• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah SDIT

Berawal di Masjid Arif Rahman Hakim (ARH) Salemba yang merupakan pusat pertemuan aktivis kampus Universitas Indonesia Jakarta, sekitar tahun 1980-an mahasiswa yang aktif di mesjid ini memikirkan nasib masa depan bangsa dalam bidang pendidikan, yang masih jauh dari jangkauan akademis. Beberapa mahasiswa fakultas MIPA, Psikologi dan fakultas lainnya bergabung untuk membantu mencerdaskan bangsa melalui pembinaan kepada adik kelas mereka yang masih duduk di SMA. Tahun 1981- 1984 mereka melakukan pembinaan dalam bentuk menelaah dan melakukan pendalaman mata pelajaran dan Bimbingan Penyuluhan dari mesjid kepada para siswa kelas 3 di berbagai jurusan. Alhamdulillah, Sembilan puluh persen peserta yang sebagian besar pengurus Rohis di sekolah masing-masing diterima di Perguruan Tinggi Negeri .

Tahun 1985 mereka meresmikan berdirinya Bimbingan Belajar Nurul Fikri (Bimbel NF) di bawah naungan Yayasan Nurul Fikri.

Tahun 1992 para pendiri Yayasan Nurul Fikri ingin melanjutkan kiprah mereka dalam pendidikan formal berupa upaya pendirian sekolah alternatif yang mengimplementasikan nilai-nilai Islam. Dibentuklah Kelompok Kerja (pokja) untuk pendirian Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri. Sekitar setahun pokja melaksanakan tugasnya, akhirnya pada pertengahan Juli 1993 diresmikanlah SDIT Nurul Fikri yang berdomisili di Jalan Situ Indah No. 116 RT 06/X Kelurahan Tugu Kelapa Dua Cimanggis. Bersamaan dengan pendirian SDIT Nurul Fikri, Yayasan mendirikan Taman Al-Qur’an Nurul Fikri. Pada awal berdirinya SDIT Nurul Fikri membuka pendaftaran dari kelas 1 sampai dengan kelas IV.

Kiprah Yayasan dilanjutkan pada Juli 1996 dengan membuka SLTP Islam Terpadu Nurul Fikri. Pembukaan SLTPIT Nurul Fikri ini merupakan bentuk integrasi kelanjutan studi pada jenjang yang lebih tinggi.

(2)

Sejarah SDIT Ummul Quro

Sekolah Dasar Islam Terpadu Ummul Quro Bogor pertama kali berdiri pada tahun 1993 dengan nama Sholahuddin dengan jumlah siswa 17 orang dengan fasilitas yang masih sangat terbatas. Pada tahun 1997 memperoleh kemudahan dengan menempati sebidang tanah wakaf. Sejak tahun 1998 hingga sekarang, berkat kepercayaan orang tua Ummul Quro mampu membebaskan lahan dan membangun dua gedung permanen 3 lantai dengan luas lahan sekitar 6000 m2.

Visi dan Misi

1. Visi : “PELOPOR SEKOLAH ISLAM TERPADU BAGI TERBENTUKNYA GENERASI QUR’ANI”

2. Misi :

• Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai SD yang berkualitas.

• Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai lembaga pendidikan Islam terpadu yang integral dan komprehensif

• Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai lembaga pendidikan profesional yang mengutamakan persaudaraan dan saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.

• Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai bi’ah salihah (lingkungan yang baik)

• Membentuk keseimbangan ruhani, akal dan jasad bagi seluruh elemen pendidikan (guru, pegawai, siswa dan orang tua).

• Membentuk peserta didik yang berpegang teguh kepada Al Qur’an

• Membentuk peserta didik yang cinta akan masjid dan memakmurkannya.

• Membentuk peserta didik yang taat dan khusyu dalam beribadah

(3)

Tujuan

1. Tujuan Lembaga.

• Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik, baik berupa pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta sikap yang dapat digunakan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

• Mengintegrasikan kemampuan, keterampilan dan sikap yang islami kepada peserta didik sehingga dapat tumbuh dan berkembang potensi fitrahnya ke arah terbentuknya insan yang bertaqwa dalam arti yang luas.

• Membentuk peserta didik menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang saleh, aqidah yang benar, akhlak yang mulia, akal yang cerdas, fisik yang sehat dan kuat serta dekat dan cinta kepada Al-Qur’an.

2. Tujuan Operasional.

Melatih dan mengajarkan kemampuan dasar baca tulis hitung, pemahaman dasar agama (aqidah, akhlaq, fiqh, sirah, Al Qur’an dan Hadits), pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP.

Kurikulum

Sekolah Dasar Islam Terpadu sebagai suatu sekolah yang mempunyai ciri khas, melakukan penjabaran dan penambahan bahan kajian dari mata pelajaran, memberikan penjiwaan agama Islam ke setiap mata pelajaran, memberikan tambahan jam mata pelajaran agama serta menumbuhkan kehidupan budaya sekolah yang islami.

Muatan materi tersebut dikemas dalam keterpaduan antara Kurikulum Pendidikan Nasional dengan Kurikulum Khusus Ummul Quro (UQ) seperti disajikan pada Tabel 3 berikut ini :

(4)

Tabel 3. Perbandingan Struktur Kurikulum Diknas dan SDIT Ummul Quro (UQ)

Alokasi Jam Pelajaran

Kelas I dan II Kelas III dan IV Kelas V dan VI

Diknas UQ Diknas UQ Diknas UQ

* 50 jam 31 jam 66 jam 31 jam 63 jam

Keterangan :

• Pendekatan tematik, di gunakan kegiatan pembelajaran ini untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan pengelolaan waktunya di tetapkan oleh sekolah.

• Untuk kelas I dan II alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran yang diatur dengan komposisi : (a) 20 % untuk agama dan PPKn, ( b) 50 % untuk membaca menulis dan berhitung (c) 30 % untuk sains, pengetahuan sosial, kesenian, keterampilan, dan pendidikan jasmani.

Kegiatan Ekstra kurikuler dan Kepanduan

Kegiatan ekstra kurikuler dan kepanduan merupakan alternatif kegiatan bagi pengembangan bakat dan kemampuan siswa. Setiap siswa boleh memilih atau mengusulkan kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Berbagai kegiatan ekstra kurikuler diselenggarakan disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang meliputi kegiatan seni, sastra, komunikasi dan jurnalistik, tahfidzul qur'an, olah raga serta bahasa.

Pusat keunggulan.

1. Pengajaran Al Qur’an , yang bertujuan menanamkan kecintaan kepada Al Qur’an, memberikan kemampuan membaca Al Qur’an dengan tartil dan menghafal sebagiannya serta pengamalan Al Qur’an dalam seluruh gerak langkah keh idupan.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan strategi dengan pembentukan tim khusus pengajaran Al-Qur'an serta tahfidzul qur'an.

(5)

Prestasi tahfidzul Qur’an siswa 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Prestasi Tahfidzul Qur’an di SDIT Ummul Quro

Jumlah Siswa Penghafal Al-Qur’an Tahun

4 juz 3 juz 2 juz 1.5 juz 1 juz

2001 - 2002 - 1 17 - 18

2002 – 2003 - - - 27 27

2003 – 2004 - - 5 18 57

2004 – 2005 - 1 - 42 37

2005 – 2006 2 4 13 32 26

2. Peningkatan Pengajaran Agama Islam, yang bertujuan memberikan bekal pendidikan agama yang cukup kepada siswa serta keterampilan melaksanakan praktek ibadah dengan baik.

Untuk mencapai target tersebut dilakukan penambahan jam pelajaran agama serta memantau pelaksanaan praktek ibadah siswa.

Pendekatan Belajar

Kelas dikelola dengan mengaktifkan semua indera siswa dengan pendekatan pembelajaran ( metoda ) yang aktif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yan g memberikan Pengalaman Belajar yang menyenangkan untuk siswa.

Pengalaman Belajar • Field trip ( kunjungan )

• Proyek – Proyek Pembelajaran di antaranya : Pasar mini siswa, nonton VCD (ttg cuaca, keajaiban alam, menaklukan syetan dengan do’a dll), bercocok tanam , belanja ke pasar tradisional / modern, jelajah lingkungan, observasi pertumbuhan tanaman, renang.

