• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. Sumber informasi tentang Pap Smear

5.1.3 Sikap wanita menikah tentang pemeriksaan Pap Smear

Dari pernyataan sikap pada nomor satu responden memilih setuju yaitu sebanyak 58 orang (73,4%), hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar sikap responden menerima untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear setelah menikah. Pada pernyataan nomor dua responden memilih sikap sangat setuju yaitu sebanyak 41 orang (51,9%), hal ini menunjukkan bahwa sikap responden mendukung untuk melakukan pencegahan sebelum terkena kanker serviks dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear. Pada pernyataan nomor tiga sebagian besar responden memilih sikap tidak setuju yaitu sebanyak 60 orang (75,9%), hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilihuntuk tidak

memperdulikan biaya untuk tetap melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Pada pernyataan nomor empat sebagian besar responden memilih sikap setuju yaitu sebanyak 58 orang (73,4%), hal ini menunjukkan bahwa sikap responden menyetujui untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear walaupun sudah tidak memiliki suami. Pada pernyataan nomor lima sebagian besar responden memilih sikap tidak setuju yaitu sebanyak 48 orang (60,8%), hal ini menunjukkan bahwa sikap responden menerima untuk tetap melakukan pemeriksaan Pap Smear walaupun menyangkut bagian sensitif perempuan. Pada pernyataan nomor enam sebagian besar responden memilih sikap setuju yaitu sebanyak 52 orang (65,8%), hal ini menunjukkan bahwa responden yang menikah pada usia muda (18 tahun) tetap untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear. Pada pernyataan nomor tujuh sebagian besar responden memilih sikap setuju yaitu sebanyak 32 orang (40,5%), hal ini menunjukkan bahwa responden memilih pada dokter yang ahli untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Pada pernyataan nomor delapan sebagian besar responden memilih sikap tidak setuju yaitu sebanyak 42 orang (53,2%), hal ini menunjukkan bahwa responden tidak mau apabila melakukan pemeriksaan Pap Smear setelah terkena kanker serviks. Pada pernyataan nomor sembilan sebagian besar responden memilih

sikap tidak setuju yaitu sebanyak 66 orang (83,5%), hal ini menunjukkan sikap responden mendukung tetap melakukan pemeriksaan Pap smear walaupun mendapat hasil negatif dan melakukan pemeriksaan ulang.

Pada pernyataan nomor sepuluh sebagian besar responden memilih sikap tidak setuju yaitu sebanyak 64 orang (81%), hal ini menunjukkan bahwa sikap responden menerima tetap melakukan pemeriksaan Pap Smear walaupun rumah sakit atau pelayanan kesehatan jauh dari tempat tinggal. Berikut dapat dilihat pada tabel 5.1.3

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernyataan Sikap Wanita Menikah di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai

Barat Tahun 2013

No Pernyataan Sikap STS TS S SS

1. Saya akan melakukan

pemeriksaan Pap Smear setelah saya menikah

4 58 17

2. Saya harus melekukan

pencegahan dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear sebelum saya terkena kanker serviks

2 1 35 41

3. Saya tidak mau melakukan

pemeriksaan Pap Smear karena memerlukan biaya yang mahal

12 60 7

4. Saya yang tidak memilki suami

tetapi mempunyai anak tetap melakukan pemeriksaan Pap Smear

4 8 58 9

5. Saya tidak mau melakukan

pemeriksaan Pap Smear karena menyangkut bagian sensitif perempuan

16 48 11 4

6. Apabila saya menikah dengan

usia muda (18 tahun) wajib melakukan Pap Smear

8 7 52 12

7. Saya tidak mau melakukan

pemeriksaan Pap Smear dengan dokter yang tidak ahli

6 11 32 30

8. Saya melakukan pemeriksaan Pap

Smear apabila sudah terkena kanker serviks

35 42 3

9. Saya yang sudah melakukan

pemeriksaan Pap Smear dan hasilnya negatif maka saya tidak perlu melakukan pemeriksaan Pap Smear kembali

10 66 3

10. Saya tidak mau melakukan Pap Smear karena rumah sakit jauh dari tempat tinggal saya

Dari tabel hasil sikap didapatkan bahwa mayoritas sikap responden yaitu positif dengan nilai (21-40) sebanyak 79 orang (100%) , hal ini menunjukkan bahwa sikap wanita menikah secara umum positif atau baik terhadap pernyataan yang telah diberikan melalui kuesioner tentang pemeriksaan Pap Smear. Berikut dapat dilihat tabel 5.1.4

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Wanita Menikah di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Tahun

2013

Kategori Sikap Jumlah % Nilai

Positif 79 100 21-40

Negatif 79 0 0 - 20

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas bagaimana pengetahuan dan sikap wanita menikah tentang pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat tahun 2013

5.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan ini merupakan yang sangat penting untuk menentukan sikap dan tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2010)

Dari hasil kategori pertanyaan pengetahuan didapatkan sebanyak 51 orang (65%) responden tidak tahu pengertian dari Pap Smear. Hal

ini bisa disebabkan karena responden tidak pernah mendengar sama sekali tentang Pap Smear baik dari tetangga maupun tenaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Candraningsih (2011) bahwa faktor hambatan pemeriksaan Pap Smear adalah perilaku wanita usia subur yang enggan diperiksa karena tidak pernah mengetahui tentang Pap Smear itu sendiri.

