• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ANTARPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA PEROKOK AKTIF (STUDI KASUS DESKRIPTIF KUALITATIF DESA SANREGO KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMUNIKASI ANTARPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA PEROKOK AKTIF (STUDI KASUS DESKRIPTIF KUALITATIF DESA SANREGO KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun dan diusulkan oleh :

HASRIANTI

Nomor Stambuk: 105650 0014 15

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Disusun dan Diajukan Oleh HASRIANTI

Nomor Satmbuk : 105650001415

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

v

Penelitian ini membahas tentang Komunikasi Antarpersonal orang tua dengan anak remaja perokok aktif di Desa Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone (Studi Kasus Deskriptif Kualitatif). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana komunikasi antarpersonal orang tua dengan anak remaja perokok aktif serta apa faktor pendukung dan penghambat komunikasi antarpersonal orang tua dengan anak remaja perokok aktif di Desa Sanrego. Lokasi penelitian berada di Desa Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian jenis deksriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini sebanyak 12 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah menggunakan analisis data deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya a) Keterbukaan menunjukkan bahwa komunikasi antara orang tua dan anak cukup terbuka karena rasa empati, dukungan, rasa positif dan kesetaraan yang timbul, adanya perhatian yang diberikan orang tua terhadap anaknya yang memiliki kecenderungan merokok pada usia dini, b) Faktor pendukung komunikasi anatarpersonal antara orang tua dengan anak remaja perokok aktif yaitu faktor saling keterbukaan dan faktor kedekatan yang dialami antara orang tua dengan anak remaja perokok aktif sehingga anak merasa nyaman, sedangkan faktor penghambat komunikasi antarpersonal orang tua dan anak remaja perokok aktif adalah faktor kesibukan dan faktor kurang kepercayaan yang menyebabkan antara orang tua dengan anak remaja perokok aktif.

Kata Kunci: Komunikasi Antarpersonal, Orang Tua, Anak Remaja, Perokok Aktif.

(7)

vi

SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komunikasi Antarpersonal Orang Tua Dan Anak Remaja Perokok Aktif (Studi Kasus Deskriptif Kualitatif Di Desa Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone)”.

Skripsi merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud Tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Muhammad Yahya, M.Si, selaku pembimbing I dan Ibu Wardah, S.Sos., M.A selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.

2. Ibu Dr. Hj Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. H. Muh. Tahir, M,Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Makassar senantiasa membantu dengan segala urusan skripsi saya.

4. Bapak Dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, atas segala bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama dibangku kuliah.

(8)
(9)

viii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...iii

Daftar Isi...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Masalah ...7

D. Manfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...9

A. Komunikasi Antarpersonal...9

B. Tujuan Komunikasi Antarpersonal ...12

C. Fungsi Komunikasi Antarpersonal...13

D. Komunikasi Keluarga...14

E. Komunikasi Antarpersonal Dalam Hubungan Keluarga...14

F. Perokok Aktif Anak Remaja ...16

G. Kerangka Konseptual ...24

H. Fokus Penelitian ...27

I. Deskripsi Fokus Penelitian...27

BAB III METODE PENELITIAN ...30

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...30

B. Jenis Dan Tipe Penelitian...30

C. Sumber Data ...31

D. Informasi Penelitian ...31

E. Teknik Pengumpulan Data...32

F. Teknik Analisis Data...32

(10)

ix

Kecamatan Kahu Kabupaten Bone) ...54

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Komunikasi Antarpersonal Orang Tua Dengan Anak Remaja Perokok Aktif Di Desa Sanrego ...75

BAB V PENUTUP...80

A. Kesimpulan ...80

B. Saran...82

(11)

1

Dalam kehidupan sehari – hari terutama pada keluarga dibutuhkan komunikasi yang intens agar terjalin ikatan yang erat dalam keluarga tersebut, sehingga keharmonisan dalam keluarga tetap terjalin khusus bagi orang tua dan anak remaja, terutama dalam pembinaan kedewasaan agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah. Dalam lingkungan keluarga, komunikasi sangat dibutuhkan terutama orang tua dan anak dimana komunikasi adalah alat atau media jembatan penghubung antara sesama keluarga untuk tumbuh kembang anak tersebut. Perkembangan anak pada umumya meliputi keadaan fisik, emosional dan intelektual. Jika orang tua tidak menciptakan pendidikan sejak dini pada anaknya, maka akan buruk pada perilaku anak tersebut.

Komunikasi Antarpersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang, menurut Wiryanto (Liliwery, 2015: 27). Komunikasi antar pribadi sangat penting dalam keluarga untuk tumbuh kembang anak remaja, terutama pada anak remaja yang masih berada dalam pengawasan orang tua dalam mendidik perilaku anak tersebut. Seperti saat menyimpangnya perilaku anak remaja disebabkan karena adanya faktor ekonomi yang membuat orang tua sibuk dengan pekerjaan sehingga lupa menjalankan tanggung jawabnya sebagai

(12)

orang tua dan disisi lain faktor utama adalah kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, sehingga diperlukan komunikasi yang intens dan baik agar tidak terjadi (miss communication) antara orang tua dan anak yang dapat menyebabkan anak remaja tersebut terbawa dalam pergaulan yang salah.

Berdasarkan hal tersebut perkembangan emosi anak remaja sering kali dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan dalam keluarga, terutama komunikasi orang tua dan anak, buruknya kualitas komunikasi akan berdampak pada keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga tersebut. Seperti menyimpangnya perilaku anak remaja sehingga salah dalam pergaulan.

Remaja merupakan usia yang masih sulit dalam mengambil sebuah tindakan dan keputusan tepat. Oleh karena itu, masa remaja banyak mengalami yang sifatnya ingin mencoba sesuatu yang baru atau bereksperimen tentang sesuatu yang mereka tidak tahu dampaknya, salah satunya adalah merokok dikalangan remaja yang merupakan bentuk kedewasaan yang dianggapnya merupakan hal yang patut dilakukan. Kebiasaan merokok pada kalangan anak remaja sekarang bukanlah hal yang baru lagi, umumnya sering ditemukan anak remaja yang memakai seragam sekolah memegang ataupun mengkonsumsi rokok, baik itu anak remaja pada usia (SMP ataupun SMA), merokok bersama temannya ataupun pada saat sendiri, secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Timbulnya kebiasaan merokok ini biasanya diawali dari melihat

(13)

orang sekitarnya merokok. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan merokok akan menjadi lebih dewasa. Ada pula yang merasa bahwa dengan merokok akan menimbulkan ketenangan, terlepas dari rasa takut dan gelisah (Aqib, 2010).

Pada saat anak duduk disekolah menengah awal dan menengan atas kebanyakan siswa laki-laki menggunakan rokok sebagai kegiatan sosial yang sudah tidak bisa lagi di hiraukan. Menurut mereka kebiasaan merokok adalah salah satu lambang menuju kedewasaan, yakni solidaritas kelompok, apa yang di lakukan oleh kelompok teresebut maka akan dilakukan pula. Apabila dalam suatu kelompok remaja tersebut sudah menggunakan rokok maka secara individu remaja merasa harus melakukannya juga. Anak remaja tersebut mulai menggunakan rokok karena dalam kelompok itu dirinya tidak ingin dianggap orang asing oleh temannya ketika tidak menggunakan rokok, sehingga yang awalnya bukan perokok menjadi pecandu rokok.

