• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

2. Siklus I

Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Tujuannya untuk memperbaiki dan menutup kekurangan dari siklus I. Yang ditekankan pada siklus II adalah untuk memperbaiki siklus I. Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a. Tahap I : Perencanaan tindakan

Menyusun rancangan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagaimana yang dilakukan pada siklus I dan penetapan alternative pemecahan masalah pada siklus I.

b. Tahap II : Pelaksanaan tindakan

Untuk memperbaiki pembelajaran fiqih materi thaharah

dengan metode demonstrasipada siklus I.

c. Tahap III : Pengamatan

Mengamati kegiatan pembelajaran pada siklus II untuk mengetahui apakah kekurangan-kekurangan dan hambatan pada siklus I sudah terjadi peningkatan dari siklus I.

d. Tahap IV : Refleksi

Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I yang didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I dan proses penelitian berheti pada siklus II. Setelah semua data terkumpul dan

dianalisis, diharapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan

22

7. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Silabus

b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

c. Alat peraga/media gambar, video, dll

d. Lembar observasi

e. Soal evaluasi yang berupa post test.

8. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan penelti adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Sebagai metode ilmiah observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena- fenomena yang dijadikan obyek pengamatan (Djaali, 2013: 16). Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung datang ke lokasi penelitian dengan menggunakan lembar observasi yang telah disesuaikan sebelumnya. Observasi dilaksanakan untuk mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan tujuan penelitian di

MTs Ma‟arif 2 Grabag. Observasi digunakan peneliti untuk

23

b. Tes

Teknik pengumpulan data dalam tes, peneliti membuat dan mengemukakan lembar tes tertulis kepada siswa, tes ini digunakan peneliti untuk memperoleh data-data berupa nilai yang berhubungan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai tolok ukur kemampuan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran.

c. Dokumentasi

Jika data dicari dalam dokumen atau sumber pustaka, maka kegiatan pengumpulan data ini disebut studi dokumen atau sumber pustaka. Data ini merupakan data sekunder karena sudah tertulis atau diolah oleh orang lain. Dengan kata lain, datanya sudah jadi (Wirartha, 2006: 36). Dalam penelitian tindakan kelas ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data yang ada kaitannya dengan pelaksanaan penelitian. Selain itu, dokumentasi diperlukan untuk merekam kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran berupa foto, nilai, soal dan materi.

9. Analisis data

Analisis data menurut (Arikunto, 2014), yaitu : mengumpulkan data, dan diolah serta dianalisis dengan meliputi tiga langkah yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai penelitian. Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis dan refleksi setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan.

24

Setelah data-data didapatkan melalui beberapa metode/teknik pengumpulan data, maka selanjutnya data-data tersebut diolah, dianalisis untuk mngetahui hasil nilai peserta didik yang dijadikan dasar sebagai hasil ketuntasan belajar siswa. Pada analisis ini peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Ketentuan Individu

Untuk mengetahui ketuntasan individu dalam mencapai nilai lebih dari 70 pada mata pelajaran fiqih materi wudhu dapat dilihat dari hasil tes formatif. Teknik untuk menentukan nilai kopetensi secara individu adalah sebagai berikut:

N = Jumlah skor keseluruhan x 2

Soal terdiri dari 10 pilihan ganda yang di beri skor penilaian 1 point per nomer pada jawaban benar, kemudian 10 bentuk esay yang diberi skor penilaian 2 point per nomer pada jawaban benar dan 5 soal uraian yang di beri skor penilaian 4 point per nomor.

b. Ketentuan klasikal

Persentase ketentuan belajar yang peneliti harapkan adalah

≥ 85% dari jumlah siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag memperoleh nilai di atas KKM. Teknik mengukur persentase kopetensi secara klasik (bersama-sama) dapat digunakan rumus sebagai berikut:

25

Tabel 1.1 Kriteria Ketuntasan Nilai Pada Siswa

No Skor Nilai Ketuntasan

1. 0-69 Belum Tuntas

2. 70-100 Tuntas

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi tindakan kelas ini dimaksudkan sebagai gambaran yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi sehingga dapat memudahkan dalam memahami atau mencerna masalah-masalah yang akan dibahas. Maka akan disusun sistematika sebagai berikut:

1. Bagian awal

Bagian awal skripsi mencangkup tentang sampul, lembar berlogo, halaman judul, lembar persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.

