• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

5.3. Sikap Responden Terhadap Pengobatan Akupuntur

Sikap responden terhadap pengobatan akupuntur, diketahui bahwa sebanyak 67 orang (98,5%) setuju jika pengobatan akupuntur lebih murah dari pengobatan medis. Hal ini sesuai dengan pendapat Dharmojono (2001) motto akupuntur terkenal dengan nama MAREM (Murah, aman, Rasional, efektif, mudah). Motto ini sangat sesuai dengan GBHN (1988) yang menyatakan bahwa: “Pembangunan kesehatan terutama ditujukan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah baik di pedesaan maupun di perkotaan”.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Soewarno (2001) bahwa selain hasil yang belum tentu baik, dari segi biaya, akupunktur juga lebih murah dibandingkan berobat jalan. Jika untuk berobat jalan seseorang harus mengeluarkan duit ratusan ribu rupiah, sedangkan dengan akupunktur tidak semahal itu, walaupun memang jumlah terapi disesuaikan dengan berat tidaknya penyakit.

Hal ini tidak sepenuhnya sesuai dengan pendapat Young (1980) mengatakan bahwa ada 3 pertanyaan pokok yang biasanya dipakai dalam pengambilan keputusan pencarian pengobatan yaitu :

a. Alternatif apa yang dilihat anggota masyarakat agar mampu menyelesaikan masalahnya. Disini alternatif yang dimaksud adalah pengobatan sendiri, pengobatan alternatif, dokter dan rumah sakit.

b. Kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ada. Kriteria yang dipakai untuk memilih sumber pengobatan adalah keparahan sakit, pengetahuan tentang pengalaman sakit dan pengobatannya, keyakinan efektivitas pengobatan dan obat serta jarak dan biaya yang

terjangkau.

c. Bagaimana proses pengambilan keputusan untuk memilih alternatif tersebut. Proses pengambilan keputusan ini dimulai dengan informasi, memproses berbagai informasi dengan kemungkinan dampaknya, lalu kemudian mengambil keputusan dari berbagai kemungkinan dan melaksanakannya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan pendapat Young ini tidak sepenuhnya benar ditinjau dari Kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ada. Kriteria yang dipakai untuk memilih sumber pengobatan adalah keparahan sakit, pengetahuan tentang pengalaman sakit dan pengobatannya, keyakinan efektivitas pengobatan dan obat serta jarak dan biaya yang terjangkau.

Dalam hal ini efektivitas pengobatan dan obat pengobatan akupuntur ini juga menggunakan pengobatan yang cukup mahal contohnya suplemen-suplemen yang mendukung kesembuhan dalam pengobatan akupuntur ini. Sedangkan ditinjau dari jarak bahwa jarak pengobatan ini cukup jauh dari kota padahal rata-rata pasien yang berobat sebahagian besar berasal dari kota dan luar kota. Hal inlah yang membuat pasien sering merasa berat tapi karena ingin sembuh jarak yang jauhpun ditempuh oleh responden.

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa 58 orang (85,3%) setuju pengobatan akupuntur lebih cepat terasa efek sembuhnya dibandingkan pengobatan medis. Asumsi peneliti bahwa pasien merasa cepat sembuh berobat ke pengobatan tradisional dibandingkan medis. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan Turana (2009) bahwa kedokteran konvensional tidak dapat mengabaikan pengobatan

alternatif ini. Kedokteran konvensional sangat tergantung dari teknologi yang mahal untuk memecahkan masalah kesehatan, meskipun kadang pula hal tersebut tidak efektif. Dalam antusiasme terhadap teknologi, kembali pada pendekatan holistik dan metode-metode sederhana seperti diet dan metode relaksasi yang dilakukan pada pengobatan alternatif seringkali pula berjalan dengan efektif. Hal ini juga menunjukkan bahwa pendekatan holistik dan konsultasi dengan pengobatan alternatif/komplementer membuat pasien lebih dapat mengontrol penyakitnya.

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa 63 orang (92,6%) setuju bila akupuntur lebih dikembangkan menjadi pilihan utama berobat. Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa 38 orang (55,9%) tidak setuju akupuntur dilakukan jika pengobatan medis tidak dapat menyembuhkan penyakit. Asumsi peneliti bahwa pasien merasa nyaman berobat ke pengobatan akupuntur ini. hal ini di dukung oleh pernyataan beberapa pasien bahwa akupuntur juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan pencegahan penyakit tidak hanya untuk mengobati penyakit.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Widya (2007) bahwa akupunktur cocok bagi siapa saja yang ingin sehat dan tetap menjaga keseimbangan Yin Yang dalam tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Akupunktur dilakukan untuk menjaga stamina (daya tahan tubuh). Hanya saja mungkin bedanya pada durasinya. Jika sakit seminggu bisa 2-3 kali, namun bagi yang sehat cukup seminggu satu kali untuk menjaga daya tahan tubuhnya. Prinsipnya hampir sama seperti minum multivitamin, hanya saja ini dengan media jarum.

Hal ini sesuai oleh pendapat Tiyok (2001) yang menyatakan selain untuk pengobatan, akupunktur ternyata juga bisa digunakan untuk terapi kecantikan.

Berbeda dengan operasi plastik yang seringkali membuat wajah menjadi kurang seimbang, dengan akupunkur, hormon-hormon akan distimulir agar kembali seimbang. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa untuk kecantikan, yang terbaik adalah dengan 12 kali kunjungan. Hal Ini sudah diperhitungkan keberhasilannya. Jika dengan 6 kali kunjungan hasilnya sudah baik, apalagi kalau sampai 12 kali terapi, hasilnya pasti lebih memuaskan.

Pernyataan ini didukung oleh Anwar (2005) yang mengatakan bahwa pe ngo bat an a lt er nat if a da la h cara p e ng o bat an at au perawat a n ya ng diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun dari luar Indonesia. Pengobatan alternatif adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan dengan cara alternatif untuk meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative).

5.3.1. Kategori Sikap Responden

Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa sikap responden terhadap pengobatan akupuntur yaitu sebanyak 67 orang (98,5%). Hal ini menunjukkan bahwa pasien lebih bersikap memilih akupuntur dibandingkan medis karena beberapa hal faktor yang mendukung. Menurut Allport (1954) dalam Soekidjo (1993) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dirumuskan dengan jelas. Hal ini sejalan dengan perkembangan penalaran dan pengetahuan (aspek kognisi), afeksi dan kecendrungan bertindak seseorang akan membentuk sikap situasi sesuai dengan situasi yang ia hadapi. Sama halnya dengan sikap yang ditunjukkan semua responden yang berobat ke pengobatan akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu.

Asumsi peneliti bahwa responden bersikap memilih pengobatan akupuntur karena kepercayaan, keyakinan dan kehidupan emosional seperti dorongan keluarga yang mendukung pengobatan akupuntur ini.

Dokumen terkait