Bagi seorang perokok invidu, melakukan sendiri aktivitas merokok akan menimbulkan kenikmatan yang begitu nyata, sampai diberikan rasa ketenangan dan kepuasaan tersendiri sehingga setiap harinya menyisihkan uang untuk membeli rokok. Kelompok lain, khususnya anak remaja pertengahan dan atas, mereka menganggap bahwa menggunakan rokok adalah bentuk kedewasaan yang membanggakan dihadapan teman-temannya, sehingga mereka yang tidak menggunakan rokok dianggap lemah dan berjiwa perempuan. Pengetahuan mereka tentang rokok adalah

(14)

faktor utama dalam pembetukan perilaku merokok pada anak remaja dan kurangnya pengotrolan dari orang tua, seperti tidak adanya peraturan melarang merokok di bawah umur 17 dan kurangnya pengawasan lebih pada anak sehingga mereka melakukannya secara terus menerus, terlebih lagi orang tuanya pula merokok secara aktif di depan anaknya yang menyebabkan anak ingin menirukan merokok. Kurangnya Pengetahuan remaja tersebut tentang bahaya yang terkandung dalam rokok adalah faktor utama, Jika remaja menggunakan rokok maka asap yang dikeluarkan terdapat zat yang berbahaya, seperti tar yang dapat menimbulkan kanker paru-paru baik perokok aktif maupun pasif, nikotin yang dapat menyebabkan hipertensi yang di akibatkan oleh serangan jantung dan karbon monoksida yang berbahaya bagi paru-paru.

Desa Sanrego adalah Desa terluas di seluruh Kabupaten Bone, jumlah penduduk Desa Sanrego Pada akhir tahun 2018 jumlah penduduk Desa Sanrego sebanyak 4.134 jiwa dan laki-laki sebanyak 1980 jiwa sedangkan perempuan sebanyak 2154 jiwa, dimana terdapat 7 dusun di antaranya, Ujung Ale sebanyak (98), Mahung (167), Batu Tire (144), Teko (278), Berru 1 (226), Berru 2 (203), Poppai (104), jumlah keseluruhan Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.220. Anak-anak yang berusia mulai dari 11 tahun-16 tahun sebanyak 237 jiwa, dari data diatas penggunaan rokok dibawah umur sebagaian besar dari mereka telah menggunakan baik itu ditempat umum maupun ditempat tersembunyi. Mereka menggunakan

(15)

rokok masih berada pada usia yang masih tergolong dibawah umur yakni 11 tahun – 16 tahun.

Fenomena saat ini bagi laki-laki rokok sama halnya dengan makanan pokok, kebutuhan mengkonsumsi rokok sudah tidak bisa terbendungkan. Kebiasaaan merokok pada orang tua sering kali mempengaruhi perkembangan fisik anak yang dalam proses pertumbuhan yang ingin mencoba banyak hal termasuk menggunakan rokok seperti yang telah dilakukan oleh orang tuanya. Kebiasaan melihat orang tua merokok baik dalam rumah maupun diluar rumah membuat anak secara tidak langsung ingin mencoba juga baik itu didalam rumah, lingkungan sekolah, atau lingkungan sekitarnya.

Di harapkan bagi orang tua agar sering melakukan komunikasi kepada anaknya sehingga anak tersebut tidak merasa kehilangan kehangatan keluarga, memberikan perhatian dan pengawasan sehingga dapat mengontrol anak agar tidak salah dalam memilih teman yang bisa membawanya berdampak buruk pada perilakunya, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Bagi anak remaja di harapkan pula sering melakukan komunikasi dengan orang tuanya baik itu secara langsung maupun tidak langsung, sehingga tanggung jawab orang tua tetap di jalankan semestinya, dan memilih teman yang baik dan bukan perokok agar dapat terhindar dari kepergaulan bebas.

Berdasarkan masalah diatas maka penulis memilih penelitian nantinya akan dilakukan di Desa Sanrego, Kabupaten Bone. Karena dalam

(16)

wilayah tersebut memiliki tingkat perokok aktif yang lebih tinggi bahkan antara orang tua dan anak remajanya seperti tidak ada batasan mengisap rokok. Sehingga perlu dilakukan penelitian di Desa Sanrego, agar perokok aktif tidak meramba ke anak remaja lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada anak remaja perokok aktif tersebut dan mengambil permasalahan

Komunikasi Antarpersonal Orang Tua Dengan Anak Remaja Perokok Aktif Di Desa Sanrego, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone”.

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan penelitian yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Komunikasi Antarpersonal Orang Tua Dengan Anak Remaja Perokok Aktif Di Desa Sanrego ?

2. Apa Faktor Pendukung Dan Penghambat Komunikasi Antarpersonal Orang Tua Dengan Anak Remaja Perokok Aktif Di Desa Sanrego ? C. Tujuan Masalah

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dan agar penelitian ini menjadi lebih terarah secara jelas maka perlu ditetapkan tujuannya yaitu :

1. Untuk mengetahui komunikasi antarpersonal orang tua dengan anak remaja perokok aktif di Desa Sanrego ?

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi antarpersonal orang tua dengan anak remaja perokok aktif Di Desa Sanrego ?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi yang baik untuk pengembangan ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan

(18)

dengan komunikasi antarpersonal orang tua dan anak remaja perokok aktif.

b. Memberikan manfaat kepada orang tua dan anak remaja tentang bahaya yang terkandung dalam rokok dan pencegahan merokok. c. Bagi peneliti dapat memperkaya wawasan keilmuan tentang

komunikasi. 2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi untuk memahami tentang komunikasi antarpersonal orang tua dengan anak remaja perokok aktif di Desa Sanrego.

b. Bagi orang tua dapat memberikan informasi pada anaknya bahaya yang ditimbulkan oleh rokok dan memberikan pengertian dan wawasan tentang pentingnya mengetahui bahaya yang terkandung dalam rokok.

(19)

9

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communis, yang

berarti “sama” communico, communicato, atau communicare berarti

membuat sama (make to common). Jadi, komuikasi dapat terjadi apabila adanya pemahaman yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dar suatu pihak kepada pihak lain.

Menurut Hovland (Effendy, O. 2009: 10) menyatakan bahwa

“komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication

is the proces to modify the behavior of the other individuals)” salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang ataupun sekelompok orang sebagaimana yang di kehendaki komunikator, agar isi pesan dapat dimengerti, diyakini serta pada tahap selanjutnya.

Menurut Harold Lasswell (dalam Effendy 2011: 10) untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut who, say what, in which channel, to whom, with what effect? Jika diuraikan, komunikasi meliputi jawaban dari pertanyaan yang diajukan tersebut, yaitu komunikator (communicator, suorce, sender), atau pesan (massege), media (channel) komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) dan efek (effect, impact, influence).

(20)

10 lingkungan mereka.

Berdasarkan kesimpulan teori dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan saling mempengaruhi satu sama lain baik secara verbal maupun non-verbal.

B. Komunikasi Antarpersonal

Menurut Hartley (dalam Liliwery, 2015 : 26) mengatakan bahwa komunikasi antarpersonal adalah prosedur yang membuat dua orang bertukar informasi, perasaan yang disampaikan melalui pesan verbal dan non verbal. Definisi ini menggaris bawahi fakta penting bahwa komunikasi antarpersonal tidak hanya mementingkan tentang ‘apa’ diucapkan, yaitu, bahasa yang digunakan, tapi ‘bagaimana’ cara bahasa itu diucapkan, misalnya, pesan nonverbal yang dikirim, seperti ada suara dan ekspresi wajah. Komunikasi antarpersonal sebagai komunikasi yang memiliki karakteristik khas sebagai berikut: (1) komunikasi dari satu orang kepada satu orang lain, (2) komunikasi yang terjadi secara tatap muka, (3) komunikasi yang mencerminkan bentuk dan isi komunikasi yang bersifat interaksi antarpersonal, dan (4) dengan komunikasi yang mengutamakan karakteristik individu, peran individu dalam relasi sosial di antara mereka.

