• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. RASKIN berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2012 tentang kebijakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. RASKIN berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2012 tentang kebijakan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia dalam pembangunan sistem pangan nasional adalah kebijakan pengadaan Beras Miskin (RASKIN). Program RASKIN berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2012 tentang kebijakan perberasan nasional menginstruksikan kepada Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah non Kementerian tertentu, Gubernur dan Bupati/Walikota untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi perdesaan dan stabilitas ekonomi nasional.

Pemerintah menyediakan subsidi pangan beras kepada masyarakat miskin yang kini dikenal sebagai program beras miskin (RASKIN) sejak tahun 1998. Program ini pada awalnya digulirkan sebagai jaring pengaman sosial selama krisis ekonomi periode akhir 1990-an dan menyita perhatian publik karena sifatnya yang masif dengan anggaran besar. Di tahun 2014 saja, RASKIN telah menyerap anggaran belanja negara sebesar 18,4 trilyun rupiah dengan sasaran program 15.530.897 rumah tangga sasaran (RTS) dan beras 2,8 juta ton.

Selama perjalanannya, perguliran RASKIN tidak berlangsung mulus. Hingga tahun 2014, ada dua persoalan besar RASKIN yang perlu diselesaikan. Pertama adalah 6 Tepat yang terdiri dari pencapaian ketepatan sasaran, jumlah dan mutu beras, waktu pelaksanaan, harga tebusan serta serta pengadministrasian. Kedua, RASKIN sebagai program bantuan pangan seyogyanya mampu memberi manfaat ganda pada peningkatan pendapatan petani beras, peningkatan perekonomian

(2)

18 pedesaan seperti yang diamanatkan Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2012. Inpres tersebut menitikberatkan pengadaan beras atau gabah oleh pemerintah dilakukan dengan mengutamakan pembelian dari petani dalam negeri. Lewat diktum nomor enam inilah pemerintah mensyaratkan RASKIN tidak hanya berfungsi sebagai bantuan pangan, tetapi juga memberdayakan petani penghasil beras yang sebagian besar adalah masyarakat miskin. Oleh karena itu untuk mewujudkannya, maka diperlukan kerjasama secara sinergis dari berbagai stakeholder di tingkat pusat maupun daerah. Dilandasi kebutuhan inilah maka beberapa daerah menyelenggarakan inovasi program RASKIN yang dikenal sebagai Program Beras Daerah.1 Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu Kabupaten yang melakukan inovasi program beras daerah, dimana beras yang didistribusikan untuk bantuan pangan masyarakat miskin berasal dari produksi padi Kabupaten Kulon Progo.

Selain Instruksi Presiden No 3/2012 yang melandasi inovasi program RASKIN di Kabupaten Kulon Progo, pengadaan beras miskin dengan menggunakan beras lokal juga merupakan perwujudan dari motto kabupaten tersebut. Pemerintah Kulon Progo dengan motto Bela Beli Kulon Progo berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan warganya dengan menciptakan inovasi Program RASKIN dengan menggunakan beras daerah.

1 Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Laporan Wokshop Perencanaan Kerjasama, (

(3)

19 “Kita punya Gerakan Bela dan Beli Kulon Progo. Ya kalau mau membela Kulon Progo caranya dengan membeli produk sendiri. Disamping itu, supaya uang tetap di Kabupaten, tidak keluar daerah. Sehingga sedapat mungkin uang luar daerah masuk ke Kulon Progo. Kemudian di samping itu, bagaimana rakyat itu tidak hanya menjual barang baku dalam arti bahan baku seperti gabah. Kalo bisa jualnya dalam bentuk beras. Harganya lebih tinggi, rakyat lebih sejahtera. Oleh karena itu alangkah indahnya kalau beras miskin diganti dengan beras lokal, bukan beras yang dibeli dari luar.” (Bupati Kulon Progo; Hasto Wardoyo, 2016).

Program Beras Daerah (Rasda) Kulon Progo menggantikan RASKIN dari pusat dalam menyuplai beras yang diperuntukkan bagi rumah tangga miskin, meskipun pengadaan dan pendistribusian beras masih menggunakan dana dari pusat. Program Rasda merupakan bentuk tata kelola beras miskin melalui pemberdayaan petani lokal Kulon Progo. Secara resmi, program ini telah berjalan dengan ditandatanganinya perjanjian kesanggupan pengadaan beras miskin oleh Gapoktan Kulon Progo dengan Kepala BULOG Divre DIY pada 27 Januari 2014. Alasan pemerintah Kabupaten Kulon Progo melaksanakan beras daerah yaitu karena Kabupaten Kulon Progo mengalami surplus beras tiap tahunnya, sebagai bentuk implementasi semangat Bela-Beli Kulon Progo dan gerakan Madhep Mantep Pangane Dhewe. Pelaksanaan Program Rasda bertujuan untuk menciptakan beras lokal yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat Kulon Progo, sebagai upaya pemberdayaan petani dan gapoktan lokal, meningkatkan kualitas beras miskin, menghemat biaya transportasi, membantu mengentaskan kemiskinan petani padi, dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam program ini, gapoktan merupakan aktor utama dalam menyuplai beras. Gapoktan yang menandatangani MoU dengan BULOG tentang pengadaan beras daerah antara lain; Panca Manunggal, Makmur Sejahtera, Among Tani, Sidomaju, Sarimulyo, Sumber Makmur, dan Ngestiharjo.

