• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Sikap

Pengetahuan siswa laki-laki terhadap bahaya narkoba di MAN 1 Medan diperoleh melalui kuesioner. Setelah data diolah, proporsi siswa berdasarkan jawaban dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Pernyataan Sikap terhadap Bahaya Narkoba di MAN 1 Medan Tahun 2016 No Pernyataan Jawaban Siswa SS S TS STS f % f % f % f % 1. Merokok merupakan gerbang dari penyalahgunaan narkoba 72 54,5 46 34,8 13 9,8 1 0,8 2. Mengonsumsi minuman yang memabukkan merupakan lanjutan setelah kebiasaan merokok 57 43,2 63 47,7 8 6,1 4 3,0 3. Penting dilakukannya penyuluhan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba di sekolah. 97 73,5 31 23,5 3 2,3 1 0,8 4. Pemakai narkoba sering mengakibatkan perilaku atau tindakan kekerasan. 84 63,6 39 29,5 7 5,3 2 1,5 5. Penting ada relawan anti narkoba di sekolah. 99 75,0 30 22,7 3 2,3 0 0 6. Keluarga berperan penting bagi anak agar tidak terjerumus pada penyalahgunaan narkoba. 106 80,3 20 15,2 3 2,3 3 2,3 7. Berkumpul bersama penyalahguna 67 50,8 45 34,1 12 9,1 8 6,1

narkoba beresiko mencoba-coba narkoba 8. Penyalahgunaaa n narkoba dapat membuat seseorang menjadi ketergantungan. 81 61,4 44 33,3 4 3,0 3 2,3 9. Penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu penyebab generasi muda hancur. 104 78,8 24 18,2 3 2,2 1 0,8 10. Penyalahgunaan narkoba akan merugikan diri sendiri dan orang lain. 103 78,0 27 20,5 1 0,8 1 0,8

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki berdasarkan yang menyatakan sangat setuju paling banyak pada pernyataan keluarga berperan penting bagi anak agar tidak terjerumus pada penyalahgunaan narkoba yaitu 106 siswa (80,3%), yang paling banyak menyatakan setuju pada pernyataan mengonsumsi minuman yang memabukkan merupakan lanjutan setelah kebiasaan merokok yaitu 63 siswa (47,7%), yang paling banyak menyatakan tidak setuju pada pernyataan merokok merupakan gerbang dari penyalahgunaan narkoba yaitu 13 siswa (9,8%), dan yang menyatakan paling banyak sangat tidak setuju pada pernyataan berkumpul bersama penyalahguna narkoba beresiko mencoba-coba narkoba yaitu 8 siswa (6,1%).

Proporsi siswa laki-laki berdasarkan kategori sikap terhadap bahaya narkoba dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Kategori Sikap terhadap Bahaya Narkoba di MAN 1 Medan Tahun 2016

Sikap Frekuensi (f) %

Baik 117 88,6

Cukup 13 9,9

Kurang 2 1,5

Total 132 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki berdasarkan sikap terhadap bahaya narkoba paling tinggi adalah kategori baik yaitu 117 siswa (88,6%) dan paling rendah adalah kategori kurang yaitu 2 siswa (1,5%).

4.3 Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Pengetahuan dan sikap dikategorikan menjadi dua yaitu baik dan tidak baik (cukup dan kurang) supaya mudah dalam analisis statistik dan mengurangi nilai

expected sel yang dibawah lima. Variabel yang dianalisis secara bivariat sebagai berikut :

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang HIV/AIDS

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang HIV/AIDS pada Siswa Laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016 Pengetahuan HIV/AIDS Sikap HIV/AIDS Total p RP (95% CI) Tidak Baik Baik f % f % f % Tidak Baik 97 84,3 18 15,7 115 100 0,020 1,434 (0,956-2,151) Baik 10 58,8 7 41,2 17 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki dengan pengetahuan HIV/AIDS yang tidak baik dan sikap HIV/AIDS tidak baik sebesar 84,3% sedangkan pada siswa laki-laki dengan pengetahuan HIV/AIDS

baik dan sikap HIV/AIDS tidak baik sebesar 58,8%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS pada siswa laki-laki MAN 1 dengan nilai p<0,05. Pengetahuan HIV/AIDS tidak baik merupakan faktor risiko untuk sikap HIV/AIDS tidak baik.

