i
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH
MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI
DAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII A
MTs MA’ARIF 2 GRABAG, MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
ISTIROKHAH
NIM 111 14 019
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vi MOTTO
Agama Islam adalah (agama) yang bersifat bersih/suci, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya
tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang yang suci (HR. Baihaqi).
Sesungguhnya Allah swt itu menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha
mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah
tempat-tempatmu dan jangan meniru orang-orang yahudi (HR. Tirmidzi).
Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan untuk menguji akar.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Robbil‘Alamin Maha suci Allah yang telah memberi kebahagiaan, rasa syukur yang terdalam terpancar dalam butiran-butiran bening di kala hati mulai tersenyum. Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Teruntuk yang selalu aku sebut dalam doa-doaku, Kedua orang tuaku tercinta
Bapak Sugianto dan Ibu Botok yang senantiasa membimbing, merawat, mendidik, mencintai dan memberikan kasih sayangnya kepada penulis sedari kecil sampai sekarang, semoga Allah selalu melimpahkan kasih sayangNya kepada beliau berdua, senantiasa diberikan kesehatan, umur yang panjang dan manfaat, serta dimudahkan dalam setiap urusannya.
2. Adikku Rizal Nahrowi yang selalu menyayangi kakaknya, semoga apa yang
menjadi cita-citamu dapat tercapai dan didengar serta ayo bareng-bareng kita
bahagiakan kedua pahlawan kita “Pae dan Mae tercinta”.
3. Keluarga besar ku mbah Jarkoni, Mbah Supiyah, Mbah Ngatirah, dan semua
adik-adik dari mae pae (pak lik dan bu lik) yang selalu memberi restu dan doa-doanya kepada penulis untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis.
4. Adik-adik kecil sepupuku Lala, Rahma, Asma, Shifa, Seli, Faris, Farhan,
viii
5. Almagfurllah Bapak K. H. Muhammad Zumri RWS (Alm) beserta Ibu Nyai
Hj. Latifah pengasuh PPTI Al-Falah Salatiga yang senantiasa memberikan membimbing dan memberikan nasihat-nasihatnya kepada penulis.
6. Bapak Saeful Bahri dan Ibu Meva Evita Dewi pengasuh asrama IBS
Daarunnajah MAN 1 Magelang yang hingga saat ini selalu memberi motivasi untuk penulis.
7. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M.Pd yang telah sabar membimbing dan mendo‟akan
dalam penyusunan skripsi ini, hanya Allah yang mampu membalas kebaikan ibu, semoga selalu diberi kesehatan dan dimudahkan dalam segala urusannya.
8. Teman-teman BigFam‟14 PPTI Al-Falah yang selalu berjalan beriringan
untuk mencapai keberhasilan bersama, terkhusus mbak Siti Uswatun Khasanah yang setia menemani dalam proses penelitian.
9. Adek-adekku PPTI Al-Falah dek Renita, dek Imro‟, dek Fadhil, dek Najibah,
dek Mela yang selalu mendukung dan setia menemani penulis dalam penyelesaian skripsi ini serta kepada Adek-adekku Likai, Dihlis, Okta yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Bu Lurah PPTI Al-Falah (Ulfah Mahmudah) yang selalu menemani,
mendukung dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Teman-teman pengurus jurnalistik Insantri, pengurus poskestren dan
ix
12. Sahabat MTs ku tercinta Katri Handayani yang selalu nagih kapan aku
wisuda.
13. Teman-teman PPL MTs NU Salatiga dan teman-teman KKN posko 90
Boyolali.
14. Rekan mahasiswa PAI angkatan 2014 IAIN Salatiga.
15. Seseorang yang akan menjadi imam dalam hidupku.
16. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi rabbi al-„alamin, segala Puji bagi Allah Tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan semangat dan memberikan jalan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat melalui segala macam proses penulisan
skripsi ini hingga selesai dengan judul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
FIQIH MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN
MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII A MTs MA‟ARIF 2
GRABAG TAHUN PELAJARAN 2018/2019”. Shalawat salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, utusan Allah yang ilmunya masih bisa penulis rasakan melalui rantai ilmu para Ulama dan Kyai yang mempunyai sanad kepada beliau.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan PAI IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
xi
proses penyusunan dan penulisan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk
menilai dan menguji skripsi ini dalam rangka menyelesaikan studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negri Salatiga.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah berkenan
memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai dan semoga memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan masyarakat, lingkungan sekitar umumnya.
8. Bapak K. H. Muhammad Zumri RWS (Alm) beserta Ibu Nyai Hj. Latifah
selaku pengasuh pondok pesantren Tarbiyyatul Islam Al-Falah yang telah membina, mendidik dan mencurahkan ilmunya kepada penulis selama belajar di pondok pesantren. Semoga keberkahan selalu menyertai mereka.
9. Para ustadz dan ustadzah PPTI Al-Falah yang dengan ikhlas memberikan
ilmunya kepada penulis.
10. Bapak kepala sekolah MTS Ma‟arif 2 Grabag, Bapak Turyana, S.Pd.I yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di MTs
xii
11. Bapak Agus Ahmad Marzuki, M.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran
fiqih kelas VII MTs Ma‟arif 2 Grabag yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian hingga selesai.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya, dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 14 September 2018 Penulis,
xiii ABSTRAK
Istirokhah. 2018. Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Materi Wudhu Melalui
Metode Demonstrasi Dan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VII A MTs Ma’arif 2 Grabag, Magelang Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Hj. Maryatin, M,Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Wudhu, Metode Demonstrasi dan Media Audio Visual
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah metode demonstrasi dan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran fiqih materi wudhu pada siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag,
Magelang Tahun pelajaran 2018/2019.