2. Bagian inti

Bab I berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dan indikator pencapaian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Bab ini bertujuan untuk mengantarkan pembaca untuk mengetahui tentang apa, mengapa dan bagaimana penelitian dilakukan.

26

Bab II Kajian Pustaka mencangkup hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian yaitu (1) hasil belajar, (2) mata pelajaran fikih, (3) materi wudhu, (4) Metode pembelajaran demonstrasi, (5) Media peembelajaran audio visual.

Bab III Paparan hasil penelitian. Pada bab ini berisi tentang

gambaran umum di MTs Ma‟arif 2 Grabag dan deskripsi pelaksanaan penelitian.

Bab IV Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan, bagian ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan setiap selesai penelitian pada setiap siklusnya.

Bab V penutup, pada bagian ini meliputi kesimpulan dan saran.

3. Bagian akhir

Bagian akhir mencangkup daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup penulis.

27

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian hasil belajar

Menurut Dr. Nana Sujana (2010: 22) mengatakan bahwa “Hasil

Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajar”. Jadi, yang dimaksud hasil belajar

merupakan sebuah bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai melalui pengalaman belajarnya.

Dalam KBBI dijelaskan bahwa hasil adalah sesuatu yang diadalan dengan suatu usaha. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan dengan suatu usaha nyata yaitu belajar, sesuatu yang diadakan itu dapat berupa pengetahuan baru, berupa nilai, berupa angka, serta karakteristik, sikap dan perilaku yang sebelumnya belum ada.

Hasil belajar yang diharapkan dari proses belajar yang utama adalah adanya perubahan baik pengetahuan, sikap maupun ketrampilan, yang pada akhirnya bermuara pada pencapaian pendidikan nasional dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

28

Belajar adalah proses seseorang memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap (Yamin, 2005: 97). Jadi dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, setiap orang mempunyai kewajiban belajar dimulai sejak kecil hingga akhir hayat karena belajar merupakan proses seseorang untuk hidup mandiri dan mengembangkan diri.

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan (Husamah, 2018: 4). Jadi, Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi lebih dari itu belajar juga membentuk kecakapan, ketrampilan, sikap dan penyesuaian diri.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikesimpulan bahwa hasil belajar merupakan wujud dari suatu usaha atau hasil dari proses belajar, yaitu hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan melalui pembelajaran yang sistematis dan terencana sebagai hasil dari pengalaman, sehingga terjadi suatu perubahan sikap, tingkah laku dan kepribadian kearah yang lebih baik dari sebelumnya atau yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran tersebut. Atau dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.

29

Hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Penjelasan mengenai faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

1) Kecerdasan (intellegent qution)

Kecerdasan adalah sifar pemikiran yang pencangkup

sejumlah kemampuan, seperti: menalar, merencanakan,

memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.

(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_intelektual).

2) Bakat (Aptitude)

Bakat (Aptitude) adalah kecerdasan manusia yang bersifat

khusus dalam bidang atau pekerjaan tertentu. (Sunaryo, 2004: 187). Bakat adalah potensi bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan atau ketrampilan khusus misalnya, kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis dan lain-lain.

30

Sikap merupakan faktor penting dalam belajar, karena tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap seseorang dalam belajar akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut. Sikap sangat tergantung pada pendirian, kepribadian, dan keyaninannya, tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh (Susanto, 2016: 2).

4) Minat (Intered)

Minat merupakan suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.

Dalam KBBI, minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Jadi minat dalam belajar merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap keinginan untuk belajar.

5) Motivasi (motivation)

Menurut Mc. Donald yang dikutip Oemar Hamalik (2003: 158) menjelaskan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam A.M Sardiman (2005: 75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan

31

ingin melakukan sesuatu, dan bila ia suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar yang timbul dari dalam diri (intrinsik) dan luar diri siswa (ekstrinsik).

6) Keyakinan (Belief)/percaya diri

Salah satu penyebab kegagalan dalam proses belajar adalah tidak adanya keyakinan. Meskipun hanya merupakan salah satu penyebab, namun tidak adanya keyakinan dan rasa percaya diri sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proses belajar.