(21)

Menurut Nina W. Syam (2011) berpendapat komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaiakan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? Mengatakan apaa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat atau hasil apa? Who? Say what? In which channel? To whom? With what effect.

Menurut (Devito, 2011: 280) Komunikasi antarpribadi atau antarpersonal ialah merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

Menurut (Suranto Aw, 2011: 3) komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antar pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media, sedangkan komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya pengguna media tertentu.

Berdasarkan penjelasan teori dapat disimpulkan bahwa, komunikasi antarpersonal adalah proses penyampaian pesan komunikator kepada komunikan dengan tujuan mendapatkan feedback baik secara verbal maupun non-verbal sehingga terjalin komunikasi yang efektif. Berbeda halnya yang disampaikan oleh teori seabgai berikut :

Menurut (Satrio, 2010: 3) komunikasi antarpribadi yang paling sederhana di dalam keluarga. Suatu keluarga yang terdiri dari

(22)

pribadi-pribadi yakni, ayah, ibu dan anak-anak. Peranan anggota keluarga dalam menciptakan suasana keluarga kuat sekali. Masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya di dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yaitu suatu kesatuan yang dibentuk oleh bagian-bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi. Agar terjadi komunikasi yang seimbang dibutuhkan pengertian oleh orang tua dan anak mengenai suatu tujuan yang diharapkan. Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, ayah dan anak, serta antara ibu dan anak.

Menurut (Mulyana 2009: 81) mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang menungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verval. Bentuk khusus dari komunikasi ini adalah diadik yang melibatkan hanya dua orang, seperti dua sejawat, suami istri, dua sahabat, dan seterusnya.

Menurut Miller (dalam Liliweri, 2015: 26) komunikasi antarpersonal telah didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi pada basis tertentu dengan jumlah partisipan tertentu. Komunikasi antarpersonal terjadi antara dua orang ketika mereka mempunyai hubungan yang dekat sehingga mereka bisa segera menyampaikan umpak balik segera dengan banyak cara.

Menurut (Suranto Aw, 2011: 71) Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang mempunyai efek yang besar dalam hal

(23)

mempengaruhi orang lain terutama perindividu. Hal ini disebabkan, biasanya pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi bertemu secara langsung, tidak menggunakan media dalam penyampaian pesannya sehingga tidak ada jarak yang memisahkan antara komunikator dengan komunikan (face to face). Oleh karena itu saling berhadapan muka, maka masing-masing pihak dapat langsung mengetahui respon yang diberikan, serta mengurangi tingkat ketidakjujuran ketika sedang terjadi komunikasi.

Menurut Cangara (2012: 36) adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Komunikasi antarpribadi terbagi menjadi dua macam, yakni komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka.

Berdasarkan penjelasan beberapa teori dapat disimpulkan bahwa, komunikasi antarpersonal adalah komunikasi antara dua orang yang memiliki hubungan dekat, komunikasi dilakukan dengan cara bertatap muka sehingga menghasilkan respon secara langsung. Komunikasi ini berjalan dua arah atau saling memberikan umpan balik satu sama lain yang menghasilkan komunikasi yang efektif antara keduanya.

Dalam buku tertulis komunikasi antarpribadi (Josep A. Devito, 2011) Menurut Liliweri (1991 : 13), ciri ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu: adalah keterbukaan ( openness), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan (equality).

(24)

a. Keterbukaan (openness)

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal.

Pertama, komunikator anterpersonal yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebalikanya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar.

Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya. b. Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut

(25)

pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal.

c. Dukungan (supportiveness)

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Hubungan anterpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik. d. Rasa Positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain bukan memberikan pikiran negatif sehingga timbul rasa kesetaraan (Liliweri, 1991: 13)

(26)

C. Tujuan Komunikasi Antarpersonal

Tanpa membedakan perbedaan komunikasi pada semua level maka pada prinsipnya semua komunikasi, mulai dari komunikasi antarpersonal, kelompok, organisasi, publik dan komunikasi massa, mempunyai fungsi dan tujuan yang sama sebagai berikut :

1) Mengenal Diri Sendiri Dan Orang Lain

Dengan komunikasi antarpribadi kita dapat mengenal diri karena komunikasi antarpribadi kita dapat mengetahui bagaimana persepsi orang lain terhadap kita, apakah lebih cenderung pada positif atau negatif, selain itu dengan komunikasi antarpribadi kita akan mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain.

2) Mengetahui Dunia Luar

Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik, dan informasi itu sebagian mungkin kita miliki saat ini dari interaksi antarpribadi. Ada sebagian informasi kita peroleh dari media massa dan informasi tersebut akan kita bicarakan dan diinternalisasikan kembali melalui interaksi antarpribadi, hal ini akan dapat merubah sikap dan keyakinan kita terhadap berbagai informasi tersebut. Dengan demikian nilai, keyakinan, sikap dan perilaku banyak dipengaruhi oleh komunikasi antarpibadi dibandingkan dengan media massa. Sehingga pengaruh dunia luar terpengaruh bagi komunikasi yang terjalin dipengaruhi oleh media massa.

(27)

3) Menciptakan Dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna

Diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang lain ingin menciptakan hubungan dekat dengan orang orang. Dengan kata lain setiap orang ingin dihargai, disayang, serta dicintai, selain itu juga menyukai dan menyayangi orang lain. Tanpa komunikasi antarpribadi atau interaksi pribadi tak mungkin semua dapat diwujudkan.

4) Mengubah Sikap Dan Perilaku

Dalam komunikasi antarpribadi kita sering berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Dengan sikap dan perilaku yang sering diperlihatkan dalam interaksi antarpribadi akan mempengaruhi orang. 5) Bermain Dan Mencari Hiburan

Komunikasi antarpribadi kita dapat memperoleh hiburan atau kesenangan dengan membicarakan hal yang menarik dan hal-hal yang lucu. Dengan interaksi antapribadi kita dapat memperoleh hiburan. 6) Membantu

Seseorang yang membutuhkan bantuan psikiater atau konseling hanya dapat dilakukan dengan baik dengan komunikasi antarpribadi dalam suatu interaksi komunikasi antarpribadi yang dijalin dengan sangat ramah dan tenang menyentuh permasalahan utamanya tanpa mengurangi kepekaaan terhadap persaan orang tersebut agar tidak merasa sendiri dalam emnghadapi masalahnya itu, oleh karena itu perlu kepekaan yang nyata.

(28)

D. Fungsi Komunikasi Antarpersonal

Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai tujuan dimana komunikasi untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi, dan sosial.

Menurut Enjang (2009: 77-79) komunikasi antarpersonal memiliki fungsi, yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis. Dengan komunikasi antarpersonal, kita bisa memenuhi kebutuhan sosial atau psikologis kita.

2. Mengembangkan kesadaran diri. Melalui komunikasi antarpersonal akan terbiasa mengembangkan diri.

3. Matang akan konvensi sosial. Melalui komunikasi antarpersonal kita tunduk atau menantang konvensi sosial.

4. Konsistensi hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi antarpersonal kita menetapkan hubungan kita, kia berhubungan dengan orang lain, melalui pengalaman dengan mereka, dan melalui percakapan-percakapan bersama mereka.

5. Mendapatkan informasi yang banyak. Melalui komunikasi antarpesonal kita juga akan memperoleh informasi yang lebih akurat dan tepat waktu merupakan kunci membuat keputusan efektif.