Hasil penelitian terdapat 48 orang (61%) responden yang tidak mengetahui manfaat dari Pap Smear. Hal ini bisa disebabkan karena responden merasa hal ini tidak penting untuk dilakukan dan bisa disebabkan karena responden tidak mengetahuinya. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska Ompusunggu (2012) bahwa dari faktor pengetahuan 63% responden tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear karena mereka menyatakan bahwa Pap Smear tidak penting untuk dilakukan.

Dari hasil penelitian juga menemukan sebagian besar responden tidak mengetahui indikasi untuk melakukan Pap Smear yaitu yang paling banyak 71 orang (90%). Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor sosial budaya yang diyakini oleh responden yang dapat mempengaruhi keputusannya untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurahasanah (2008) di RSUZA Banda Aceh bahwa rasa malu dan takut untuk melakukan Pap Smear juga menjadi alasan mayoritas responden serta tidak diizinkan oleh suami dan tidak mendapat

dukungan keluarga juga menjadi faktor responden untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pengetahuan wanita menikah tentang pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat rendah yaitu sebanyak 54 orang (68%) dari 79 orang, wanita menikah yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 17 orang (22%) dan pengetahuan tinggi sebanyak 8 orang (10%). Tingkat pengetahuan wanita menikah yang bervariasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : 1. Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. 2. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Dari hasil penelitian sebanyak 29 orang (37%) responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, hal ini berpengaruh terhadap pengalaman dan pengetahuannya tentang Pap Smear. 3. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). 4. Minat, sebagai suatu kecenderungan

atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Pengalaman yang didapatkan bisa dari diri sendiri atau dari orang lain. 6. Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. 7. Informasi, kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak mencapai tujuan tertentu. Rendahnya pengetahuan responden juga bisa dipengaruhi oleh kurangnya motivasi wanita menikah untuk membaca dan mencari informasi baik dari tenaga kesehatan, media cetak ataupun media elektronik tentang pemeriksaan Pap Smear atau tentang bahaya kanker serviks.

Motivasi merupakan faktor internal yang juga saling berkaitan dengan faktor eksternal yaitu lingkungan, ekonomi, dan juga budaya. Hal ini dibuktikan bahwa sebanyak 52 orang (66%) responden yang tidak pernah mendengar informasi tentang Pap Smear baik dari tenaga kesehatan, tetangga, media cetak/elektronik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sumber informasi berperan dalam

mempengaruhi keputusan untuk melakukan pemeriksaan organ reproduksi serviks, di mana seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar media massa sehingga hal ini menunjukkan bahwa informasi yang kurang menjadi alasan responden tidak melakukan pemeriksaan Pap smear. Menurut Wijayati (2009) bahwa pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indra atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Dari penelitian Fransiska Ompusunggu (2012) di Puskesmas Kedai Durian Sumatera Utara faktor pengetahuan salah satu indikasi responden tidak melakukan Pap Smear. Hal ini erat kaitannya dengan sumber informasi yang tidak menyebar sehingga mereka tidak mengetahui pentingnya pemeriksaan Pap Smear. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat responden tidak mengetahui tentang pemeriksaan Pap Smear karena kurangnya informasi yang disebarkan oleh tenaga kesehatan tentang bahaya kanker serviks juga penularan penyakit menular seksual.

Dari tingkat pendidikan terdapat 21 orang (27%) responden yang memiliki tingkat pendidikan SD, hal ini dapat berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki dan juga rendahnya kemampuan responden

untuk menerima informasi sesuai dengan pendapat Nursalam (2003) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Dan sesuai dengan pendapat Candraningsih (2011) bahwa orang yang memiliki pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan semakin luas pula pengetahuannya.

5.2.2. Sikap

Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya sikap. Pengetahuan suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Sikap mempunyai segi motivasi, berati segi dinamis untuk menuju suatu tujuan, berusaha mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu (Purwanto, 2004)

Sikap seseorang relatif konstan, dengan sikap yang berbeda seseorang mengevaluasi apakah individu, objek itu baik atau buruk. Sikap juga dapat mempengaruhi perilaku, bagaimanapun nilai merupakan keyakinan dan standar seseorang untuk bertindak, pembentukan dan pemeliharaan sikap terhadap objek yang sesuai, mengkritik dan membandingkan diri dan orang lain. Sikap merupakan

respon evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif (Azwar,

2011)

Dari hasil penelitian dapat terlihat bahwa sebagian besar wanita menikah memiliki sikap yang positif dengan nilai (21-40) yaitu sebanyak 79 orang (100%).Pada pernyataan sikap yang pertama sebagian besar responden yaitu 58 orang menyatakan setuju untuk melakukan Pap Smear setelah menikah. Sikap ini tidak selalu diwujudkan pada keadaan sebenarnya karena hal ini bisa berpengaruh pada beberapa faktor misalnya pengetahuan dan kebiasaan atau pengalaman dari orang sekitarnya sesuai dengan pendapat menurut WHO dikutip dari Notoatmodjo (2010) sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan beberapa alasan, antara lain yaitu sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Selain itu, sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman orang lain.