7) Kesadaran (Consciousness)

Kesadaran merupakan sadar akan perbuatan, seseorang yang ingin mencapai tujuan pembelajaran yang dituju maka ia harus memiliki kesadaran sedang belajar.

8) Kedisiplinan (Discipline)

Kedisiplinan sebagai kunci dari keberhasilan merupakan salah satu permata sikap yang banyak menarik perhatian. Kedisiplinan adalah dasar ditempatinya segala aturan main atau

prosedur yang menjadi syarat dasar dari setiap jenis

pekerjaan/aktivitas (Efferin, 2010: 103).

32

Yang menjadi faktor keberhasilan dalam belajar adalah tanggung jawab. Tanggung jawab di sini berarti kesadaran seseorang akan tingkah laku atau perbuatan yang baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

b. Faktor eksternal

Keberhasilan belajar siswa disamping dibentuk oleh faktor internal juga ditentukan oleh faktor ekternal, yaitu sebagai faktor yang ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa adalah:

1) Lingkungan sosial

Yang mempengaruhi hasil belajar dari luar diri siswa yaitu lingkungan sosial yang meliputi: lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial siswa, dan lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

2) Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letak rumah tempat tinggal keluarga siswa, fasilitas belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

33

3. Mata Pelajaran Fiqih

1) Pengertian fiqih

Fiqih )ٔقف( dalam bahasa arab adalah bentuk masdar dari fi‟il

madhi )ٔقف(, yaitu : اٖقف-ٔقفٝ-ٔقف (Yunus, 1989: 321). Menurut bahasa fiqih berarti mengerti atau faham. Fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari syariat yang bersifat amaliyah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci (Karim, 1995: 11). Fiqih adalah ilmu tentang hukum Islam yang bersifat amaliyah/perkara hukum islam yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang terperinci (Syarifudin, 1997: 2).

Kata fiqih semula berarti ٌُُْيِعْىَا (pengetahuan) danُ ٌَُُْٖفْىَاُ

(pemahaman). Kata fa’, qa’, dan ha’ dalam bahasa arab terkadang

hadir dengan fathah (ََُٔقَف), terkadang dengan dhamah (َُُٔقَف), dan

terkadang dengan kasrah (َُِٔقَف). Masing-masing memiliki arti yang

berbeda, ََُٔقَف berarti fiqih sudah menjadi kepiawaiannya (menjadi ahli

fiqih). Sedang َُُٔقَف berarti telah memahami (lebih dahulu dibanding

orang lain), sedang َُِٔقَفُberarti telah mengetahui (Abdul, 2006: 5).

Imam Al-Ghazali dan al-Amidi berpendapat bahwa fiqh secara

etimologi berarti pemahaman secara mutlak, baik yang dipahami rumit atau tidak, maupun tujuan dari ucapan pembicara atau yang lain. Dalam buku yang sama Syaikh Abu Ishaq Asy-Syirazi dan yang

34

sependapat dengannya mengatakan bahwa fiqh adalah pemahaman

terhadap hal-hal yang rumit saja, oleh karena itu, ungkapan “saya

paham bahwa langit di atas kita dan bumi di bawah kita” tidak

termasuk fiqih karena itu sudah jelas. Sedangkan menurut Abu Hasan Al-Basri dan Ar-Razi, serta orang yang sependapat dengannya

mengatakan bahwa fiqh adalah pemahaman terhadap tujuan ungkapan

si pembicara saja, sehingga memahami bahasa burung tidak disebut dengan fiqih (Abdul , 2006: 6).

Menurut istilah para ahli fiqih mutakhir memberikan definisi

secara eksklusif, yaitu terkisar pada hukum-hukum yang ‘amaliy

(praktis) yang diambil dari dalil-dalilnya yang tafsiliy (terperinci)

(Salam dan Farthurohman, 1994: 30).

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syari‟at yang

berkaitan dengan perbuatan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syariat agama), yang telah diambil dari dalil-dalil yang

terperinci, yaitu berupa nash-nash Al-qur‟an dan As-sunnah serta yang

bercabang dari keduanya yaitu ijma‟ dan ijtihad.