(29)

E. Unsur-unsur Komunikasi Antapersonal

Menurut Lasswell cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan

komunikasi ialah menjawab pertanyaan: “siapa yang menyampaikan, apa

yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya (Mulyana, 2011: 69-72). Yakni:

1. Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi.

2. Pesan (massage) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa, gambar, dan sebagainya. Bahasa terbagi dua yaitu bahasa verbal dan non-verbal.

3. Media (channel) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikasi jauh tempatnya banyak jumlahnya, maka diperlukan media sebagai menyampaian pesan contohnya melalui pesan elektronik yang bisa disalurkan oleh komunikator kepada komunikan.

4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, receipent) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.

5. Efek (effect, import, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan yang diberikan oleh komunikator yang memberikan pesan untuk komunikan yang bertujuan untuk mengharapkan respon.

F. Proses Komunikasi Antarpersonal

Proses komunikasi antarpersonal yang tersusun dari banyak proses yang saling terkait, terdiri dari produksi pesan, pengolahan pesan, koordinasi

(30)

interaksi, dan persepsi sosial. Produksi pesan adalah proses menghasilkan perilaku verbal dan non verbal yang dimaksudkan untuk menyampaikan sesuatu keadaan batin kepada orang lain guna mencapai tujuan sosial.

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan suatu kata atau lebih, secara fungsional dan formal. Secara fungsinoal, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Menekankan dimiliki bersama karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan diantara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakan. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat terbayangkan, yang dapat diubah menurut peraturan tata bahasa. Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa:

1. Vocabulary (perbendaahan kata-kata) 2. Racing (kecepatan)

3. Intonasi suara 4. Humor

5. Singkatan dan jelas 6. Timing (waktu yang tepat 2. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis (Mulyana, 2009: 347).

(31)

Lebih jauh, bahasa nonverbal tanpa kita sadari akan menggambarkan karakter kita secara kasat mata. Lewat perilaku nonverbal, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang. Kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan perilaku nonverbal, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Meskipun berbeda, namun ada keterkaitan yang erat antara bahasa verbal yang digunakan oleh suatu masyarakat dengan bahasa nonverbalnya. Ada dugaan bahwa bahasa nonverbal sebangun dengan bahasa verbalnya. Artinya, pada dasarnya suatu kelompok yang punya bahasa verbal yang khas.

G. Komunikasi Keluarga

1) Pengertian komunikasi keluarga

Menurut (Kusdwirarti Setiono, 2011) adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga termasuk adalah ibu, bapak dan anak-anaknya.Dalam al-qur’an dijumpai beberapa kata yang mengarah

pada “keluarga”. Ahlul bait disebut keluarga rumah tangga

Rasulullah SAW (Al-Ahzab). Wilayah kecil adalah ahlul bait dan wilayah meluas bisa dilihat dalam alur pembagian harta waris. Keluarga perlu dijaga (At-Tahrim). Menurut Abu Zahra bahwa institusi keluarga mencakup suami, istri, anak-anak dan keturunan mereka, dan mencakup pula saudara kakek, nenek, paman, dan bibi serta anak mereka (sepupu).

(32)

2) Hubungan Keluarga Dalam Komunikasi Antarpersonal

Keluarga merupakan organisasi paling kecil dalam kehidupan sosial. Organisasi ini dibentuk oleh sepasang pria dan wanita yang bertindak sebagai kepala keluarga disebut sebagai orang tua. Kedua orang tua saling berhubugan untuk membesarkan keturunan mereka. Cara orang tua berinteraksi dengan anaknya akan tercermin dan sikap perilaku seorang anak. Meskipun dampaknya tidka terlihat secara langsung. Teman sepermainan seorang anak adalah saudara kandungnya sendiri baik laki-laki atau perempuan. Interaksi yang terjalin tersebut seorang anak akan memperoleh pelajaran berharga bagaimana iya akan menjalin hubungan dengan teman dan orang lain nantinya.

Menurut Fitzpactrick dan koleganya komunikasi keluarga tidak terjalin secara acak, tetapi sangat berpola berdasarkan skema-skema ini terdiri atas pengetahuan tentang ( Kurniawati, 2014: 48-49) :

1. Seberapa dekat keluarga tersebut 2. Tingkat individualitas dalam keluarga

3. Faktor eksternal dalam keluarga, misalnya teman, jarak geografis, pekerjaan dan masalah lainnya di luar keluarga.

Di samping pengetahuan tersebut, sebuah skema keluarga akan mencakup bentuk orientasi atau komunikasi tertentu. Ada dua tipe yang menonjol: pertama, adalah orientasi percakapan (conversation orientation) dan kedua, orientasi kesesuaian (conformity orientation). Beragam skema

(33)

akan menciptakan tipe-tipe keluarga yang berbeda. Fitzpatick (dalam Kurniawati, 2014: 49-52) mengenali empat tipe :

a. Tipe konsensual, yaitu tipe keluarga yang memilki tingkat percakapan dan kesesuaian yang tinggi. keluarga konsensual sering berbicara, tetapi pemimpin keluarga biasanya salah satu orang tua yang membuat keputusan.

b. Tipe pluralistis, yaitu tipe keluarga yang tinggi dalam percakapan, tetapi rendah dalam kesesuaian. Tipe pluralistis memiliki banyak kebebasan percakapan, tetapi pada akhirnya akan membuat keputusan sendiri tentang tindakan apa yang harus diambil berdasarkan pembicaraan tersebut.

c. Tipe protektif, yaitu tipe keluarga yang cenderung rendah dalam percakapan, tetapi tinggi dalam kesesuaian, terdapat banyak kepatuhan, tetapi sedikit berkomunikasi, dalam hal tersebut tipe protektif tidak berjalan dengan baik sehingga komunikasi menjadi tidak efektif.

d. Tipe laissez-faire atau toleran, yaitu tipe keluarga yang rendah dalam percakapan dan rendah dalam kesesuaian. Tipe keluarga ini tidak suka ikut campur dan keterlibatan yang rendah. Anggota keluarga ini sangat tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lain dan mereka benar-benar tidak mau membuang-buang waktu untuk membicarakannya.

(34)

H. Perokok Aktif Anak Remaja 1. Pengertian Remaja

Menurut (Sarwono, 2011) remaja merupakan proses seseorang mengalami perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas merupakan masa dimana remaja mengalangi kematangan seksual dan organ reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Masa pematangan fisik pada remaja wanita ditandai dengan mulai haid, sedangkan laki-laki ditandai dengan mengalami mimpi basah.

Menurut (Krori, 2011) Masa remaja merupakan suatu periode penting dari rentang kehidupan, suatu periode transisional, menyeramkan (dreaded) masa Unrealisme dan ambang menuju kedewasaan.

Menurut (Hurlock, 2011) Remaja memiliki artian yang sangat luas dari segi fisik, psikologi, dan sosial. Secara psikologis remaja adalah usia seseorang yang memasuki proses menuju usia dewasa. Masa remaja merupakan masa dimana remaja tidak merasa bahwa dirinya tidak seperti anak-anak lagi dan merasa bahwa dirinya sudah sejajar dengan orang lain di sekitarnya walaupun orang tersebut lebih tua.

Menurut (Tirtosastro, 2010) kandungan kimia tembakau yang sudah teridentifikasi jumlahnya mencapai 2.500 komponen. Dari jumlah tersebut sekitar 1.100 komponen diturunkan menjadi

(35)

komponen asap secara langsung dan 1.400 lainnya mengalami dekomposisi atau terpecah, bereaksi dengan komponen lain dan membentuk komponen baru. Di dalam asap sendiri terdapat 4.800 macam komponen kimia yang telah teridentifikasi, telah di indetifikasi komponen kimia rokok yang berbahaya bagi kesehatan, yaitu: tar, nikotin, gas CO, dan NO yang berasal dari tembakau.