(4)

20 Alasan memilih Program Rasda Kulon Progo sebagai objek penelitian adalah karena program Rasda tersebut menunjukkan kemandirian suatu daerah dalam mencukupi kebutuhan pangan daerah. Selain itu, Kabupaten Kulon Progo setiap tahunnya mengalami surplus beras dan mampu melakukan inovasi dengan program Beras Daerah. Kulon Progo memiliki jumlah keluarga miskin mencapai 43.021 kepala keluarga dari 142.709 kepala keluarga atau sekitar 23% dengan kantong kemiskinan terbesar adalah petani dan produsen pangan. Mayoritas usaha pertanian di Kulon Progo adalah pertanian padi. Berdasarkan hasil pencacahan lengkap sensus pertanian 2013, produksi padi Kulon Progo sebesar 112.007 ton, dengan luas panen 17.614 hektar dan produktivitas 63,58 ku/ha (6,36 ton/ha); dan produksipadigogo 2.695 ton dengan luas panen 707 hektar dan produktivitas 31,91 ku/ha (3,19 ton/ha). Konsumsi beras masyarakat Kulon Progo tahun 2013 dengan asumsi 79,2 kg/kapita/th dan dengan jumlah penduduk 480.247 jiwa, maka konsumsi berasnya adalah +/- 38.085 ton per tahun, sedangkan produksi beras adalah 72.837ton. Sehingga produksi beras di Kulon Progo mengalami surplus 34.800 ton2. Dari data tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Kulon Progo kaya akan sumber daya pangan, yaitu beras. Kelebihan beras tersebut kemudian yang menjadi alasanPemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk melaksanakan program Rasda.Melalui implementasi program Rasda ini, pemerintah Kulon Progo bertujuan untuk memperbaiki kelemahan pada implementasi program RASKIN dari pusat.

2Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo. 2013. Inovasi Pelayanan: Perbaikan Tata Kelola Raskin Untuk Program Bantuan Pangan yang Memandirikan Rakyat Melalui Beras Daerah (Rasda). KulonProgo.

(5)

21 Tabel 1.1.BROSUR RASDA: Perbandingan antara Program Rasda dengan

Program RASKIN Pusat

No Program Beras Daerah Program RASKIN Pusat

1. Tepat sasaran. Penerima RASKIN adalah keluarga miskin yang berhak untuk membeli beras murah.

Tidak tepat sasaran.Banyak

keluarga tidak miskin menerima RASKIN , sedangkan keluarga miskin tidak menerima RASKIN. 2. Data penerima valid. Untuk verifikasi

daftar Rumah Tangga Sasaran (RTS)*, pemerintah daerah melakukan Analisa Kemiskinan Partisipatif dan dicek silang dengan data kemiskinan daerah yang termutakhir. *hasil verifikasi menunjukkan pada tahun 2013 terdapat 43.021 keluarga miskin yang semuanya masuk ke dalam RTS.

Data penerima tidak valid. Daftar Rumah Tangga Sasaran (RTS)

mengacu pada Pendataan

Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011. Sebelum Rasda diberlakukan pada tahun 2010, menurut PPLS terdapat

50.278 keluarga miskin

sementara data versi Pemda terdapat 43.021.

3. Kualitas beras sesuai standar. Kualitas beras kelas medium. Beras disediakan oleh Gapoktan.

Kualitas beras yang dibagikan kurang layak konsumsi.Sekitar 15% dari total 43.021 Rumah Tangga Sasaran menjual kembali beras yang tidak layak konsumsi

yang diterima mereka ke

pedagang setempat 4. Tepat waktu. Jarak dari gudang ke lokasi

distribusi relatif dekat. Jarak terjauh adalah 5 km.

Tidak tepat waktu.Jadwal

distribusi kerap kali lewat dari waktu yang telah dijadwalkan dan disosialisasikan sebelumnya.

5. Partisipatif dan sesuai kebutuhan.

Mekanisme pelaksanaan partisipatif dan sesuai kebutuhan.

Mekanisme terpusat dan tidak partisipatif. Dalam pelaksanaan program, Pemda dan masyarakat tidak dilibatkan, baik dalam tahap perencanaan (pemilihan RTS), pelaksanaan (distribusi), maupun monitoring.

