• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Media Audio Visual di Kelas VII A MTs Qotrun Nada Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Media Audio Visual di Kelas VII A MTs Qotrun Nada Depok"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

Disusun oleh :

Humaidi Mufa

NIM. 109011000135

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Fiqih Melalui Media Audio Visual Dikelas VII A MTs Qotrun

Nada Depok

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui bagaimana penerapan pelaksanaan pembelajaran Fiqih melalui Media Audio Visual dikelas VII A MTs Qotrun Nada, (2) Dapat mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual, (3) Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui media audio visual dengan setelah menggunakan media audio visual.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan upaya mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap tersebut terdapat dalam satu siklus yang dilakukan berulang dengan langkah-langkah yang sama dan tetap difokuskan pada penyampaian materi dengan menggunakan media audio visual.

(6)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia serta anugerah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MELALUI MEDIA AUDIO

VISUAL DIKELAS VII A MTS QOTRUN NADA” dapat selesai. Tanpa anugerah dan karunia-Nya berupa nikmat kesehatan maka penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ya Allah Engkau telah memberikan kekuatan kepada penulis, dengan adanya Engkau di samping penulis ya Allah Engkau telah memberikan motivasi yang besar berupa kesabaran dalam menghadapi hambatan dan rintangan selama penulis mengerjakan skripsi.

Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sebagai umat yang taat dan patuh pada ajaran beliau sehingga kita dapat merasakan nikmat yang tak kalah pentingnya dari nikmat yang lain yaitu nikmat Islam. Semoga kita termasuk dalam golongan beliau yang menegakkan panji-panji Islam serta dapat mengembangkan ajaran beliau. Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun, berkat do’a, dukungan, bantuan dan motivasi yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini selesai pada waktunya.

Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih yang sangat dalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya dengan penuh rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini khususnya kepada:

1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(7)

iii

pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Syafii Noor, Dosen Penasehat Akademik yang dengan penuh

perhatian telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak pimpinan dan karyawan/karyawati Perpustakaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan dan pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seterusnya ucapan terima kasih buat orang terkasih yaitu Ibunda Nasiah dan Ayahanda H. Sayuti yang selalu memberi motivasi dan dukungan buat penulis selama penulis mengerjakan skripsi serta memberikan dukungan moral dan material, do’a dan senyuman yang menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi ini. Skripsi dan gelar sarjana ini khusus penulis persembahkan untuk ibunda dan ayahanda.

7. Kakak dan adik: Ubaidillah Mufa, Laits Assamarqandi Mufa, Uwais Al Qorni

Mufa, Haekal Avesina Mufa, Rachel Safira Mufa dan si bungsu Habil Aulia Mufa terima kasih atas bantuan, kepedulian serta dukungan kalian dalam memberikan motivasi untuk cepat menyelesaikan Skripsi ini.

(8)

iv

kenangan indah dan kebersamaan kita tidak akan terlupakan, terima kasih buat kalian yang telah mewarnai hari-hari penulis selama kuliah.

11.Tak lupa juga teman-teman PC IPNU KOTA DEPOK yang selalu ada dalam

sumbangsih arahan dan pemikirannya, demi kelancaran skripsi ini dan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar banyak tentang organisasi.

12.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas segala bantuan, perhatian dan semangat yang diberikan kepada penulis.

Penulis memohon kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa yang telah dilakukan.

Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga apa yang penulis kerjakan mendapat keridhaan dan kecintaan-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Jakarta, 14 April 2014

(9)

v

DAFTAR ISI ... v

[image:9.595.114.550.162.769.2]

DAFTAR TABEL ... viii

TABEL GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar ... 7

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 9

c. Aspek-Aspek Hasil Belajar ... 9

2. Mata Pelajaran Fiqih ... 11

a. Pengertian Fiqih ... 11

b. Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah ... 12

3. Media Audio Visual ... 13

a. Pengertian Media ... 13

b. Pengertian Media Audio Visual... 14

c. Kriteria Media Audio Visual ... 17

d. Jenis-Jenis Media Audio Visual ... 18

(10)

vi

D. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Peran dan Posisi Penulis dalam Penelitian ... 29

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 30

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan ... 32

G. Data dan Sumber Data... 32

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

I. Teknik Pengumpulan Data ... 33

J. Analisis dan Interpretasi Data ... 33

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 34

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 35

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek / Hasil Intervensi Tindakan ... 41

C. Analisis Data ... 43

1. Hasil Belajar Siswa ... 43

2. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ... 49

D. Interpretasi Hasil Analisis ... 50

E. Hasil Wawancara dengan Siswa ... 63

(11)

vii

(12)

viii

Tabel 3.3 Daftar Subjek Penelitian... 29

Tabel 3.4 Tahapan Pelaksanaan Tiap Siklus ... 30

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siklus I... 44

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siklus II... 47

Tabel 4.3 Aktivitas Siswa Siklus I... 52

Tabel 4.4 Aktivitas Guru Siklus I... 53

Tabel 4.5 Aktivitas Pembelajaran Siklus I... 55

Tabel 4.6 Aktivitas Siswa Siklus II... 59

Tabel 4.7 Aktivitas Guru Siklus II... 60

Tabel 4.8 Aktivitas Pembelajaran Siklus II... 62

[image:12.595.114.554.132.616.2]
(13)
[image:13.595.155.441.270.568.2]

ix

(14)

x Lampiran 4 Kunci Jawaban Siklus I

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Tes Hasil belajar Fiqih Siklus II Lampiran 6 Pretes dan Postes Siklus II

Lampiran 7 Kunci Jawaban Siklus II

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I Lampiran 9 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus I

Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I Lampiran 11 Catatan Lapangan Siklus I

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus II Lampiran 13 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus II

Lampiran 14 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II Lampiran 15 Catatan Lapangan Siklus II

Lampiran 16 Hasil Wawancara Responden Siswa

Lampiran 17 Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Penelititan Tindakan Kelas Lampiran 18 RPP Siklus I dan II

Lampiran 19 Materi dan Hand Out Lampiran 20 Lembar Observasi Sekolah Lampiran 21 Lembar Observasi

Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Penelitian

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.1 Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, proses pembelajaran tidak lagi dimonopoli oleh adanya kehadiran guru di dalam kelas, siswa dapat belajar dimana dan kapan saja sesuai dengan minat dan gaya belajar. Sesorang desainer pembelajaran dituntut untuk dapat merangcang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.2

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar.3 Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan zaman. Teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat tehnik yang sebenarnya dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam

1

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2007) h. 1 2

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009) h. 197 3

(16)

pendidikan seperti radio, televisi, film, overhead projector, video, tape recorder, komputer, dan lain-lain. Alat-alat in dalam metodologi pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual. dalam teknologi pendidikan alat-alat itu disebut hardware dan software.4