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) menerapkan 2 siklus dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek
penelitian siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag, Magelang tahun pelajaran
2018/2019 sebanyak 33 siswa. Teknik pengumpulan data yang menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, nilai praktik dan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Kemudian di analisis menggunakan rumus ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal kemudian ditarik kesimpulan. memperhatikan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil nilai praktik siklus I jumlah nilai 73 dan siklus II 125, hampir seluruh siswa mampu mempraktikan wudhu. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual dan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih pokok bahasan
thaharah materi wudhu pada siswa kelas VII A semester I MTs Ma‟arif 2 Grabag,
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN BERLOGO... ii
HALAMAN DEKLARASI... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iv
HALAMAN PENGESAHAN... v
MOTTO... vi
DAFTAR GAMBAR... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian... 8
F. Definisi Operasional... 10
G. Metode Penelitian... 14
xv
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori... 27
1. Pengertian hasil belajar... 27
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar... 28
3. Mata pelajaran fiqih... 33
4. Materi Wudhu... 37
5. Metode Demonstrasi... 37
6. Media Audio Visual ... 41
B. Kajian Materi Penelitian... 46
1. Pokok Bahasan Thaharah... 46
2. Materi Wudhu... 52
C. Kajian Pustaka... 71
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum... 74
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 78
1. Pra Siklus... 78
2. Siklus I... 79
3. Siklus II... 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 95
1. Pra Siklus... 95
2. Siklus I... 100
3. Siklus II... 106
xvi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 122
B. Saran... 123
DAFTAR PUSTAKA... 125
xvii
DAFTAR TABEL
1.1 Kriteria Ketuntasan Nilai Pada Siswa... 24
3.1 Jumlah Siswa MTs ma‟arif 2 Grabag... 76
3.2 Lembar Pengamatan Guru Siklus I... 83
3.3 Lembar Pengawasan Siswa Siklus I... 85
3.4 Lembar Pengamatan Guru Siklus II... 91
3.5 Lembar Pengawasan Siswa Siklus II... 93
4.1 Hasil Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Fiqih... 96
4.2 Hasil Nilai Tes Formatif Siklus I... 99
4.3 Hasil Nilai Praktik Silkus I... 104
4.4 Hasil Nilai Tes Formatif Siklus II... 107
4.5 Hasil Nilai Praktik Silkus II... 111
4.6 Perbandingan Nilai Pra Siklus dan Siklus I... 114
4.7 Perbandingan Nilai Siklus I dan Siklus II... 115
4.8 Perbandingan Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II... 116
4.9 Selisih Ketentuan Siswa... 119
xviii
DAFTAR GAMBAR
1.1 Skema siklus PTK... 18
4.1 Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Ketuntasan Siswa... 118
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Nilai Ulangan Harian
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
3. Lembar Pengamatan Guru Siklus I
4. Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
5. Soal Tes Siklus I
6. Hasil Nilai Tes Formatif Siklus I
7. Hasil Nilai Praktik Siklus I
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
9. Lembar Pengamatan Guru Siklus II
10. Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
11. Soal Tes Siklus II
12. Hasil Nilai Tes Formatif Siklus II
13. Hasil Nilai Praktik Siklus II
14. Dokumentasi
15. Surat Tugas Pembimbing Skripsi
16. Surat Permohonan Izin Penelitian
17. Surat Keterangan Penelitian
18. Lembar Konsultasi Skripsi
19. Surat Keterangan Kegiatan (SKK)
20. Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup di dunia ini tidak lepas dari pendidikan, karena tujuan sesungguhnya manusia bukan hanya sekedar untuk hidup, melainkan ada tujuan yang lebih mulia daripada sekedar hidup dan semua itu dapat tercapai dan terwujud lewat pendidikan. Itulah yang membuat perbedaan antara manusia dengan makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya, yang menjadikannya lebih unggul dan lebih mulia. Manusia merupakan makhluk yang sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, karena manusia diberi kelebihan berupa akal untuk berfikir dengan akal tersebut manusia diharapkan dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga mampu membedakan antara yang benar dan yang batil sehingga menjadi manusia yang seutuhnya.
Pendidikan merupakan suatu wahana dan sarana yang baik dalam upaya pembinaan sumber daya manusia dan mempunyai nilai esensial yang tinggi dalam kehidupan. Pendidikan merupakan kebutuhan utama sebagai bekal manusia di kehidupannya nanti, maka dari itu sudah selayaknya pendidikan mendapatkan perhatian, penanganan dan sebagai perioritas oleh pemerintah, masyarakat, keluarga dan seluruh pelaku pendidikan.
2
aktif dapat mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Keberhasilan pendidikan tidak dapat terlepas dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, yaitu di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait. Komponen tersebut adalah guru (pendidik), siswa (peserta didik), materi (bahan), media (alat/sarana), dan metode atau model penyampaian. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat menciptakan dan menggunakan berbagai macam strategi agar pembelajaran tidak membosankan bagi siswa. Akan tetapi sejauh ini proses pembelajaran
yang berlangsung dalam dunia pendidikan masih berpusat pada guru (teacher
centered), bukan pada siswa (student centered). Siswa hanya duduk, mendengarkan, mencatat dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru. Pola seperti ini menyebabkan siswa kurang bisa mengaktualisasikan dirinya dan pembelajaran menjadi kurang aktif dan kurang sesuai dengan cara belajar yang disukai oleh peserta didik.
3
Tolok ukur berhasil tidaknya tujuan pendidikan selain dapat dilihat dari perubahan tingkah laku peserta didik juga dapat dilihat pula melalui pencapaian hasil belajar yang maksimal setelah diadakan evaluasi di akhir proses pembelajaran. Dengan mengetahui hasil belajar setiap peserta didik maka dapat dijadikan tolok ukur bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pendidikan itu berlangsung, dan sejauh mana peserta didik tersebut memahami dan mendalami materi pembelajaran yang telah diajarkan, serta sejauh mana tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Pendidikan agama islam merupakan pendidikan yang penting dan harus di pelajari sejak dini, pembinaan tentang pendidikan agama islam dikembangkan dengan menekankan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu guru agama perlu mendorong dan mematau kegitan pendidikan islam yang dialami oleh peserta didiknya di dua lingkungan pendidikan lainnya (keluarga dan masyarakat). Sehingga terwujud keselarasan dan kesatuan tindakan dalam pembinaannya.
Mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) di MTs Ma‟arif 2
Grabag terdiri dari empat komponen, yaitu meliputi Fiqih, Akidah Akhlak, Al-Qur‟an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Fiqih berfungsi untuk melaksanakan syariat dan hukum-hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Akidah Akhlak berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan siswa kepada Allah SWT. Al-Qur‟an Hadits berfungsi memahami
ayat-ayat Al-Qur‟an serta mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari
4
tentang sejarah Islam agar siswa dapat mengetahui dan mengambil hikmah dari apa yang terjadi pada Islam zaman dahulu.
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti khusus meneliti tentang mata pelajaran fiqih. Belajar fiqih merupakan hal yang yang sangat penting yang mana fiqih adalah syariat Islam yang harus dikerjakan oleh setiap umat muslim. Dalam kehidupan sehari-hari fiqih sangat dibutuhkan oleh setiap orang khususnya dalam bidang ibadah. Fiqih membahas tentang cara beribadah, prinsip rukun Islam, dan hubungan antar manusia sesuai yang
tersurat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Fiqih mengatur segala hukum Allah
yang berhubungan dengan segala pekerjaan mukalaf yang mana hukum ini
diambil dari Al-Qur‟an dan Sunnah dengan jalan ijtihad.
5
kemampuan untuk memilih dan menggunakan metode serta media pembelajaran yang tepat untuk di gunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam mata pelajaran fiqih di MTs Ma‟arif 2 Grabag banyak siswa yang mengalami kesulitan. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar yang kurang memuaskan ketika dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian.