Mata pelajaran fiqih dalam kurikulum MTs Ma‟arif 2 Grabag

merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran PAI yang terdiri dari

empat komponen, yaitu meliputi fiqih, akidah akhlak, al-qur‟an hadits

dan sejarah kebudayaan islam (SKI). Dalam buku (DEPAG RI, 2004: 48) dijelaskan bahwa dengan mata pelajaran fiqih diharapkan mampu

35

untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mampu mengamalkan hukum Islam, yang kemudian

menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Dalam mata pelajaran terdapat pokok bahasan thaharah (bersuci) yang termasuk di dalamnya adalah materi wudhu yang sangat penting untuk diajarkan sejak dini dikarenakan wudhu merupakan syarat sahnya berbagai ibadah, baik ibadah wajib maupun

ibadah sunah, seperti: shalat, thawaf, membaca Al-Qur‟an dan lain

sebagainya. Seseorang yang ingin menghadap tuhannya hendaknya harus dalam keadaan suci atau bebas dari hadas dan najis.

2) Objek pembahasan Ilmu Fiqih

Yang menjadi objek pembahasan ilmu fiqih menurut batasan yang telah dikemukakan oleh ahli ushul fiqih adalah segala perbuatan, perkataan, dan tindakan para mukallaf dari segi hukum, termasuk yang mensifati perbuatan para mukallaf itu, seperti: wajib, sunah,

makruh, mubah, sah, batal, qada‟ dan sebagainya (Salam dan Fathorohman, 1994: 44). Secara terperinci objek pembahasan ilmu fikih dapat diperinci menjadi delapan bagian sebagai berikut:

a. Kumpulan hukum yang digolongkan ke dalam ibadah, yaitu

36

b. Kumpulan hukum yang berkaitan dengan masalah berkeluarga,

seperti perkawinan, talak nafkah, wasiat dan pusaka. Hukum

seperti ini sering disebut dengan al-ahwal al-syakhsiyah.

c. Kumpulan hukum mengenai mu‟amalah madiyah (kebendaan),

seperti hukum-hukum jual beli, sewa-menyewa, utang-piutang,

gadai, syufa’ah hiwalah, mudharabah, memenuhi akad atau

transaksi dan menunaikan amanah.

d. Kumpulan hukum yang berkaitan dengan harta negara, yaitu

kekayaan yang menjadi urusan baitulmal, penghasilannya,

macam-macam harta yang ditempatkan di baitulmal, dan tempat-

tempat pembelanjaannya. Hukum ini termasuk al-siyasah.

e. Kumpulan hukum yang dinamai ‘uqubat, yaitu hukum-hukum

yang disyariatkan untuk memelihara jiwa, kehormatan, dan akal

manusia, seperti qisas, had, ta‟zir.

f. Kumpulan hukum yang termasuk kedalam hukum acara, yaitu

hukum-hukum mengenai peradilan, gugatan, pembuktian, dan lain sebagainya.

g. Kumpulan hukum yang tergolong kepada hukum tata negara,

seperti syarat-syarat menjadi kepala negara, hak-hak penguasa, hak-hak rakyat, dan sistem permusyawaratan. Ini juga termasuk

dalam lingkup al-siyasah (Koto, 2009: 6).

h. Kumpulan hukum yang sekarang disebut sebagai hukum

37

perampasan perang, perdamaian, perjanjian tebusan, cara menggauli al-zimmah, dan lain sebagainya. Ini juga termasuk

kedalam lingkup al-siyasah (Koto, 2009: 7).

4. Materi Wudhu

Materi wudhu merupakan salah satu materi yang berada dalam pokok bahasan thaharah yang berada pada mata pelajaran fiqih di kelas

VII A semester I MTs Ma‟arif 2 Grabag. Pembahasan dalam pokok

bahasan thaharah ini membahasa materi tentang macam-macam najis, macam-macam air yang dapat digunakan untuk bersuci, dan wudhu meliputi: pengertian wudhu, dasar hukum pelaksanaan wudhu, syarat sah wudhu, rukun wudhu, hal-hal yang membatalkan wudhu, sunah-sunah wudhu serta tata cara pelaksanaan wudhu. Dalam penelitian ini yang menjadi titik fokus pembahasan adalah materi tentang wudhu. Pada pembahasan pertama siswa di beri materi tentang pengertian wudhu, niat wudhu, rukun wudhu, dan syarat sah wudhu. Kemudian untuk materi yang kedua siswa di beri materi tentang hal-hal yang membatalkan wudhu, sunah-sunah wudhu serta tata cara pelaksanaan wudhu.