Menurut Mansur & Budiarti (2014: 77) dalam tumbuh kembang menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :

a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence) : Usia 11-13 tahun. b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : Usia 14-16 tahun. c. Masa remaja lanjut (late adolescence) : Usia 17-20 tahun.

2. Aspek-Aspek Merokok

Aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang (Dalam Nasution 2007), yaitu :

a. Fungsi merokok dalam: kehidupan sehari-hari ditunjukkan dengan perasaan yang dialami siperokok, seperti perasaan yang postif maupun perasaan negatif.

b. Intensitas Merokok

1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari

2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari

(36)

3. Perokok ringan menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari c. Tempat Merokok

Tipe perokok berdasarkan tempat ada dua (Mu’tadin, 2002 Dalam

Poltekes Depkes Jakarta I, 2012) yaitu :

1. Merokok di tempat-tempat umum atau ruang publik a. Kelompok homogen (sama-sama perokok)

Mereka menikmati kebiasaan merokok secara bergerombol. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di area merokok (smoking area). b. Kelompok yang heterogen

Kelompok ini biasanya merokok di antara orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain. Mereka yang berani merokok di tempat tersebut tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, tidak mempunyai tata karma, tertindas kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tidak langsung mereka tega menyebar

“racun” kepada orang lain yang tidak bersalah.

2. Merokok Ditempat-tempat Yang Bersifat Pribadi a. Kantor atau di kamar tidur pribadi

Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.

(37)

b. Toilet

Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi atau menikmati kesendiriannya selagi menggunakan rokok tanpa diganggu atau terganggu dari orang lain.

3. Waktu merokok

Perilaku merokok dipengeruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika saat berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah dimarahi orang, dll.

3. Kebutuhan Masa Remaja

Kebutuhan fisik, sosial, dan emosional pada masa remaja antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan akan kasih sayang

Kebutuhan kasih sayang meliputi menerika kasih sayang dari keluarga, orang lain, pujian atau sambutan hangat dari teman-teman, menerima penghargaan atau apresiasi dari guru.

b. Kebutuhan ikut serta dan diterima kelompok

Menyatakan efeksi kepada kelompok, turut memikul tanggung jawab, kelompok, serta menyatakan kesediaan pada kelompok. c. Kebutuhan berdiri sendiri

Remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungannya bahwa dia mampu melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan oleh

(38)

orang dewasa, serta dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakannya.

d. Kebutuhan untuk berprestasi

Remaja memiliki dorongan untuk mengembangkan potensi dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psikofisis.

e. Kebutuhan pengakuan dari orang lain

Kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain. Remaja membutuhkan pengakuan akan kemampuannya. f. Kebutuhan untuk dihargai. Mansur & Budiarti (2014: 76-77) 4. Pengertian Rokok

Menurut (KBBI, 2016), Rokok adalah gulungan tembakau kira-kira sebesar jari kelingking yang dibungkus daun nipah atau kertas. Rokok adalah produk tembakau yang penggunaannya dengan cara dibakar dan dihisap asapnya dan atau dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Menurut Imarina (Latief, 2015), mengemukakan bahwa rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Ada dua jenis rokok, yaitu berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari busa serabut sintesis yang berfungsi menyaring nikotin.

(39)

Menurut (Kemenkes RI, 2012), merokok adalah salah satu kegiatan membakar atau menghisap asap rokok dan merupakan salah satu penyebab gangguan kesehatan dan penyebab kematian. Rokok yang dikonsumsi menghasilkan asap rokok yang berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi secara rutin, walau itu hanya satu batang dalam sehari atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok cuman sekedar menghembuskan asap walau tidak dihisap masuk ke dalam paru-paru. (Kemenkes RI, 2012).

Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok. (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, remaja perokok aktif adalah remaja yang berusia 11-16 tahun yang secara intens mengkomsumsi rokok sehingga dapat dikatakan sebagai perokok aktif, terdapat bahaya dalam kandungan rokok yang dapat menimbulkan kesehatan terganggu dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Tomkins dalam Al Bachri, 1991 (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012), berdasarkan manajement of affect theory, ada empat tipe perilaku merokok. Empat hal yang dimaksud kempat tersebut sebagai berikut:

(40)

a. Perokok Yang Dipengaruhi Oleh Perasaan Positif

Mereka berpendapat bahwa dengan merokok mereka akan merasakan penambahan rasa yang positif. Green (Triyanti) Psychogical faktor in smoking menambahkan 3 subtipe :

1) Pelasurereaxation, perilaku merokok hanya menambahkan atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapatkan dari, misalkan merokok setelah minum kopi atau makan. 2) Stimulation topick themup, perilaku merokok hanya dilakukan

untuk sekedar untuk menyenangkan perasaan.

3) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang di peroleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan menghisapnya hanya membutuhakn waktu beberapa menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebulum menyalakan dengan api.

b. Perilaku Perokok Yang Dipengaruhi Oleh Perasaan Negatif

Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasan negatif. Misalnya bila marah, cemas atau gelisah. Rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bisa perasaan merasa tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaaan yang lebih tidak enak jadi alasan mereka merokok

(41)

adalah untuk mencari ketenangan dari perilaku merokoknya tersebut.

c. Perilaku Perokok Adiktif

Green menyebutkan sebagai kecanduan secara psikologis (psychological addictin). Mereka yang sudah kecanduan akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka pada umumnya akan keluar rumah membeli rokok. Walaupun tengah malam sekalipun, karena khawatir rokok tidak tersedia saat ia menginginkannya. d. Perilaku Rokok Yang Sudah Menjadi Kebiasaan

Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah benar-benar kebiasaan rutin.

I. Kerangka Pikir

Menurut Josep A. Devito, ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan (openness), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan (equality).

Dimana komunukasi antarpribadi dibutuhkan dalam kedekatan hubungan antara orang tua dan anak, remaja yang saat ini masih labil dalam mengambil keputusan sehingga dibutuhkan rasa keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan dari orang tuanya agar anak tersebut tidak terjemus dalam hal yang salah. Keterbukaan antara orang tua dan anaknya harus terjalin dalam kehidupan keluarga, sehingga anak

(42)

remaja memiliki rasa nyaman untuk bercerita kepada kedua orang tuanya. Empati, adanya rasa kepekaan dari kedua orang tuanya sehingga anak merasa nyaman dalam menceritakan masalahnya dan memberikan kepercayaan baik saat berada didalam rumah maupun saat berada diluar rumah. Saat anak mengalami masalah orang tua memberikan rasa peduli kepada anaknya sehingga anak merasa diperhatikan saat mendapatkan masalah. Dukungan, adanya dukungan yang diperlihatkan orang tua pada anaknya yang membuat anak memiliki rasa nyaman dan mendapatkan perlindungan saat menghadapi masalah.

Rasa positif, orang tua memberikan rasa positif terlebih dahulu kepada dirinya, sehingga saat anak menceritakan masalahnya orang tua tidak langsung memberikan hukuman akan tetapi dengan memberikan motivasi serta nasehat yang baik. memberikan rasa kepercayaan pada anak membuat anak merasa diperhatikan saat mendapatkan masalah, sehingga tidak melakukan hal salah saat berada di luar rumah.

Serta kesetaraan dalam keluarga diperlukan untuk merasa saling menghargai satu sama lain sehingga anak tidak merasa ada perbandingan dengan orang tuanya. mendengarkan masalah yang sedang dihadapi anak tersebut kemudian memberikan nasehat. Adanya pengakuan secara diam-diam antara orang tua dan anak tanpa harus memperlihatkan sikap keduanya bahwa mereka menghargai satu sama lain pendapatnya. Pengakuan secara diam-diam tidak mesti dalam bentuk lisan tetapi dalam bentuk tindakan atau sikap.