4.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang Bahaya Narkoba

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang Bahaya Narkoba pada Siswa Laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016 Pengetahuan Bahaya Narkoba Sikap Bahaya Narkoba Total p RP (95% CI) Tidak Baik Baik f % f % f % Tidak Baik 11 11,1 88 88,9 99 100 1,000 0,917 (0,313-2,684) Baik 4 12,1 29 87,9 33 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki dengan pengetahuan bahaya narkoba yang tidak baik dan sikap bahaya narkoba tidak baik sebesar 11,1% sedangkan pada siswa laki-laki dengan pengetahuan bahaya narkoba baik sedangkan sikap bahaya narkoba tidak baik sebesar 12,1%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap tentang bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 dengan nilai p>0,05.

4.3.3 Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Pengetahuan Bahaya Narkoba

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Pengetahuan Bahaya Narkoba pada Siswa Laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016 Pengetahuan HIV/AIDS Pengetahuan Bahaya Narkoba Total p RP (95% CI) Tidak Baik Baik f % f % f % Tidak Baik 87 75,7 28 24,3 115 100 0,764 1,072 (0,775-1,482) Baik 12 70,6 5 29,4 17 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki dengan pengetahuan HIV/AIDS tidak baik dan pengetahuan bahaya narkoba tidak baik sebesar 75,7% sedangkan pada siswa laki-laki dengan pengetahuan HIV/AIDS baik dan pengetahuan bahaya narkoba tidak baik sebesar 70,6%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan pengetahuan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 dengan nilai p>0,05.

4.3.4 Hubungan Sikap HIV/AIDS dengan Sikap Bahaya Narkoba

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Hubungan Sikap HIV/AIDS dengan Sikap Bahaya Narkoba pada Siswa Laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016

Sikap HIV/AIDS

Sikap Bahaya Narkoba

Total

p

RP (95% CI) Tidak Baik Baik

f % f % f % Tidak Baik 13 12,1 94 87,9 107 100 0,735 1,519 (0,366-6,306) Baik 2 8,0 23 92,0 25 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki dengan sikap HIV/AIDS tidak baik dan sikap bahaya narkoba tidak baik sebesar

12,1% sedangkan pada siswa laki-laki dengan sikap HIV/AIDS baik dan sikap bahaya narkoba tidak baik sebesar 8%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher menunjukkan tidak ada hubungan sikap HIV/AIDS dengan sikap bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 dengan nilai p>0,05.

5.1.1 Karakteristik Siswa Laki-laki a. Berdasarkan Umur

Gambar 5.1 Diagram Lingkaran Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Umur di MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki berdasarkan umur paling banyak pada umur 16 tahun yaitu 60,6%. Menurut WHO, umur 10-19 tahun termasuk dalam kategori remaja. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatan tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang (Kemenkes RI, 2015).

Remaja adalah usia yang sedang mencari jati diri dan identitas mereka. Dalam masa mencari jati diri terdapat permasalahan-permasalahan yang sering

dialami oleh remaja yang cenderung kepada perilaku kenakalan remaja seperti minum-minuman keras, menggunakan narkoba, seks bebas. Remaja termasuk kelompok yang rentan tertular HIV/AIDS (Pamella, 2014).

b. Berdasarkan Jurusan

Gambar 5.2 Diagram Lingkaran Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Jurusan di MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki berdasarkan jurusan paling banyak adalah jurusan IPA yaitu 69,7% karena di lokasi penelitian jurusan IPA merupakan jurusan yang paling didominasi siswa dibandingkan jurusan yang lain. Pengetahuan HIV/AIDS dipelajari pada mata pelajaran biologi dan pendidikan jasmani kesehatan olahraga kesehatan, sedangkan narkoba dipelajari pada mata pelajaran sosiologi dan agama. Siswa yang masuk jurusan IPA tidak ada lagi pelajaran sosiologi dan siswa yang masuk jurusan non IPA tidak mendapat pelajaran biologi setelah penjurusan (Malik, 2011).