(6)

Staf Pengajar

• Staf pengajar adalah pengajar dan pendidik di bidangnya yang berjumlah 68 orang. Sebanyak 73 % S1 lulusan perguruan tinggi Negeri dan Swasta, dari keguruan ataupun non keguruan, selebihnya diploma dan pesantren

• Asal Lembaga/PT : IKIP, IPB, UI, UIKA, UNPAK, UGM, ITB, Pesantren Al-Qur’an, dan perguruan tinggi lainnya

Peningkatan Jumlah Siswa dan Prestasi Penunjang

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pada tahun pertama berdirinya SDIT ini hanya memiliki 17 orang siswa. Namun demikian dengan kualitas output yang sesuai kebutuhan masyarakat saat ini yaitu selain memiliki kemampuan intelektual siswa juga dibekali dengan pengetahuan agama dianggap yang memadai, maka kepercayaan masyarakat terus meningkat. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa secara simultan pada tahun-tahun berikutnya. Berikut ini data jumlah siswa 5 tahun terakhir :

Tabel 5. Peningkatan Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro

Tahun Jumlah siswa

2001 – 2002 573

2002 – 2003 679

2003 – 2004 754

2004 – 2005 795

2005 – 2006 846

Selain prestasi dalam hal peningkatan jumlah siswa, dalam perjalanan perkembangannya para siswa-siswi SDIT Ummul Quro juga aktif dan kreatif dalam berbagai kompetisi . Beberapa prestasi yang berhasil diraih tertera dalam Tabel 6 berikut ini :

(7)

Tabel 6. Prestasi Penunjang Siswa SDIT Tiga Tahun Terakhir

No Prestasi Tahun

1 Juara I lomba menggambar pada ajang Dies Natalis IPB 42 2004 2 Meraih medali perunggu pada Philippine Elementary

Mathematics International Contest (PEMIC)

2005

3 Juara II pada ajang Olimpiade Nasional II Mental Aritmatika

2005

4 Juara I kontes Penggemar Matematika Se- Bogor 2005 5 Juara II Lomba Mewarnai se- Jakarta, Depok dan Bogor 2005 6 Juara II Kontes Penggemar Matematika Se- Kabupaten dan

Kota Bogor

2005

7 Juara I Lomba Mewarnai se- Bogor dan Depok 2006 8 Juara III Lomba Cerdas Cermat se- Bogor Depok 2006 9 Juara I Lomba Menulis Cerita se-Bogor 2006 10 Juara I Lomba Mengarang se-Bogor dan sekitarnya 2006

Gambaran Umum Sekolah Dasar Negeri Sukadamai 3 Bogor

SD Negeri Sukadamai 3 berdiri sekitar tahun 1984, yang pada awalnya merupakan wilayah kabupaten Bogor. Namum pada tanggal 1 Januari 1995 terjadi pemekaran wilayah sehingga sekolah ini menjadi wilayah binaan Kakandepdiknas/Dinas P dan P Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor hingga sekarang.

Gedung SD Negeri Sukadam ai 3 ini berdiri di atas tanah seluas 2.957 m2 dengan rombongan belajar 27 kelas dengan jumlah ruang belajar 12 lokal, 1 laboratorium komputer, 1 perpustakaan, 1 laboratorium IPA dan jumlah siswa seluruhnya 1206 siswa dan dibina oleh seorang Kepala Sekolah, 27 orang Guru, 1 petugas adminstrasi, serta 1 penjaga Sekolah.

Program SDN Sukadamai 3 Budi Agung

Dalam mencapai perspektif masa depannya yaitu “mencapai masyarakat madani yang beragama ditandai kebersaman dalam kebhinekaan dilandasi keadilan dan kesejahteraan yang berkesinambungan serta keserasian dalam kecenderungan global” SDN Sukadamai 3 Budi Agung menyusun program-prgaram yang relevan.

(8)

Visi yang dipegang adalah berwawasan keunggulan, mempersiapkan tamatan yang berkualitas, bernalar logis, berpikir kritis, bertindak aktif, bersikap kreatif, peka, mandiri, berbudi pekerti, bertanggung jawab, menguasai iptek dan imtaq untuk masa depan bangsa yang cerah.

Sedang misi yang diemban adalah sebagai berikut : 1. Mengutamakan pelayanan masyarakat

2. Menyiapkan fas ilitas belajar mengajar 3. Meningkatkan sumber daya yang berkualitas 4. Meningkatkan peran serta masyarakat 5. Meningkatkan mutu pembelajaran

6. Meningkatkan kerjasama penelitian dan pengembangan inovasi program Strategi yang dijalankan SDN Sukadamai 3 Budi Agung yan g memiliki motto “Iman ilmu dan amal” yaitu antara lain :

1. Menerapkan KBMA (Kegiatan Belajar Mengajar Aktif)

2. Mengkaji pendekatan SWOT - Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

3. Mengkaji dimensi pelayanan TERRA (Tampilan pisik, Rasa memiliki, Cepat tanggap, Kehandalan, Jaminan mutu)

4. Mengkaji Strategi Belajar Mengajar 5. Menyiapkan SDM yang berkualitas

6. Mengkaji perencanaan strategi (Strategic Planning) 7. Menyusun rencana induk pengembangan Sekolah (RIPS) 8. Mengubah proses alamiah menjadi ilmiah

9. Mengubah anti pati menjadi simpati 10. Membina hati mengolah pikir 11. Mereka cipta karsa menjadi karya

12. Cerdas pikir cerdas hati dengan budi luhur

Visi misi dan strategi tersebut dijadikan sebagai bahan acuan oleh semua personil dalam pelaksanaan pendidikan yang diselenggarakan SDN Sukadamai 3 Budi Agung Kota Bogor

(9)

Pada praktiknya usaha-usaha yang dijalankan sekolah terdapat peningkatan. Ini ditandai dengan tercapainya tujuan sekolah yaitu meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil belajar, pengakuan masyarakat terhadap keberadaan sek olah serta sikap atau mentalitas siswa yang terlihat semakin baik. Peningkatan jumlah siswa dalam 5 tahun terakhir disajikan dalam tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Peningkatan Jumlah Siswa SDN Sukadamai 3

Tahun Jumlah Siswa

2001 – 2002 709 2002 – 2003 888 2003 – 2004 998 2004 – 2005 1136 2005 – 2006 1206 Kurikulum

Kurikulum disusun untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai tingkat sekolah yang diselenggarakan yang merupakan rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta yang dig unakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar di setiap tingkatan sekolah dan berlaku secara nasional.

SDN Sukadamai 3 menyelenggarakan proses pembelajaran dengan menggunakan standar kurikulum DEPDIKNAS 1994 untuk kelas III dan VI, dan Kurikukulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 untuk kelas I,II,IV dan V. Hal ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh DIKNAS, terkait dengan pemberlakuan KBK secara bertahap yang dimulai dari tahun 2004.

Peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar

Dalam rangka meningkatkan KBM, sekolah melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut :

1. Tertib waktu, Tertib belajar dan Tertib admistrasi

2. Menerapkan Strategi KBMA (Kegiatan Belajar Mengajar Aktif) 3. Mengembangkan Seni Daerah

(10)

4. Menerapkan Muatan Lokal bahasa Inggris dari kelas I

5. Meningkatkan Kerja sama dengan berbagai lembaga yang berhubungan dengan pengembangan potensi belajar siswa serta lembaga bimbingan diagnostik kesulitan belajar.

6. Pembinaan peningkatan mutu KBM bagi staf pengajar melalui :

a. Mengikuti diskusi dan latihan yang diselengarakan oleh British Council dan Basic Education Projek

b. Magang di sekolah yang berwawasan Internasional Global Jaya Madaniah, Anisa.

c. Mengikuti diskusi di sekolah Internasional ( Madaniah, Anisa, Global Jaya, Assukro)

d. Work Shop dengan orang tua peduli pendidikan ( GENTALA ) e. Diskusi KKG di GUGUS VI Bina BEP

f. Diskusi guru -guru di KKGS

7. Mengadakan Kegiatan Ekstra kurikuler :

a. Sepak bola kerjasama dengan GRC Good Year

b. Bulu tangkis kerjasama dengan Sanggar Reni Cimanggu Permai c. Renang kerjasama dengan Sanggar Reni Cimanggu Permai d. Karate kerjasama dengan Inkai Cabang Bogor

e. Bina Tari kerjasama dengan Sanggar Reni Cimanggu Permai f. Pramuka, UKS, dokter kecil, karawitan, bina vokalia/bina musik g. Baca Tulis Alqur’an kerjasama dengan DKM Al Ithishom

Peluang dan Tantangan

Peluang -peluang yang didapat, dikelola dengan baik dan dihasilkan segala apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan. Begitu pula dengan tantangan -tantangan yang dihadapi ditanggulangi dan ditangani dengan baik. Semuanya terbukti dengan diraihnya berbagai prestasi penunjang kegiatan belajar mengajar serta kegiatan ekstrakurikuler oleh para siswa sekolah ini. Berbagai prestasi ini dapat diraih berkat kesungguhan Kepala Sekolah dalam memotivasi serta

(11)

memfasilitasi berbagai kegiatan tersebut. Beb erapa prestasi yang diraih antara lain tertera dalam tabel 8 berikut :

Tabel 8. Prestasi Penunjang Siswa SDN Sukadamai 3

No Prestasi Tahun

1 Juara I MTQ tingkat Kota Bogor 1999 2 Juara II Baca Puisi Tingkat Kota 1999 3 Juara III Solo Vocal Tingkat Ko ta 1999 4 Juara I Bola Voli Putri HUT RI ke 54 antar

Gugus se Kec. Tanah Sareal

2000

5 Juara II Bulu tangkis Putri HUT RI ke 54 antar Gugus

2000

6 Juara I MTQ Tingkat Kota Bogor 2000 7 Juara I Putri Siswa Teladan Tingkat SD se

Kecamatan Tanah Sareal

2001

8 Juara I Sekolah Hijau Kota Bogor oleh Dinas Lingkungan Hidup

2002

Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai kepada evaluasi. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi tujuan yang dirumuskan dalam standar kompetensi dan indikator pencapaian, penentuan materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metoda dan media yang akan digunakan, waktu yang dibutuhkan serta evaluasi pembelajaran.

