• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA FILM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA FILM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA FILM

Euis

Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia euis.ypk@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar Sosiologi di kelas XI IPS 2 Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran, siswa yang belum mencapai KKM mencapai 87,5%. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS Madrasah Aliyah YPK Cijulang pada tahun pelajaran 2019/2020 Pada Mata Pelajaran Sosiologi materi konflik dan kekerasan melalui pemanfaatan media film. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan: perencanaan, tindakan, pengamatan, mengevaluasi, dan refleksi. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Persentasi ketuntasan 14,2% pada pra siklus, meningkat menjadi 44,82% pada siklus I dan meningkat menjadi 75% pada siklus II. Nilai rata-rata kelas siswa pada pra siklus 61,05 meningkat menjadi 72,33 pada siklus I dan meningkat menjadi 76,84 pada siklus II. Hasil penelitian berkesimpulan bahwa pemanfaatan media film dapat meningkatkan hasil belajar Sisiologi materi konflik dan kekerasan siswa kelas XI IPS 2 Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran tahun pelajaran 2019/2020.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Media Film, Penelitian Tindakan Kelas.

ABSTRACT

The background of this research Students’ class XI IPS 2 Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran learning outcomes in sociology subject were still in low category, students who have not reached KKM reached 87.5%. This study aims to improve the learning outcomes of class XI IPS at Madrasah Aliyah YPK Cijulang Pangandaran in the 2019/2020 school year on sociology through the use of film media. The method used in this research was classroom action research which was carried out in two cycles. The data sources came from the teachers and students. This study employed observation and test to collect the data collection using observation and test techniques. Data analysis was carried out qualitatively and quantitatively. The results showed that students’ learning outcomes increased from pre-cycle, cycle I and cycle II. The completeness percentage was 12.5% in the pre-cycle, increasing to 44.82% in the first cycle and increasing to 75% in the second cycle. The class average score of students in the pre-cycle 61.05 increased to 72.33 in the first cycle and increased to 76.84 in the second cycle. From the result, it can concluded that

(2)

the use of film media can improve the learning outcomes for sociology of conflict and violence material for students of class XI IPS 2 Madrasah Aliyah YPK Cijulang Pangandaran Regency in the 2019/2020 academic year..

Keywords: Students Achievement, Film as Media Instrument, Classroom Action Research

PENDAHULUAN

Pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman serta juga bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, cakap, berakhlak mulia, kreatif, mandiri dan juga menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Nomor 20 Tahun 2003). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memberikan pengaruh yang positif terhadap kemajuan pendidikan. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guru dapat memberikan variasi media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Perkembangan IPTEK memberikan kemudahan bagi guru dalam mencari media-media pembelajaran yang sesuai untuk kegiatan pembelajaran. Dengan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat, tidak hanya akan membuat siswa semangat mengikuti proses pembelajaran, tapi juga dapat membatu siswa untuk lebih memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh (Sunarno, 2010: 147) “sesuai dengan makna yang terkandung dalam pengertian media, eksistensinya akan membantu siswa dalam memahami sesuatu yang sedang dipelajari dan dikaji dengan berbagai kemudahan”. Karena belajar tidak hanya menghafal, tetapi anak juga harus memahami apa yang diajarkan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Belajar dengan cara menghapal tidak akan bertahan lama, sebaliknya anak akan lebih mudah mengingat materi yang telah dipelajari ketika dia memahaminya.

Ketika anak masuk dalam lembaga pendidikan formal, dia dituntut untuk dapat megikuti proses pembelajaran. Dalam mata pelajaran sosiologi para siswa dituntut untuk dapat memahami pelajaran tidak hanya menghafal saja. Hal ini dikarenakan dalam mata pelajaran sosiologi siswa akan sering bertemu dengan soal-soal yang bentuknya cerita, jika siswa hanya menghafal materi tanpa memahaminya siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal dalam bentuk cerita.

Namun pada kenyataannya masih ada siswa yang kesulitan mengerjakan atau menjawab soal dalam bentuk cerita. Dari 28 siswa kelas XI IPS hanya 4 orang siswa yang menjawab dengan jawaban benar, ini berarti sebanyak 24 siswa (85,7%) masih belum memahami materi dengan benar. Hal tersebut karena siswa belum paham dengan materi yang disampaiakan, ketika belajar mereka lebih suka untuk menghafalkannya bukan memahaminya. Dalam satu kelas ada banyak siswa yang memiliki nilai rendah.