c. Berdasarkan Status Ekstrakurikuler

Gambar 5.3 Diagram Lingkaran Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Status Ekstrakurikuler di MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki paling banyak adalah siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler yaitu 65,2%. Ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran, untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, juga pemantapan kepribadian(Zainal dan Sujak, 2011). Salah satu ekstrakurikuler di MAN 1 adalah UKS. Jumlah anggota UKS kelas XI hanya ada dua siswa dari 132 siswa yang menjadi responden hal ini disebabkan kurangnya peran guru dalam memotivasi siswa untuk ikut ekstrakurikuler. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler khususnya UKS akan lebih baik pengetahuannya tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba karena setiap anggota UKS mendapatkan materi tersebut.

d. Berdasarkan Sumber Informasi HIV/AIDS dan Bahaya Narkoba

Gambar 5.4 Diagram Batang Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Sumber Informasi HIV/AIDS dan Bahaya Narkoba di MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki berdasarkan sumber informasi paling banyak adalah sekolah yaitu 67,4%. Sekolah merupakan salah satu sumber pengetahuan siswa. Informasi tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba didapatkan siswa melalui pelajaran disekolah. Siswa juga bisa memperoleh informasi tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba melalui radio/tv/internet, dan bertanya kepada teman yang aktif ekstrakurikuler UKS.

Keluarga berperan membentuk kepribadian anak dan sebagai sosialisasi primer. Keluarga bisa menciptakan keyakinan untuk anggota keluarganya, keyakinan tersebut akan berpengaruh terhadap sikap setiap anggota keluarga. Keluarga bisa berperan dalam memberikan informasi tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba karena proses sosialisasi siswa juga terjadi di lingkungan keluarga.

e. Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi HIV/AIDS dan Bahaya Narkoba

Gambar 5.5 Diagram Lingkaran Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi HIV/AIDS dan Bahaya Narkoba di MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki yang mendapatkan informasi lebih dari satu sumber informasi hanya 12,9%. Semakin banyak sumber informasi semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal dan lingkungan (Notoatmodjo, 2012). Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Maulana, 2009).

5.1.2 Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Pengetahuan HIV/AIDS

Gambar 5.6 Diagram Lingkaran Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS di MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa ada variasi tingkat pengetahuan HIV/AIDS siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. Proporsi terbesar berada pada kategori cukup. Lebih dari 50% siswa MAN 1 Medan menjawab benar pertanyaan pengertian HIV, penyebab AIDS, gejala AIDS, tempat virus HIV, penularan HIV/AIDS dan pencegahan HIV/AIDS. Siswa menjawab salah pertanyaan pengertian AIDS, gejala orang yang terinfeksi HIV, waktu yang dibutuhkan virus HIV untuk berkembang menjadi AIDS, dan penyakit HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan.

Pengetahuan HIV/AIDS siswa laki-laki pada kategori baik hanya 12,9%. Hal ini bisa dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan siswa dari sekolah. Berdasarkan jumlah sumber informasi hanya 12,9% siswa dengan sumber informasi lebih dari satu sumber. Keluarga, teman, dan radio/tv/Internet bisa menjadi sumber informasi siswa untuk meningkatkan pengetahuan.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Wibowo dan Marom (2014) menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan remaja di Kota Pekalongan pada kategori cukup yaitu sebesar 56,73%. Hasil penelitian Samy (2014) menunjukkan bahwa pengetahuan siswa terbesar berada pada kategori cukup sebesar 63,6% di SMA Raksana Medan. Hasil penelitian Mardhatillah (2015) menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS di SMA N 5 Makassar adalah cukup sebesar 67,3%

5.1.3 Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Pengetahuan Bahaya Narkoba

Gambar 5.7 Diagram Lingkaran Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Bahaya Narkoba di MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa ada variasi tingkat pengetahuan bahaya narkoba siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. Siswa laki-laki dengan kategori kurang sebesar 25%. Pertanyaan narkoba yang mengandung zat stimulant memberi dampak dijawab salah lebih dari 50%. Hal ini disebabkan siswa masih kurang mendapatkan informasi tentang bahaya narkoba.

Pelajaran sosiologi hanya mempelajari penyalahgunaan narkoba berdasarkan sudut pandang nilai sosial dan agama (Malik, 2011).

Proporsi terbesar berada pada kategori cukup sebesar 50%. Pertanyaan pengertian narkoba, contoh narkotika, psikotropika dan bahan adiktif, berdasarkan efek terhadap sistem syaraf pusat, narkoba dibagi menjadi beberapa jenis, pengaruh penyalahgunaan narkoba terhadap sistem tubuh manusia, pengaruh penyalahgunaan sabu-sabu, akibat konsumsi alkohol, contoh aktivitas yang memabukkan, dan pencegahan narkoba dijawab benar lebih dari 50% siswa.