Terdapat persamaan maupun perbedaan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran di dua sekolah tersebut. Persamaan dan perbedaan tersebut dilandasi oleh perbedaan standar proses pembelajaran yang digunakan. Di SDIT Ummul Quro standar proses adalah berdasarkan Kurikulum 1994, 2004 yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diakselerasikan dengan Quantum Teaching (Mengajar Sukses) dan Quantum Learning (Belajar Sukses). Di SDN Sukadamai 3 pembelajaran dilaksanakan mengacu pada ketentuan Kurikulum 1994 yang dikombinasikan dengan Kurikulum 2004 (KBK).

(12)

Selain kurikulum, perbedaan juga tampak pada jumlah jam belajar, metode pembelajaran yang diterapkan, serta target yang ingin dicapai di akhir proses pembelajaran. Tabel 9 berikut ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang perbedaan dan persamaan proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro dengan di SDN Sukadamai 3 :

Tabel 9. Perbedaan Proses Pembelajaran antara SDIT Ummul Quro dengan SDN Sukadamai 3

No Uraian SDIT Ummul Quro SDN SUKADAMAI

3 1 Kurikulum 1994, 2004 (KBK),

Kurikulum Khusus Ummul Quro yang meliputi muatan Pendidikan Agama Islam, hafalan Al-Qur'an dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler

1994, 2004 (KBK), Kurikulum Khusus yang meliputi muatan lokal dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler 2 Jumlah jam pelajaran 63 jam / minggu @ 30 menit 31 jam pelajaran / minggu @ 35 menit 3 Proses Pembelajaran : • Metode • Pengelolaan Kelas • Target Active learning

Mengaktifkan semua indra siswa dengan pendekatan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)

Pencapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dilandasi nilai-nilai ajaran agama

Tutorial

Pendekatan klasikal yang aktif

Pencapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perbedaan yang mencolok adalah pada kurikulum khusus, jumlah jam pelajaran, metode, pengelolaan kelas serta target pembelajaran.

Untuk menyelenggarakan proses pembelajaran seperti tertera di atas dengan sebaik -baiknya, kedua sekolah mengupayakan beberapa langkah konkrit yang

(13)

berhubungan dengan peningkatan kualitas SDM (guru). Beberapa langkah tersebut adalah :

1. Memilih guru yang paling berkompeten untuk mengajar di kelas VI, diusahakan adalah guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan. 2. Menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk para guru.

3. Mengirimkan perwakilan guru untuk mengikuti pelatihan, seminar atau lokakarya yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional atau lembaga-lembaga lain yang kompeten.

Latar Belakang Pendidikan Guru dan Kesesuaian Bidang Ajar

Bagi seorang tenaga kependidikan (guru) latar belakang pendidikan yang relevan merupakan suatu syarat terpenting yang harus dipenuhi sebelum mengemban tugas sebagai guru. Hal ini merupakan syarat profesionalisme. Undang-undang terbaru yang dicanangkan pemerintah yaitu UU Guru dan Dosen No 14 tahun 2005 mengisyaratkan hal tersebut.

Hasil pendataan keadaan guru tentang latar belakang pendidikan dan kesesuaian bidang ajar di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 disajikan dalam tabel 10 berikut ini :

Tabel 10. Latar Belakang Pendidikan dan Kesesuaian Bidang Ajar Pada Guru di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

n = 10 No Uraian SDIT (%) SDN (%) 1 Latar Belakang Pendidikan

a) Kependidikan 80,00 60,00

b) Non Kependidikan 20,00 40,00

2 Kesesuaian Bidang Ajar

a) Mengajar sesuai latar belakang bidang keilmuan 90,00 40,00 b) Mengajar tidak sesuai latar belakang bidang keilmuan 10,00 60,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa masih ada guru yang bukan berlatar belakang ilmu kependidikan serta mengajar tidak sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Terjadinya guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang

(14)

keilmuan di SDN Sukadamai 3 disebabkan di sekolah ini menggunakan sistem guru kelas, sehingga satu orang guru mengajar 6 bidang studi yaitu PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan Bahasa Sunda. Di SDIT Ummul Quro berlaku guru bidang studi yang sesuai dengan rumpun ilmunya. Keadaan ini menunjukkan terjadinya perbedaan proses pembelajaran dalam hal kreativitas memilih metode dan media pembelajaran serta kedalaman ilmu yang disampaikan.

Namun demik ian untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hambatan-hambatan dalam mengajar, maka masing-masing sekolah menyelenggarakan pelatihan bagi para guru atau mengirimkan para gurunya ke berbagai pelatihan sesuai kebutuhan pembelajaran dan pengembangan profesionalisme. Keikutsertaan para guru dalam berbagai pelatihan tersebut disajikan dalam tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Keikutsertaan Dalam Pelatihan Guru SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

n = 10 No Uraian SDIT (%) SDN (%) 1 Pelatihan sesuai bidang ajar 100,00 100,00 2 Pelatihan penunjang bidang kurikulum dan metodologi 100,00 50,00

3 Pelatihan penunjang 100,00 20,00

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa meskipun para guru bukan berlatar belakang ilmu kependidikanan tetapi pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sesuai dengan bidang ajar sangat membantu para guru untuk lebih menguasai materi pelajaran yang diberikannya. Tidak hanya materi, tetapi pemilihan metode dan media yang relevan pun men jadi lebih mudah.

Di SDIT Ummul Quro 100% guru diikut sertakan dalam berbagai pelatihan karena ering kali penyelenggaraannya adalah dengan cara mengundang nara sumber ke sekolah. Di SDN Sukadamai 3 pelatihan yang sesuai bidang ajar mengikutsertakan 100% guru juga karena mengundang nara sumber, sedangkan pelatihan-pelatihan yang lain dilakukan dengan cara mengirimkan guru untuk

(15)

mengikuti pelatihan yang diselnggarakan oleh Dinas Pendidikan atau lembaga-lembaga lainnya.

Para guru yang telah mengikuti pelatihan -pelatihan, melakukan revisi-revisi proses pembelajaran. Suasana yang semula lebih banyak bersifat teacher centered (pembelajaran terpusat pada guru) secara bertahap telah mengalami perubahan menjadi student centered (pembelajaran terpusat pada siswa) sehingga siswa benar-benar diarahkan untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

Jenis pelatihan yang diselenggarakan meliputi pelatihan Bidang studi yang berisi materi dan keluasan materi pelajaran, pelatihan bidang kurikulum dan metodologi, serta pelatihan penunjang yaitu seminar-seminar pendidikan, training motivasi dan kecerdasan emosi, psikologi populer serta pembinaan rohani yang diselenggarakan secara khusus setiap hari Sabtu di SDIT ummul Quro.

Sebagai tindak lanju t dari berbagai pelatihan yang pernah diikuti, maka para guru dapat meningkatkan keterampilannya dalam menyusun rencana dan mengelola proses pembelajaran. Pengamatan tentang keterampilan guru mengajar dilakukan sebanyak 14 kali. Hasil pengamatan tentang menyusun rencana pengajaran dan mengelola proses pembelajaran disajikan dalam tabel 12 berikut :

Tabel 12. Keterampilan guru dan keterlaksanaan dalam menyusun rencana dan mengelola proses pembelajaran

di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Penilaian n=14

Baik (%) Cukup (%) Kurang (%) No Uraian Kegia tan

SDIT SDN SDIT SDN SDIT SDN 1 Menyusun Silabus dan Skenario

Pembelajaran

85,8 21,4 - 50,0 14,2 28,6

2 Melakukan Appersepsi 100 100 - - - -

3 Memotivasi siswa 100 85,8 - 14,2 - -

4 Melibatkan sis wa dalam kegiatan pembelajaran 85,7 57,1 14,3 42,9 - - 5 Menyampaikan bahan 100 100 - - - - 6 Memberi contoh 85,8 85,8 14,2 14,2 - - 7 Menggunakan alat/media pembelajaran 50 28,4 50 72,8 - -

8 Interaksi dalam proses pembelajaran

(16)

Seperti terlihat dalam tabel 12 di atas, pada SDIT Ummul Quro :

§ 85,8% guru membuat skenario pembelajaran dengan lengkap, 14,2% guru mengajar tanpa skenario pembelajaran, hanya menggunakan buku paket sebagai panduan.