Kelengkapan fasilitas belajar memberi pengaruh yang berarti terhadap prestasi belajar siswa. Fasilitas belajar lebih lengkap, prestasi belajarnya menjadi lebih baik. Penemuan ini mendukung beberapa pendapat yang mengatakan bahwa sarana dan fasilitas merupakan salah satu factor mempengaruhi proses dan hasil belajar.5

Menurut UUD Sistem Pendidikan Nasional pasal 45 ayat 1 menjelaskan tentang sarana dan prasarana pendidkan yaitu: ”Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan

pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,

kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.6

Guru harus memandang media pendidikan sebagai alat bantu utama untuk menunjang keberhasilan mengajar dan memperkembangkan metode-metode yang dipakainya dengan memanfaatkan media pendidikan. Ditangan gurulah alat-alat itu bermakna bagi pertumbuhan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap keagamaam siswa. Di samping itu guru mempunyai peran sebagai pengajar, mendidik, melatih dan mengevaluasi.7

Dalam pembelajaran, siswa menggunakan asas pendidikan dan teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru atau pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.8 Begitu juga dengan adanya pendidikan agama Islam, upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,

4

Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) h. 2 5

Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h. 73 6

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) h. 30

7

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Metodik Kurikulum Proses Belajar

Mengajar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995) h. 178

8

(17)

dan saling menghormati.9 Serta usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa memahami ajaran Islam secara menyeluruh, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Adapun pendidikan agama Islam dalam penyusunan sikripsi ini adalah tentang fiqih, yaitu bidang studi yang memberikan pendidikan untuk mengamalkan dan memahami fiqih.

Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Bagaimana bentuk tingkah laku yang diharapkan berubah itu dinyatakan dalam perumusan tujuan pembelajaran. Hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu, aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.10 Semua hasil belajar pada dasarnya harus dapat dievaluasi. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil nilai peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.11

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa MTs Qotrun Nada Depok kelas VII A sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil observasi baik melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara dengan siswa kelas VII A pada Hari Sabtu tanggal 25 Januari 2014, penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran fiqih di MTs Qotrun Nada Depok selama ini cenderung lebih banyak mengembangkan kemampuan mendengar materi pelajaran. Siswa belum dibiasakan untuk belajar mandiri dan memanfaatkan media sebagai alat bantu pengajaran (Wasaailul Idhoh). Pembelajaran fiqih masih berpusat pada guru dan masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Pembelajaran cenderung lebih menempatkan siswa pada aktivitas mencatat, mendengar, atau menjawab pertanyaan guru, serta hanya mengerjakan LKS. Pembelajaran yang diajukan hanya berkisar pada pengetahuan yang ada di buku LKS. Hal ini berdampak pada rendahnya minat

9

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet ke 2, h. 130

10

Team Didaktik Metodik Kurikulum, Op Cit h. 153 11

(18)

belajar dan menjadi salah satu penyebab banyaknya nilai siswa yang masih dibawah nilai KKM.

Didasari oleh masalah-masalah tersebut peneliti mencoba menerapkan metode yang jarang digunakan oleh guru mata pelajaran fiqih di MTs Qotrun Nada Depok, yakni pembelajaran yang ditunjang oleh pemanfaatan media audio visual dalam proses belajar mengajar fiqih. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus ( Siklus I dan Siklus II), masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan dan refleksi.

Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru mata pelajaran yang menjadi kolaborator dan observer, mengembangkan rencana tindakan berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran fiqih dan meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum melakukan tindakan, pada tahapan ini peneliti dan guru mata pelajaran fiqih membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berkarakter, membuat hand out terkait dengan materi yang akan diajarkan sebagai media pembelajaran siswa, menyiapkan instrumen, (tes, lembar observasi, catatan lapangan, angket) dan melakuan uji coba instrumen.

Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan, yaitu tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan proses pembelajaran fiqih. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini dalam satu siklus terdiri dari dua kali pertemuan.

Berdasarkan pada uraian tersebut maka penulis akan mencoba mengangkat tentang Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Media Audio Visual di Kelas VII A Madrasah Tsanawiyah Qotrun Nada. Dalam hal ini penulis ingin membuktikan apakah ada peningkatan hasil belajar fiqih melalui media audio visual.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa penggunaan media bukan hanya sekedar upaya membantu guru dalam mengajar, tapi lebih daripada itu yakni sebagai usaha yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari pelajaran pada umumnya dan pelajaran Fiqih pada khususnya.

Sehingga Penulis akan mencoba menulis tentang Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Media Audio Visual di Kelas VII A Madrasah

(19)

B.

Masalah Penelitian

1.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, serta harapan penulis yang dengan menggunakan media Audio Visual dalam proses KBM diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari sebelumnya, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

a. Penggunaan metode pembelajaran dengan ceramah kurang

memotivasi siswa untuk belajar, sehingga hal tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa.

b. Media Audio Visual dalam mata pelajaran fiqih belum banyak

diterapkan.

c. Hasil belajar fiqih siswa yang masih banyak dibawah Nilai KKM.

2.

Pembatasan Masalah

Pada penelitian kali ini, agar pembahasan tidak teralu luas, maka masalah hanya dibatasi pada upaya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran Fiqih materi shalat lima waktu kelas VII A MTs Qotrun Nada melalui media Audio Visual.

3.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan itulah saya dapat rumuskan permasalahan dalam penelitian saya ini sebagai berikut:

a. Bagaimana penerapan pelaksanaan pembelajaran Fiqih dengan

menggunakan media Audio Visual di kelas VII A MTs Qotrun Nada ? b. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar sebelum diterapkan media

Audio Visualdengan setelah diterapkan media Audio Visual ?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan

(20)

4.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pelaksanaan pembelajaran

Fiqih melalui Media Audio Visual dikelas VII A MTs Qotrun Nada.

b. Dapat mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar sebelum

dan sesudah menggunakan media audio visual ?

c. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa

melalui media audio visual dengan setelah menggunakan media

audio visual ?

5.

Manfaat Penelitian

Penulis berharap dari hasil penelitian ini, bermanfaat sebagai berikut:

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang

dipelajari dalam fiqih bab Shalat Lima Waktu

2) Dengan penerapan metode ini diharapkan mampu membuat siswa

lebih aktif dalam proses pembelajaran Fiqih bab Shalat Lima Waktu

3) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dari yang sebelumnya

b. Bagi guru

1) Dapat memacu para guru untuk senantiasa meningkatkan kualitas

pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran

2) Membuat para guru untuk senantiasa mencipatakan suasana belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

3) Dapat menjadi referensi sekaligus solusi bagi para guru yang sedang mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah

(21)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Deskripsi Teori

1.

Hasil Belajar

a.

Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu belajar juga membentuk kecakapan keterampilan, sikap dan penyesuaian diri. Menurut Thorndike yang dikutip oleh Ahmad Tafsir menyatakan bahwa “Belajar sebagai suatu usaha memecahkan problem berdasarkan eksperimen yang dilakukannya1.

Menurut Dr. Nana Sujana mengatakan bahwa “Hasil Belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”2

. Penilaian hasil belajar dicatat dalam bentuk angka yang didapat

1

Ahmad Tafsir, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 1992) cet. 1 h. 29

2

(22)

sesuai dengan pencapaian dari tugas akademik.3Sedangkan menurut Arikunto (2001:132), hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegitan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang sudah diajarkan siswa.4

Hasil belajar yang diharapkan dari proses belajar yang utama adalah adanya perubahan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, yang pada akhirnya bermuara pada pencapaian pendidikan nasional dalam UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional dalam Tap MPR Nomor II /MPR/1993 tentang GBHN, yaitu terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan pandangan hidup pancasila. Karakteristik manusia seutuhnya yang dimaksud adalah (1) karakteristik manusia berkualitas (2) karakteristik manusia yang kompetitif.

Menurut KBBI, hasil itu berarti sesuatu yang diadakan dengan usaha. Dan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu adalah sesuatu yang diadakan dengan suatu usaha nyata, sesuatu yang diadakan itu dapat berupa nilai berupa angka, pengetahuan baru, serta karakteristik dan prilaku yang sebelumnya belum ada.

Hasil belajar juga berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrument yang dapat menyimpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran . berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran sedangkan tugas desainer dalam menentukan hasil belajar selain menentukan instrument juga perlu merancang cara menggunakan instrument beserta kriteria keberhasilannya.

3

Agustina, IQ, Prestasi Belajar, dan EQ, (Jurnal Provitae), Vol. 2, No. 2, November 2006, h. 70.

4

(23)

b.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, baik dari dalam diri maupun dari luar diri. Yang merupakan faktor dari dalam diri itu seperti motivasi,

fisiologis (prilaku), dan psikologis (kejiwaan). Faktor – faktor yang

mempengaruhi belajar dapat dibagi antara lain:

1) Faktor – faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud di sini mencakup dua hal, yaitu lingkungan non sosial atau yang biasa kita sebut lingkungan alam dan lingkungan sosial.

2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental ini meliputi gedung/sarana dan prasarana berbentuk fisik yang mendukung kegiatan pendidikan dan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

3) Faktor – faktor kondisi internal siswa

Faktor ini meliputi kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengarannya.

c.

Aspek-Aspek Hasil Belajar

Secara umum belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku. Belajar tidak ada warnanya jika tidak menghasilkan pengetahuan, pembentukan sikap dan keterampilan. Oleh karena itu proses belajar mengajar harus mendapat perhatian yang serius dengan melibatkan berbagai aspek yang menunjang keberhasilan belajar mengajar, yakni aspek kognitif,afektif dan psikomotorik.5

1) Aspek kognitif

Taksonomi tujuan pengajaran dalam kawasan kognitifmenurut Bloom terdiri atas

enam level yaitu sebagai berikut:

5

(24)

a) Pengetahuan (knowledge), yaitu meliputi menyebutkan, menampilkan, dan menjelaskan.

b) Pemahaman (comprehension), yaitu meliputi menjelaskan,

mengurutkan, dan memberi contoh.

c) Penerapan (aplication), yaitu meliputi menerapkan,menyerasikan. d) Analisis (analysis), yaitu pada taraf mampu memahamiproses dan cara

kerjanya suatu proses.

e) Sintesis (synthesis), yaitu mampu menyatukan dari berbagai unsur menjadi satu.

f) Evaluasi (evaluation), yaitu mampu menjawabpertanyaan guru.

2) Aspek afektif

Yaitu yang berhubungan dengan pembangkitan minat sikap/ emosi juga penghormatan (kepatuhan) terhadap nilai atau norma. Dalam aspek afektif terdiri atas 5 level, yaitu:

a) Penerimaan (receiving/ attending), yaitu memperhatikan, menyimak, dan mendengarkan.

b) Penanggapan (responding), yaitu dengan mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan.

c) Penilaian (valuing), yaitu dengan ditandai penerimaan terhadap nilai yang diperoleh.

d) Pengorganisasian (organizing), yaitu dengan memilah-milah nilai yang diperoleh, dan menjadikan motivasiuntuk menjadi lebih baik.

e) Karakteristik (characterization), yaitu dengan terbentuknya karakter seseorang6.

3) Aspek psikomotorik

Yaitu pengajaran yang bersifat keterampilan atau yang menunjukkan

gerak, keterampilan tangan, menunjukkan pada tingkat keahlian seseorang dalam

6

(25)

suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu. Sampson membagi aspek ini menjadi lima level, yaitu:

1) Kesiapan (set), yaitu dengan menyiapkan alat untukdemonstrasi, kesiapan dalam menerima pelajaran.

2) Meniru (imitation), yaitu dengan melakukan sesuatusesuai dengan contoh yang diamati.

3) Membiasakan (habitual), yaitu dapat melakukan sesuatu tanpa melihat contoh.

4) Menyesuaikan (adaption), yaitu dapat menguasai garakan-gerakan

tertentu.

5) Menciptakan (Origination), yaitu sudah sampai pada taraf mahir, dapat membuat variasi sendiri.

Untuk mencapai keberhasilan belajar ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan, namun jauh lebih baik jika dihubungkan. Penggabungan tiga aspek tersebut akan dapat diketahui kualitas keberhasilan pembelajaran. Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seorang peserta didik. Setiap

pembelajaran dapatmenimbulkan suatu perubahan yang khas. Hasil belajar secara

luas tentu mencakup ketiga kawasan tujuan pendidikan tersebut yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik

2.

Mata Pelajaran Fiqih

a.

Pengertian Fiqih

Istilah Fiqih berasal dari bahasa arab “

” yang berarti paham, sedang menurut syara‟ berarti mengetahui hukum-hukum syar,i yang berhubungan dengan amal perbuatan orang mukallaf, baik amal perbuatan anggota maupun batin, seperti mengetahui hukum wajib, haram, mubah, sah atau tidaknya sesuatu perbuatan itu.7

7

(26)

Sementara itu Abdul Hamid Hakim, mendefinisikan Fiqih sebagai berikut:

Yakni: “Fiqih secara etimologi berarti faham, seperti ungkapan „fahimtu

kalamaka‟ berarti saya memahami ucapanmu. Dan secara terminologi Fiqih

berarti pengetahuan tentang hukum-hukum syari‟at yang diperoleh melalui

metode ijtihad”.