6. Pemerintah Daerah dan masyakarat terlibat dalam setiap proses mulai dari perencanaan hingga monitoring. Dampak lain yang muncul. Melalui Gapoktan, beras hasil petani lokal terserap dengan harga baik.

Dampak lain yang

muncul.Karena berkualitas buruk, beras yang diterima dijual kembali dengan harga murah ke pasar bebas.

(6)

22 Sumber : Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Brosur RASDA (http://inprosula.org/wp-content/uploads/2014/11/Brosur-RASDA.pdf, diakses pada tanggal pada 27 Februari 2105.

Tujuan umum dari Program Rasda adalah terwujudnya perbaikan tata kelola Raskin yang memandirikan rakyat melalui pencapaian tujuan khusus, yaitu meningkatkan kesejahteraan petani padi, meningkatnya kualitas beras bantuan dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi pedesaan dan daerah. Tujuan-tujuan dari Program Rasda tersebut tentu akan dapat tercapai apabila implementasi program berjalan dengan baik. Oleh karenanya, penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan implementasi Program Beras Daerah (Rasda) Kulon Progo. Penulis memilih Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo sebagai lokus penelitian. Alasan memilih Kecamatan Sentolo sebagai lokus penelitian adalah karena Kecamatan Sentolo memiliki jumlah RTS Program Rasda paling banyak, yaitu mencapai 4.971 RTS (17%).

Tabel1.2.Jumlah RTS Program Rasda Kulon Progo di Setiap Kecamatan

No Kecamatan Jumlah RTS Presentase (%) Kuantum (Kg0

1. Pengasih 4.828 16,5 72.420 2. Kalibawang 3.497 11,9 52.455 3. Girimulyo 2.400 8,22 36.000 4. Sentolo 4.971 17 74.565 5. Galur 2.806 9,6 42.090 6. Lendah 4.380 15,01 65.700 7. Samigaluh 3.085 10,57 46.275 8. Nanggulan 3.195 10,95 47.925 Jumlah 29.162 100 437.430

(7)

23 Salah satu tujuan dari pelaksanaan Program Rasda sebagai Program penanggulangan kemiskinan adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan beras. Dimana faktor kunci keberhasilan program penanggulangan kemiskinan adalah ketepatan sasaran.Keberhasilan Program Rasda Kulon Progo salah satunya dapat dilihat dari apakah penyaluran bantuan Rasda dapat merata ke seluruh RTS/ RTM yang membutuhkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memilih lokus penelitian di Kecamatan Sentolo, Kulon Progo karena memiliki jumlah RTS paling banyak, yakni 4.971 KK.

1.2 Rumusan Masalah

1. Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah implementasi Program Beras Daerah (Rasda) Kulon Progo di Kecamatan Sentolo? 2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Program

Rasda Kulon Progo di Kecamatan Sentolo? 1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui implementasi Program Beras Daerah (Rasda) di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Program Rasda Kulon Progo di Kecamatan Sentolo

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Bupati Kabupaten Kulon Progo

Sebagai bahan masukan untuk mempertimbangkan keberlanjutan program. 2. Bagi Dinas Pertanian dan Kehutanan

(8)

24 Sebagai masukan untuk merancang peningkatan efektivitas program. 3. Bagi Gapoktan

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan peran sebagai lembaga penyedia sekaligus distributor pangan yang efektif.

4. Bagi Kalangan Akademisi

Sebagai referensi tentang strategi pencapaian ketahanan pangan Kabupaten Kulon Progo

5. Bagi Masyarakat Luas

Sebagai informasi untuk masyarakat tentang kinerja implementasi Program Rasda Kabupaten Kulon Progo.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, yang dimaksud dengan deiksis dalam penelitian ini adalah deiksis yang berkaitan dengan persona atau orang, tempat, waktu, wacana, dan sosial dalam novel Tembang Ilalang

Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) dikenal sebagai model neural network yang handal dan banyak digunakan pada masalah peramalan (forecasting) dan klasifikasi [6].

Nilai guna langsung ( direct use value) merupakan manfaat langsung yang dapat diambil dari sumberdaya lahan yang terdapat pada kawasan lahan model pembayaran jasa

Hasil penelitiaan ini sejalan dengan penelitian oleh Nina Sufiana at all (2011) yang menyatakan bahwa secara parsial perputaran piutang berpengaruh positif

Kekuatan dari JDIHN terletak pada kemampuan Unit Dokumentasi Hukum yang ada di semua instansi Pemerintah sebagai Anggota JDIHN untuk mengorganisasikan informasi hukum yang

Berkembangnya pembangunan ke arah selatan Jakarta ini tentunya mempengaruhi kebutuhan akan hunian yang dekat dengan gedung perkantoran guna mempersingkat jarak tempuh. Pemilihan

Hasil analisis menunjukkan bahwa X 2 = 5,17 > X tabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi siswa

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan hormonal, dan juga kesalahan pada gaya hidup seperti konsumsi alkohol secara berlebihan, rokok, kafein,