Bedasarkan nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran fiqih di MTs Ma‟arif
6
Untuk memperbaiki kasus tersebut penulis menetapkan metode dan media pembelajaran yang akan digunakan, yaitu melalui metode pembelajaran demonstrasi dan media audio visual, diharapkan dapat menarik perhatian peserta didik terhadap proses pembelajaran fiqih khususnya pada materi wudhu sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Dari permasalahan dan hasil study pendahuluan diatas, maka penulis
termotivasi untuk meneliti tentang “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN
MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII A MTs MA‟ARIF 2
GRABAG, MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : Apakah penerapan metode demonstrasi dan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar fiqih materi wudhu pada siswa kelas VII A MTs
Ma‟arif 2 Grabag, Magelang tahun pelajaran 2018/2019.
C. Tujuan Penelitian
7
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis tindakan
Hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti di bawah (lemah),
tesis yang berarti kebenaran. Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau
kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari pengkajian
kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011: 96). Jadi suatu hipotesis akan diterima jika disertai dengan adanya fakta-fakta yang membenarkan. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Penerapan pembelajaran melalui metode
demonstrasi dan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar
fiqih materi wudhu pada siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag,
Magelang tahun pelajaran 2018/2019 dan dapat mencapai target pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah diterapkan di sekolah, serta siswa dapat mempraktikan materi wudhu dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan materi yang telah disampaikan.
2. Indikator keberhasilan
Penerapan metode demonstrasi dan media audio visual dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai. Indikator yang dapat dirumuskan penulis adalah sebagai berikut :
a. Siswa merasa tertarik dengan metode dan media pembelajaran yang
8
ingin tahu. Dampak dari rasa ingin tahu tersebut menjadikan siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas sehingga siswa mengalami peningkatan hasil belajar dan mampu mempraktikkan materi pembelajaran fiqih materi wudhu dalam kehidipan sehari-hari sesuai dengan materi yang telah disampaikan.
b. Lebih dari 85% dari jumlah siswa kelas VII MTs Ma‟arif 2 Grabag,
Magelang memperoleh nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini antara lain yaitu :
1. Manfaat teoritis
Dalam penelitian tindakan kelas ini berusaha memberikan kontribusi sebagai informasi dan menambah wawasan dalam khazanah keilmuan
Islam tentang metode demonstrasi dan media audio visual dapat
memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas yaitu pada
mata pelajaran fiqih materi wudhu pada siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2
9
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis yang penulis paparkan di sini adalah sebagai berikut :
a. Untuk guru
Manfaat yang dapat dirasakan oleh guru setelah penelitian ini dilaksanakan adalah sebagai motivasi guru untuk meningkatkan kreatifitas dalam penggunaan metode dan media pembelajaran untuk proses belajar mengajar serta menambah wawasan kepada guru tentang pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
b. Untuk siswa
Manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa setelah penelitian dilaksanakan adalah membantu siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa mampu memperoleh pengalaman tentang pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa mengalami peningkatan dalam hasil belajarnya dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari.
c. Untuk sekolah
10
d. Untuk peneliti
Manfaat yang dapat dirasakan oleh peneliti setelah penelitian dilaksanakan adalah akan menambah pengetahuan dan wawasan yang luas sebagai bekal kelak katika akan mendidik.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama penulisan dalam penggunaan kata pada judul, maka akan dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini pada definisi operasional, sebagai berikut :
1. Hasil belajar
Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri
seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu (Fathurrahman, 2007: 6). Belajar adalah kegiatan yang berproses secara sistematis dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis pendidikan (Sardiman, 2009: 26).
Prestasi belajar adalah Hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004: 75). Jadi, hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang diperoleh siswa setelah melewati proses kegiatan pembelajaran.
11
nilai sikap serta kualitas maupun kuantitas agar menjadi lebih baik setelah melakukan kegiatan proses belajar mengajar pada mata pelajaran fikih materi thaharah. Secara kualitatif dapat ditandai dengan perubahan perilaku dan sikap, sejauh mana peserta didik mampu mempraktikkan materi thaharah dalam kehidupan sehari-hari. Secara kuantitatif dapat ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas setelah diadakannya tes formatif.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil bahan penelitian tentang materi wudhu dikarenakan materi ini sangat penting untuk di pelajari, dipahami dan di amalkan peserta didik sejak dini sebagai landasan dasar dalam beribadah. Thaharah (bersuci) yang termasuk di dalamnya adalah wudhu merupakan salah satu syarat dari berbagai ibadah, baik ibadah
wajib maupun ibadah sunah, seperti: sholat, membaca Al-Qu‟an, dan lain
sebagainya. Pemilihan media audio visual karena materi wudhu adalah materi yang tidak hanya berbentuk teori saja akan tetapi juga harus dipraktikkan, sehingga peserta didik harus melihat gambaran tentang bagaimana cara berwudhu dan melalui metode demonstrasi peserta didik berlatih untuk mempraktikan apa yang telah diperlihatkan melalui gambaran yang telah diperlihatkan dan mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Fiqih
Fiqih berarti ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara‟
12
dalil-dalil tafsir (jelas). Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam
syari‟at Islam yang secara membahas persoalan hukum yang mengatur
berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi,
bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.
Fiqih membahas tentang bagaimana cara beribadah, tentang prinsip rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang
terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Dalam Islam terdapat 4 madzhab
dari Sunni yaitu Syafi‟i, Hambali, Maliki, Hanafi. Dari keempat madzhab
tersebut terdapat 4 imam yang mempunyai pendapat yang berbeda-beda dalam pembahasan Fiqih.
Sedangkan ilmu fiqih adalah ilmu yang membahas tentang
hukum-hukum syari‟at yang bersifat praktis yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci. Secara umum, Al-Ghazali memandang ilmu fiqih sebagai bagian
dari syari‟ah yang memiliki keterkaitan erat dengan jalan akhirat, hanya
13
3. Wudhu
Wudhu merupakan salah satu amalan ibadah yang agung dalam
Islam. Secara bahasa, wudhu berasal dari kata al-wadha’ah, yang
mempunyai arti kebersihan dan kecerahan. Sedangkan secara istilah, wudhu adalah menggunakan air untuk anggota-anggota tubuh tertentu (yaitu wajah, dua tangan, kepala, dan dua kaki) untuk menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi seseorang untuk melaksanakan shalat atau ibadah yang lain (Al-Batawy, 2015: 7) .
Wudhu adalah menyucikan diri dari hadas kecil agar dapat mengerjakan ibadah-ibadah yang disyariatkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Secara syariat Islam, wudhu adalah membasuh muka, kedua tangan hingga siku, sebagian kepala, dan kedua kaki hingga mata kaki untuk dapat beribadah kepada Allah Swt.
4. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan cara memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang telah disajikan (Simamora, 2009: 57)
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pembelajaran
14
102). Jadi, metode demonstrasi adalah cara mengajar seorang guru dengan memperagakan atau menunjukkan kepada siswa materi yang yang sedang dipelajari sehingga siswa dapat mengamati dan mendangarkan dengan jelas materi yang disampaikan oleh guru, serta siswa mampu mempraktikan sesuai dengan apa yang telah dilihat dan telah didengarnya.
5. Media audio visual
Media audio visual adalah media yang bisa didengar dan dilihat secara bersamaan. Media ini mengerakkan indra pendengaran dan penglihatan secara bersamaan. Contohnya: media drama, pementasan, film, televisi dan media yang sekarang menjamur, yaitu VCD
Rancangan penelitian yang penulis ambil adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Prof. Suharsimi Arikunto
15
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru dan memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Alasan utama pemilihan rancangan PTK adalah dikarenakan peneliti dapat secara lagsung terlibat dalam penelitian.
Peneliti memilih jenis peneltian tindakan kelas yaitu untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dianalisis menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Setelah penyebab masalah ditemukan, peneliti melakukan tindakan yang dianggap mampu memecahkan masalah tersebut. Pada akhir tindakan dilakukan refleksi tentang keberhasilan dan kegagalan tindakan terhadap pemecahan masalah.
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2
Grabag, yaitu sekitar 33 siswa. Alasan mengambil subjek siswa kelas VII A dikarenakan kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan media dan metode pembelajaran sehingga siswa kurang termotivasi dalam memperhatikan guru saat menjelaskan materi kemudian berdampak pada
kurangnya hasil belajar siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag serta
dinilai perlu adanya suatu pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran supaya mereka lebih termotivasi dan hasil belajarnyapun meningkat.
3. Lokasi penelitian
16
Sekolah ini dipilih menjadi tempat penelitian adalah kerena dianggap memerlukan pengembangan model pembelajaran yang akan meningkatkan kinerja guru dan aktifitas siswa. Selain itu juga adanya kesediaan untuk bekerja sama dari pihak kepala sekolah dan guru kelas serta guru mata
pelajaran yang bersangkutan di MTs Ma‟arif 2 Grabag.
4. Waktu penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan kurang lebih selama satu
bulan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 di MTs Ma‟arif 2
Grabag.
5. Langkah-langkah penelitian
Ada beberapa tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini, penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan-tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
a. Perencanaan
Dalam penelitian tindakan kelas ini kegiatan perencanaan yang dilakukan meliputi :
1) Pengamatan terhadap hasil belajar siswa pada pertemuan yang
lalu.
2) Mengidentifikasi masalah dan menganalisis data secara jelas
tentang masalah apa yang akan diteliti.
3) Merumuskan masalah yaitu secara jelas dan baik dengan
17
4) Pemecahan masalah yaitu ide menetapkan cara yang akan
dilaksanakan untuk menemukan jawaban berupa hipotesis tindakan.
5) Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan.
6) Membuat rancangan tindakan secara rinci.
7) Membandingkan antara siklus satu dengan siklus selanjutnya.
b. Pelaksanaan
Tahapan ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian yaitu menerapkan apa yang telah direncanakan ditahapan pertama, kegiatan pembelajaran di kelas seperti yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti saat kegiatan kedua dilaksanakan. Kedua tahap ini tidak dapat dipisahkan karena tahapan ini akan mempengaruhi hasil akhir dari penelitian. Dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, untuk mengamati kondisi dan reaksi serta keaktifan siswa terhadap tugas yang diberikan.
Aspek-aspek keaktifan siswa yang diamati antara lain:
1) Aktifitas siswa dalam menerima materi pelajaran.
2) Kemampuan siswa dalam mempraktikan materi pelajaran.
18
d. Refleksi
Pada kegiatan ini dilaksanakan untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah mengobservasi kelemahan dan kekurangan kegiatan pada siklus I, menyusun rencana perbaikan pada siklus II. Jika indikator pembelajaran sudah tercapai pada siklus I maka tidak perlu melakukan siklus selanjutnya, tetapi jika belum tercapai maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya.
Keempat kegiatan ini akan terjadi terus menerus membentuk sebuah siklus, yaitu terjadi secara beruntun yang kembali pada langkah semula (Jalil, 2014: 11). Berikut ini merupakan skema siklus PTK:
Gambar 1.1 Skema siklus PTK (Jalil, 2014: 11)
19
6. Siklus penelitian
1) Siklus I
a. Tahap I : Perencanaan
Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah meliputi :
1) Perencanaan pembelajaran tentang materi thaharah.
2) Menyiapkan rencana pembelajaran (RPP).
3) Menyiapkan sumber belajar.
4) Mengembangkan format evaluasi.
5) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
b. Tahap II : Pelaksanaan tindakan kelas
Melaksanakan tindakan kelas dengan rencana pembelajaran yang telah disusun yang akan digunakan dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode Demostrasi tahap
pelaksanaan yaitu :
1) Pertama kali, guru harus menyampaikan kopetensi yang ingin
dicapai.
2) Guru menyajikan materi tentang Thaharah
3) Untuk mengetahui daya tangkap siswa, dibentuk kelompok
berpasangan untuk menjalankan latihan.
4) Tunjuk salah satu siswa yang berpasangan tersebut untuk
20
pasangannya melihat serta membuat catatan-catatan kecil, kemudian bergantian peran begitu juga pada kelompok lain.
5) Menugaskan siswa secara bergiliran atau bisa juga dengan
secara acak menyampaikan hasil dari praktik pasangannya.
6) Guru mengulangi atau menjelaskan kembali materi yang telah
dipraktikkan, untuk memberi penekanan kepada peserta didik yang masih kurang paham terhadap ateri yang disampaikan guru.
7) Dan diakhiri dengan mengambil kesimpulan.
c. Tahap III : Pengamatan tindakan kelas
Peneliti mengamati jalannya pembelajaran yang
berlangsung sesuai dengan materi ajar dengan menggunakan media
audio visial dengan metode demonstrasi, serta mengetahui kendala
yang dihadapi dalam menerapkan pembelajaran yang sedang berlangsung.
d. Tahap IV : Refleksi
21
2) Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Tujuannya untuk memperbaiki dan menutup kekurangan dari siklus I. Yang ditekankan pada siklus II adalah untuk memperbaiki siklus I. Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap I : Perencanaan tindakan
Menyusun rancangan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagaimana yang dilakukan pada siklus I dan penetapan alternative pemecahan masalah pada siklus I.
b. Tahap II : Pelaksanaan tindakan
Untuk memperbaiki pembelajaran fiqih materi thaharah
dengan metode demonstrasipada siklus I.
c. Tahap III : Pengamatan
Mengamati kegiatan pembelajaran pada siklus II untuk mengetahui apakah kekurangan-kekurangan dan hambatan pada siklus I sudah terjadi peningkatan dari siklus I.
d. Tahap IV : Refleksi
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I yang didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I dan proses penelitian berheti pada siklus II. Setelah semua data terkumpul dan
dianalisis, diharapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan
22
7. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Silabus
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c. Alat peraga/media gambar, video, dll
d. Lembar observasi
e. Soal evaluasi yang berupa post test.
8. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan penelti adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengamatan (Djaali, 2013: 16). Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung datang ke lokasi penelitian dengan menggunakan lembar observasi yang telah disesuaikan sebelumnya. Observasi dilaksanakan untuk mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan tujuan penelitian di
MTs Ma‟arif 2 Grabag. Observasi digunakan peneliti untuk
23
b. Tes
Teknik pengumpulan data dalam tes, peneliti membuat dan mengemukakan lembar tes tertulis kepada siswa, tes ini digunakan peneliti untuk memperoleh data-data berupa nilai yang berhubungan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai tolok ukur kemampuan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran.
c. Dokumentasi
Jika data dicari dalam dokumen atau sumber pustaka, maka kegiatan pengumpulan data ini disebut studi dokumen atau sumber pustaka. Data ini merupakan data sekunder karena sudah tertulis atau diolah oleh orang lain. Dengan kata lain, datanya sudah jadi (Wirartha, 2006: 36). Dalam penelitian tindakan kelas ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data yang ada kaitannya dengan pelaksanaan penelitian. Selain itu, dokumentasi diperlukan untuk merekam kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran berupa foto, nilai, soal dan materi.
9. Analisis data
24
Setelah data-data didapatkan melalui beberapa metode/teknik pengumpulan data, maka selanjutnya data-data tersebut diolah, dianalisis untuk mngetahui hasil nilai peserta didik yang dijadikan dasar sebagai hasil ketuntasan belajar siswa. Pada analisis ini peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Ketentuan Individu
Untuk mengetahui ketuntasan individu dalam mencapai nilai lebih dari 70 pada mata pelajaran fiqih materi wudhu dapat dilihat dari hasil tes formatif. Teknik untuk menentukan nilai kopetensi secara individu adalah sebagai berikut:
N = Jumlah skor keseluruhan x 2
Soal terdiri dari 10 pilihan ganda yang di beri skor penilaian 1 point per nomer pada jawaban benar, kemudian 10 bentuk esay yang diberi skor penilaian 2 point per nomer pada jawaban benar dan 5 soal uraian yang di beri skor penilaian 4 point per nomor.
b. Ketentuan klasikal
Persentase ketentuan belajar yang peneliti harapkan adalah
≥ 85% dari jumlah siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag memperoleh nilai di atas KKM. Teknik mengukur persentase kopetensi secara klasik (bersama-sama) dapat digunakan rumus sebagai berikut:
25
Tabel 1.1 Kriteria Ketuntasan Nilai Pada Siswa
No Skor Nilai Ketuntasan
1. 0-69 Belum Tuntas
2. 70-100 Tuntas
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi tindakan kelas ini dimaksudkan sebagai gambaran yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi sehingga dapat memudahkan dalam memahami atau mencerna masalah-masalah yang akan dibahas. Maka akan disusun sistematika sebagai berikut:
1. Bagian awal
Bagian awal skripsi mencangkup tentang sampul, lembar berlogo, halaman judul, lembar persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
2. Bagian inti
26
Bab II Kajian Pustaka mencangkup hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian yaitu (1) hasil belajar, (2) mata pelajaran fikih, (3) materi wudhu, (4) Metode pembelajaran demonstrasi, (5) Media peembelajaran audio visual.
Bab III Paparan hasil penelitian. Pada bab ini berisi tentang
gambaran umum di MTs Ma‟arif 2 Grabag dan deskripsi pelaksanaan penelitian.
Bab IV Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan, bagian ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan setiap selesai penelitian pada setiap siklusnya.
Bab V penutup, pada bagian ini meliputi kesimpulan dan saran.
3. Bagian akhir
27
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian hasil belajar
Menurut Dr. Nana Sujana (2010: 22) mengatakan bahwa “Hasil
Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar”. Jadi, yang dimaksud hasil belajar
merupakan sebuah bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai melalui pengalaman belajarnya.
Dalam KBBI dijelaskan bahwa hasil adalah sesuatu yang diadalan dengan suatu usaha. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan dengan suatu usaha nyata yaitu belajar, sesuatu yang diadakan itu dapat berupa pengetahuan baru, berupa nilai, berupa angka, serta karakteristik, sikap dan perilaku yang sebelumnya belum ada.
28
Belajar adalah proses seseorang memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap (Yamin, 2005: 97). Jadi dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, setiap orang mempunyai kewajiban belajar dimulai sejak kecil hingga akhir hayat karena belajar merupakan proses seseorang untuk hidup mandiri dan mengembangkan diri.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan (Husamah, 2018: 4). Jadi, Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi lebih dari itu belajar juga membentuk kecakapan, ketrampilan, sikap dan penyesuaian diri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikesimpulan bahwa hasil belajar merupakan wujud dari suatu usaha atau hasil dari proses belajar, yaitu hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan melalui pembelajaran yang sistematis dan terencana sebagai hasil dari pengalaman, sehingga terjadi suatu perubahan sikap, tingkah laku dan kepribadian kearah yang lebih baik dari sebelumnya atau yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran tersebut. Atau dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.
29
Hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Penjelasan mengenai faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
1) Kecerdasan (intellegent qution)
Kecerdasan adalah sifar pemikiran yang pencangkup
sejumlah kemampuan, seperti: menalar, merencanakan,
memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_intelektual).
2) Bakat (Aptitude)
Bakat (Aptitude) adalah kecerdasan manusia yang bersifat
khusus dalam bidang atau pekerjaan tertentu. (Sunaryo, 2004: 187). Bakat adalah potensi bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan atau ketrampilan khusus misalnya, kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis dan lain-lain.
30
Sikap merupakan faktor penting dalam belajar, karena tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap seseorang dalam belajar akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut. Sikap sangat tergantung pada pendirian, kepribadian, dan keyaninannya, tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh (Susanto, 2016: 2).
4) Minat (Intered)
Minat merupakan suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.
Dalam KBBI, minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Jadi minat dalam belajar merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap keinginan untuk belajar.
5) Motivasi (motivation)
31
ingin melakukan sesuatu, dan bila ia suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar yang timbul dari dalam diri (intrinsik) dan luar diri siswa (ekstrinsik).
6) Keyakinan (Belief)/percaya diri
Salah satu penyebab kegagalan dalam proses belajar adalah tidak adanya keyakinan. Meskipun hanya merupakan salah satu penyebab, namun tidak adanya keyakinan dan rasa percaya diri sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proses belajar.
7) Kesadaran (Consciousness)
Kesadaran merupakan sadar akan perbuatan, seseorang yang ingin mencapai tujuan pembelajaran yang dituju maka ia harus memiliki kesadaran sedang belajar.