Ijtihad yang dimaksud pada definisi tersebut di atas berarti menggunakan seluruh daya dan upaya (potensi akal) untuk menetapkan hukum syari‟at (tentang sesuatu hal) dengan metode istinbat (memetik/mengeluarkan) dari kitab dan sunnah.8

Fiqih merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan-perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil secara terinci.9 Jadi, Ilmu fiqih bertujuan untuk memberi pelajaran, pengetahuan, atau petunjuk tentang hukum, apa yang disuruh dan apa yang dilarang, mana yang boleh dan mana yang tidak, serta menunjukkan cara melaksanakan suatu perintah ajaran Islam. Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di Madrasah, materi keilmuan mata pelajaran fiqih mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan nilai-nilai (value).

b.

Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah

Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu mata pelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam, yang

8

Op Cit, 124-125

9

(27)

kemudian menjadi dasar pandangan hidup (way of life) melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalamandan pembiasaan.10

Pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur

ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama

yang diatur dalam fiqihmuamalah.

2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar

dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial.

Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Mata pelajaran Fiqih sangat berhubungan erat dengan dunia nyata siswa, misalnya thaharah, shalat, haji dan umrah, merawat jenazah, jual beli, warisan dan lain-lain. Untuk itu seorang guru harus kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran, menciptakan kondisi pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa merasa tertarik dan mampumemahami

materi yang disampaikan oleh guru secara maksimal. Kerangka berpikir di atas

menggambarkan bahwa mata pelajaran Fiqih merupakan mata pelajaran yang

penting untuk diajarkan kepada siswa. Keberhasilan proses pembelajaran terlihat antara lain dari hasil belajar siswa. Sehingga standar bagi keberhasilan belajar biasanyaditetapkan dengan nilai hasil belajar siswa.

3.

Media Audio Visual

a.

Pengertian Media

Menurut Yudhi Munadi dalam bukunya, bahwa kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medius yang secara harfiahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟

10

(28)

atau „perantara‟. Dalam bahasa Arab, media disebut „wasail‟ bentuk jama‟ dari „wasilah‟ yaitu sinonim al-wasth yang artinya juga „tengah‟. Kata tengah itu sendiri berarti berada di antara dua sisi , maka disebut juga sebagai „perantara‟ ( wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah ia bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya.11

Gagne menyatakan bahwa media adalah ”berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu, Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”.12

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media adalah Sesuatu yang digunakan sebagai penyalur pesan dalam proses pembelajaran untuk memberikan stimulus pikiran, perasaan, dan menumbuhkan minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan Media Pembelajaran itu sendiri merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.13

b.

Pengertian Media Audio Visual

Media Audio Visual adalah media intruksioanal modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar14. Media audio Visual adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya rekaman video, berbagai rekaman film, slide suara, dan lain

11

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008), h. 6 12

Arief S. Sadiman, dk. Media Pendidikan (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,1986), h. 6 13

Op Cit, 7 14

(29)

sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan menarik.15Penekanan utama dalam pengajaran melalui media audio visual adalah pada nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman konkret, tidak hanya didasarkan atas kata-kata belaka.16

Teknologi audio-visual merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan meteri dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan visual. pengajaran melalui media audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar seperti: televisi, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.17

Morgan menyebutkan efektifitas pengajaran orang dewasa seperti yang disebut dalam prinsip pendidikan orang dewasa tergantung pada pengertian yang jelas.18 Tulisan dan ucapan sangat bermanfaat dalam situasi belajar pada umumnya, tetapi ada beberapa konsep yang tidak dapat disampaikan sejelas atau selengkap jika menggunakan alat bantu audio visual.

Sementara itu, menurut Bruner (1966) ada tingkatan utama modusbelajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictoral ataugambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic), pengalaman langsung adalah mengerjakan,

misalnya arti kata ”simpul” dipahami dengan langsung membuat ”simpul”. Pada

tahapan kedua kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat simpul mereka dapat memahami dan mempelajarinya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simpul, siswa membaca atau mendengar kata simpul dan mencocokkannya dengan simpul pada gambar mental dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh ”pengalaman” (pengetahuan, keterampilan atau sikap) yang baru,

15

Wina Sanjaya, Strateegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ,(Jakarta: 2007) h. 172

16

Nana Sujana dan Ahmad Rifai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: SInar Baru Offset, 1989) h. 58

17

Azhar Arsyad, Op Cit, h. 30 18

(30)

Sangat mengherankan bahwa begitu banyak usaha untuk meneliti perbedaan cara audio dengan cara visual, sedangkan sedikit sekali tentang perbedaan antara ceramah guru dengan hidup (langsung) dengan cara guruyang sama melalui perekaman. Popham (1962) tidak menemukan perbedaan antara kedua cara tersebut, dengan memakai siswa sebagai subjek. Hal yang sama ditemukan pula oleh Menne dkk, (1969) yang menggarisbawahi kebebasan fleksibilitas yang ditemukan pada ceramah yang direkam, baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa.

Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam dua kategori, yaitu: 19

1) Audio-visual diam yaitu: media yang menampilkan suara dan gambardiam

seperti: film bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak suara.

2) Audio-visual gerak yaitu: media yang dapat menampilkan unsur suaradan

gambar yang bergerak seperti: film suara dan video-cassette,televisi, OHP, dan komputer.

Dimasa lampau, diskusi tentang alat bantu audio visual lebih condong

didominasi oleh apa yang disebut Dwyer (1967) sebagai “teorirealisme”.

Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan audio visual yang mendekati realitas. Dengan kata lain, dalam memilih alat bantu, obyek-obyek sebenarnya lebih disukai dari gambar, gambar foto lebih disukai dari gambar garis sederhana atau sketsa. Miller mengemukakan lebih banyak sifat bahan audio-visual yang menyerupai realitas, makin mudah terjadi belajar.

Seperti yang dikatakan Bruner dan Traver realisme tidak menjaminbahwa informasi yang berguna dapat dipersepsi atau dirasakan, dipelajari dan diingat. Ini berarti bahwa suatu gambar garis yang sederhana lebih baik dari sebuah obyek sebenarnya dan karyawisata.

19

(31)

Jadi, pengajaran melalui audio-visual adalah produksi dan penggunaan meteri yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang ada.

c.

Kriteria Media Audio Visual

Dalam pengelompokan audio-visual dapat dibagi menjadi duakategori yang dapat membedakannya, antara lain:

1) Media opsional atau media pengayaan. Bahannya dapat dipilih gurusesuai

kehendaknya sendiri, dengan syarat cukup waktu dan biaya.

2) Media yang diperlukan atau yang harus digunakan. Media macam iniharus

digunakan guru untuk membantu siswa melaksanakan ataumencapai tujuan-tujuan belajar dari tugas yang diberikan. Untuk itudiperlukan biaya dan waktu.