§ 100% guru memberi motivasi yang bentuknya berupa nasehat agar siswa mau lebih giat belajar, memberi skore/poin untuk setiap prestasi siswa di dalam kelas serta reward berbentuk pujian dan kalimat toyyibah (misalnya ungkapan Subhanallah) baik secara indvidu maupun kelompok. Perilaku guru seperti ini membuat suasana belajar lebih menyenangkan bagi siswa karena mereka merasa diperhatikan dan dihargai kemampuannya

§ 100% guru melakukan appersepsi dengan berbagai bentuk seperti diskusi hasil kunjungan, penjelasan umum tentang materi yang akan disajikan, tanya jawab materi yang lalu atau pun melalui cerita yang biasanya dilakukan pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

§ Dalam suasana pembelajaran, aktivitas yang melibatkan siswa tercatat sebanyak 85,7%. Siswa melakukan kegiatan berupa menggambarkan , mempraktekkan, mendeskripsikan, mencari dan menemukan, membuat laporan, membuat resume dan mendiskusikannya, melakukan permainan (game) yang telah dirancang oleh guru, bermain peran, mengarang, memberi contoh, membacakan puisi, menempel informasi pentin g yang diperoleh pada majalah dinding, serta mengerjakan portofolio, selebihnya 14.3% kegiatan siswa mendengarkan penjelasan guru.

§ Interkasi antara guru dengan siswa, tidak ditemukan guru yang pasif, 50,00% guru aktif berinterkasi, mengamati dan terlibat dengan siswa ketika siswa mengerjakan tugas, sedangkan 50,00% lainnya mampu menjalin komunikasi interaktif dalam suasana yang menyenangkan bagi siswa, misalnya pembelajaran melalui game adalah yang paling disukai oleh siswa.

(17)

Pada SDN Sukadamai 3 :

§ 21,4% guru membuat skenario pembelajaran dengan lengkap, 50% guru membuat skenario pembelajaran tetapi tidak lengkap, dan sisanya sebanyak 28,6% guru mengajar tanpa skenario pembelajaran. Guru yang tidak membuat skenario pembelajaran merasa bahwa apa yang terdapat dalam buku panduan sudah cukup untuk dijadikan rujukan selain karena mereka sudah berpengalaman mengajar bidang yang sama selama bertahun-tahun.

§ 85,8% guru memberi motivasi yang bentuknya berupa nasehat agar siswa mau lebih giat belajar, 14,2% guru mengajar tanpa memberi motivasi hanya sebatas penyampaian materi pelajaran dan evaluasi. Guru yang secara rutin dan tekun memberikan motivasi kepada siswa, menunjukkan adanya kepedulian yang tinggi terhadap keberhasilan mengajar dan belajar siswa. Namun demikian motivasi yang bentuknya hanya verbal (nasehat) sering membuat siswa menjadi jenuh karena pada umumnya semua guru akan mengatakan hal yang sama tentang apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan.

§ 100% guru melakukan appersepsi dengan berbagai bentuk seperti diskusi hasil kunjungan, penjelasan umum tentang materi yang akan disajikan, tanya jawab materi yang lalu atau pun melalui cerita yang biasanya dilakukan pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

§ Dalam suasana pembelajaran, 42,9% kegiatan siswa mendengarkan penjelasan guru, selebihnya sebanyak 57,1% siswa melakukan kegiatan berupa menggambarkan, mendeskripsikan, mencari dan menemukan, membuat laporan, memberi contoh, serta mengerjakan portofolio. Keadaan ini sudah menggambarkan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk diterapkan secara bertahap mulai dari tahun ajaran 2002-2003.

§ Interkasi antara guru dengan siswa ditemukan bahwa 28,6% guru pasif dalam arti guru memberi tugas dan menunggu hingga siswa menyelesaikannya, 59,3% guru aktif berinterkasi, mengamati dan terlibat

(18)

dengan siswa ketika siswa mengerjakan tugas, sedangkan guru yang menjalin komunikasi interaktif dalam suasana yang menyenangkan bagi siswa sebanyak 12,1%.

Faktor-faktor Internal Siswa

Karakteristik siswa secara umum terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal yang meliputi ; (a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani siswa. Umur, kesehatan fisik dan panca indra, serta jenis kelamin, merupakan faktor-faktor yang secara tidak langsung berhubungan dengan segala aktivitas siswa; (b) aspek psikologis, yaitu kondisi psikis siswa yang di antaranya meliputi tingkat dan tipe kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat belajar dan motivasi belajar siswa. Aspek psikologis ini merupakan salah satu faktor penentu yang memiliki dampak langsung terhadap aktivitas dan keberhasilan belajar siswa.

Kedua adalah faktor ekternal siswa yang meliputi berbagai hal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi proses tumbuh kembangnya. Faktor eksternal tersebut di antaranya faktor orang tua, guru, teman, lingkungan belajar, fasilitas belajar, metode pembelajaran, tujuan pembelajaran serta kurikulum. Semua faktor tersebut memiliki andil yang cukup besar dalam mencapai keberhasilan belajar siswa.

Umur

Siswa SD kelas VI rata-rata berumur antara 11 hingga 13 tahun. Perbedaan tersebut disebabkan berbedanya usia siswa ketika memasuki sekolah. Sebenarnya sudah ada ketentuan pemerintah bahwa untuk memasuki Sekolah Dasar seorang anak minimal harus berusia 6 tahun. Namun kenyataannya banyak orang tua yang memaksakan anaknya untuk masuk SD sebelum mencapai usia 6 tahun dan pihak sekolah tidak dapat menolak karena berbagai alasan.

Jumlah siswa dalam rentangan umur tersebut dapat dilihat pada tabel 13 berikut :

(19)

Tabel 13. Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Berdasarkan Umur

Jumlah No Umur siswa Kategori

n=73 Persentase (%)

1 11 tahun Kurang 10 13,69

2 12 tahun Tepat 54 73,97

3 13 tahun Lebih 9 12,32

Tabel di atas menunjukkan bahwa 73,9% siswa kelas VI berumur 12 tahun. Umur yang tepat dengan tingkat perkembangan anak untuk siswa sampai di kelas VI. Sebanyak 13,7% siswa berumur lebih muda yaitu 11tahun. Artinya para siswa ini masuk Sekolah Dasar sebelum usianya mencapai 6 tahun. Meskipun berumur lebih muda atau di bawah standar umur siswa kelas VI namun para siswa ini dapat mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya. Selebihnya yaitu sebanyak 12,3% berumur di atas rata-rata siswa kelas VI yaitu 13 tahun.

Jenis kelamin

Perbedaan individual pada siswa dapat dilihat dari aktivitas mental dan motorik siswa. Dalam aktivitas tersebut terdapat karakteristik perilaku yang berbeda antara siswa laki-laki dengan perempuan. Perbedaan tersebut nampak dalam beberapa hal, di antaranya perbedaan prestasi yang diraih. Jumlah siswa berdasarkan jenis kelaminnya disajikan dalam tabel 14 berikut ini :

Tabel 14. Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Berdasarkan Jenis Kelaminnya

Jumlah

No Jenis kelamin

n=73 Persentase (%)

1 Laki-laki 36 49,31

(20)

Minat dan Motivasi Belajar Siswa

Minat dan Motivasi merupakan dua aspek psikologis yang paling berpengaruh terhadap proses keberhasilan belajar siswa. Minat dikategorikan dalam bidang akademik dan non akademik. Kategori bidang akademik adalah minat siswa terhadap salah satu bidang studi, dan non akademik adalah minat siswa terhadap kegiatan ekstra kurikuler.

Untuk mengetahui motivasi siswa dilihat dari persentase kehadiran, kesungguhan dalam mengerjakan tugas, kesadaran mengulang pelajaran di rumah, kepedulian terhadap reward dan punishment serta standar keberhasilan yang dimiliki siswa. T inggi rendahnya minat dan motivasi dari masing-masing siswa disajikan dalam tabel 15 berikut :

Tabel 15. Minat Belajar Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Jumlah No Faktor Internal Siswa Kategori (skor) (n=73) Persentase (%) Rendah (3-7) 33 45,20 1 Minat Tinggi (8-11) 40 54,80 Jumlah 73 100,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (54,79%) memiliki minat yang terkategori tinggi. Mereka mengemukakan minatnya terhadap salah satu bidang studi tertentu serta bidang ekstrakurikuler tertentu. Sebanyak 45,20% siswa memiliki minat yang terkategori rendah. Mereka belum menunjukkan adanya arah minat yang jelas, maksudnya siswa tersebut tidak memiliki kecenderungan terhadap salah satu bidang studi atau kegiatan ekstra kurikuler tertentu.