8) Kedisiplinan (Discipline)
Kedisiplinan sebagai kunci dari keberhasilan merupakan salah satu permata sikap yang banyak menarik perhatian. Kedisiplinan adalah dasar ditempatinya segala aturan main atau
prosedur yang menjadi syarat dasar dari setiap jenis
pekerjaan/aktivitas (Efferin, 2010: 103).
32
Yang menjadi faktor keberhasilan dalam belajar adalah tanggung jawab. Tanggung jawab di sini berarti kesadaran seseorang akan tingkah laku atau perbuatan yang baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
b. Faktor eksternal
Keberhasilan belajar siswa disamping dibentuk oleh faktor internal juga ditentukan oleh faktor ekternal, yaitu sebagai faktor yang ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa adalah:
1) Lingkungan sosial
Yang mempengaruhi hasil belajar dari luar diri siswa yaitu lingkungan sosial yang meliputi: lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial siswa, dan lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
2) Lingkungan non sosial
33
3. Mata Pelajaran Fiqih
1) Pengertian fiqih
Fiqih )ٔقف( dalam bahasa arab adalah bentuk masdar dari fi‟il
madhi )ٔقف(, yaitu : اٖقف-ٔقفٝ-ٔقف (Yunus, 1989: 321). Menurut bahasa fiqih berarti mengerti atau faham. Fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari syariat yang bersifat amaliyah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci (Karim, 1995: 11). Fiqih adalah ilmu tentang hukum Islam yang bersifat amaliyah/perkara hukum islam yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang terperinci (Syarifudin, 1997: 2).
Kata fiqih semula berarti ٌُُْيِعْىَا (pengetahuan) danُ ٌَُُْٖفْىَاُ
orang lain), sedang َُِٔقَفُberarti telah mengetahui (Abdul, 2006: 5).
Imam Al-Ghazali dan al-Amidi berpendapat bahwa fiqh secara
34
sependapat dengannya mengatakan bahwa fiqh adalah pemahaman
terhadap hal-hal yang rumit saja, oleh karena itu, ungkapan “saya
paham bahwa langit di atas kita dan bumi di bawah kita” tidak
termasuk fiqih karena itu sudah jelas. Sedangkan menurut Abu Hasan Al-Basri dan Ar-Razi, serta orang yang sependapat dengannya
mengatakan bahwa fiqh adalah pemahaman terhadap tujuan ungkapan
si pembicara saja, sehingga memahami bahasa burung tidak disebut dengan fiqih (Abdul , 2006: 6).
Menurut istilah para ahli fiqih mutakhir memberikan definisi
secara eksklusif, yaitu terkisar pada hukum-hukum yang ‘amaliy
(praktis) yang diambil dari dalil-dalilnya yang tafsiliy (terperinci)
(Salam dan Farthurohman, 1994: 30).
Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syari‟at yang
berkaitan dengan perbuatan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syariat agama), yang telah diambil dari dalil-dalil yang
terperinci, yaitu berupa nash-nash Al-qur‟an dan As-sunnah serta yang
bercabang dari keduanya yaitu ijma‟ dan ijtihad.
Mata pelajaran fiqih dalam kurikulum MTs Ma‟arif 2 Grabag
merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran PAI yang terdiri dari
empat komponen, yaitu meliputi fiqih, akidah akhlak, al-qur‟an hadits
35
untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mampu mengamalkan hukum Islam, yang kemudian
menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Dalam mata pelajaran terdapat pokok bahasan thaharah (bersuci) yang termasuk di dalamnya adalah materi wudhu yang sangat penting untuk diajarkan sejak dini dikarenakan wudhu merupakan syarat sahnya berbagai ibadah, baik ibadah wajib maupun
ibadah sunah, seperti: shalat, thawaf, membaca Al-Qur‟an dan lain
sebagainya. Seseorang yang ingin menghadap tuhannya hendaknya harus dalam keadaan suci atau bebas dari hadas dan najis.
2) Objek pembahasan Ilmu Fiqih
Yang menjadi objek pembahasan ilmu fiqih menurut batasan yang telah dikemukakan oleh ahli ushul fiqih adalah segala perbuatan, perkataan, dan tindakan para mukallaf dari segi hukum, termasuk yang mensifati perbuatan para mukallaf itu, seperti: wajib, sunah,
makruh, mubah, sah, batal, qada‟ dan sebagainya (Salam dan Fathorohman, 1994: 44). Secara terperinci objek pembahasan ilmu fikih dapat diperinci menjadi delapan bagian sebagai berikut:
a. Kumpulan hukum yang digolongkan ke dalam ibadah, yaitu
36
b. Kumpulan hukum yang berkaitan dengan masalah berkeluarga,
seperti perkawinan, talak nafkah, wasiat dan pusaka. Hukum
seperti ini sering disebut dengan al-ahwal al-syakhsiyah.
c. Kumpulan hukum mengenai mu‟amalah madiyah (kebendaan),
seperti hukum-hukum jual beli, sewa-menyewa, utang-piutang,
gadai, syufa’ah hiwalah, mudharabah, memenuhi akad atau
transaksi dan menunaikan amanah.
d. Kumpulan hukum yang berkaitan dengan harta negara, yaitu
kekayaan yang menjadi urusan baitulmal, penghasilannya,
macam-macam harta yang ditempatkan di baitulmal, dan
tempat-tempat pembelanjaannya. Hukum ini termasuk al-siyasah.
e. Kumpulan hukum yang dinamai ‘uqubat, yaitu hukum-hukum
yang disyariatkan untuk memelihara jiwa, kehormatan, dan akal
manusia, seperti qisas, had, ta‟zir.
f. Kumpulan hukum yang termasuk kedalam hukum acara, yaitu
hukum-hukum mengenai peradilan, gugatan, pembuktian, dan lain sebagainya.
g. Kumpulan hukum yang tergolong kepada hukum tata negara,
seperti syarat-syarat menjadi kepala negara, hak-hak penguasa, hak-hak rakyat, dan sistem permusyawaratan. Ini juga termasuk
dalam lingkup al-siyasah (Koto, 2009: 6).
h. Kumpulan hukum yang sekarang disebut sebagai hukum
37
perampasan perang, perdamaian, perjanjian tebusan, cara menggauli al-zimmah, dan lain sebagainya. Ini juga termasuk
kedalam lingkup al-siyasah (Koto, 2009: 7).