Dalam kaitannya dengan masalah tersebut, peneliti selaku guru mata pelajaran sosiologi telah melakukan observasi di Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran. Di kelas XI IPS Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran yang memiliki jumlah siswa 32 siswa terdiri dari komposisi 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Dalam kegiatan observasi

(3)

pra tindakan yang dilakukan oleh peneliti di Madrasah Aliyah tersebut, peneliti menemukan permasalahan seperti yang dijelaskan di atas tadi, bahwa:

(1) Ketika guru memberikan pertanyaan dalam bentuk cerita kepada siswa, siswa menjawab asal-asalan atau masih kurang tepat. Pada saat guru menjelaskan materi tentang materi diferensiasi dan stratifikasi sosial, guru memberikan pertanyaan kepada siswa yakni, “Sudarman seorang direktur perusahaan swasta mampu membeli mobil. Akibat keterbatasan gaji yang diperoleh, Maman sebagai karyawan perusahaan swasta hanya sanggup membeli sepeda motor saja. Contoh tersebut menunjukkan stratifikasi pada kriteria apa?”. Selanjutnya guru menunjuk beberapa siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut, jawaban siswa beda-beda, ada yang menjawab berdasarkan kriteria kedudukan, ada juga yang menjawab pertanyaan berdasarkan jabatan. Semua jawaban siswa masih belum tepat.

Begitupun setelah guru membahas tentang primordialisme dan memberikan pertanyaan kepada siswa setelahnya: “kenapa dulu di Amerika masyarakat berkulit hitam mendapat perlakuan yang berbeda dengan masyarakat kulit putih?”. Siswa masih belum menjawab dengan dengan tepat.

(2) Banyak siswa yang kesulitan mengerjakan soal dalam bentuk soal cerita.

Hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa saat ditanya tentang kesulitan menjawab soal Sosiologi materi konflik dan kekerasan jawabannya hampir sama, kebanyakan siswa merasa kesulitan memahami soal-soal berbentuk cerita dengan berbagai alasan seperti: soal cerita susah dipahami, malas membaca karena kalimanya panjang-panjang, soal cerita membingungkan, dan lain-lain.

(3) Rendahnya hasil penilaian harian siswa, terlihat dari satu kelas hanya ada 4 atau 24,2% siswa yang tuntas, ini berarti siswa yang belum tuntas mencapai 87,5% atau 28 orang siswa. Dinyatakan belum tuntas karena nilai mereka kurang dari batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70 pada Mata Pelajaran Sosiologi materi konflik dan kekerasan.

Hasil observasi juga ditemukan bahwa kelas XI IPS 2 merupakan kelas yang memiliki rata-rata penilaian harian paling kecil terutama pada materi konflik dan kekerasan dibanding kelas IPS yang lain dengan materi yang sama di kelas XI MA YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran.

Observasi juga dilakukan kepada siswa dengan mencoba bertanya yang lebih disukai oleh siswa, beberapa siswa menjawab lebih menginginkan materi pembelajaran dalam bentuk visual atau tayangan.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi materi konflik dan kekerasan Melalui Pemanfaatan Media Film di Kelas XI IPS 2 MA YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran.

Media pada dasarnya adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi. Briggs dalam (Trini Prasasti, 2005: 4, Sutirman, 2013:

15) mengatakan media sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Sarana fisik tersebut dapat berupa buku, tape recorder, kamera, vidio, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa media bisa sangat bervariasi, bisa menggunakan apapun, diantaranya melalui media film.

(4)

Pengertian film, Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2009 Pasal 1 tentang perfilman Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Pemanfaatan media film diharapkan dapat membantu siswa untuk mengingkatkan hasil belajarnya.

Arsyad (2005: 1) mengungkapkan pengertian hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Perubahan diarahkan pada diri peserta didik secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Sedangkan Aqib (2010: 51) hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Menurut Dimyati (2006 : 20) pengertian hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil belajar peserta didik yang dapat diukur dengan segera atau secara langsung. Dampak pengiring adalah hasil belajar peserta didik yang tampak secara tidak langsung atau merupakan transfer hasil belajar. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan peserta didik.

Menurut Sudjana (2009 : 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Berdasarkan uraian diatas bisa didefinisikan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif (kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi), afektif (penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi) dan psikomotorik (persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititas). Hasilnya dituangkan dalam bentuk angka atau nilai.

Dalam penelitian ini hasil belajar yang digunakan adalah dari hasil nilai tes siswa pada tiap-tiap siklusnya. Tes evaluasinya berupa tes tertulis yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 4 soal uraian. Hasil belajar inilah yang menjadi tolok ukur keberhasilan penelitian ini. Jika hasil belajarnya meningkat dan mencapai taarget yang ditentukan, maka penelitian ini dapat dikatan berhasil.