Adapun ciri-ciri utama media audio-visual adalah sebagai berikut: 1) Mereka biasanya bersifat linear.

2) Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.

3) Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya

olehperancang atau pembuatnya.

4) Mereka merupakan repsentasi fisik dari gagasan real dan abstrak.

5) Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologi behaviorisme

dankognitif.

6) Umumnya mereka berorentasi kepada guru dengan tingkat pelibatan

interaktif murid yang rendah.20

Untuk menggunakan media audio-visual seperti yang ada sekarangmasih banyak hambatannya bagi kita di Indonesia ini. Sebabnya diantara alat-alat audio-visual yang modern, ada yang memerlukan alat khusus seperti proyektor yang pada gilirannya memerlukan aliran listrik. Alat-alat audio visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau

20

(32)

lebih nyata daripada ditulis. Oleh karena itu alatalat audio-visual membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti. Kita lebih mudah dan lebih cepat belajar dengan melihat alat-alat sensori seperti gambar, bagan, contoh barang atau model. Dengan melihat dan sekaligus mendengar, orang yang menerima pelajaran, penerangan atau penyuluhan dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti tentang apa yang dimaksud oleh yang memberi pelajaran, penerangan atau penyuluhan.

Bahan audio-visual bisa membantu belajar dengan beberapa cara.Tapi ditinjau dari sudut penggunaanya di dalam kelas, bahan audio-visual bisa diklafikasikan dalam kelompok besar:

1) Media kriteria. Ini terdiri dari gambar-gambar, peta-peta, dan obyek-obyek sebenarnya, yang akan digambarkan atau diidentifikasikan olehsiswa untuk dapat menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahannya. Dengan kata lain media ini merupakan bagian dari krteria.

2) Media perantara. Ini terdiri dari alat bantu yang bukan merupakan bagian dari situasi kriteria. Dengan kata lain siswa tidak dituntut untuk menggambarkan atau mengidentifikasikannya. Fungsi satu-satunya adalah untuk membantu siswa untuk mendapatkan pengertian tentang suatu gejala atau kejadian.

Merupakan hal yang penting untuk dapat membedakan media kriteria dari media perantara. Jika tugas media ialah untuk mempermudah belajar dengan memberi kesempatan kepada siswa melatihkan suatu keterampilan, maka media perantara membantunya untuk mendapat tersebut. Ini berarti bahwa kedua macam media tersebut harus digunaka dengan cara berbeda. Antara lain media perantara harus dihilangkan secara bertahap ketika terjadi belajar, sehingga siswa makin lama makin mandiri. Sebaliknya media kriteria harus dilatihkan dan diulang terus menerus supaya tidak dilupakan.

d.

Jenis-jenis Media Audio Visual

(33)

1) Televisi

Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara kedalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar21.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar melalui progam televisi untuk berbagai mata pelajaran dapat mengusai mata pelajaran tersebut sama seperti mereka yang mempelajarinya melalui tatap muka dengan guru kelas.

2) Proyektor Transparasi (OHP)

Overhead projektor adalah alat audio visual yang sangat sering digunakan

dalam berbagai progam pendidikan orang dewasa.22 Beberapa pendidik

merencanakan seluruh progam pengajaran mereka dengan menggunakan transparansi atau overhead projector. Over head projector sebaiknya tidak dianggap sebagai pengganti papan tulis atau media yang lain, tetapi sebagai pelengkap saja. Bagaimanapun penggunaan overhead projector dalam pendidikan orang dewasa banyak manfaatnya.

3) Video

Video adalah gambar yang dapat dilihat atau alat komunikasi yang dapat di dengar dan dilihat. Perangkat yang digunakan sebagai audio video meliputi radio, televisi, telekomunikasi. Audio video sebagai bentuk komunikasi massa yang dikelola sebagai komunikasi agar tersebar luas sesuai dengar sasaran yang dituju, di kemas dalam bentuk berbagai komunikasi23.

4) Film bersuara

Film sebagai media audio visual adalah film yang bersuara. Slide atau film strip yang ditambah dengan suara bukan alat audio visual yang lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau film strip termasuk media audio visual saja atau media audio visual diam plus suara.24Film yang

21

Suprijanto, Op Cit h. 197 22

Suprijanto, Op Cit h. 181 23

Meria Ramadhani, Komputer Multimedia HYPERLINK, (http//www.google.com) 24

(34)

dimaksudkan disini adalah film sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan atau penyuluhan.

5) Komputer

Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode. Mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan yang diperhitungkan sederhana dan rumit. Satu unit komputer terdiri atas empat kelompok komponen dasar, yaitu input (misal keyboard dan writingpad), prosesor (CPU: unit pemroses data yang diimput), penyimpanan data (memori yang menyimpan data yang akan diproses oleh CPU baik secara permanen (ROM) maupun untuk sementara (RAM), dan ouput (misal layar monitor, printer atau plotter).25

Pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang dikenal sering dinamakan pengajaran dengan bantuan komputer (CAI) dikembangkan dalam beberapa format, antara lain drill and practice, tutorial, simulasi, permainan, dan discovery. Komputer telah pula digunakan untuk mengadministrasi tes dan pengelolaan sekolah.26

e.

Kelebihan media Audio Visual

1) Dapat memberikan suasana belajar yang lebih hidup karena

penampilannya lebih menarik, dan disamping itu dapat digunakan untuk memperlihatkan suatu proses tertentu secara lebih nyata.

2) Menghemat waktu penyampaian materi dan rekaman dapat diputar

berulang-ulang

3) Penggunaan media ini memecahkan aspek verbalisme pada diri siswa.

4) Gambar proyeksi bisa dibekukan untuk diamati dengan seksama oleh guru

dan siswa karena control sepenuhnya berada ditangan guru.

25

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) h. 52 26

(35)

f.

Kekurangan media Audio Visual

1) Penggunaan media ini memerlukan dukungan sarana dan prasarana

tertentu

2) Membutuhkan waktu yang cukup lama pada tahapan awal untuk

menyajikan materi menggunakan media ini.

3) Pengadaan maupun pemeliharaannya cenderung menuntut tenaga dan

biaya.

g.

Tahapan Penggunaan Media Audio Visual

Alat-alat audio-visual baru ada faedahnya kalau yang menggunakannya telah mempunyai keahlian dan keterampilan yang lebih memedai dalam penggunaanya. Hal itu menimbulkan kepercayaan dirinya, oleh karena itu membuatnya sanggup menyampaikan pelajaran, penyuluhan atau penerangan dengan baik. Dia harus tahu bagaimana menyajikan pelajaran atau menyampaikan informasi dengan alat yang digunakannya. Adapun langka-langkahnya adalah:

1) Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media audio visual

sebagai media pembelajaran.

2) Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan media yang akan dipakai guna mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip pemilihan dan dasar pertimbangannya patut diperhatikan.

