subyektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Nordic Body Map paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Pengisian Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit saat melakukan pekerjaan pada stasiun kerja. Kuisioner ini mernggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9 bagian utama yaitu :

a. Leher b. Bahu

c. Punggung bagian atas d. Siku

e. Punggung bagian bawah f. Pergelangan tangan / tangan g. Pinggang / pantat

(46)

i. Tumit / kaki

Responden yang mengisi kuisioner diminta menunjukkan ada atau tidaknya gangguan pada bagian-bagian tubuh tersebut.

Keterangan : 0. Leher atas 1. Leher bawah 2. Bahu kiri 3. Bahu kanan 4. Lengan atas kiri 5. Punggung

6. Lengan atas kanan 7. Pinggang

8. Bawah pinggang 9. Pantat

10. Siku kiri 11. Siku kanan

12. Lengan bawah kiri 13.Lengan bawah kanan 14. Pergelangan tangan kiri 15. Pergelangan tangan kanan 16. Tangan kiri 17. Tangan kanan 18. Paha kiri 19. Paha kanan 20. Lutut kiri 21. Lutut kanan 22. Betis kiri 23. Betis kanan

24. Pergelangan kaki kiri 25. Pergelangan kaki kanan 26. Telapak kaki kiri 27. Telapak kaki kanan Gambar 2.6 Nordic Body Map

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskletal pada pekerja di bagian Produksi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong tahun 2017. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Industri PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Kecamatan Sidamanik. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada pekerja di Industri PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong.

3.2.2.Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian produksi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong tahun 2017 sebanyak 154 orang.

3.3.2.Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2013). Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

(48)

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,200). Dalam penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Soewadji (2012), yaitu: Dimana: = Jumlah Sampel N = Ukuran Populasi e = Standart eror (10% = 0,1)

Maka jumlah sampel yang dalam penelitian ini adalah :

Berdasarkan rumus Slovin, jumlah sampel yang dapat diambil yaitu sebanyak 61 orang dari 154 orang.

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Proportional Random Sampling. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang degan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto,2013).

Dengan menggunakan tehnik Proportional Random Sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 61 orang pekerja, adapun besar atau jumlah pembagian

(49)

sampel untuk masing-masing stasiun kerja didapatkan dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2013) yaitu :

x N1

Keterangan :

: Jumlah sampel yang diinginkan setiap stasiun kerja

N : Jumlah seluruh populasi pekerja di industri PT. Perkebunan Nusantara IV unit teh Bah Butong.

X : Jumlah populasi pada setiap stasiun kerja N1 : Sampel

Berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel dari masing-masing 7 stasiun kerja adalah :

Stasiun Penerimaan : x 61= 9 orang

Stasiun Pelayuan : x 61= 13 orang

Stasiun Penggulungan : x 61= 11 orang

Stasiun Fermentasi : x 61= 1 orang

Stasiun Pengeringan : x 61= 11 orang

Stasiun Sortasi : x 61= 13 orang

(50)

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Masing-masing Stasiun Kerja No Stasiun Jumlah Pekerja

per Stasiun Sampel 1. Penerimaan 22 9 2. Pelayuaan 32 13 3. Penggulungan 28 11 4. Fermentasi 3 1 5. Pengeringan 28 11 6. Sortasi 34 13 7. Pengepakan 7 3

Setelah dilakukan perhitungan, jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 61 orang. Jumlah masing-masing pekerja di stasiun kerja adalah stasiun penerimaan sebanyak 9 orang, stasiun pelayuan sebanyak 13 orang, stasiun penggulungan sebanyak 11 orang, stasiun fermentasi sebanyak 1 orang, stasiun pengeringan sebanyak 11 orrang, stasiun sortasi sebanyak 13 orang, dan stasiun pengepakan sebanyak 3 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan berbagai cara. Dilihat dari sumber data, maka pengumpulan data dapat menggunakan data primer dan sekunder. Selanjutnya, dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner, dan observasi (Sugiyono, 2013)

3.4.1. Data Primer 1. Sikap Kerja

Data dikumpulkan berdasarkan observasi dengan lembar observasi untuk melihat sikap kerja tiap stasiun pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong.

(51)

2. Keluhan Muskuloskeletal

Dengan melakukan wawancara langsung dan pemetaan keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan Nordic Body Map Quesioner (Santoso, 2004).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong yaitu tentang gambaran umum perusahaan, dan data pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong.