Hasil penelitian Afianty dkk (2014) menunjukkan bahwa 59,27% responden memiliki gambaran pengetahuan cukup tentang NAPZA pada siswa SMK di kota Bandung tahun 2014. Hasil penelitian Thanabal (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan tentang bahaya narkotika dan efek sampingnya secara umum pada siswa SMA Harapan 1 Medan cukup sebesar 82,2%. Hasil penelitian Fadri (2011) menunjukkan bahwa pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 5 Medan mengenai narkoba sedang sebesar 53,3%.

5.1.4 Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Sikap HIV/AIDS

Gambar 5.8 Diagram Lingkaran Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Sikap HIV/AIDS di MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa ada variasi sikap HIV/AIDS siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. Proporsi terbesar berada pada kategori cukup yaitu 48,5%. Hal ini dapat tergambar dari masing-masing item pernyataan sikap, hanya pernyataan larangan seks bebas dan membantu mendukung promosi kesehatan masyarakat dalam mencegah HIV/AIDS dijawab sangat setuju lebih dari 50% siswa dari sepuluh pernyataan.

Hasil penelitian Samy (2014) menunjukkan bahwa sikap siswa tentang HIV/AIDS di SMA Raksana Medan cukup sebesar 86,9%. Hasil penelitian Andhika (2012) menunjukkan bahwa sikap HIV/AIDS siswa Madrasah Aliyah Negeri Model Banda Aceh berada pada kategori cukup sebesar 64,44%. Hasil penelitian Permana (2014) menunjukkan bahwa sikap HIV/AIDS remaja di SMA N 2 Bantul Yogyakarta berada pada kategori cukup sebesar 52,9%.

5.1.5 Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Sikap Bahaya Narkoba

Gambar 5.9 Diagram Lingkaran Proporsi Siswa Laki-laki Berdasarkan Sikap Bahaya Narkoba di MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa ada variasi sikap bahaya narkoba siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. Proporsi paling banyak berada pada kategori baik sebesar 88,6%. Hal ini dapat tergambar dari masing-masing item pernyataan sikap, pernyataan merokok merupakan gerbang dari penyalahgunaan narkoba, penting dilakukannya penyuluhan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba di sekolah, pemakai narkoba sering mengakibatkan perilaku atau tindakan kekerasan, penting ada relawan anti narkoba, keluarga berperan penting bagi anak agar tidak terjerumus pada penyalahgunaan narkoba, penyalahgunaan narkoba dapat membuat seseorang menjadi ketergantungan, penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu penyebab generasi muda hancur, dan penyalahgunaan narkoba akan merugikan diri sendiri dan orang lain dijawab sangat setuju lebih dari 50% siswa.

Sikap siswa laki-laki baik dipengaruhi oleh nilai religius siswa dan institusi pendidikan. Sesuai dengan salah satu misi MAN 1 Medan yaitu

“mengamalkan dan menyampaikan ajaran Islam”, pendekatan agama dengan menanamkan ajaran-ajaran agama serta memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap siswa.

Hasil penelitian Afianty (2014) menunjukkan bahwa 92,73% responden memiliki sikap baik tentang NAPZA pada siswa SMK di kota Bandung tahun 2014. Hasil penelitian Nurfajri dkk (2013) menunjukkan bahwa 90,3% siswa memiliki sikap baik terhadap narkoba pada siswa-siswi SMA Handayani Pekanbaru.

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang HIV/AIDS

Gambar 5.10 Diagram Batang Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang HIV/AIDS pada Siswa Laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki terbanyak adalah siswa laki-laki dengan pengetahuan HIV/AIDS tidak baik dan sikap terhadap HIV/AIDS tidak baik juga. Uji Chi-Square tidak layak digunakan untuk melihat hubungan pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS karena sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 25% jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji Exact Fisher.

Hasil uji Exact Fisher diperoleh nilai p<0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. Ratio Prevalence siswa yang mempunyai pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS sebesar 1,434 dengan 95% CI (0,956-2,151), berarti pengetahuan HIV/AIDS tidak baik merupakan faktor risiko untuk sikap HIV/AIDS tidak baik.