3) Persiapan kelas. Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media ini. 4) Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Penyajian bahan

pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran maka keahlian guru dituntut disini.

5) Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan memanfaatkan media pengajaran yang ada. Pemanfaatan media di

sinisiswa sendiri mempraktekkannya ataupun guru langsung

memanfaatkannya, baik di kelas atau di luar kelas.

(36)

dinilai sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa.27

Kehadiran media sangat membantu mereka dalam memahami konsep tertentu, yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan itulah dapat diwakili oleh peranan media. Di sini nilai praktek media terlihat, yang bermanfaat bagi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.28

4)

Penelitian Yang Relevan

Iceu, Upaya peningkatan hasil belajar siswa dengan media Audio Visual pada mata pelajaran IPS dikelas IV MI Sindangsari Sukabumi. Meski judul tersebut hampir sama dengan apa yang penulis jadikan judul akan tetapi terdapat beberapa perbedaan yang agak mencolok yakni diantaraanya pada pelajaran yang diteliti dan unit sekolah yang dijadikan objek penelitian. Jika penulis meneliti pada peningkatan hasil belajar fiqih dan pada unit madrasah tsnawiyah / SMP, sedangkan Iceu pada mata pelajaran IPS dan unit madrasah ibtidaiyah /MI.

Hamdani “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Dalam Pelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Pembelajaran VCD di MI Haudiyah. Bedanya dengan penulis media yang digunakan pada saat penelitian bukan hanya dengan media VCD, meski VCD Pembelajaran juga merupakan salah satu dari jenis media audio visual yang dapat digunakan untuk media pembelajaran akan tetapi penulis juga menggunakan variasi media audio visual lainnya seperti rekaman orang yang sedang shalat, visualisasi bacaan shalat disertai suara dan lain-lain, sehingga diharapkan semakin banyak variasi dalam pembelajaran berdampak pada semakin meningkatnya hasil beljar siswa pada semua mata pelajaran.

27

Syaiful Bahri Djamansyah, Aswan Zaian, Op Cit h. 154

28

(37)

5)

Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan

Pembelajaran yang masih dilaksanakan guru masih bersifat

konvensional yang hanya berceramah dan menggunakan metode penugasan sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran, hal ini juga mengakibatkan masih ada siswa yang nilainya belum mencapai KKM dan juga siswa kurang mengerti makna dan tujuan dari pembelajaran sehingga siswa menjadi acuh tak acuh terhadap fiqih terutama pada nilai karakter yang tertanam pada pelajaran fiqih itu sendiri.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas perlu diadakan pembenahan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru khususnya dalam pembelajaran materi shalat lima waktu. Solusi yang saya ambil adalah dengan menerapkan media Audio Visual siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pelajaran ini. Setelah penggunaan media Audio Visual maka nilai siswa dapat meningkat.

6)

Hipotesis Tindakan

(38)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini saya lakukan di Kelas VII A MTs Qotrun Nada Depok.

2. Waktu Penelitian

[image:38.595.116.511.269.731.2]

Penelitian ini saya laksanakan pada semester Genap tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Januari sampai dengan April 2014.

Tabel. 3.1

Jadwal Penelitian

Bulan Kegiatan Januari Februari Maret April

Persiapan dan

perencanaan √

Observasi (studi

(39)

Kegiatan

penelitian √

Analisis dan

deskripsi data √

Laporan

penelitian √

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada subyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah mengungkapkan makna, yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar., kegairahan dan prestasi belajar melalui tindkan yang dilakukan. Jenis penelitian ini menggunakan PTK yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalisme guru, menyiapakan pengetahuan, pemahaman dan wawasan tentang prilaku guru mengajar dan murid belajar.

Jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar dikelas dengan melihat kondisi siswa. McNiff dalam bukunya yang berjudul Action Research Principles and Practice memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadp kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.1 PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research. Dari namanya sudah menunjukan isi yang terkandung didalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan yaitu :

1

(40)

1. Penelitian- menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam

meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti

2. Tindakan- Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja

dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas- dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas disini adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan ketiga kata tersebut maka segera dapat kita ambil kesimpulan bahwa Peneitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadapa kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.2

Seperti yang telah dijelaskan di sebelumnya, bahwa penulis menggunakan metode penelitian PTK dengan jenis yang dicetuskan Kurt Lewin, dan metode yang penulis gunakan di dalam kelas adalah Media Audio Visual. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Empat kegiatan utama yang ada pada siklus yaitu:

1.

Perencanaan (Planning)

Perencanaan terbagi menjadi dua yaitu umum dan khusus. Adapaun perencanaan umum yaitu meliputi keseluruhan penelitian yang akan

2

(41)

dilakukan, sedangkan perencanaan khusus meliputi perencaan tiap siklus yang akan dilaksanakan. Peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, lembar pengamatan, dan lembar penilaian siswa.

2. Tindakan (Acting)

Pada tahap tindakan ini peneliti melaksanakan apa yang telah dirancangkan pada tahap perencanaan. Tahap tindakan ini juga bisa meliputi tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran yang telah dilakukan.

3.

Pengamatan (Observation)

Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi. Pengamatan juga dapat dilakukan oleh kolaborator dengan mencatat semua peristiwa atau semua hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi kelas, prilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.

4.

Refleksi

Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil ini kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.3

3

(42)
[image:42.595.150.485.169.537.2]

Gambar 3.1

Rancangan Siklus Penelitian

Jadi sebelum menerapkan Media Audio Visual untuk meneliti, penulis mempersiapkan langkah – langkah yang akan dilakukan. Setelah itu penulis terapkan di dalam kelas sambil mengamati kelangsungan proses KBM. Dan membiaskan atau memikirkan kegiatan yang telah dilakukan.

Karena dalam penelitian penulis adalah bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan Media Audio Visualini, maka penulis menggunakan perhitungan statistik yang hasilnya mengenai perbedaan pada hasil belajar siswa sebelum digunakannya metode role playing dengan sesudah digunakannya metode role playing. Sehingga dengan demikian, penulis akan mendapatkan hasil apakah metode ini dapat meningkatkan atau malah sebaliknya.

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II Pelaksanaan

(43)

C.