4. Materi Wudhu
Materi wudhu merupakan salah satu materi yang berada dalam pokok bahasan thaharah yang berada pada mata pelajaran fiqih di kelas
VII A semester I MTs Ma‟arif 2 Grabag. Pembahasan dalam pokok
bahasan thaharah ini membahasa materi tentang macam-macam najis, macam-macam air yang dapat digunakan untuk bersuci, dan wudhu meliputi: pengertian wudhu, dasar hukum pelaksanaan wudhu, syarat sah wudhu, rukun wudhu, hal-hal yang membatalkan wudhu, sunah-sunah wudhu serta tata cara pelaksanaan wudhu. Dalam penelitian ini yang menjadi titik fokus pembahasan adalah materi tentang wudhu. Pada pembahasan pertama siswa di beri materi tentang pengertian wudhu, niat wudhu, rukun wudhu, dan syarat sah wudhu. Kemudian untuk materi yang kedua siswa di beri materi tentang hal-hal yang membatalkan wudhu, sunah-sunah wudhu serta tata cara pelaksanaan wudhu.
5. Metode Demonstrasi
1) Pengertian metode demonstrasi
Metode adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan
38
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung, maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Mariyaningsih, 2018: 82).
2) Manfaat metode demonstrasi untuk siswa
a. Memiliki ketrampilan motoris/gerak, seperti: memperagakan
konsep materi, memecahkan masalah lewt praktik,
mempergunakan alat, membuat suatu bentuk atau melaksanakan gerak dalam kegiatan.
b. Memiliki kecakapan mental, seperti melakukan sesuatu di depan
teman yang lain dan di depan guru.
c. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa.
d. Pengetahuan siswa akan bertambah dari berbagai segi dan anak
didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam (Usman B, 2010: 45).
3) Syarat-syarat metode demonstrasi
Agar penggunaan metode demonstrasi dapat efektif, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sebelum perjalanan dimulai, hendaknya diawali terlebih dahulu
39
b. Menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan
demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan.
c. Persiapan-persiapan peralatan yang dibutuhkan sebelum
demonstrasi dimulai, dan atur sesuai dengan sekenario yang direncanakan.
d. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya, dan jangan berlebih-lebihan (Usman B,2010: 45-46).
4) Langkah-langkah metode demonstrasi
a. Guru mengatur tempat duduk siswa sehingga semua siswa dapat
melihat secara jelas apa yang didemonstrasikan.
b. Kemukakan tujuan yang ingin dicapai dan tugas-tugas yang harus
diselesaikan siswa setelah menyaksikan demonstrasi.
c. Melakukan demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berfikir.
d. Pastikan semua siswa mengikuti demonstrasi dan beri kesempatan
secara aktif untuk berfikir lebih lanjut.
e. Bila demonstrasi selesai dilaksanakan, maka guru memberikan
tugas-tugas tertentu kepada siswa.
5) Kelebihan metode demonstrasi
a. Menghindari verbalisasi karena langsung memperhatikan materi
40
b. Mudah diingat siswa karena siswa melihat praktiknya secara
langsung.
c. Bila dilaksanakan sesuai prosedur, dapat terlihat hasilnya secara
cepat.
d. Dapat mengkaitkan teori dengan kejadian sehari-hari.
e. Dapat memperjelas beberapa persoalan yang menimbulkan
pertanyaan atau keraguan.
f. Dapat mengarahkan siswa ke arah berfikir yang sama
(Mariyaningsih, 2018: 84).
6) Kekurangan metode demonstrasi
a. Tidak semua benda dapat di demonstrasikan.
b. Demonstrasi memerlukan persiapan yang matang dari guru karena
faktor keberhasilan dalam demonstrasi akan membentuk keyakinan siswa.
c. Memerlukan peralatan, benda dan tempat yang memadai.
d. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli
bahan-bahan praktik.
e. Diperlukan pemusatan perhatian siswa dalam pengamatan yang
kadang-kadang diabaikan oleh siswa.
f. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda
41
6. Media Audio Visual
1) Pengertian media audio visual
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang
berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara”. Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Jalinus dan Ambiyar, 2016: 2).
Secara harfiah kata media memiliki arti perantara atau pengantar.
Asocciation For Education And Communication Teknologi (AECT)
mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk
suatu penyaluran informasi. Menurut Education (NEA) mendefinisikan
sebagai benda yang dapat dimanipulasikan dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dapat mempengaruhi efektifitas program intruksional (Asnawir dan Usman, 2002: 11).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Audio visual adalah gabungan dari kata audio dan visual. Audio adalah suara yang dapat didengar sedangkan visual adalah yang dapat dilihat.
42
2) Kriteria media audio visual
Dalam pengelompokan audio visual dapat dibagi menjadi dua kategori yang dapat membedakannya:
a. Media opsional atau media pengayaan.
b. Media yang diperlukan atau yang harus digunakan
Adapun ciri-ciri media audio-visual adalah sebagai berikut:
a. Bersifat linier
b. Menyajikan visual dinamis
c. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang atau pembuatnya.
d. Representasi fisik dari gagasan real dan abstrak
e. Dikembangkan menurut prinsip psikologi behaviorisme kognitif
f. Umumnya berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan
interaktif murid yang rendah (Arsyad, 2002: 3).
3) Jenis-jenis media audio visual
Diantara jenis-jenis media audio visual lain televisi, proyektor transparasi (OHP), video, komputer/laptop dan lain-lain.
4) Fungsi dan manfaat media audio visual
43
a. Dapat mempermudah orang yang menyampaikan dan memudahkan
dalam menerima suatu pelajaran atau informasi.
b. Mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan meteri.
c. Lebih mengena dalam ingatan.
d. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing.
5) Tahapan penggunaan media audio visual
Tahapan penggunaan media audio visual menurut Asnawir dan usman (2002:97) adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan pengajaran.
Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar hendaknya merumuskan tujuan pengajaran yang ingin dicapai.
b. Persiapan guru.
Pertama-tama guru harus mempersiapkan video terlebih dahulu kemudian mempersiapkan unit pelajaran, kemudian baru memilih video yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c. Persiapan kelas.
44
1) Menjelaskan maksud perbuatan video.
2) Menjelaskan secara singkat isi video.
3) Menjelaskan bagian-bagian yang harus mendapatkan
perhatian khusus sewaktu menonton video.
4) Harus dijelaskan mengapa terdapat ketidakcocokan isi video
bila ditemukan ketidaksesuaian.
d. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media.
Setelah siswa dipersiapkan barulah video diputar. Dengan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dan keadaan ruangannya.
e. Langkah kegiatan belajar siswa.
Setelah melihat video yang diputar, siswa diberikan kesempatan untuk menjelaskan apa yang telah dilihat dan didengarnya serta diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipahaminya.
f. Langkah evalusai pengajaran.
Aktivitas selanjutnya dapat berupa kegiatan evaluasi melalui tanya jawab tes, guna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan.
6) Kelebihan dan kekurangan penggunaan media pembelajaran audio
visual
a. Kelebihan penggunaan media pembelajaran audio visual
1) Perpaduan teks dan gambar akan menambah menarik informasi
45
2) Pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi atau berinteraksi
dengan aktif karena harus memberi respon terhadap pertanyaan dan latihan yang disusun.