Beberapa bidang studi yang paling banyak diminati oleh siswa adalah Matematika dan IPA, sedangkan sosial dan bah asa diminati oleh sebagian kecil siswa. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa pada umumnya siswa lebih suka kepada pelajaran yang memiliki tantangan, apalagi pada pelajaran IPA sering kali

(21)

diselenggarakan praktek yang banyak memberi pengalaman yang berkesan bagi siswa tentang perkembangan ilmu.

Tabel 16. Motivasi Belajar Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Jumlah No Faktor Internal Siswa Kategori (skor) (n=73) Persentase (%) Rendah (4-13) 24 32,87 1 Motivasi (skor) Tinggi (14-18) 49 67,13 Total 73 100,00

Dalam hal motivasi belajar, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa memiliki motivasi yang terkategori tinggi yaitu sebanyak 67,13%. Sisanya yaitu sebanyak 32,87% memiliki motivasi yang terkategori rendah. Motivasi ini dilihat dari usaha siswa dalam kegiatan belajar untuk meraih hasil sebaik-baiknya.

Faktor-faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal yang diukur dalam penelitian ini adalah jarak yang ditempuh siswa dari rumah ke sekolah, tingkat pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ay ah, serta status sosial ekonomi keluarga. Pemilihan ini didasarkan pada anggapan bahwa faktor-faktor tersebut memiliki andil dalam keberlangsungan proses belajar siswa serta hasil belajarnya. Meskipun setiap anak memiliki minat dan motivasi tertentu tetapi dalam usianya yang masih dini, partisipasi aktif dari orang tua sangat diperlukan.

Hasil penelitian tentang faktor-faktor eksternal yang ada pada siswa adalah sebagai berikut :

Jarak Antara Rumah Dengan Sekolah

Jarak yang dimaksud adalah jauh dekatnya jarak yang ditempuh siswa dari rumah ke sekolah. Pada bagian ini jarak dibagi menjadi tiga kategori yaitu : dekat, sedang dan jauh. Hasil penelitian tentang jarak antara rumah dengan sekolah disajikan dalam tabel 17 berikut ini :

(22)

Tabel 17. Jarak Antara Rumah dengan Sekolah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

No Jarak Jumlah

n=73 Persentase (%)

1 Dekat (100 m – 4 km) 47 64,40

2 Jauh ( 4 km – 7 km) 26 35,61

Jumlah 73 100,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa 64,40% siswa rumahnya berjarak dekat dengan sekolah . Sisanya sebanyak 35,61% berdomisili jauh dari sekolah. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada umumnya orang lebih memilih sekolah yang berjarak dekat dengan rumahnya.

Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu

Tingkat pendidikan ayah dan ibu maksudnya adalah jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh ayah dan ibu. Tingkat pendidikan dikategorikan dengan pendidikan Dasar dan Menengah yaitu jenjang SD, SMP, SMA, dan Pendidikan Tinggi yaitu jenjang perguruan tinggi. Tingkat pendid ikan ayah dan ibu disajikan dalam tabel 18 di bawah ini :

Tabel 18. Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Ayah Ibu

No Tingkat Pendidikan

N=73 (%) n=73 (%) 1 Dasar dan Menengah

(SD-SMP-SMA)

16 21,90 32 43,82

2 Tinggi (D3-S1-S2-S3) 57 78,10 41 56,16

73 100,00 73 100,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua, baik ayah maupun ibu berpendidikan tinggi. Sebanyak 78,10% ayah berpendidikan tin ggi sedangkan ibu sebanyak 56,16%. Selebihnya yaitu sebanyak 21,90% ayah dan 43,82% ibu berlatar belakang pendidikan dasar dan menengah.

(23)

Keadaan ini menunjukkan bahwa pada umumnya orang tua sudah mencapai pendidikan tinggi dan merupakan suatu kebutuhan untuk kelangsungan kehidupan sosial dan ekonominya. Jika keadaan ini terus meningkat maka dapat diprediksi akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sehingga secara bertahap masalah lemahnya kualitas SDM dapat diatasi.

Pekerjaan Ayah

Pekerjaan ayah yang dimaksud adalah profesi atau jenis pekerjaan yang ditekuni oleh ayah. Terdapat berbagai jenis pekerjaan yang ditekuni oleh ayah. Dari berbagai jenis pekerjaan tersebut dikategorikan kepada 2 jenis yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Swasta. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar ayah para siswa bergerak di bidang swasta yaitu sebanyak 65,71%, sedangkan selebihnya sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 34,24%. Selengkapnya tentang jenis pekerjaan ayah tersaji dalam tabel 19 berikut ini :

Tabel 19. Pekerjaan Ayah di SDIT Ummu l Quro dan SDN Sukadamai 3

Jumlah No Jenis Pekerjaan Ayah

n=73 Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 25 34,29

2 Swasta 48 65,71

Jumlah 73 100,00

Status Ekonomi Keluarga

Pengkategorian status ekonomi keluarga yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan data yang ada di sekolah yaitu pada Buku Induk Siswa. Kategori ini berdasarkan form data siswa yang diisi oleh orang tua yang menyatakan keadaan ekonomi keluarga mereka seperti tersebut di atas. Keadaan ekonomi tersebut diukur dari jenis pekerjaan orang tua.

(24)

Hasil pendataan mengenai keadaan ekonomi keluarga dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini :

Tabel 20. Status Ekonomi Keluarga S iswa Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Jumlah No Status Ekonomi Keluarga

n=73 Persenta se (%)

1 Cukup 27 36,97

2 Baik 46 63,03

73 100,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga yaitu 63,01% berada dalam kondisi yang baik. Artinya segala kebutuhan pokok serta pendidikan anak dapat terpenuhi dengan baik. Keadaan yang terkategori cukup terdapat pada 34,34% keluarga, selebihnya sebanyak 2,73% berada dalam keadaan yang kurang layak.

Prestasi Belajar Siswa

Prestasi Kognitif Siswa

Hasil Tes Uji Coba (TUC) Ujian Nasional yang diselenggarakan di SDIT Ummul Quro dengan di SDN Sukadamai 3 menunjukkan adanya keragaman pencapaian prestasi siswa yaitu ada yang rendah, sedang dan tinggi. Dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Frekuensi rentangan nilai rata-rata untuk semua bidang studi yang diporoleh disajikan dalam tabel 21 berikut ini :

(25)

Tabel 21. Tabel Kontingensi Nilai TUC di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Kategori No Sekolah Rendah Tinggi Jumlah 1 SDIT 4 17 21 2 SDN 27 25 52 Jumlah 31 42 73

X2 = 6,813 Sangat nyata pada a = 0,01

Tabel 21 di atas mengungkapkan , berdasarkan uji Chi-Square diperoleh hasil bahwa : "Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang meyakinkan (sangat nyata) antara siswa SDIT Ummul Quro dengan siswa SDN Sukadamai 3". Hal ini ditunjukkan oleh nilai Xhitung (6,813) > Xtabel (6,635) pada taraf signifikansi 0,01 dan df = 1.

Ujian Nasional tingkat Sekolah Dasar dilaksanakan pada 5 bidang studi yang meliputi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia (BI), Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam penelitian ini dilakukan juga penilaian terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI), sehingga terdapat prestasi belajar pada 6 bidang studi.

Hasil TUC tersebut diklasifikasikan dalam kategori rendah dan tinggi. Nilai rendah adalah capaian nilai pada kisaran nilai terendah siswa sampai kepada 7,05., dan nilai tinggi adalah capaian pada kisaran nilai 7,10 sampai dengan nilai tertinggi yang dicapai siswa yaitu 9,14.

Hasil rata-rata Tes Uji Coba (TUC) yang dicapai siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 disajikan pada tabel 22 berikut ini :

(26)

Tabel 22. Prestasi Kognitif TUC Ujian Nasional Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Jumlah No Kategori Rentang Nilai

n=73 Persentase (%)

1 Rendah 3,24 – 7,05 31 42,47

2 Tinggi 7,1 – 9,14 42 57,53

Total 73 100,00

Untuk lebih jelas mengenai angka nominal yang dicapai siswa pada tiap bidang studi serta fluktuasi nilainya dalam dua kali TUC, berikut ini disajikan nilai rata-rata kelas di SDIT Ummul Quro dan di SDN Sukadamai 3 :

Tabel 23. Nilai Rata-Rata TUC di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 pada setiap Bidang Studi

SDIT SDN

No Bidang Studi

TUC 1 TUC 2 TUC 1 TUC 2

1 PPKn 8.68 8.45 8.67 5.81 2 Bahasa Indonesia 7.14 7.82 6.63 7.33 3 Matematika 6.88 7.71 6.81 6.97 4 IPA 6.95 8.05 6.49 7.45 5 IPS 7.52 7.74 6.74 6.76 6 PAI 8.35 8.59 7.48 7.42

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil yang dicapai siswa baik di SDIT Ummul Quro maupun di SDN Sukadamai 3 berada pada katagori cukup baik, karena rata-ratanya di atas 6,0. Hanya saja terdapat variasi dan fluktuasi nilai yang dicapai.