5. Metode Demonstrasi

1) Pengertian metode demonstrasi

Metode adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan

karakteristik siswa, materi, serta kondisi lingkungan di mana pengajaran berlangsung (Usman B, 2010: 31-32).

38

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung, maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Mariyaningsih, 2018: 82).

2) Manfaat metode demonstrasi untuk siswa

a. Memiliki ketrampilan motoris/gerak, seperti: memperagakan

konsep materi, memecahkan masalah lewt praktik,

mempergunakan alat, membuat suatu bentuk atau melaksanakan gerak dalam kegiatan.

b. Memiliki kecakapan mental, seperti melakukan sesuatu di depan

teman yang lain dan di depan guru.

c. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa.

d. Pengetahuan siswa akan bertambah dari berbagai segi dan anak

didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam (Usman B, 2010: 45).

3) Syarat-syarat metode demonstrasi

Agar penggunaan metode demonstrasi dapat efektif, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Sebelum perjalanan dimulai, hendaknya diawali terlebih dahulu

39

b. Menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan

demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan.

c. Persiapan-persiapan peralatan yang dibutuhkan sebelum

demonstrasi dimulai, dan atur sesuai dengan sekenario yang direncanakan.

d. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan

kenyataan yang sebenarnya, dan jangan berlebih-lebihan (Usman B,2010: 45-46).

4) Langkah-langkah metode demonstrasi

a. Guru mengatur tempat duduk siswa sehingga semua siswa dapat

melihat secara jelas apa yang didemonstrasikan.

b. Kemukakan tujuan yang ingin dicapai dan tugas-tugas yang harus

diselesaikan siswa setelah menyaksikan demonstrasi.

c. Melakukan demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang

merangsang siswa untuk berfikir.

d. Pastikan semua siswa mengikuti demonstrasi dan beri kesempatan

secara aktif untuk berfikir lebih lanjut.

e. Bila demonstrasi selesai dilaksanakan, maka guru memberikan

tugas-tugas tertentu kepada siswa.

5) Kelebihan metode demonstrasi

a. Menghindari verbalisasi karena langsung memperhatikan materi

40

b. Mudah diingat siswa karena siswa melihat praktiknya secara

langsung.

c. Bila dilaksanakan sesuai prosedur, dapat terlihat hasilnya secara

cepat.

d. Dapat mengkaitkan teori dengan kejadian sehari-hari.

e. Dapat memperjelas beberapa persoalan yang menimbulkan

pertanyaan atau keraguan.

f. Dapat mengarahkan siswa ke arah berfikir yang sama

(Mariyaningsih, 2018: 84).

6) Kekurangan metode demonstrasi

a. Tidak semua benda dapat di demonstrasikan.

b. Demonstrasi memerlukan persiapan yang matang dari guru karena

faktor keberhasilan dalam demonstrasi akan membentuk keyakinan siswa.

c. Memerlukan peralatan, benda dan tempat yang memadai.

d. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli

bahan-bahan praktik.

e. Diperlukan pemusatan perhatian siswa dalam pengamatan yang

kadang-kadang diabaikan oleh siswa.

f. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda

jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya (Mariyaningsih, 2018: 84).

41

6. Media Audio Visual

1) Pengertian media audio visual

Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang

berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti “tengah”,

“perantara”. Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Jalinus dan Ambiyar, 2016: 2).

Secara harfiah kata media memiliki arti perantara atau pengantar.

Asocciation For Education And Communication Teknologi (AECT)

mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk

suatu penyaluran informasi. Menurut Education (NEA) mendefinisikan

sebagai benda yang dapat dimanipulasikan dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dapat mempengaruhi efektifitas program intruksional (Asnawir dan Usman, 2002: 11).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media

Dokumen terkait