3.5 Definisi Operasional

1. Pekerja adalah orang yang melakukan kegiatan bagian produksi teh.. 2. Sikap kerja adalah gerakan-gerakan tubuh dan posisi tubuh yang terbentuk

karena adanya hubungan pekerja dengan mesin / alat yang digunakan pada saat pekerja sedang melakukan pekerjaannya dibagian masing-masing stasiun produksi penerimaan pucuk teh segar (mutu halus kasar/ kegetasan dan ketidaksesuaian pucuk segar), pelayuan daun teh, turunan daun layu, penggulungan daun teh, oksidasi enzimatis (fermentasi), pengeringan daun teh, sortasi, dan pengepakan dalam paper sack.

3. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan- keluhan terhadap otot-otot tubuh pada bagian otot rangka, terutama pada daerah bahu, pinggang, punggung, leher, pergelangan tangan dan bagian tubuh lainnya yang dialami pekerja produksi teh pada saat bekerja yang ditinjau dari sikap kerja.

(52)

3.6 Pengolahan Data

Menurut Sumantri (2011), proses pengolahan data dalam penelitiandapat menggunakan perangkat lunak seperti SPSS dengan tahapan sebagai berikut :

a. Editing data yaitu mengoreksi jawaban yang telah diberikan responden apabila ada yang salah atau kurang segera dilengkapi. b. Coding data yaitu melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel

yang telah diteliti dengan tujuan untuk mempermudah saat melakukan analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

c. Entry data yaitu memasukkan data dalam variabel sheet dengan menggunakan komputer.

d. Cleaning data yaitu pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi, dalam hal ini tidak diikutsertakan nilai hilang dalam analisis data dan data yang tidak sesuai atau diluar range penelitian tidak diikutsertakan dalam analisis.

3.7 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karekteristik setiap variabel penelitian (Sumantri,2011).

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan daun teh menjadi bubuk teh hitam. PT.Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong sudah berdiri sejak tahun 1917 hingga sekarang dan merupakan Perusahaan penghasil teh terbesar se-Asia Tenggara yaitu menghasilkan 100 ton per hari. PT. Perkebunan Nusantara IV sudah mengekspor teh hingga ke luar negeri seperti negara Timur Tengah (Mesir, Irak, Iran, dan Syria), negara-negara Eropa (Jerman, Irlandia, Italia, Belanda, Prancis, Inggris) dan negara lainnya seperti Amerika,Australia, New Zealand, Fizi, Taiwan, Singapura, Malasya, Cina dan Pakistan. Luas areal HGU (Hak Guna Usaha) adalah 2.891.84 Ha dengan luas tanaman adalah 428.2 Ha dan dengan ketinggian 890 mdpl.

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah pucuk daun teh segar yang dipetik dari kebun teh milik PT. Perkebunan Nusantara Unit Teh Bah Butong. Kebun teh di PT. Perkebunan Nusantara Unit Teh Bah Butong terdiri dari 4 afdeling yang tersebar di sekeliling pabrik.

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butongsudah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan sudah mendapatkan sertifikat dan penghargaan Bendera Emas (Gold Flag) oleh Menteri Tenaga Kerja sebanyak empat kali dan perak dua kali, dan perusahaan tersebut

(54)

mempunyai tim audit eksternal yaitu Sucofindo yang telah melakukan audit SMK3 sebanyak satu kali dalam tiga tahun.

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong terletak di wilayah kecamatan Sidamanik, kabupaten Simalungun. Jarak ke ibu kota provinsi ± 150 kilometer, lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi ± 4 jam jika ditempuh dengan kendaraan bermotor. Secara geografis, batas-batas wilayah kebun Bah Butong adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Sidamanik

2. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Bah Butong II

3. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Tiga Urung (pematang sidamanik) 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kebun Bah Biak

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah pucuk daun teh segar yang dipetik dari kebun teh milik PT. Perkebunan Nusantara Unit Teh Bah Butong. Kebun teh di PT. Perkebunan Nusantara Unit Teh Bah Butong terdiri dari 4 afdeling yang tersebar di sekeliling pabrik. Setiap harinya teh yang diangkut ke Pabrik sekitar 100 ton.