(43)

Gambar I Skema Kerangka Pikir

Komunikasi Antarpersonal Orang Tua Dengan Anak Remaja Perokok Aktif (Studi Kasus Deskriptif Kualitatif Di Desa Sanrego, Kecamatan Kahu,

Kabupaten Bone) Faktor Penghambat 1. Faktor kesibukan 2. Faktor kurang kepercayaan Faktor Pendukung 1. Faktor saling keterbukaan 2. Faktor kedekatan Komunikasi antarpersonal orang tua dengan anak, Menurut Josep A. Devito :

a. Keterbukaan (oppenes) b. Empati (empathy) c. Dukungan (supportiveness) d. Sikap positif (positiveness) e. Kesetaraan (equality) Komunikasi antarpersonal yang belum optimal

(44)

J. Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka fokus penelitian tentang

“Komunikasi Antarpersonal Orang Tua Dengan Anak Remaja Perokok

Aktif (Studi Kasus Deskriptif Kualitatif Di Desa Sanrego, Kecamatan

Kahu, Kabupaten Bone)” adalah sebagai berikut:

1. Keterbukaan (oppenes) 2. Empati (empathy)

3. Dukungan (sup ortiveness) 4. Sikap positif (positiveness) 5. Kesetaraan (equality) K. Deksripsi Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada anak remaja perokok aktif di Desa Sanrego, Kabupaten Bone tersebut dengan fokus penelitian tentang bagaimana komunikasi antarpersonal orang tua dengan anak remaja perokok aktif dan apa mencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecanduan merokok anak remaja di Desa Sanrego dipengaruhi oleh ciri komunikasi yakni:

1) Keterbukaan (openness)

Dimana kedua belah pihak antara orang tua dan anak saling terbuka satu sama lain. Khususnya anak yang sedang menghadapi masalah, sehingga pada saat mendapatkan masalah anak tersebut tidak sungkan untuk menceritakan masalahnya yang menggunakan rokok.

(45)

2) Empati (empathy)

Adanya kemampuan orang tua mengetahui bahwa anaknya sedang menghadapi masalah.

3) Dukungan (supportiveness)

Dimana pada saat anak sedang menghadapi masalah, orang tua memberikan motivasi serta dukungan berupa nasehat atau teguran, sehingga anak tidak merasa sendirian saat sedang menghadapi masalah.

4) Rasa Positif (positiveness)

Dimana orang tua terlebih dahulu memberikan rasa positif pada dirinya sendiri sebelum kepada anaknya, sehingga pada anak bercerita tentang masalah yang dihadapinya terutama penggunaan rokoknya orang tua mampu memberikan motifasi dan nasehat yang baik.

5) Kesetaraan (equality)

Adanya pengakuan secara diam-diam antara orang tua dan anak seperti adanya rasa nyaman, rasa saling membutuhkan, saling menghargai satu sama lain. Pengakuan secara diam-diam tidak harus ditandai dengan berupa lisan tetapi bisa berupa dalam bentuk tindakan atau sikap.

(46)

36 A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu dan lokasi yang di perlukan penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan setelah diseminarkannya proposal penelitian ini. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Sanrego, Kecamatan Kahu, yang termasuk dalam area Kabupaten Bone. Penelitian ini dilakukan di sekitar Desa Sanrego, alasan penulis memilih penelitian dilokasi tersebut di karenakan tempat yang strategis dan mendukung terlebih lagi di daerah tersebut anak remaja perokok aktif tergolong lebih tinggi ketimbang desa lainnya, yang memiliki anak remaja perokok aktif

Penelitian ini mendeksripsikan dan menganalisis data yang berkaitan dengan judul penelitian “Komunikasi Antarpersonal Orang Tua Dengan Anak Remaja Perokok Aktif (Studi Kasus Deskriptif Kualitatif Di Desa Sanrego, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone)”.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu peneliti mengklasifikasi, mendeskripsikan dan melakukan wawancara mendalam terhadap objek peneliti. Sedangkan tipe penelitian deksriptif yaitu bentuk penelitian yang meneliti fenomena khusus yang hadir ditengah konteks yang terbatas. Maksud dari penelitian ini mengumpulkan dan mendapatkan data yang mendalam secara langsung

(47)

dari lokasi penelitian dan memberi gambaran jelas mengenai masalah yang diteliti.

C. Sumber Data

1. Data primer, adalah wawancara mendalam dengan mewawancarai dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan secara langsung dengan mendalam mengenai info yang dibutuhkan peneliti.

2. Data Sekunder, adalah studi kepustakaan dengan mengumpulkan dari literatur, buku-buku, arsip, dokumen, majalah dan hasil yang terkait. D. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan dilakukan dengan purposive sampling yaitu sengaja memilih orang-orang yang dianggap paling mengetahui dan dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelitian agar mendapat data yang akurat dan akuntabel. Teknik purposive sampling menetapkan ciri-ciri yang sudah di ketahui sebelumnya.

Informan yang paling dianggap tepat dapat memberikan informasi yang sesuai adalah usia 11-16 tahun yang di anggap perokok aktif berada pada Desa Sanrego. Peneliti memilih lokasi tersebut karena di daerah tersebut adalah tempat yang strategis dan mendukung untuk melakukan penelitian karena penggunaan rokok di kalangan anak remaja di desa tersebut lebih banyak dan lebih dominan pengguna rokok dibandingkan desa lainnya. Berikut adalah informan yang akan diteliti yakni, orang tua sebanyak (6) orang, anak- anak usia 11-16 tahun sebanyak (6) orang.

(48)

Tabel 1. Data Informan Penelitian

No Nama Status/jabatan Inisial Keterangan

1. Mahmud Husain, ST Kaur Umum & Perencanaan

MH 1 Orang

2. Alif Saputra Pelajar AS 1 Orang

3. Akbar Pelajar A 1 Orang

4. Abd. Asiz Pelajar AA 1 Orang

5. Bahri Pelajar B 1 Orang

6. Ilyas Pelajar I 1 Orang

7. Laming Pelajar L 1 Orang

8. Muhammad Rafli Petani MR 1 Orang

9. Nasrullah Petani N 1 Orang

10. Sahril Petani S 1 Orang

11. Sahrul Petani S 1 Orang

12. Tomi Adam Petani TA 1 Orang

13 Tuo Petani T 1 Orang

(49)

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti di Desa Sanrego, Kabupaten Bone.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada informan, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam, di Desa Sanrego Kabupaten Bone.

3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung diajukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer (dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa), dan dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain selanjutnya ditulis oleh orang ini). Di Desa Sanrego Kabupaten Bone.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh, aktivitas data tersebut adalah reduksi data (data reduction), penyajian data (data dispalay), conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2013).

1. Data reduction (redaksi kata), reduksi adalah analisis data yang dilakukan dengan memilih hal-hal pokok, mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang diperoleh dalam

(50)

lapangan dituliskan/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci.

2. Data display (penyajian data), selanjutnya data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat narasi.

3. Conclusion drawing/verification, langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari data yang diperoleh kemudian dikategorikan, dicari tema dan polanya kemudian ditarik kesimpulannya. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. G. Teknik Pengabsahan

Dalam penelitian kualitatif, data bisa dikatakan akurat apabila terjadi keselarasan antara yang dilaporkan dengan apa yang perbedaan antara yang sesungguhknya terjadi pada objek penelitian. Untuk menguji kebenaran informasi pada metodologi ini dapat digunakan uji kredibilitas. Menurut (Sugiyono, 2013). Yang menguji kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

1. Perpanjangan Pengamatan

Hal yang dilakukan ketika peneliti masih menemukan kekeliruan dari hasil penelitiannya sehingga bisa mendapatkan informasi yang lebih

(51)

akurat lagi dari apa yang sudah didapatkan sebelumnya, hal ini juga akan mempererat hubungan emosional antara peneliti dan masyarakat yang menjadi objek penelitiannya.

