• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA SANREGO

B. Komunikasi Antarpersonal Orang Tua Dengan Anak Remaja Perokok Aktif (Studi Kasus Deskriptif Kualitatif Di Desa Sanrego

4. Sikap Positif (Positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Josep A. Devito (dalam Liliwery 1991: 13). Untuk memberikan gambaran tentang komunikasi yang mencakup rasa positif, maka dilakukan wawancara dengan informan orang tua mengemukakan bahwa :

“Iya kupercayamu biasa was-wasmua kutangabenniki denapa

nalisu, bungena wissengi ke mattoleki kudibolae hettunna maccaritaka na kuseddingi haunna timunna mappada tau fura

mattole kutanaimu aro tapi massakkaki kedena namattole”.

Artinya :

“Iya saya percaya walaupun kadang was-was kalau tengah malam

belum pulang, awalnya saya tahu dia merokok pada saat dirumah saya berbicara dan bau mulutnya seperti orang yang sudah merokok dan saya Tanya dia merokok atau tidak tapi saat itu dia

masih mengelak”.

(Hasil wawancara T, Tanggal 26 November 2019)

Hal senada juga disampaikan oleh informan lain, menyatakan bahwa:

“Kuatepperimu tapi kuarengto pengawasang, elo esso-esso kutanai aga nafigau disikolanna sibawang maga pelajaranna”.

Artinya :

“Saya percaya tapi dibarengi dengan pengawasan, hampir setiap

hari saya bertanya tentang kesehariannya disekolah dan bagaimana

pelajarannya”.

(Hasil wawancara B, Tanggal 11 Desember 2019) Sama halnya yang disampaikan oleh informan lain, bahwa :

“Iya kuatepperi anakku muggi diga lao fafurani kufauang naseha-nasehaku, masagalaka maccarita fasibukka”.

Artinya :

“Iyya saya percaya anak saya karena saya yakin dimanapun dia

berada dia akan selalu mengingat nasehat saya, iya saya jarang

berkomunikasi karena keseharian yang sibuk”.

(Hasil wawancara L, Tanggal 29 November 2019)

Berdasarkan hasil wawancara informan tersebut, mengatakan bahwa orang tua memberikan rasa positif terhadap anak mereka sehingga timbul rasa percaya diri dari anak tersebut untuk bercerita dan orang tuanya memberikan kebebasan pada anaknya akan tetapi tetap pengawasi dan mengontrol apa yang dilakukan anaknya saat berada diluar rumah sehingga tidak terjerumus ke hal yang tidak baik. Serta orang tua meluangkan waktunya dari kesibukan sehari-harinya untuk mendengarkan masalah yang sedang di hadapi anaknya sehingga anak merasa nyaman dan terbuka tentang masalahnya.

Berbeda halnya yang disampaikan oleh informan lain bahwa:

“Dena, dena kuissengi aga najama anakku disaliheng bola, dena kuengka sadar sedding kumattoleni”.

Artinya :

“Tidak, karena kita tidak tahu apa yang dikerjakan anak pada saat

diluar, saya tidak pernah sadar kalau dia sudah mulai mencoba

merokok”.

(Hasil wawancara IL, Tanggal 13 Desember 2019) Sama halnya yang disampaikan oleh AS bahwa :

“Dena kumateppe kale fadena kuullei awasi kalei muggi rilaleng

bolang dena kuullei awasi kalei, denapa kuengka mitai mattole

Artinya :

“Tidak terlalu percaya karena tidak bisa di awasi terus bahkan di

dalam rumah saya tidak terlalu mengawasi, saya tidak pernah mendapatkan dia merokok atau mencium asap rokok dari

mulutnya”.

(Hasil wawancara AS, Tanggal 11 Desember 2019).

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan lain, menyatakan bahwa :

“Iyabahang kuateppe kusilongi emmana massu, malessimua maccarita Cuma dena kuissengi kumattoleni”.

Artinya :

“Saya hanya percaya kalau dia keluar bersama orang tuanya, sering

melakukan komunikasi tapi saya tidak tahu dia merokok”. (Hasil wawancara MR, Tanggal 29 November 2019)

Berdasarkan hasil wawancara dari informan, dapat diketahui bahwa terdapat kecenderungan orang tua tidak percaya pada anaknya tanpa adanya pengawasan dari dari salah satu orang tuanya, sehingga tidak timbul rasa positif pada anak mereka yang membuat anak enggan untuk berkomunikasi dan menceritakan masalahnyamengenai dengan kebiasaan merokoknya.

Berdasarkan kesimpulan, indikator sikap positif muncul karena dalam dirinya memang memiliki niatan untuk berubah dengan menceritakan perilaku merokoknya terhadap orang tua mereka, sehingga orang tua mereka memberi saran yang baik, sebagian besar orang tua memiliki rasa positif yang timbul karena anak mereka berani untuk terbuka dan ada orang tua yang merasa sama sekali tidak memberikan rasa positif

karena tidak adanya kepercayaan kepada anak remaja mereka saat berada di luar rumah, kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh orang tua dan anak sehingga tidak dapat berjalan dengan baik dan tidak memiliki rasa positif kepada anaknya.

