• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Faktor Lingkungan

2.2 Sikap Kerja Perawat Ruang IGD dan Ruang Operasi

Sistem kerja yang tidak ergonomi dalam suatu institusi seringkali kurang mendapatkan perhatian atau dianggap sepele oleh para pihak manajemen atau pengelola sumber daya manusia di institusi tersebut. Sebagai contoh antara lain adalah pada cara, sikap dan posisi kerja yang tidak benar, fasilitas kerja yang tidak sesuai, dan faktor lingkungan kerja yang kurang mendukung. Hal ini secara sadar ataupun tidakakan berpengaruh terhadap produktivitas, efisiensi dan efektivitas pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya (Budiono,2005).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu unit pelayanan rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut (DepKes RI, 2009). Perawat dalam tugasnya memberikan layanan pada pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien. Hal ini dikarenakan perawat memiliki tanggung jawab yang besar sehingga menuntut mereka bekerja lebih maksimal. Banyak jenis pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik yang berat seperti aktivitas fisik dengan posisi kerja mengangkat pasien atau memindahkan beban, mendorong tempat tidur pasien, memasang laken pada tempat tidur pasien, memasang infus, dll. Aktivitas tersebut jika dilakukan dengan posisi yang salah atau tidak ergonomis dapat menimbulkan LBP.Oleh karena itu, perawat di IGD harus memberikan pelayanan gawat darurat yang cepat, tepat, cermat dan terjangkau sesuai kebutuhan masyarakat dengan sumber daya manusia yang terampil dan bermutu dalam melakukan pelayanan gawat darurat. Jika perawat dalam melakukan tindakan maupun pelayanan dalam sikap kerja yang kurang tepat, lalu dilakukan terus menerus akan menyebabkan Low Back Pain.

Ruang Operasi merupakan suatu unit khusus di sebuah rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi yang steril dan kondisi khusus lainnya (Kemenkes,2012). Pada ruangan ini terdapat dua tim yaitu tim yang bekerja di area steril yang terdiri dari dokter bedah, asistennya dan scrub nurse. Sedangkan tim yang bekerja di luar area steril yaitu circulating nurse, dokter anastesi dll. Association of Operating Room Nurses (AORN)

bedah. Organisasi ini menentukan luasnya praktik seorang RN baik sebagai asisten, kualifikasi, pendidikan, maupun wewenang klinisnya. Peran seorang scrub nurse dapat dilakukan oleh RN atau OR scrub technologist. Seorang scrub nurse harus memiliki kemampuan prosedur bedah, anatomi dan fisiologi yang terkait prosedur pembedahan dan juga memiliki tanggung jawab seperti menyiapkan alat steril yang diperlukan selama pembedahan, mempertahankan keamanan dan sterilitas area steril, memastikan anggota tim steril mempertahankan teknik steril, memberi instrumen yang diperlukan selama pembedahan dan menaati prosedur yang telah ditentukan mengenai instrumen pembedahan. Agar peran tersebut dapat efektif, seorang scrub nurse harus memiliki kemampuan,keterampilan, cekatan dan mengikuti prinsip tenkik aseptik yang ketat serta harus menjalankan tugasnya secara konsisten dan akurat agar keamanan pasien terjamin selama proses pembedahan (Baradero,2005). Perawat yang berada dalam ruang operasi yaitu perawat instrument, perawat asisten, perawat sirkuler bedah, dan perawat anastesi,dll masing masing memiliki peran dan tanggung jawab, serta memiliki keahlian khusus. Perawat instrument dan perawat sirkuler bedah memiliki tugas pokok seperti memenuhi kebutuan alat-alat kesehatan dan kebutuhan instrument tambahan selama operasi berlangsung serta menjaga kesterilan alat-alat saat operasi berlangsung. Sedangkan perawat asisten memiliki tanggung jawab memberi posisi pada pasien di meja operasi, memasang pegangan lampu steril dan membantu kelancaran kegiatan pembedahan. Selanjutnya, perawat anastesi membantu terselenggaranya pelaksanaan pembiusan di ruang operasi baik sebelum tindakan pembedahan sampai setelah pembedahan.

Tim pembedahan kamar operasi terdiri dari ahli bedah, asisten ahli bedah, perawat instrumen atau scrub nurse, perawat sirkuler dan ahli anastesi. Setiap anggota tim mempunyai tanggung

jawab atau tugas masing-masing dalam setiap operasi. Untuk perawat instrumen atau scrub nurse mempunyai uraian tugas atau tanggung jawab sebelum pembedahan, selama

pembedahan dan setelah pembedahan. Perawat instrumen bertanggung jawab dalam menejemen sirkulasi dan suplai alat-alat instrumen, mengatur alat-alat yang akan dan telah digunakan serta menjaga kelengkapannya, mempertahankan integritas lapangan steril dan berbagai tanggung jawab lainnya dalam sebuah tindakan operasi (Muttaqin dan Sari, 2009).

Perawat ruang IGD dan ruang operasi dalam menjalankan tugas sesuai kompetensinya harus senantiasa memperhatikan sikap kerja yang ergonomi. Tujuan dari ergonomi adalah bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa aman, selamat, efisien, efektif dan produktif, disamping juga rasa “nyaman” serta terhindar dari bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja. (Pusparini,2005).

Namun dengan karakteristik pasien di IGD dan ruang operasi menuntut perawat bekerja dengan cepat dan tepat sehingga perawat harus memperhatikan sikap kerja yang ergonomi. Posisi netral (duduk dan berdiri secara normal) merupakan kondisi yang paling alamiah untuk bekerja dengan usaha otot dan tekanan pada sendi, tendon, dan ligamen yang paling minimum. Perawat sering bekerja dengan tuntutan posisi bungkuk, jongkok atau sikap kerja dengan pergelangan tangan menekuk,leher mendongak dan lain-lain. Sikap-sikap kerja yang melelahkan inilah yang sering menjadi keluhan pekerja. Dalam jangka panjang, sikap kerja tersebut sangat beresiko berdampak pada gangguan sistem otot rangka. Nyeri punggung atau cedera punggung merupakan bentuk Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang paling banyak ditemui akibat kegiatan angkat-angkut yang terus menerus (Iridiastadi & Yassierli,2014)

Berdasarkan usia perawat di Ruang IGD dan Ruang Operasi mayoritas adalah Perawat yang sudah berpengalaman dan memliki kompetensi khusus sehingga relatif usianya lebih tua. LBP adalah keluhan yang kaitannya erat dengan usia. Pada umumnya keluhan ini mulai dirasakan pada usia 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dimulai pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini karena umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga resiko terjadi keluhan otot meningkat (Tarwaka,2004).

Perawat di ruang IGD dan ruang operasi juga harus menjaga status gizi dan kesesuaian berat badan yang ideal untuk dapat bekerja dengan aman. Seseorang dengan berat badan berlebih maka lemak akan disalurkan dan menumpuk di abdomen, sehingga terjadilah penimbunan lemak yang berarti kerja lumbal semakin berat untuk menopang tubuh. Lalu tulang belakang semakin tertekan untuk menerima beban memudahkan terjadinya kerusakan dan bahaya pada struktur tulang tersebut (Purnamasari,dkk 2010).

Dokumen terkait