2. Meningkatkan Ketekunan

Lebih mencermati lagi hal yang ingin diteliti dengan cara lebih memfokuskan diri dari pada hal yang ingin diteliti sehingga lebih sistematis dan lebih cermat lagi untuk melihat apakah data yang digunakan di kumpulkan itu benar atau salah.

3. Triangulasi

Pengujian kebenaran informasi dengan berbagai cara dan berbagai kondisi berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan berbagai cara. Hal ini dilakukan dengan tiga cara yakni :

a. Triangulasi data dapat dilakukan dengan cara mengecek data dari beberapa sumber tersebut, data dideskripsikan dan dikategorikan berdasarkan pandangannya sama atau tidak. b. Triangulasi teknik yang dilakukan dengan cara mengecek

kebenaran data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan waktu atau situasi yang berbeda.

4. Analisis Kasus Negative

Analisis kasus yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kasus yang sebenarnya dalam jangka waktu yang tertentu apabila pada

(52)

waktu itu tidak ditemukan lagi data yang lain atau data yang bertentangan maka data yang diperoleh dianggap benar dan menjadikan sebagai referensi.

5. Menggunakan Bahan Referensi

Hal ini dilakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar ataupun suara rekaman antara peneliti dan informan sehingga ada pembuktian yang kongkret bahwa peneliti betul-betul melakukan penelitian dan data yang dikumpulkan adalah data berdasarkan penelitian bukan hanya asumsi peneliti atau opini.

6. Mengadakan Membercheck

Hal ini dilakukan berupa pengevaluasian data kembali oleh peneliti atas data yang diperoleh dari informan apakah jawaban yang diberikan informan sesuai dengan pernyataan peneliti atau tidak sehingga data yang terkumpul lebih kredibel lagi sehingga data yang diperoleh adalah data yang akurat.

(53)

43

Kabupaten Bone adalah salah satu daerah otonom di Provinsi Sulaweisi Selatan. Ibu kota Kabupaten Bone ini terletak dikota Watampone. Berdasarkan data Kabupaten Bone dalam angka tahun 2015 yang diterbitkan oleh badan pusat statistik Kabupaten Bone, jumlah penduduk Kabupaten Bone tahun 2015 adalah 738.515 jiwa, terdiri atas 352.081 laki-laki dan 386.434 perempuan. Dengan luas wilayah Kabupaten Bone sekitar 4.559 km2 persegi, rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bone adalah 162 jiwa per km2.

1. Batas Wilayah Kabupaten Bone

a. Sebelah Utara : Kabupaten Wajo, Soppeng b. Sebelah Timur : Teluk Bone

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sinjai, Gowa

d. Sebalah Barat : Kabupaten Maros, Pangkep, Barru

Kabupaten Bone terdiri 27 kecamatan, 44 kelurahan dan 328 desa. Pada tahun 2017, Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.559,00 km2 dan jumlah penduduk sebesar 866.245 jiwa dengan sebaran penduduk 190 jiwa/km2, daftar kecamatan diantaranya adalah :

1. Kecamatan Ajangale 2. Kecamatan Amalia 3. Kecamatan Awangpone

(54)

4. Kecamatan Barebbo 5. Kecamatan Bengo 6. Kecamatan Bontocani 7. Kecamatan Cenrana 8. Kecamatan Cina

9. Kecamatan Bua Boccoe 10. Kecamatan Kahu 11. Kecamatan Kajuara 12. Kecamatan Lamuru 13. Kecamatan Lappariaja 14. Kecamatan Libureng 15. Kecamatan Mare 16. Kecamatan Palakka 17. Kecamatan Patimpeng 18. Kecamatan Ponre 19. Kecamatan Salomekko 20. Kecamatan Sibulue

21. Kecamatan Tanete Riattang 22. Kecamatan Tanete Riattang Barat 23. Kecamatan Tanete Riattang Timur 24. Kecamatan Tellu Limpoe

25. Kecamatan Tellu Siattinge 26. Kecamatan Tonre

(55)

27. Kecamatan Ulaweng

Desa Sanrego merupakan salah satu desa dari sembilan belas desa yang ada di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Desa Sanrego adalah desa terluas di Kabupaten Bone yang terdiri terdiri atas (7) dusun yakni Dusun Mahung, dusun Batu Tire, dusun Teko, dusun Berru 1, dusun Berru 2, dusun Poppai dan Dusun Ujung Ale. Sanrego adalah salah satu Desa penghasil produk-produk pertanian dan perkebunan.

2. Gambaran Topografi

Desa Sanrego merupakan salah satu desa dari 19 (sembilan belas) desa dan 1 (satu) kelurahan yang ada di Kecamatan Kahu yang terletak + 11 (sebelas) km dari ibukota Kecamatan dan + 120 (seratus dua puluh ) km dari ibukota Kabupaten Bone.

Wilayah Desa Sanrego dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan roda empat.Luas wilayah Desa 1.091 Ha sekitar 19,1 km2. Adapun batas-batas wilayah Desa Sanrego sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dangan Desa Tompong Patu

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bonto Padang/Kec. Bonto Cani

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Palakka d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tompong Patu

Desa Sanrego memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Hal ini menjadi faktor utama yang menjadikan Desa Sanrego sebagai daerah yang sangat potensial pada

(56)

bidang pertanian. Secara administratif wilayah Desa Sanrego terdiri atas 7 (tujuh) dusun dan 14 RT.

Yaitu Dusun Ujung Ale terdiri dari 2 (dua) RT, Dusun Mahung terdiri dari 2 (dua) RT, Dusun Batu Tire terdiri dari 2(dua) RT, Dusun Teko terdiri dari 2 (dua) RT, Dusun Berru 1 terdiri dari 2 (dua) RT, Dusun Berru 2 terdiri dari 2 (dua) RT, dan Dusun Poppai juga terdiri dari 2 (dua) RT. Secara umum penggunaan wilayah Desa Sanrego sebagian besar untuk lahan pertanian berupa persawahan dan perkebunan, lokasi perumahan masyarakat, sarana dan prasarana pemerintahan, pendidikan, keagamaan dan perkuburan.

3. Gambaran Demografi

Gambaran demografi Desa Sanrego berdasarkan data penduduk Desa Sanrego yang diperoleh dari data Desa sehingga dapat diketahui jumlah dan persebaran penduduk di Desa Sanrego adapun Penduduk Desa Sanrego Tahun 2017 (sumber data) +4181 jiwa. Terdiri dari laki-laki 2002 jiwa sedangkan perempuan 2179 Jiwa.

Seluruh penduduk Desa Sanrego dapat dilihat dari data yang terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) dengan jumlah sebanyak 1148 kepala keluarga. Rata-rata anggota keluarga sebesar 4 jiwa. Maka dari itu untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat penduduk Desa Sanrego dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(57)

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin

Dusun Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan Ujung Ale 175 176 351 Mahung 299 329 628 Batu Tire 246 276 522 Teko 423 483 906 Berru 2 352 362 714 Berru 1 312 319 631 Poppai 195 234 429 Jumlah 2002 2179 4181

Sumber Data : SDD (Sumber Data Desa) 2016 4. Kondisi Sosial

Untuk mengetahui gambaran kondisi sosial masyarakat Desa Sanrego, dapat dilihat melalui aspek pendidikan, aspek kesehatan, aspek keamanan dan ketertiban, aspek keagamaan, aspek kesenian dan olah raga serta kehidupan gotong royong masyarakat yang merupakan ciri khas masyarakat desa yang tetap tumbuh dan berkembang.