Ada beberapa teroi belajar menurut beberapa ahli, salah satunya yakni teori Kognitif menurut Piaget (Endang Komara, 2014: 8-9). Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas mimetic yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari, pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

(5)

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari 2 kali pertemuan dan siklus 2 terdiri 3 kali pertemuan. Penelitian bertempat di Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 yang dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2020. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPS 2 Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran tahun pelajaran 2019/2020. Kelas tersebut terdiri dari 32 siswa, 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi, observasi, wawancara, dokumentasi dan tes. Wawancara dilakukan peneliti secara langsung kepada siswa kelas IX IPS, dokumentasi melalui data hasil penlilaian harian kelas Mata Pelajaran Sosiologi kelas XI IPS Madrasah Aliyah YPK Cijulang. Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan media film akan dikatakan berhasil dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, jika hasil belajar siswa yang dilihat dari nilai rata-rata mengalami peningkatan dari 61,05 menjadi 72,33. Kemudian, juga dapat dilihat dari berapa persentase siswa yang nilainya mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 70. Dari 12,5% dapat meningkat menjadi 50% .Jadi yang diukur adalah aspek kognitif dengan cara menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes tertulis siswa dan melihat berapa persentase siswa yang nilainya mencapai atau melebihi nilai KKM.

HASIL PENELITIAN Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, dengan materi konflik dan kekerasan. Berikut uraian pada kedua pertemuan sebagaimana dimaksud:

1) Perencanaan (Planning). Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), meyusun lembar observasi dan menyusun alat evaluasi pembelajaran. 2) Tindakan (Acting). Pelaksanaan tindakan meliputi tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. a) Kegiatan pendahuluan. Pada kegiatan pendahuluan ini guru mengucap salam dan berdoa bersama, mengkondisikan peserta didik kemudian dilanjutkan dengan mengabsen dan memotivasi siswa mengenai pentingnya kompetensi yang akan dipelajari. b) Kegiatan Inti. Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi secara sistematis dan menjelaskankan secara singkat dan menayangkan materi konflik dan kekerasan melalui infocus. Kemudian guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok. Secara berkelompok siswa mendiskusikan topik permasalahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya setiap perwakilan kelompok menyampaikan hasil kesimpulan yang telah didiskusikan dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi tiap-tiap pendapat kelompok. Setelah itu guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi kelompok tentang permasalahan yang baru dipecahkan. c) Kegiatan Penutup. Guru

(6)

mengadakan evaluasi yaitu tes akhir siklus untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Peta. Kemudian guru memberikan penugasan untuk pertemuan selanjutnya. Pembelajaran diakhiri dengan mengucapkan lafaz hamdalah dan memberisalam kepada peserta didik. 3) Observasi. Observasi atau pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran dan tindakan berlangsung. Observer melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

Berdasarkan hasil tes siswa kelas XI IPS 4 yang telah dilaksanakan menunjukkan adanya peningkatan. Hasil belajar siswa pada siklus I yaitu, 44,82%

siswa dinyatakan mencapai atau melebihi batas KKM, dan 55,18% siswa dinyatakan belum mencapai batas KKM. Kemudian untuk nilai rata-ratanya adalah 72,33. Meskipun pada pelaksanaan siklus I belum mencapai target yang ditetapkan oleh peneliti, namun hasil dari siklus I ini mengalami peningkan dibandingkan nilai pada pra siklus.

Siklus II.

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki masalah pembelajaran yang terjadi pada siklus I, dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, materi yang dipelajari pada siklus II adalah materi tentang konflik kekerasan. Hasil tes yang dilaksanakan pada siklus II, terlihat ada peningkatan persentase ketuntusan dari siklus I ke siklus II.

Langkah yang dilakukan pada siklus II adalah: 1) Perencanaan (Planning).

Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), meyusun lembar observasi dan menyusun alat evaluasi pembelajaran. 2) Tindakan (Acting).

Pelaksanaan tindakan meliputi tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. a) Kegiatan pendahuluan. Pada kegiatan pendahuluan ini guru mengucap salam dan berdoa bersama, mengkondisikan peserta didik kemudian dilanjutkan dengan mengabsen dan memotivasi siswa mengenai pentingnya kompetensi yang akan dipelajari. b) Kegiatan Inti. Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi secara sistematis dan menjelaskankan secara singkat dan menayangkan materi konflik dan kekerasan melalui infocus. Kemudian guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok. Secara berkelompok siswa mendiskusikan topik permasalahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya setiap perwakilan kelompok menyampaikan hasil kesimpulan yang telah didiskusikan dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi tiap-tiap pendapat kelompok. Setelah itu guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi kelompok tentang permasalahan yang baru dipecahkan. c) Kegiatan Penutup. Guru mengadakan evaluasi yaitu tes akhir siklus untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Peta.