Subjek Penelitian

Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah guru Fiqih (Guru Pamong), observer, dan Siswa MTs Qotrun Nada kelas VII A yang berjumlah 30 orang. Di bawah ini adalah daftar subjek penelitian:

[image:43.595.101.526.221.655.2]

TABEL 3.3

DAFTAR SUBJEK PENELITIAN

No Nama No Nama

1 AIDA RAHMANIA SYAM 16 NURSINA AULIA RAHMAH

2 AMELIA ZIKRIFAH 17 RIZDA NURUL FITNI

3 AWALIATU ZULFA UMNIYYAH 18 SABRINA DHARA WAHYUDI

4 CHINDY NUR AFIFAH 19 SILVIA

5 DILA RUSIANA 20 SITI MASANTI

6 FAUZIAH ZAHRA 21 SITI NUR HAMIDAH

7 FITRIANA RAHMAH 22 SONIA ELIZA

8 LULU NUR AFIFAH 23 SYAFIRA FAUZIYAH

9 MARDIAH FAKHRIYAH 24 SYARIFAH FAUZIAH

10 MARIYAH ULFAH 25 SYIFA FAUZIAH

11 MUHJATUL UTURO 26 TASYA NUR ISTIANA

12 NABILLAH MIFTAHUL JANAH 27 ULFIATUN ZAHRA

13 NANDA ANDRIANI RAHMAN 28 USWATUN HASANAH

14 NISVATIN SYA'BANDIYAH 29 WINDA ASTUTI

15 NOVIDAH SITI NUR SAIDAH 30 ZAHRATUNNIDA SEPTIANI

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

(44)

serta melaporkan hasil penelitian. Sedangkan guru bidang studi Fiqih dan para siswa berperan sebagai kolaborator dan observer yang bekerjasama dengan peneliti dalam hal menyusun rancangan pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama yang berupa siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi serta refleksi. Setelah melakukan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II dalam pembelajaran fiqih dengan menggunakan metode variasi, atau divariasikan dengan metode lain yang sesuai dengan materi pelajaran.

[image:44.595.119.510.333.755.2]

TABEL 3.4

Tahapan Pelaksanaan Tiap Siklus

Tahap Kegiatan

Pendahuluan 1. Observasi ke sekolah MTs Qotrun Nada Depok

2. Mengurus surat izin penelitian

3. Membuat instrument penelitian

4. Menyiapkan perlengkapan penelitian

5. Melakukukan Wawancara kepada guru fiqih di sekolah tersebut dan menentukan kelas subjek penelitian.

6. Melakukan observasi proses pembelajaran di kelas

penelitian

Perencanaan 1. Menyiapkan kelas tempat penelitian.

2. Membuat RPP

3. Menyiapkan Media Audio Visual

4. Mediskusikan RPP dengan dosen pembimbing dan

(45)

5. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan.

6. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru,

wawancara, catatan lapangan serta observasi lainnya.

7. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan

dengan media Audio Visual

8. Membuat pertanyaan yang kemudian akan didiskusikan

oleh siswa

9. Menyiapkan sumber belajar

Pelaksanaan 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Melakukan Pretest

3. Melakukan apersepsi, motivasi, eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi tentang Shalat Lima Waktu.

4. Menjelaskan materi Shalat Wajib menggunakan Media

Audio Visual

5. Memberikan pertanyaan kepada siswa yang kemudian

akan didiskusikan oleh siswa

6. Melakukan Postest

7. Menutup kegiatan pembelajaran dan memberikan

motivasi untuk lebih giat belajar

Pengamatan Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

Refleksi Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali

(46)

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah seluruh siswa mengalami peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran fiqih pada bab Shalat Wajib mencapai atau melebihi KKM.

G.

Data dan Sumber Data

1. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang berupa pedoman wawancara yang dilakukan pada murid dan guru setiap akhir siklus, observasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran, catatan lapangan yang dilaksanakan selama proses pembelajaran, dan dokumentasi.

2. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan peneliti.

H.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Instrumen Tes

Tes tertulis ini berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Tes awal (pre-test) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik, karena butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Sedangkan tes akhir (post-test) adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah di ajarkan kepada para peserta didik dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Lembar observasi

(47)

mengenai aktivitas belajar siswa, aktifitas guru dan proses pembelajaran dengan menggunakan Media Audio Visual.

b. Lembar wawancara

Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas. Wawancara tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Media Audio Visual terhadap siswa.

c. Media Pembelajaran

Yaitu teknik penyampaian materi pada kesempatan ini menggunakan Media Audio Visual

d. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data atau informasi dengan mengambil foto-foto pada saat pembelajaran.

I.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian adalah:

1. Observasi/Pengamatan

Observasi dilakukan sebelum dan pada saat tindakan dilakukan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui respons/tanggapan guru dan siswa mengenai pelaksanaan pembelajaran menggunakan Media Audio Visual dalam pembelajaran. Disamping itu juga untuk triangulasi data yang didapat pada saat penelitian.

3. Tes

Tes yang berupa soal pilihan ganda dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan.

J.

Analisis Data dan Interpretasi Data

(48)

kalimat-kalimat yang memberikan gambaran-gambaran proses penelitian. Data kuantitatif meliputi data statistik yang meliputi rata-rata, nilai maksimum/minimum, standar deviasi yang sesuai indikator keberhasilan.

Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus menggunakan gain skor. Gain skor adalah selisih antara nilai post-test dan pre-test, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran yang dilakukan guru.

Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan Normalized Gain4

g

=

Dengan kategori:

g tinggi : nilai (g) > 0,70 g sedang : 0,70 > (g) > 0,3 g rendah : nilai (g) < 0,3

K.

Pengembangan Perencanaan Tindakan

Karena Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka pelaksanaannya dilakukan dengan cara bersiklus. Tiap siklus dilakukan perubahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tahap-tahap yang

dilakukan dalam setiap siklusnya adalah perencanaan, tindakan,

pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan apabila setelah tindakan siklus 1 selesai dilakukan dan belum terjadi peningkatan hasil belajar siswa, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya pada siklus 2 sebagai perbaikan pembelajaran. Jika hasil penelitian telah mencukupi indikator keberhasilan maka dicukupkan dan dianggap penelitian tindakan kelas berhasil dilaksanakan.

4

Raisyah Nisfafera, “Penerapan Metode Kolaboratif Murder dalam Meningkatkan Hasil

(49)

35

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL,

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.

Gambaran Umum Sekolah

1.

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Qotrun Nada

Qotrun Nada, sekilas memang masih asing ditelinga kita untuk nama sebuah lembaga keagamaan atau pondok pesantren karena memang terkesan unik dan aneh akan tetapi ini adalah kenyataan yang tak dapat dipungkiri lagi bahwa Qotrun Nada adalah nama sebuah Pondok Pesantren yang terletak di daerah Kelurahan Cipayung Jaya Kecamatan Cipayung Kota Depok Jawa Barat. Meskipun terletak didaerah yang agak terdalam dan berada persis di tepi sungai namun tidak meruntuhkan niat para santri untuk menuntut ilmu disini, dengan keyakinan yang kuat itulah yang membuat ratusan santri berkumpul dalam sebuah wadah yang selalu dinantikan hasilnya. Meskipun mereka terdiri dari keberanekaragaman daerah, adat dan budaya seperti dari daerah Jawa, Sunda, Betawi bahkan ada juga yang berasal dari Aceh dan Jambi, namun mereka semua

dengan teguh memegang prinsip “Bhineeka Tunggal Ika” sampai mereka akhirnya bersatu dalam kesatuan yang kokoh bak sebuah bangunan yang mana antara satu dengan yang lainnya saling menguatkan.