(58)

Kondisi Desa Sanrego dari aspek pendidikan dapat digambarkan berdasarkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada. Untuk menggambarkan kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.4

Sarana Pendidikan di Desa Sanrego

Dusun Taman Paditungka TK/ RA SD/ MI SMP/ MTs SMA/ SMK/M A Taman Bacaan Ujung Ale - - - 1 - -Mahung - 1 2 - - -Batu Tire - - 1 - - -Teko - 1 - - - -Berru 2 - 1 - - - -Berru 1 - 1 1 - - -Poppai - 1 1 1 1 -Total - 5 5 2 1

-Sumber Data : RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Desa Sanrego 2016-2021

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana pendidikan yang ada di Desa Sanrego berjumlah 13 buah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dan seterusnya penduduk Desa Sanrego harus mencari sekolah di luar desa.

(59)

5. Ekonomi

Beberapa permasalahan yang dihadapi pada bidang ekonomi antara lain :

a. Tingkat produktivitas pertanian (padi) masih tergolong rendah. b. Sarana irigasi untuk pertanian yang belum memadai.

c. Petani kekurangan air pada musim kemarau.

d. Pengetahuan dan keterampilan petani masih sangat terbatas dalam pengelolaan lahan pertanian dan perkebunan serta pengelolaan peternakannya.

e. Kelompok tani belum mampu memberikan kontribusi maksimal dalam proses pengelolaan pertanian, perkebunan dan peternakan.. f. Nilai tawar petani dalam proses pasca panen hasil pertanian,

perkebunan dan peternakannya masih rendah karena belum didukung oleh pemasaran yang baik.

g. Tingkat kemiskinan masih tergolong tinggi dengan masih banyaknya KK yang tergolong miskin.

h. Masih banyak rumah masyarakat yang belum memenuhi syarat rumah yang layak jika dilihat dari segi pendekatan kesehatan. i. Pemanfaatan lahan pertanian untuk tanaman komoditas pertanian

(selain padi) masih sangat rendah.

j. Pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengolah dan memanfaatkan potensi yang ada masih terbatas.

(60)

k. Pemanfaatan lahan untuk pengelolaan pertanian, perkebunan dan peternakan belum maksimal.

l. Belum adanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)

m. Pengembangan usaha SPP belum berkembang dengan maksimal n. Masih perlu adanya Pembangunan/perbaikan Jalan dan jembatan

serta infra struktur lainnya.

o. Mayoritas tanah belum bersertifikat.Untuk mengatasi permasalahn tersebut diatas, perlu mengoptimalkan pemanfaatan potensi ekonomi yang dimiliki oleh Desa Sanrego. Beberapa potensi ekonomi yang dimiliki antara lain Bidang Pertanian Luas Areal pertanian tanaman padi sekitar 600Ha, Luas Areal perkebunan sekitar 40 Ha, Sarana Produksi pertanian cukup memadai, diantaranya memilikii Mesin Pengolah tanah, Mesin Penanam benih padi, mesin pemotong padi, mesin pembersih benih, mesin pemipil jagung, pompa air, dll.

6. Sosial

Adapun permasalahan-permasalahan bidang sosial yang dihadapi, antara lain :

a. Gedung sarana pendidikan yang ada belum sepenuhnya memenuhi standar kelayakan sebagai tempat belajar yang aman dan nyaman. b. Sarana kelengkapan sebagai pendukung kelancaran proses

pembelajaran, seperti meja, kursi, buku pelajaran dan kelengkapan lainnya belum memadai.

(61)

c. Sarana pelayanan kesehatan seperti posyandu masih sangat kurang. d. Sumber daya manusia tenaga pelayan kesehatan yang ada masih

terbatas.

e. Pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan standar sanitasi yang baik belum maksimal.

f. Belum tersedia MCK.

g. Poskamling sebagai sarana aktivitas keamanan dan ketertiban desa belum tersedia secara maksimal demikian juga pemanfaatannya. h. Aktivitas pemeliharaan situasi keamanan dan ketertiban lingkungan

belum terlaksana dengan baik. i. Pembangunan sarana peribadatan .

j. Tingkat kesejahteraan imam desadan imam masjid masih rendah. k. Belum adanya lapangan olah raga

l. Pembinaan kegiatan olah raga dan termasuk kesenian belum maksimal.

m. Semangat kegotongroyongan masyarakat mulai mengalami penurunan.

n. Pemahaman masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan masih sangat rendah.

7. Visi Dan Misi Desa Sanrego

a) Visi

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, artinya bahwa adapun Visi Desa Sanrego

(62)

untuk periode 2017-2022 adalah “Menuju Kehidupan Desa yang Agamis, Makmur, Sejahtera dan Mandiri

b) Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Untuk dapat merealisasikan Visi Desa Sanrego dirumuskan 4 Misi sebagai berikut ;

1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan desa yang efektif.

2. Mewujudkan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel. 3. Mewujudkan masyarakat desa yang agamis.

4. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat desa secara santun dan elegan.

5. Mewujudkan masyarakat desa yang makmur dan sejahtera melalui peningkatan pendidikan dan derajat kesehatan serta peningkatan kegiatan ekonomi rakyat dan peningkatan pendapatan masyarakat. 6. Mewujudkan desa Sanrego yang mandiri melalui peningkatan

kemampuan pemerintah dan masyarakat serta dunia usaha untuk melaksanakan pembangunan bagi peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

8. Tujuan Dan Sasaran Desa Sanrego

Menurut Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, tujuan adalah pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi,

(63)

melaksanakan misi, memecahkan permasalahan, dan menangani isu strategis yang dihadapi.

Kalimat tujuan tersebut dirumuskan dengan menjabarkan lebih operasional dari misi. Satu kalimat misi dapat dirumuskan dalam beberapa tujuan, penyusunannya memperhatikan isu-isu strategis daerah. Tujuan dapat pula diartikan sebagai penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang menunjukkan apa yang akan dihasilkan dalam kurun waktu periode perencanaan, dalam hal ini untuk jangka waktu enam tahun (2016-2021).

Sementara itu sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, bisa dicapai, rasional untuk jangka waktu enam tahun. Perumusan sasaran perlu memperhatikan indikator kinerja pembangunan desa.

Tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah Desa Sanrego sebagai berikut:

Gambar

Gambar I Skema Kerangka Pikir
Tabel 1. Data Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penerimaan pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung, yang dilakukan pada Pemerintah

KANTOR LAYANAN PENGADAAN BARANG /

This implies subanayticity of small sub- Riemannian balls for a wide class of real-analytic sub-Riemannian structures: for any structure without abnormal minimizers and for

Tujuan penelitian untuk menguji keefektifan psikoedukasi dengan model cognitive behavior therapy (CBT) untuk meningkatkan kesadaran bahaya rokok pada peserta didik kelas

Dengan menggunakan metode Servqual kita bisa mengetahui performansi atribut pelayanan yang dihasilkan dengan perhitungan gap score , dimana gap score yang

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan pelayanan prima administrasi kependudukan di Kecamatan Cinambo Kota Bandung (1) Ukuran dan tujuan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan pada penelitian ini tidak menguji Dividen Per Share dan NPM secara simultan maupun

terhadap premarital intercourse dengan pengetahuan orangtua tentang pendidikan seks. Bagi