Tampak pada tabel 24, bahwa pada SDIT Ummul Quro diperoleh hasil : dari 6 bidang studi, 5 (83,33%) diantaranya mengalami peningkatan, yaitu pada bidang studi B. Indonesia, IPA, IPS, Matematika dan Pendidikan Agama, sedangkan 1 bidang studi (16,66%) mengalami penurunan yaitu pada pelajaran PPKn.

(27)

Pada SDN Sukadamai 3, dari 6 bidang studi, 3 (50%) di antaranya mengalami peningkatan hasil dari TUC I ke TUC II yaitu pada mata pelajaran B. Indonesia, Matematika dan IPA, 1 pelajaran (16,66%) mengalami penurunan yaitu pada mata pelajaran PPKn, sedangkan 23,32% yaitu IPS dan Pendidikan Agama dapat dikatakan stabil karena perbedaannya hanya 0,02 dan 0,06 saja.

Pada tabel di atas juga tampak bahwa pada TUC I nilai PPKn di SDN dan SDIT memiliki rata-rata yang sama, matematika hampir sama dan pada bidang studi yang lain hasil SDIT lebih tinggi dari pada hasil SDN. Pada TUC II seluruhnya hasil SDIT lebih tinggi dari pada SDN.

Jika diperhatikan dari hasil pengamatan, sebenarnya latihan dan persiapan menghadapi ujian intensitasnya dapat dikatakan sama antara yang dilakukan di SDN Sukadamai dengan di SDIT Ummul Quro. Setiap hari siswa diberi latihan soal-soal ujian dan diberikan les tambahan atau yang di SDIT dikenal dengan istilah Bimbel (Bimbingan Belajar).

Khusus pada bidang PAI, perbedaan hasil yang mencolok adalah sangat wajar karena jumlah jam pelajaran PAI di SDIT jauh lebih banyak dari pada di SDN. Di samping itu pendekatan pembelajaran spiritual pun merupakan alasan kuat sebagai faktor penunjang tingginya hasil TUC PAI di SDIT.

Prestasi Afektif Siswa

Untuk mengetahui perilaku afektif siswa dilakukan dengan menggunakan penilaian guru terhadap akhlak siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian yang dilakukan guru meliputi sepuluh tingkah laku yang dinilai dengan skor A (Baik sekali) dan B (Baik).

Aspek-aspek tingkah laku tersebut yaitu (1) Mentaati tata tertib kelas, (2) Menjaga kebersih an, (3) Mampu belajar bersama, (4) Bersikap sopan, (5) Aktif selama KBM, (6) Merapikan perlengkapan sendiri, (7) Belajar dengan tekun, (8) Berkata dengan baik, (9) Menyelesaikan tugas tepat waktu, dan (10) Mampu mengendalikan marah. Rekapitulasi nilai disajikan dalam tabel 24 berikut :

(28)

Tabel 24. Penilaian Guru Terhadap Akhlak Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Selama Proses Pembelajaran

N I L A I

No Akhlak Siswa

A (%) B (%) Jumlah 1 Mentaati tata tertib kelas 61,7 38,3 100,00 2 Menjaga kebersihan 43,3 56,7 100,00 3 Mampu belajar bersama 43,3 56,7 100,00

4 Bersikap sopan 60 40,0 100,00

5 Aktif selama KBM (Kegiatan Belajar mengajar

46,7 53,3 100,00

6 Merapikan perlengkapan sendiri 46,7 53,3 100,00 7 Belajar dengan tekun 51,7 48,3 100,00 8 Berkata dengan baik 50,0 50,0 100,00 9 Menyelesaikan tugas tepat waktu 48,3 51,7 100,00 10 Mampu mengendalikan marah 45,0 55,0 100,00

Penilaian A dan B senantiasa diberikan kepada siswa dengan harapan dapat memberi motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri. Apabila ditemukan siswa yang berperilaku kurang sesuai maka para guru senantiasa membimbing serta memotivasinya agar terbentuk karakteristik positif yang ada pada mereka.

Setelah dianalisa, ternyata penilaian C hanya diberikan kepada para siswa yang memang sangat sulit dikendalikan oleh guru dan hal ini berpengaruh kepada pencapaian hasil belajar. Beberapa siswa yang memperoleh penilaian C pada beberapa perilaku di atas ternyata prestasinya cenderung rendah. Karena jumlahnya yang sangat sedikit maka dalam penelitian ini digabungkan dengan penilaian B.

Siswa yang berprestasi rendah pada umumnya disebabkan karena kurang mampu bekerjasama dalam kelompok serta kurangnya ketekunan dalam belajar. Artinya siswa yang aktivitasnya kurang dalam KBM, kurang tekun serta tidak dapat bekerjasama akan mengalami kesulitan dalam belajar sehingga prestasinya pun kurang memuaskan.

Prestasi Psikomotor Siswa

Prestasi psikomotor diambil dari nilai keterampilan siswa yang diperoleh dari guru bidang studi Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK). Tabel 25 di bawah

(29)

ini menyajikan persentase tinggi rendahnya nilai yang dicapai siswa dalam bidang psikomotor.

Tabel 25. Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Jumlah No Prestasi Siswa Kategori Rentang

nilai N=73 Persentase (%) Rendah 7,0 – 8,0 48 65,8 Nilai Ujian Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK) Tinggi 8,1 – 9,0 25 34,2 1 Jumlah 73 100,00

Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa rentang nilai bagi siswa yang berprestasi rendah pada bidang psikomotor ini, cukup tinggi yaitu antara 7,0 – 8,0. yang dicapai oleh 65,8% siswa, sedangkan 34,2% siswa mencapai prestasi tinggi dengan rentang nilai 8,0 – 9,0. Indikator yang digunakan dalam penilaian adalah (1) perilaku terbimbing, maksudnya adalah bagaimana siswa dapat melakukan suatu aktivitas berdasarkan contoh yang diberikan oleh guru, (2) kreativitas siswa yaitu ketika siswa dapat berakselerasi mengekspresikan kreasinya.

Hubungan Antara Faktor Internal Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Setelah diketahui adanya perbedaan proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa pada SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor, maka dilakukan uji korelasi Chi-Square untuk melihat adanya hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal siswa dengan prestasi belajarnya yang meliputi prestasi kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan uji korelasi tersebut diperoleh hasil tentang hubungan faktor internal dengan prestasi belajar siswa sebagai berikut :

(30)

Umur

Pada siswa Sekolah Dasar, umur merupakan salah satu faktor yang dapat menggambarkan kesiapan anak menghadapi tantangan dalam kegiatan belajar. Untuk itu dilakukan pengukuran untuk melihat adanya hubungan antara umur dengan prestasi belajar siswa. Has ilnya disajikan dalam tabel 26 berikut ini :

Tabel 26. Hubungan antara Umur dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Umur siswa Rendah Tinggi Muda (11 – 12) 32 32 Tua (13) 8 1 Jumlah 40 33 X2 = 4,6 Nyata pada a = 0,05

Tabel 26 di atas mengambarkan bahwa prestasi yang dimiliki oleh siswa yang berusia 11 dan 12 tahun baik yang rendah maupun yang tinggi masing-masing berjumlah 32 siswa, sedangkan siswa yang berusia 13 tahun sejumlah 9 orang, 8 di antaranya berprestasi rendah dan 1 orang berprestasi tinggi.

Hasil analisis dari data di atas, menunjukkan bahwa X2 = 4,6 > Xtabel (3,811) pada taraf signifikansi 0,05. Ini artinya antara umur dengan prestasi siswa terdapat hubungan nyata. Siswa yang berusia 11 dan 12 cenderung berprestasi lebih tinggi dari pada siswa yang berumur 13 tahun.

Prestasi afektif juga merupakan unsur penting yang perlu mendapat perhatian dan merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam proses belajar. Dalam penelitian ini juga dilakukan proses mencari hubungan antara prestasi afektif dengan umur siswa. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 27 berikut ini :

(31)

Tabel 27. Hubungan antara Umur dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Umur siswa Rendah Tinggi Muda (11 – 12) 25 39 Tua (13) 8 1 Jumlah 33 40

X2 = 8,2 Sangat nyata pada a = 0,01

Tabel 27 di atas memberi gambaran bahwa umur memiliki hubungan sangat nyata dengan prestasi afektif siswa. Siswa yang berumur 11 dan 12 tampak mendominasi prestasi tinggi dengan jumlah 39 siswa. Siswa yang lebih muda cenderung memiliki apresiasi yang lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar bila dibandingkan dengan siswa yang berusia lebih tua yaitu 13 tahun.