Kemudian guru memberikan penugasan untuk pertemuan selanjutnya.

Pembelajaran diakhiri dengan mengucapkan lafaz hamdalah dan memberisalam kepada peserta didik. 3) Observasi. Observasi atau pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran dan tindakan berlangsung. Observer melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

(7)

Persentase ketuntasan siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni sekitar 27,5%, dengan rincian nilai pada siklus I persentase ketuntasan sebesar 44,82% meningkat menjadi 75% pada siklus II. Selain persentase ketuntasan, nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan sikus I. Sebelumnya pada siklus I nilai rata-rata kelasnya yakni, 72,33 meningkat menjadi siklus II menjadi 76,84.

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan memanfaatkan media film dalam proses belajaran sosiologi pada materi konflik dan kekerasan.

Dalam pelaksanaan siklus I, hasil tes kognitif yang diperoleh belum mencapai target yang ditetapkan oleh peneliti, namuan jika dibandingkan dengan data nilai pra tindakan menunjukkan adanya peningkatan. Persentase hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 44,82% siswa dinyatakan mencapai atau melebihi batas KKM, dan 55,18% siswa dinyatakan belum mencapai batas KKM. Kemudian untuk nilai rata-ratanya adalah 75%. Untuk hasil nilai rata-rata dan persentase ketuntasan siswa pada siklus I telah mengalami peningkatan dari hasil nilai rata-rata dan persentase ketuntasan siswa pada pra siklus, data pra siklus menunjukkan bahwa hanya 12, 5% siswa yang dinyatakan tuntas dan nilai rata-ratanya 61,05.

Bedasarkan hasil tes siswa, juga terlihat terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Sebelumnya pada siklus I nilai rata-rata kelasnya yakni, 72,33 dan pada siklus II menjadi 76,84. Sedangkan untuk persentase ketuntusan juga mengalami peningkatan yang cukup banyak yakni sekitar 28,125%, dengan rincian nilai, pada siklus I persentase ketuntasan sebesar 44,82%, kemudian pada siklus II menjadi 75%. Dari hasil tes siklus II sangat baik dan sudah melebihi target yang tetapkan oleh peneliti, peneliti menargetkan 50% siswa dinyatakan tuntas dan nilai rata- ratanya 75. Menurut peneliti target yang ditetapkan oleh peneliti sudah termasuk tinggi karena pada data pra tindakan siswa yang dinyatakan tuntas hanya 12,5%

siswa dan 87,5% siswa dinyatakan belum tuntas karena nilai mereka kurang dari bartas minimal KKM yakni 70, dengan nilai rata-rata 61,05. Selanjutnya jika diperhatikan berdasarkan individu siswa, nilai masing-masing siswa mulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II terlihat ada siswa yang nilainya mengalami kenaikan namun ada juga siswa yang nilainya turun, namun jika dilihat secara keseluruhan banyak siswa yang nilainya mangalami peningkatan. Kemudian dari nilai rata-rata kelas juga menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari masing- masing siklus. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pemanfaatan media film dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XI IPS 2 Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran dapat membantu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan teori belajar kognitif menurut Piaget, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari (Endang Komara, 2014: 9). Dapat dipahami bahwa aplikasi teori ini dalam pembelajaran, yakni menuntut siswa untuk dapat menyampaikan kembali apa yang telah dia peroleh selama berlangsungnya pembelajaran di kelas. Siswa akan dapat menyampaikan kembali pengetahuan yang mereka dapat jika meraka paham

(8)

akan metari yang disampakan. Sebaliknya jika siswa tidak paham materi yang telah disampaiakan maka siswa akan kesulitan untuk menyampaikan pengetahuan yang dia dapat selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas.