4.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi :

Menjadi perusahaan yang unggul dalam usaha agroindustri yang terintegrasi. Misi :

1. Menjalankan usaha dengan prinsip-prinsip usaha terbaik, inovatif, dan berdaya saing tinggi .

(55)

3. Mengintegrasikan usaha agroindustri hulu, hilir, dan produk baru, pendukung agroindustri dan pendayagunaan aset dengna preferensi pada teknologi terkini yang teruji (proven) dan berwawasan lingkungan

4.3 Proses Produksi Teh Hitam

1. Stasiun Penerimaan Daun Teh Basah

Penerimaan daun teh basah dari Afdeling dilakukan sebanyak 3 kali sehari.Daun teh basah diangkut ke unit/ stasiun pelayuan dan dimasukkan ke Withering trough dengan menggunakan alat angkut Monorail, yang selanjutnya daun teh basah di diserakkan pada box pelayuan untuk dilayukan. 2. Stasiun Pelayuan

Pelayuan daun teh basah bertujuan untuk menurunkan kandungan air, sehingga daun teh basah menjadi layu fisik serta memberi kesempatan terjadinya perubahan senyawa-senyawa kimia. Dalam proses pelayuan, diperlukan aliran udara panas dari Heat Exchanger dengan suhu 26°-30° C. Lama pelayuan antara 18 sampai dengan 20 Jam.

3. Stasiun Penggulungan

Penggulungan bertujuan untuk memeras/ memulas cairan getah daun dan juga untuk membentuk pecahan daun menjadi menggulung.Mesin yang digunakan yaitu OTR-PCR-RV-RV yang menghasilkan bubuk I, II, III, IV dan Badag.

(56)

Fermentasi/ Oksidasi Enzimatis bertujuan untuk memberikan kesempatan terjadinya reaksi oksidasi enzimatis dalam bubuk teh dan mengendalikannya sehingga terbentuk kualitas teh hitam yang baik.

5. Stasiun Pengeringan

Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses kerja enzim pada titik optimal dan memfiksasi sifat-sifat baik yang telah dicapai pada waktu proses oksidasi enzymatis serta menurunkan kadar air dalam teh sehingga dapat tahan lama ketika disimpan. Setelah proses pengeringan, bubuk teh akan di ayak/ di saring, sehingga batang-batang daun teh ataupun bagian daun teh yang masih kasar akan tersaring oleh mesin stasiun pra sortasi.

6. Stasiun Sortasi

Pada stasiun sortasi bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan jenisnya sesuai dengan kriteria yang berlaku pada peamasaran teh hitam. 7. Pengepakan

Teh yang sudah memenuhi jumlah 1 Chop langsung di packing. Kemasan yang digunakan untuk pengepakan yaitu paper sack.

1.4 Karakteristik pekerja bagian produksi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong

4.4.1 Jenis Kelamin

Keadaan pekerja menurut jenis kelamin di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

(57)

Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong Tahun 2017

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Presentasi (%)

1 Laki-laki 36 59

2 Perempuan 25 41

Jumlah 61 100

Dari Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa jumlah pekerja laki-laki sebanyak 36 jiwa dengan persentase 59 % sedangkan pekerjaperempuan sebanyak 25 jiwa dengan persentase 41 %.

4.4.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong bervariasi dari Tingkat SD, SMP, STM, dan SMA. Lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan pekerja dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini : Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan pekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV

Unit Teh Bah Butong Tahun 2017

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Presentasi (%)

1 SD 21 34,4 2 3 SMP SMA/STM 29 11 47,5 18 Jumlah 61 100

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan pekerja rata-rata berkisar pada tingkat SMP dan SD. Untuk jumlah pekerja yang terbesar ialah pada tingkat SMP yaitu 29 jiwa dengan presentasi 47,5 % dan tingkat SD sebanyak 21 jiwa dengan presentasi 34,4 % sedangkan jumlah pekerja terkecil berada pada tingkat SMA/STM yaitu sebanyak 11jiwa atau 18 % dari jumlah keseluruhan pekerja.

Gambar

Gambar 2.1 Postur Janggal Tulang Belakang
Gambar 2.3 Cara mengangkat beban yang benar
Gambar 2.4 Postur Janggal Bahu  4.   Postur Janggal pada lengan bawah (kiri dan kanan)
Gambar 4.2 Pekerja Menurunkan Teh Dari Monorail
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, dalam penelitian perlu dikaji mengenai efisiensi membran sintesis dari bahan dasar zeolit yang dikompositkan dengan variasi penambahan silika

merupakan model prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif yang menunjukkan langkah- langkah yang jelas dan cermat untuk menghasilkan produk, (2) tahap-tahap pengembangan

Penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research) yaitu studi kepustakaan yang mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang

Victor Andres Ochoa Correa

Hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbaikan kualitas semen beku dengan penambahan berbagai jenis gula di dalam pengencer menjadi indikator bahwa gula-gula tersebut

Pada pasien dengan hemofilia adanya kekurangan faktor VIII dan IX mengakibatkan proses pembekuan memerlukan waktu yang lebih panjang sehingga fibrin

Dalam sebuah organisasi, seorang pemimpin merupakan sentral dari segala kegiatan yang telah diprogramkan. Pemimpin merupakan teladan bagi anak buahnya. Karena itu,