Awalnya Qotrun Nada hanyalah sebuah Majlis Ta’lim kecil yang hanya

(50)

namun tanpa disangka lambat laun akhirnya Majlis Taklim ini semakin diminati oleh masyarakat Cipayung dan sekitarnya, sampai akhirnya atas dorongan dan keyakinan yang kuat maka pada tahun 1995 mulailah diadakan penerapan pendidikan islam yang dikembangkan melalui pengajian kitab pada luar jam sekolah atau pada bahasa masyarakat cipayung adalah santri kalong.Santri kalong adalah santri yang pada saat itu mengikuti kegiatan pengajian kitab salafi pada waktu-waktu tertentu dan setelah selesai pengajian santri pulang kerumah masing-masing.

Dikarenakan peminat santri kalong semakin banyak dan permintaan dari para wali santri agar pengajian yang selama ini diadakn agarlebih dimaksimalkan lagi, maka pada saat itulah para santri diwajibkan untuk bermukim di majlis

ta’lim,khusus putra bermukim disebelah kediaman kyai sedangkan khusus putri

bermukim dikediaman orang tua sang kyai, yaitu al-walid H. Marzuki karena pada waktu itu belum tersedia tempat yang memadai untuk dijadikan tempat bemukim bagi para santri.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.Seiring dengan dukungan para masyarakat maka tepat pada tanggal 09 September 1996 dimulailah pelaksanaan peletakan batu pertama diatas tanah seluas 1500 M dan sejak itu pula majlis ta’lim tersebut dinamai oleh salah seorang kyai yang merupakan guru dari sang pimpinan yang bernama KH. Ahmad

Zaini dengan nama “Qotrun Nada” yang memiliki arti “Tetesan Embun Pagi”,

Dengan nama Qotrun Nada-lah kami selalu berharap bahwa nantinya santri kami akan menjadi generasi penerus yang memiliki pemikiran Kreatif, Inovatif, serta

Positif dan dengan landasan yang berdasarkan atas Al Qur’an dan Hadits, seperti

halnya tetesan embun yang senantiasa Allah turunkan dari langit yang membawa pencerahan untuk alam disekelilingnya.

(51)

seiring dengan berjalannya waktu, Pondok Pesantren Qotrun Nada terus berkembang hingga detik ini atas do’a para kaum muslimin sekalian dan hingga saat ini pula kami telah memiliki sekitar 1200 santri dan seluruhnya bermukim dipondok.

Program pendidikan yang dikembangkan oleh pendiri Pondok Pesantren Qotrun Nada (The Family Fathors) yang terdiri dari : KH. Drs. Burhanuddin Marzuki, Ust. Syamwari, Ust. Achyanuddin Syakier. Secara perlahan-lahan dan dengan penuh kesabaran diiringi dengan dedikasi yang tinggi Beliau telah berhasil mengembangkan Pondok Pesantren Qotrun Nada menjadi suatu lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki kaderisasi seorang yang berjiwa keagamaan. Program yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah program terpadu yaitu panduan belajar selama enam tahun yang meliputi Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Namun Pondok Pesantren Qotrun Nada ini juga membuka program pendidikan yang agak singkat meliputi program Takhassus/Intensif yang setingkat dengan Aliyah yaitu hanya tiga tahun bagi para lulusan Madrasahy Tsanawiyah (MTs) atau SLTP yang ingin melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Qotrun Nada ini.

Pondok Pesantren Qotrun Nada sangat terkenal dengan kedisiplinannya, mulai dari disiplin waktu sampai dengan disiplin akan peraturan yang telah ditetapkan. Dan Qotrun Nada sendiri terdiri dari berbagai macam organisasi, baik organisasi dalam lingkup yang besar (Majlis Guru) maupun yang masih dalam lingkup yang masih kecil/ISQN (Ikatan Santri Qotrun Nada) yang mana seluruh organisasi-organisasi tersebut saling bekerja sama dalam melaksanakan kewajibannya demi terwujudnya sebuah kedisiplinan yang senantiasa dijaga oleh para santrinya.

(52)

yang dilaksanakan oleh para calon alumni setelah mereka mengikuti Ujian Akhir (UN) yaitu kegiatan pembelajaran atau yang biasa kami sebut dengan PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat) hasil dari kegiatan tersebutlah yang sedikit banyaknya mampu mengambil perhatian masyarakat yang menjadi tuan rumah dari kegiatan tersebut dan Alhamdulillah semuanya yang dilakukan oleh para santri kami semuanya dapat mereka terima dan dipandang dengan pandangan yang baik1.

2.

Visi, Misi, dan Tujuan

Visi Pondok Pesantren Qotrun Nada

حلصأا ديدجـلاب ذخأاو حلاصلا ميدقلا ىلع ةظفاحـملا

“Melestarikan Nilai-nilai klasik yang baik dan mengambil nilai-nilai baru

yang lebih baik”

Misi Pondok Pesantren Qotrun Nada

a. Mencipatakan Generasi Yang Berakhlakul Karimah

b. Berilmu Amaliyah, Beramal Ilmiyah

c. Mampu Menjalankan Perintah & Menjauhi Larangan Allah SWT.

3.

Struktur Organisasi dan Fungsinya

a. Pengasuh, menentukan kebijakan umum, langkah strategis dan pengambil

keputusan yang dikoo

Gambar

TABEL GAMBAR ..................................................................................................
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian.......................................................................................
Gambar 4.2 ................................................................................................................
Tabel. 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn, sedangkan Tujuan khusus Penelitian Tindakan Kelas ini

1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan melaksanakan tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) namun ada satu kegiatan yang tidak dilakukan

Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), meyusun lembar observasi dan menyusun alat evaluasi pembelajaran. Pelaksanaan tindakan meliputi tiga tahap

Dalam tahap ini peneliti melakukan hal-hal seperti menyiapkan media pembelajaran, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD)

Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Januari 2018. Sebelum kegiatan belajar dimulai pada siklus ini, peneliti yang.. bertindak sebagai

Ada pengaruh penggunaan media audio visual diam dan media audio visual gerak terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran Fiqih di MTs Ma’arif Bakung Udanawu Blitar

Dokumentasi yang akan dicari yaitu nilai hasil belajar siswa kelas VII H MTs Negeri Salatiga sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan, dan membuat rencana pelaksanaan

Maka untuk reali-sasinya penelitian mengenai penerapan model pembelajaran round table akan dilakukan pada mata pelajaran Fiqih dalam rangka membantu meningkatkan