Prestasi psikomotor juga merupakan salah satu penilaian dalam penelitian ini. Dengan melihat perilaku psikomotor siswa diharapkan dapat lebih mengetahui sejauhmana kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hubungan antara umur dengan prestasi psikomotor siswa disajikan dalam tabel 28 berikut ini :

Tabel 28. Hubungan antara Umur dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Umur siswa Rendah Tinggi Muda (11 – 12) 40 24 Tua (13) 8 1 Jumlah 48 25 X2 = 2,27 Tidak nyata

Dalam tabel di atas dapat disaksikan bahwa terdapat hubungan tidak nyata antara umur dengan prestasi psikomotor siswa. Hasil analisis menyatakan bahwa X2 = 2,27 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05.

(32)

Jenis Kelamin

Selain peubah-peubah di atas, jenis kelamin juga merupakan salah satu peubah dalam penelitian ini. Sehubungan dengan data tentang jenis kelamin adalah nominal maka dilakukan analisis data dengan cara crosstabulation (tabulasi silang) untuk mengetahui distribusi jenis kelamin terhadap prestasi siswa pada beberapa bidang studi yang diamati. Dalam distribusi ini dapat diketahui berapa banyak siswa laki-laki dan perempuan yang mencapai prestasi rendah, sedang dan tinggi.

Tabel 29. Distribusi Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Kategori Rendah Tinggi No Bidang Studi L P L P Jumlah 1 PPKn 18 15 18 22 73 2 Bahasa Indonesia 20 15 16 22 73 3 Matematika 19 15 17 22 73 4 IPA 20 17 16 20 73 5 IPS 19 16 17 21 73 6 PAI 23 12 13 25 73 7 Afektif 16 14 20 23 73 8 Psikomotor 21 15 15 22 73 Keterangan : L = laki-laki P = Perempuan

Tabel 29 memberi gambaran bahwa capaian prestasi tinggi untuk setiap bidang studi didominasi oleh anak perempuan. Perbedaan jumlah yang mencolok terjadi pada prestasi bidang studi PAI dan psikomotor. Pada prestasi sedang terlihat adanya perimbangan, ada kalanya anak laki-laki lebih banyak, ada kalanya anak perempuan yang lebih banyak berprestasi sedang. Prestasi rendah didominasi oleh anak laki-laki.

(33)

Keadaan ini menepis stereotip yang berkembang dalam masyarakat bahwa anak laki-laki lebih berharga dan lebih penting dari pada anak perempuan sebagaimana yang dikemukakan oleh Nolan (1977). Meskipun secara intelektual banyak anak laki-laki yang tergolong cerdas, tetapi kenyataan membuktikan bahwa aktifitas fisik anak laki-laki yang lebih besar, kurangnya perhatian serta terjadinya berbagai pelanggaran aturan menjadi faktor-faktor penyebab rendahnya prestasi belajar yang dicapai anak laki-laki.

Berdasarkan temuan ini, hendaknya para guru dan orang tua dapat lebih memotivasi anak-anak laki-laki untuk dapat memanfaatkan potensi yang dimilikinya secara positif dan optimal. Dengan demikian fungsi laki-laki sebagai pemimpin dapat terealisir dengan baik.

Hasil penelitian tentang hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar siswa dikemukakan dalam tabel 30 berikut ini :

Tabel 30. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Jenis Kelamin Rendah Tinggi Laki-laki 23 14 Perempuan 17 19 Jumlah 40 33 X2 = 1,93 Tidak nyata

Tabel 30 di atas mengambarkan bahwa 23 siswa laki-laki berprestasi rendah dan 14 siswa berprestasi tinggi, sedangkan pada siswa perempuan 17 siswa berprestasi rendah dan 19 siswa berprestasi tinggi. Jumlah siswa perempuan yang berprestasi tinggi lebih banyak dari pada siswa laki-laki.

Hasil analisis menyatakan bahwa X2 = 1,93 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05, bermakna bahwa terdapat hubungan yang tidak nyata antara jenis kelamin dengan prestasi yang diraih siswa.

(34)

Dalam hal prestasi afektif, hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi belajarnya disajikan dalam tabel 31 di bawah ini :

Tabel 31. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Jenis Kelamin Rendah Tinggi Laki-laki 30 7 Perempuan 14 22 Jumlah 44 29

X2 = 14,57 Sangat nyata pada a = 0,01

Tabel 31 di atas menyatakan bahwa terdapat hubungan sangat nyata antara jenis kelamin dengan prestasi belajarnya. Hasil analisis menyatakan bahwa X2 = 14,57 > Xtabel (6,635) pada taraf signifikansi 0,01, bermakna bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara jenis kelamin dengan prestasi yang diraih siswa dalam bidang afektif.

Keadaan ini dapat diasumsikan bahwa anak-anak perempuan cenderung untuk lebih mentaati peraturan serta tekun dalam belajar sehingga hasilnya dapat tercermin dalam prestasi yang cenderung lebih baik dari pada anak -anak laki-laki.

Hasil penelitian tentang hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi psikomotor siswa disajikan dalam tabel 32 berikut ini :

Tabel 32. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Jenis Kelamin Rendah Tinggi Laki-laki 17 20 Perempuan 8 28 Jumlah 25 48 X2 = 3,88 Nyata pada a = 0,05

(35)

Tabel 32 di atas menyatakan bahwa X2 = 3,88 > Xtabel (3,118) pada taraf signifikansi 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan prestasi psikomotor siswa. Keadaan ini dapat diaumsikan bahwa anak perempuan lebih tekun dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas motorik, hal ini tercermin dalam hasil pekerjaan mereka yang lebih rapi dari pada laki-laki.

Minat

Hasil penelitian tentang hubungan antara minat dengan prestasi kognitif, afektif dan psikomotor siswa dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini :

Tabel 33. Hubungan Antara Minat dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Minat Siswa Rendah Tinggi Rendah 16 17 Tinggi 24 16 Jumlah 40 33 X2 = 0,88 Tidak nyata

Tabel 33 di atas mengambarkan bahwa tinggi rendahnya minat yang dimiliki para siswa beragam. Hasil analisis antara minat dan prestasi belajar siswa diperoleh bahwa X2 = 0,88 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05, bermakna terdapat hubungan yang tidak nyata antara minat belajar dengan prestasi yang diraih siswa.

Keadaan ini merupakan kondisi yang normal sebab pada siswa Sekolah Dasar belum terdapat arah minat yang jelas terhadap bidang studi atau kegiatan ekstra kurikuler tertentu.

Dalam hal prestasi afektif, ditemukan angka yang berbeda yang menunjukkan adanya hubungan antara minat dengan prestasi afektif siswa. Hasilnya ditampilkan pada tabel 34 berikut ini :

(36)

Tabel 34. Hubungan Antara Minat dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Minat Siswa Rendah Tinggi Rendah 21 12 Tinggi 15 25 Jumlah 36 37 X2 = 5,53 Nyata pada a = 0,05

Hasil analisis antara minat dan prestasi belajar siswa diperoleh bahwa X2 = 5,33 > Xtabel (3,118) pada taraf signifikansi 0,05, bermakna terdapat hubungan nyata antara minat belajar dengan prestasi yang diraih siswa. Para siswa menunjukkan adanya perilaku positif dalam hal pengembangan sikap dan perilaku selama proses pembelajaran berlangsung.

Hasil penelitian tentang hubungan antara minat dengan prestasi psikomotor disajikan dalam tabel 35 berikut ini :

Tabel 35. Hubungan antara Minat dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Minat Siswa Rendah Tinggi Rendah 12 21 Tinggi 22 28 Jumlah 34 49 X2 = 1,14 Tidak nyata

Tabel 35 di atas menyatakan bahwa sebagian besar sis wa berprestasi tinggi dalam bidang psikomotor ini. Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat hubungan tidak nyata antara minat dengan prestasi belajar siswa yaitu X2 = 1,14

(37)

< Xtabel pada taraf signifikansi 0,05, bermakna terdapat hubungan yang tidak nyata antara minat belajar dengan prestasi yang diraih siswa.

Motivasi

Hasil penelitian tentang hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa disajikan dalam tabel-tabel di bawah ini :

Tabel 36. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Kognitif S iswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Motivasi Siswa Rendah Tinggi Rendah 11 13 Tinggi 29 20 Jumlah 40 33 X2 = 0,98 Tidak nyata

Tabel 36 di atas memberi gambaran bahwa tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki siswa juga beragam. Sebanyak 24 siswa bermotivas i rendah yang dinyatakan dari kedisiplinan, usaha untuk sukses, tanggung jawab terhadap tugas serta keberhasilan yang rendah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,98 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara motivasi belajar siswa dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif.