Hasil penelitian Nurhidayatullah (2015) mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Karangtengah Demak menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS dengan nilai p=0,041. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan siswa tentang penyakit HIV/AIDS, maka ada kecenderungan untuk melakukan sikap yang positif terhadap penyakit HIV/AIDS.

Pengetahuan responden memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap responden. Salah satu faktor pembentukan sikap seseorang adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, individu mempunyai dorongan untuk mengerti dengan pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Sikap

seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan tersebut mengenai objek yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).

5.2.2 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang Bahaya Narkoba

Gambar 5.11 Diagram Batang Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang Bahaya Narkoba pada Siswa Laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki terbanyak adalah siswa laki-laki dengan pengetahuan bahaya narkoba tidak baik tetapi sikap terhadap bahaya narkoba baik. Uji Chi-Square tidak layak digunakan untuk melihat hubungan pengetahuan dengan sikap tentang bahaya narkoba karena sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 25% jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji Exact Fisher. Hasil uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016.

Sikap bahaya narkoba merupakan respon yang masih tertutup terhadap bahaya narkoba belum berupa tindakan. Sikap siswa yang baik karena siswa

memiliki sikap yang dipengaruhi oleh nilai religius siswa, sehingga walaupun siswa tidak mengetahui secara komprehensif bahaya narkoba tetapi siswa cenderung menjauhi narkoba. Siswa hanya mengetahui bahwa narkoba itu tidak baik dan dilarang. Menurut Azwar yang dikutip Maulana (2009), pembentukan sikap dipengaruhi beberapa faktor, seperti institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama.

5.2.3 Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Pengetahuan Bahaya Narkoba

Gambar 5.12 Diagram Batang Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Pengetahuan Bahaya Narkoba pada Siswa Laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki terbanyak adalah siswa laki-laki dengan pengetahuan HIV/AIDS tidak baik dan pengetahuan bahaya narkoba tidak baik juga. Uji Chi-Square tidak layak digunakan untuk melihat hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan pengetahuan bahaya narkoba karena sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 25%

jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji

Exact Fisher.

Hasil uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan pengetahuan bahaya narkoba pada siswa MAN 1 Medan Tahun 2016. Hal ini sesuai dengan lebih dari 50% siswa laki-laki dengan kategori pengetahuan HIV/AIDS cukup dan pengetahuan bahaya narkoba cukup. Penyuluhan tentang HIV/AIDS diikuti dengan penyuluhan bahaya narkoba, karena salah satu kelompok resiko tinggi HIV/AIDS adalah pengguna narkoba suntik.

5.2.4 Hubungan Sikap HIV/AIDS dengan Sikap Bahaya Narkoba

Gambar 5.13 Diagram Batang Hubungan Sikap HIV/AIDS dengan Sikap Bahaya Narkoba pada Siswa Laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa proporsi siswa laki-laki terbanyak adalah siswa laki-laki dengan sikap HIV/AIDS baik dan sikap bahaya narkoba baik juga. Uji Chi-Square tidak layak digunakan untuk melihat hubungan sikap HIV/AIDS dengan sikap bahaya narkoba karena sel yang nilai expected-nya

kurang dari lima ada 25% jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya yaitu uji Exact Fisher. Hasil uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap HIV/AIDS dengan sikap bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. Hal ini sesuai dengan siswa laki-laki dengan sikap HIV/AIDS baik sebesar 18,9% sedangkan sikap bahaya narkoba baik sebesar 88,6%.

72

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan, yaitu:

a. Distribusi proporsi siswa laki-laki paling tinggi berdasarkan tingkat pengetahuan HIV/AIDS adalah cukup (53,8%), tingkat pengetahuan bahaya narkoba kurang (50%), sikap HIV/AIDS kurang (48,5%) dan sikap bahaya narkoba baik (88,6%) di MAN 1 Medan Tahun 2016.

b. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. c. Tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan sikap tentang bahaya

narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016.

d. Tidak terdapat hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan pengetahuan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016.

e. Tidak terdapat hubungan sikap HIV/AIDS dengan sikap bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang direkomendasikan, yaitu:

Diharapkan kepada kepala sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa MAN 1 Medan melalui pendidikan kesehatan, seperti :

a. Sekolah bekerja sama dengan puskesmas atau BNN untuk melakukan

Dokumen terkait