Hal ini dapat terlihat pada responden yang sebagian besar memilki sikap positif tetapi tidak mau melakukan pemeriksaan Pap Smear dan tidak pernah mendengar tentang pemeriksaan Pap Smear. Dan hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darnindro (2006) di Jakarta bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan sikap responden untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap smear.

Pada pernyataan yang kedua sebagian besar responden menyatakan sangat setuju yaitu 41 orang bahwa mereka akan melakukan pencegahan dengan Pap Smear sebelum terkena kanker serviks. Sikap positif ini akan membantu dan memotivasi mereka untuk mengetahui serta mencegah terjadinya kanker serviks. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Purwanto (2004) bahwa sikap mempunyai segi motivasi, berati segi dinamis untuk mencapai suatu tujuan.

Dari hasil pernyataan ketiga terdapat sebanyak 7 orang responden yang tidak mau melakukan pemeriksaan Pap Smear karena memerlukan biaya yang mahal. Hal ini menunjukkan bahwa Tingkat ekonomi sangat menentukan seseorang untuk lebih meningkatkan kesehatannya ke arah yang lebih baik terutama untuk melakukan pemeriksaan Pap smear (Darnindro, 2006). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Candraningsih (2011) bahwa faktor ekonomi yang lemah mempengaruhi keputusan wanita untuk memeriksa kesehatan serviksnya.

Pada pernyataan keempat sebagian besar responden menyatakan setuju yaitu 58 orang bahwa mereka yang tidak memilki suami akan tetap melakukan pemeriksaan Pap Smear. Sikap ini bisa didapatkan dari dukungan keluarga selain dari suami serta minat dari responden untuk mengetahui tentang perkembangan kesehatannya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah (2008)

bahwa wanita menolak untuk melakukan Pap Smear karena mereka tidak mendapat dukungan dari keluarga.

Selain itu, pada pernyataan kelima rasa malu dan takut untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear juga menjadi alasan 15 orang responden untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear yang berkaitan dengan daerah sensitif perempuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurhasanah (2008) di RSUZA Banda Aceh bahwa faktor sosial budaya yang diyakini responden mempengaruhi keputusannya untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Dari pernyataan keenam sebagian besar responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 52 orang bahwa mereka yang menikah di usia muda (18 Tahun) tetap melakukan pemeriksaan Pap Smear. Sikap tersebut bisa dipengaruhi oleh minat yang tinggi oleh responden karena pada usia yang muda lebih cenderung memiliki keinginan terhadap sesuatu. hal ini sesuai dengan pendapat dari Mubarak (2007) bahwa minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya memperoleh pengetahuan yang mendalam.

Pada pernyataan ketujuh sebagian besar responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 32 orang bahwa mereka akan melakukan pemeriksaan Pap Smear hanya pada dokter ahli dibidangnya. Hal ini menunjukkan suatu sikap positif yang dapat membantu meningkatkan kualitas kesehatan wanita itu sendiri, dan hal ini dapat meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan tetapi juga harus didukung dengan fasilitas kesehatan yang memadai. Hal ini sesuai dengan penelitian Hapsari (2006) bahwa responden tidak melakukan pemeriksaan dini resiko terjadinya kanker serviks karena terkait dengan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai.

Dari pernyataan kedelapan sebagian besar responden menyatakan tidak setuju sebanyak 42 orang bahwa mereka hanya melakukan pemeriksaan Pap Smear apabila sudah terkena kanker serviks. Sikap positif ini tidak selalu diwujudkan dalam tindakan yang nyata karena dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rasjidi (2010) bahwa wanita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan kanker serviks yang sudah memasuki stadium lanjut.

Pada pernyataan kesembilan sebagian besar responden menyatakan tidak setuju sebanyak 66 orang bahwa mereka akan tetap melakukan pemeriksaan Pap Smear walaupun hasilnya negatif. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Emilia (2010) bahwa mayoritas perempuan biasanya tidak melakukan tindak lanjut untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Dari hasil pernyataan kesepuluh sebagian besar responden yaitu sebanyak 64 orang menyatakan bahwa jarak jauh rumah sakit atau pelayanan kesehatan tidak berpengaruh kepada mereka untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear. Hal ini berbeda dengan pendapat Hapsari (2006) bahwa responden tidak melakukan pemeriksaan dini

resiko terjadinya kanker serviks karena terkait dengan jarak antara pelayanan kesehatan dengan tempat tinggal.

BAB 6

Dokumen terkait