Berdasarkan indikator dukungan yang berkaitan dengan pendapat lain, yakni : menurut (Arifin Yanuar 2011) berfikir positif juga dapat diartikan sebagai cara berfikir yang di angkat dari hal-hal yang baik. Dalam kontek inilah berfikir positif telah menjadi sebuah sistem berfikir yang mengarahkan dan membimbing seseorang untuk meninggalkan hal-hal yang negatif yang bisa melemahkan semangat perubahan dalam jiwanya.

Kaitan teori dengan indikator rasa positif, dimana orang yang merasa positif selalu memberikan rasa positif terlebih dahulu kepada dirinya sebelum kepada orang lain sehingga pada saat orang lain menceritakan masalah pribadinya orang tersebut dapat membantunya memberikan motifasi, sehingga cocok dipadukan dengan teori Arifin Yanuar yang berfikir positif diartikan sebagai hal-hal yang baik dan mengarah untuk tidak berfikiran hal yang negatif.

5. Kesetaraan (Equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan

penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. Josep A. Devito (dalam Liliwery 1991: 13). Untuk memberikan gambaran tentang komunikasi yang mencakup Kesetaraan, maka dilakukan wawancara dengan informan orang tua mengemukakan bahwa :

“Magappang kufauang anakku famarangkalinga adamu kuengka

kufauangi jaji magappang kukontrol gau-gauna ku disaliheng bolai, Iya tabukkamu maccarita kuengka masalana”.

Artinya :

“Anak saya penurut kalau ada yang saya bilang jadi gampang saya

arahkan hanya saja saya tidak bisa mengontrol kebiasaan dia pada

saat diluar rumah, iya biasanya cukup terbuka dengan masalahnya”.

(Hasil wawancara B, Tanggal 11 Desember 2019)

Hal senada juga disampaikan oleh informan lain, menyatakan bahwa :

“Pasti kuengka kufauangi marangkalinga fa untu desyenna metodo,

kumasala sikolana malessimu maccarita biasa kuareng todo

naseha-naseha”.

Artinya :

“Pasti dia akan menurut apa yang saya bilang karena itu demi

kebaikannya, kalau masalah sekolah dia sering bercerita dan saya

memberikan nasehat”.

(Hasil wawancara IL, Tanggal 13 Desember 2019) Hal serupa dikatakan oleh MR bahwa :

“Marangkalinga kuengka kufauangi fa untu kesehatanna meto

kedena nahedding mattole taue kumarenni ufitaue, Iyaku bafa silong anana maccarita biasa magellomu maccarita tapi kumasala pribadina biasa masiri-siri”.

“Dia harus mendengarkan apa yang saya bilang karena itu untuk

kesehatan dia juga karena merokok diwaktu masih kecil tidak baik, kalau anak dan bapak bercerita hal yang biasa pastinya nyaman

hanya saja kalau bercerita hal pribadinya dia agak sungkan”.

(Hasil wawancara MR, Tanggal 29 November 2019) Sama halnya yang disampaikan informan lain bahwa :

“Dena kuissengi kuelomui nafigau faiyaro ana-ankede dena

maneng na mappada sifanna engka heddingmu dikerasi engka todo didesyeniki, kuita biasa-biasamu bahang neselomua

mabbonga-bonga”.

Artinya :

“Saya tidak tahu dia akan melakukan tapi saya memberikan dia

pemahaman yang baik karena kepribadian anak berbeda ada yang bisa dikerasi atau yang pakai cara yang baik, saya hanya melihat itu

biasa saja tapi kami kadang bercanda”.

(Hasil wawancara AS, Tanggal 11 Desember 2019) Informan T juga mengemukakan hal yang sama bahwa :

“Iyaro anakku marangkalingamu kuengka kufauangi, nulle dena na manyameng nasedding kumaccaritai fa masagala kalea maccarita”.

Artinya :

“Anak saya sih penurut kalau dikasih tau sesuatu, mungkin kurang

nyaman atau sungkan saat berkomunikasi karena kami jarang

meluangkan waktu berbicara”.

(Hasil wawancara T, Tanggal 26 November 2019)

Berdasarkan hasil wawancara dari informan tersebut, dapat disimpulkan bahwa orang tua dan anak sering meluangkan waktu untuk berkomunikasi tentang aktivitas yang telah dilakukan seharian, dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang tuanya, sehingga anak menuruti nasehat yang diberikan oleh orang tuanya sebagai bentuk yang

positif dan bermanfaat untuk dirinya sendiri dan adanya rasa nyaman untuk bercerita tentang masalahnya kepada kedua orang tuanya karena merasa didengarkan.