3) Menampilkan obyek besar yang tidak mungkin dibawa kedalam
kelas, misalnya gambar gunung, batu dan lain-lain.
4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
5) Meletakkan dasar-daras konkret dari konsep yang abstrak
sehingga dapat mengurangi kepemahaman yang besifat verbalisme. Misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah, maka digunakanlah film.
b. Kekurangan penggunaan media pembelajaran audio visual
1) Kecepatan merekam dan pengaturan tek yang bermacam-macam
menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda dengannya.
2) Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
3) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya yang
46
4) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak ada hubungan pribadi
dengan guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayangannya.
B. Kajian Materi Penelitian
1. Pokok Bahasan Tahaharah
Kebersihan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak akan terwujud suatu kenyamanan tanpa adanya kebersihan. Kebersihan di sini meliputi: badan, pakaian, lingkungan dan yang lainnya. Islam menaruh perhatian sangat tinggi pada masalah kebersihan atau kesucian, baik kebersihan
dari najis maupun kebersihan dari hadas.
a. Pengertian Thaharah
Thaharah secara etimologi berarti bersih (nazhafah), suci
(nazahah), dan terbebas (khulus) dari kotoran, baik yang bersifat
hissiy (konkret atau dapat diindra) maupun ma’nawi (abstrak).
Sedangkan thaharah secara terminologi (syara’), adalah memersihkan
diri dari hadas atau menghilangkan najis atau kototan (Supiana, 2009: 3). Jadi, thaharah adalah bersuci dari hadas dan najis.
Thaharah meliputi dua macam hal menurut syar‟i (syariat islam)
47
mutawasittah, dan najis mughaladah . sedangkan thaharah dari hadas dibagi menjadi tiga bagian yaitu dengan wudhu, mandi dan tayamum. Alat yang digunakan untuk bersuci adalah air untuk berwudhu dan mandi, dan tanah atau debu untuk bertayamum. Air dan tanah sebagai alat bersuci harus memenuhi persyaratan, yaitu suci dan mensucikan.
Yang akan menjadi bahasa utama penulis dalam penelitian ini adalah berthaharah dari hadas kecil dengan cara berwudhu, akan tetapi sebelum pembahasan wudhu lebih jauh, terlebih dahulu penulis akan membahas tentang macam-macam najis dan bagaimana cara mensucikannya serta macam-macam air yang bisa digunakan untuk bersuci.
1) Macam-Macam Najis
Najis ialah kotoran yang wajib disucikan, baik pada diri seseorang ataupun pada sesuatu yang dikenainya. Seperti kotoran manusia dan hewan (Nuhuyanan, 2002: 10). Segala sesuatu yang terkena najis seumpama air kencing, darah, nanah, bangkai, bekas jilatan anjing, dan lain sebagainya harus dibersihkan dari badan, pakaian dan tempat yang akan kita gunakan untuk beribadah. Berikut adalah macam-macam najis dan cara mensucikannya:
a) Najis Mughalladhah, yaitu najis yang sangat berat, artinya
48
Artinya: Cara mencuci bejana seseorang kamu apabila dijilat
anjing hendaklah dibasuh 7 kali, air pertama hendaknya
dicampur dengan tanah (H.R. Muslim).
b) Najis Mukhaffah adalah najis yang ringan, seperti air seni bayi
laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum
makan/minum apapun kecuali air susu ibu. Cara
mensucikannya yaitu cukup dengan memercikkan atau mengusapkan air yang suci pada permukaan yang terkena nijis. Adapun kencing anak perempuan yang belum makan/minum apa-apa selain air susu ibunya, maka cara mencucinya hendaklah dibasuh sampai mengalir air diatas benda yang terkena najis hingga hilang zat dan sifat-sifat najisnya., seperti halnya membasuh air kencing orang dewasa.
c) Berdasarkan sabda Rasul:
)ٙزٍشرىآُاٗس(ًُِ َلَُغْىاُِهَْ٘تُ ٍُِِْ ُشاشَُُِٝٗحَِٝسُاَجْىاُِهَْ٘تُ ٍُُِِْوَسْغُٝ
ُ
Artinya: Kencing anak-anak perempuan dibasuh, dan kencing
49
d) Najis Mutawassitah adalah najis pertengahan, yaitu segala
najis yang tidak termasuk kedalam najis mughaladhah dan
najis mukhafafah antara lain:
a) Darah (termasuk darah manusia) nanah dan sejenisnya.
b) Kotoran (tahi atau kencing), manusia atau binatang, atau
sesuatu yang keluar dari perut melalui jalan manapun, termasuk yang keluar melalui mulut (muntah).
c) Bangkai binatang, yaitu binatang yang mati karena tidak
disembelih secara Islam, kecuali bangkai ikan dan belalang (keduanya bukan najis, halal dimakan tanpa disembelih).
d) Arak atau benda-benda yang memabukkan.
e) Air susu atau air mani binatang yang tidak halal dimakan.
Dalam najis mutawassithah jenis terdapat dua macam
najis, yaitu: najis ‘ainiyah dan najis hukmiyah. 1) Najis
‘ainiyah adalah najis yang tampak wujud (terlihat warnanya, tercium baunya dan tercicipi rasanya), terkecuali warna atau bau yang sangat sukar menghilangkannya, sifat ini dimaafkan. Cara mensucikannya adalah dengan menghilangkan zat, rasa,
warna dan baunya. 2) Najis hukmiyah yaitu tidak tampak
50
mensucikan najis ini adalah cukup dengan mengalirkan air di atas benda yang terkena najis itu (Mufid, 1986: 4).
2) Macam-macam air
Air merupakan salah satu alat untuk bersuci. Air yang boleh digunakan untuk bersuci disebut dengan air mutlak. Air mutlak yaitu air yang bersih dan belum tercemar, belum berubah rasa, warna dan baunya. Yang termasuk air mutlak diantaranya adalah air sungai, air sumur, air hujan, air laut, air embun, air es dan air mata air (RI D. A., 1995: 5).
Menurut ajaran Islam air dibagi menjadi empat macam:
a. Air suci dan mensucikan, artinya dapat sah dipergunakan
untuk bersuci dan tidak makruh. Air semacam itu ialah air
mutlak (muthlaq).
Artinya: air yang sewajarnya, bukan air yang telah bersyarat. Air kelapa dan air kopi itu bukan lagi air mutlak karena telah bersyarat, keduanya itu suci dan dapat diminum, tetapi tidak dapat sah dipergunakan untuk bersuci seumpama untuk berwudhu dan mandi.
b. Air yang suci tetapi tidak dapat dipergunakan untuk bersuci
seumpama wudhu, mandi dan menghiangkan najis. Air yang semacam itu adalah :
1. Air sedikit yang sudah bekas dipakai (musta’mal) dari