Untuk itu guru dituntut untuk dapat membantu siswa memahami materi yang disampaikan agar siswa dapat megemukakan kembali pengetahuan yang mereka peroleh selama proses pembelajaran. Guru harus dapat memahami karakteristik siswa, karena masing-masing anak dalam memahami materi pembelajran pasti berbeda-beda. Ada siswa yang sudah paham materi hanya dengan membaca buku, mendengarkan, tapi ada juga siswa yang memahami materi dengan cara melihat contohnya. Oleh karena itu guru harus dapat melihat dalam satu kelas tersebut rata-rata siswanya dapat memahami materi dengan cara seperti apa. Baru kemudian guru memutuskan untuk menggunkan cara yang sesuai agar siswa memahami materi yang disampaikan. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa, siswa lebih paham ketika diberikan contoh menggunakan film, maka dalam penelitian kali ini peneliti dan guru memanfaatkan media film. Dalam proses pembelajaran menggunkan media film, guru meminta siswa untuk mengamati film yang ditayangakan kemudian secara berkelompok mereka diminta untuk mendiskusikan dan pada akhirnya masing- masing kelompok akan diminta untuk menyampaikan pengetahuan merekan yang mereka tuliskan dari hasil diskusi mereka sesuai dengan film yang telah ditanyangkan. Kaitanya teori kognitif, bahwa jika siswa memahami materi yang disampaikan maka siswa akan dapat mengemukakan Kembali pengetahuan yang dia peroleh.

Kemudian dalam kegiatan evalusi, teori menyatakan bahwa evalusi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut jawaban benar. jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. (Endang Komara, 2014:9).

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa teori kognitif menurut Piaget sangat menekankan pada hasil akhir dari proses pembelajaran yang telah berlangsung, kaitanya dengan penelitian ini, bahwa penelitian ini pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan hasilnya diperoleh dari tes evaluasi, jika jawaban siswa banyak yang benar maka siswa akan memperoleh nilai yang tinggi dan pada akhirya dapat menunjukkan peningkaatan hasil belajar. Berdasarka teori kognitif menurut Piaget dan data hasil pelaksanakan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa memalui pemanfaatan media film dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XI IPS Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran Kabupaten Pangandaran dapat membatu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

SIMPULAN

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, pemanfaatan media film dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar Sosiologi materi konflik dan kekerasan siswa kelas XI IPS 2 Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran. Terbukti terjadi peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi materi konflik dan kekerasan. Persentasi

(9)

ketuntasan 14,2% pada pra siklus, meningkat menjadi 44,82% pada siklus I dan meningkat menjadi 75% pada siklus II. Nilai rata-rata kelas siswa pada pra siklus 61,05 meningkat menjadi 72,33 pada siklus I dan meningkat menjadi 76,84 pada siklus II. Hasil penelitian berkesimpulan bahwa pemanfaatan media film dapat meningkatkan hasil belajar Sisiologi materi konflik dan kekerasan siswa kelas XI IPS 2 Madrasah Aliyah YPK Cijulang Kabupaten Pangandaran tahun pelajaran 2019/2020.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. (2005). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Aqib, Zainal. (2010). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Penerbit Insan Cendekia.

Dimyati, dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Komara, Endang. (2014). Belajar dan Pembelajaran Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama.

Ratnawulan, Elis, dkk. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sunarno. (2010). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Kompetensi Berbagai Variasi Kelompok Sosial Dalam Pendekatan Pembelajaran Bermedia Video Compact Disk (VCD), Teknodika: Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan, 8 (2) 147.

Sutirman, (2013). Media Dan Model- Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Undang-Undang No. 33 Tahun 2000 Tentang Perfilman. http://www.bpi.or.id/

Referensi

Dokumen terkait

Bimbingan seperti ini sangat penting dilakukan agar terciptanya komunikasi yang lancar antara mahasiswa dengan guru pembimbing lapangan.Dalam pelaksanaan kegiatan

Kegiatan yang dimaksud berupa pembuatan percontohan budi daya rumput laut dengan teknik/metode long line , restorasi terumbu karang melalui pembuatan artificial reef /terumbu

Data sekunder, yaitu data dalam bentuk jadi yang telah dimiliki oleh Hotel Swiss belinn ska Pekanbaru yang digunakan sebagai pelengkap didalam

Hasil dari penelitian ini yaitu dibidang ekonomi adanya pariwisata dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, menaikan harga jual tanah, dan menaikan

Selain itu juga, untuk melindungi konsumen dari penggunaan produk obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan, maka pemerintah atau BPOM melakukan

Analisa data dilakukan secara deskriptif terhadap hasil pengujian kualitas daging bebek yang meliputi sifat mutu organoleptik yang warna, bau dan konsistensiann kandungan

Biaya Provisi : biaya yang dikenakan kepada Nasabah oleh BTPN sebagai biaya jasa atas transaksi yang dilakukan oleh Nasabah.. Cancellation Fee biaya yang dikenakan kepada

Pada penelitian melihat Pengaruh Waktu Aktivasi dan Adsorpsi dalam Pemanfaatan Karbon Aktif dari Serutan Kayu menjadi Adsorben Limbah Cair zat warna tekstil Sumikaron Yellow