Berbeda halnya yang dikatakan informan lain bahwa :

“Tette nafigau muggi fura kufauang marefe kaleni kufauang

nafigau metodo hada iyaberodo fataania dilaleng bolae, masagala kalea maccarita masala pribadina iyamu kumasala biasanna biasa nasyaritamu”.

Artinya :

“Tetap melakukannya lagi walaupun sudah dikasih terguran

berkali-kali karena dia menggunakannya bukan di dalam rumah, sangat jarang dia bercerita tentang masalahnya hanya saja kalau hal

biasa dia sering bercerita”.

(Hasil wawancara L, Tanggal 28 November 2019)

Berdasarkan hasil wawancara informan tersebut, tidak adanya kesetaraan yang dilakukan antara orang tua dan anak sehingga membuat anka tersebut tetap melakukan hal yang dianggapnya benar tanpa mendengarkan lagi nasihat dan teguran dari orang tuanya yang dianggapnya terlalu keras, sehingga anak menjadi tertutup dan hanya ingin mendengar pendapatnya sendiri. Akibat tidak adanya kesetaraan dari keduanya sehingga timbul rasa canggung dan tidak nyaman untuk menceritakan masalahnya. Dapat disimpulkan bahwa teguran apapun yang diberikan oleh orang tuanya tetap saja di abaikan oleh anaknya. Bagi anak, merokok adalah hal yang sudah biasa, sehingga menjadi kebiasaan yang buruk dan kurangnya perhatian sejak awal yang di berikan oleh orang

tuanya yang menyebabkan anaknya menjadi tidak penurut dan tetap mengkomsumsi rokok.

Berdasarkan kesimpulan bahwa, indikator kesetaraan diketahui anak merasa diarahkan dengan baik, terlihat sebagian besar anak menerima dengan baik nasihat orang tua mereka sehingga orang tua dan anak remaja merasa setara dengan timbul rasa nyaman dan saling menghargai satu sama lain, dengan begitu orang tua dapat mengontrol dan anak remaja mendapat kepercayaannya kembali. Tapi ada beberapa pula orang tua tidak terbuka terhadap anaknya yang membuat anak tersebut tidak nyaman untuk menceritkan masalahnya sehingga kesetaraan keduanya tidak berjalan dengan baik dan semestinya.

Berdasarkan indikator kesetaraan yang berkaitan dengan pendapat yang lain, yakni : Menurut (Satrio, 2010 : 3) komunikasi antarpribadi yang paling sederhana di dalam keluarga. Suatu keluarga yang terdiri dari pribadi-pribadi yakni, ayah, ibu dan anak-anak. Peranan anggota keluarga dalam menciptakan suasana keluarga kuat sekali. Masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya di dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yaitu suatu kesatuan yang dibentuk oleh bagian-bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi. Agar terjadi komunikasi yang seimbang dibutuhkan pengertian oleh orang tua dan anak mengenai suatu tujuan yang diharapkan. Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, ayah dan anak, serta antara ibu dan anak.

Kaitan teori dengan indikator kesetaraan, dimana kesetaraan merasa setara dengan timbulnya rasa nyaman dan saling menghargai satu sama lain sehingga dapat dipadukan dengan teori Satrio dimana Keluarga merupakan suatu sistem yaitu suatu kesatuan yang dibentuk oleh bagian-bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi dengan baik. Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, ayah dan anak, serta antara ibu dan anak.

Berdasarkan hasil kesimpulan indikator, bahwa pentingnya bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya, menghargai dan mendengar nasehatnya sebagai ridho dunia akhirat, hal tersebut telah dijelaskan dalam hadist berikut ini :

Hadist

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, mengatakan:

ُﺖْﻟَﺄَﺳ ﱠﻰِﺒﱠﻨﻟا – ﻰﻠﺻ ﷲﮫﯿﻠﻋ ﻢﻠﺳو – ﱡىَأ ِﻞَﻤَﻌْﻟا ﱡﺐَﺣَأ ﻰَﻟِإ ِﱠ َلﺎَﻗ « ُةَﻼﱠﺼﻟا ﻰَﻠَﻋ ْﻗ َوﺎَﮭِﺘ » . َلﺎَﻗ ﱠﻢُﺛ ﱡىَأ َلﺎَﻗ « ﱠﻢُﺛ ﱡﺮِﺑ ِﻦْﯾَﺪِﻟا َﻮْﻟا » . َلﺎَﻗ ﱠﻢُﺛ ّىَأ َلﺎَﻗ « ُدﺎَﮭ ِﺠْﻟا ﻰِﻓ ِﻞﯿِﺒَﺳ ِﱠ » . َلﺎَﻗ ﻰِﻨَﺛﱠﺪَﺣ ﱠﻦِﮭِﺑ ِﻮَﻟ َو ُﮫُﺗْد َﺰَﺘْﺳا ﻰِﻧَدا َﺰَﻟ

Artinya:

“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau

shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.

Ayat Artinya :

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia [al-isra 23].

C. Faktor Pendukung Dan Pengambat Komunikasi Antar Personal

Dokumen terkait