Dalam hal prestasi afektif, hasil penelitian yang menggambarkan hubungan antara motivasi dengan prestasi afektif disajikan dalam tabel 37 berikut ini :

(38)

Tabel 37. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Motivasi Siswa Rendah Tinggi Rendah 23 19 Tinggi 11 20 Jumlah 34 39 X2 = 2,3 Tidak nyata

Tabel 37 di atas memberi gambaran bahwa tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki siswa dalam bidang afektif juga beragam. Sebanyak 42 siswa bermotivasi rendah, sedangkan 31 di antaranya bermotivasi tinggi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,3 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara motivasi belajar siswa dengan prestasi siswa dalam bidang afektif.

Dalam hal prestasi psikomotor, hasil penelitian yang menggambarkan hubungan antara motivasi dengan prestasi psikomotor disajikan dalam tabel 38 berikut ini :

Tabel 38. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Motivasi Siswa Rendah Tinggi Rendah 15 33 Tinggi 11 14 Jumlah 26 47 X2 = 1,04 Tidak nyata

Tabel 38 di atas memberi gambaran bahwa tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki siswa dalam bidang psikomotor juga beragam. Sebanyak 48 siswa bermotivasi rendah, sedangkan 25 di antaranya bermotivasi tinggi.

(39)

Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 1,04 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara motivasi belajar siswa dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor.

Hubungan Antara Faktor Eksternal Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SDIT Ummul Quro dengan SDN Sukadamai 3 Bogor

Faktor-faktor eksternal merupakan hal-hal yang memiliki hubungan secara tidak langsung dengan proses dan hasil belajar, namun keberadaannya tetap dibutuhkan oleh para siswa. Beberapa faktor eksternal yang menjadi sasaran dalam penelitian ini meliputi : jarak antara rumah dan sekolah, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ayah serta status ekonomi keluarga.

Hasil penelitian tentang hubungan antara faktor-faktor eksternal dengan prestasi belajar siswa masing-masing dipaparkan berikut ini :

Jarak Rumah dan Sekolah

Diperkirakan bahwa jarak antara rumah dan sekolah mem iliki hubungan dengan prestasi belajar siswa, mengingat seringnya terjadi keluhan dari siswa yang rumahnya berjarak jauh dari sekolah.

Hasil penelitian tentang hubungan antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi belajar siswa disajikan dalam tabel-tabel berikut ini :

Tabel 39. Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Jarak Rendah Tinggi Dekat 23 24 Jauh 16 10 Jumlah 39 34 X2 = 0,95 Tidak nyata

(40)

Tabel 39 di atas memberi gambaran bahwa sebagian besar siswa yaitu sebanyak 47 siswa berdomisili dekat dengan sekolah, sedangkan 26 siswa di antaranya berdomisili jauh dari sekolah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,95 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif.

Dalam hal prestasi afektif, hasil penelitian yang menggambarkan hubungan antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi afektif disajikan dalam tabel 40 berikut ini :

Tabel 40. Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Jarak Rendah Tinggi Dekat 21 26 Jauh 14 12 Jumlah 35 38 X2 = 0,94 Tidak nyata

Tabel 40 di atas memberi gambaran bahwa sebagian besar siswa yaitu sebanyak 47 siswa berdomisili dekat dengan sekolah, sedangkan 26 siswa di antaranya berdomisili jauh dari sekolah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,94 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jarak rumah dan sekolah dengan p restasi siswa dalam bidang afektif.

Dalam hal prestasi psikomotor, hasil penelitian yang menggambarkan hubungan antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi psikomotor disajikan dalam tabel 41 berikut ini :

(41)

Tabel 41. Hubungan antara Jarak Rumah dan S ekolah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Jarak Rendah Tinggi Dekat 20 27 Jauh 16 10 Jumlah 36 37 X2 = 2,14 Tidak nyata

Tabel 41 di atas memberi gambaran bahwa sebagian besar siswa yaitu sebanyak 47 siswa berdomisili dekat dengan sekolah, sedangkan 26 siswa di antaranya berdomisili jauh dari sekolah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,14 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor.

Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa jarak antara rumah dan sekolah bukan merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan keberhasilan belajar siswa.

Tingkat Pendidikan Ayah

Pada umumnya orang tua yang berpendidikan tinggi memiliki wawasan yang lebih luas dalam mendidik putra-putrinya, sehingga berpeluang dalam mencapai kualitas hasil pendidikan yang lebih baik. Dukungan kedua orang tua sangat dibutuhkan bagi proses belajar bagi anak sebagai motivasi utama.

Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi belajar siswa disajikan dalam tabel-tabel di bawah ini :

(42)

Tabel 42. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Pendidikan Ayah Rendah Tinggi Rendah 10 6 Tinggi 27 30 Jumlah 37 36 X2 = 1,27 Tidak nyata

Tabel 42 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pendidikan ayah . Sebagian besar, yaitu 57 orang berpendidikan tinggi yang terkategori dalam pendidikan S1, S2 dan S3. Sebanyak 16 ayah siswa berpendidikan rendah yaitu pada tingkat SMP dan SMA

Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 1,27 < Xtabel pada taraf signifikans i 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif.

Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi afektif siswa disajikan dalam tabel 43 di bawah ini :

Tabel 43. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Pendidikan Ayah Rendah Tinggi Rendah 11 5 Tinggi 22 35 Jumlah 33 40 X2 = 5,17 Nyata pada a = 0,05

(43)

Tabel 43 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pendidikan ayah hubungannya dengan prestasi afektif. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 5,17 > Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi siswa dalam bidang afektif.

Keadaan yang tercermin dalam penelitian ini dapat diasumsikan bahwa ayah yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dapat turut memberi dukungan dalam hal perilaku afektif siswa sehingga dapat terwujud kualitas hasil pendidikan yang lebih baik.

Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi psikomotor siswa disajikan dalam tabel 44 di bawah ini :

Tabel 44. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Pendidikan Ayah Rendah Tinggi Rendah 14 3 Tinggi 33 23 Jumlah 47 26 X2 = 3,01 Tidak nyata

Tabel 44 di atas memberi gambaran tentang tinggi ren dahnya tingkat pendidikan ayah hubungannya dengan prestasi psikomotor. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 3,01 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi siswa dalam bid ang psikomotor.

Keadaan ini dapat bermakna bahwa tingkat pendidikan ayah tidak cukup bukti dalam memberi dukungan terhadap kualitas hasil belajar psikomotor siswa.

(44)

Tingkat Pendidikan Ibu

Ibu merupakan sosok yang paling dekat dengan proses tumbuh kemban g setiap anak. Perhatian dan dukungan dari ibu akan sangat berarti dalam membangun kualitas diri putra-putrinya sehingga diharapkan tercapai kualitas hasil pendidikan yang lebih baik, apalagi jika didukung oleh latar belakang pendidikan ibu yang memadai.

Saat ini sudah merupakan hal yang lazim bahwa seorang ibu dapat mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, meskipun tidak berarti bahwa para ibu yang berlatar belakang pendidikan rendah tidak memiliki kualitas dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemelihara rumah tangga.

Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi kognitif siswa disajikan dalam tabel 45 di bawah ini :

Tabel 45. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Pendidikan Ibu Rendah Tinggi Rendah 21 11 Tinggi 16 25 Jumlah 37 36 X2 = 5,56 Nyata pada a = 0,05

Tabel 45 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu. Sebagian besar, yaitu 41 orang berpendidikan tinggi yang terkategori dalam pendidikan S1, S2 dan S3. Sebanyak 32 ibu siswa berpendidikan rendah yaitu pada tingkat SMP dan SMA.

Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah siswa yang berprestasi tinggi dihubungkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi terdapat sebanyak 25 siswa. Keadaan ini memberi gambaran bahwa untuk menciptakan kualitas hasil

(45)

diperlukan kualitas sumber daya manusia yang memadai, dalam hal ini peranserta ibu dalam keberhasilan putra-putrinya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 5,56 > Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif. Keadaan ini bermakna bahwa keterlibatan ibu dalam kegiatan belajar putra-putrinya memiliki arti penting bagi terciptanya kualitas hasil pendidikan yang optimal.

Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi afektif siswa disajikan dalam tabel 46 di bawah ini :

Tabel 46. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor

Kategori Prestasi Siswa Pendidikan Ibu Rendah Tinggi Rendah 19 13 Tinggi 13 28 Jumlah 32 41 X2 = 5,62 Nyata pada a = 0,05

Tabel 46 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu hubungannya dengan prestasi afektif. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 5,62 > Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi siswa dalam bidang afektif.

Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah siswa yang berprestasi tinggi dihubungkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi sejumlah 28 siswa. Angka ini melebihi kategori-kategori yang lain. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa ibu yang berpendidikan rendah tidak memiliki kualitas dalam mengarahkan putra-putrinya.

Keadaan yang tercermin dalam penelitian ini dapat diasumsikan bahwa keberdaan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sangat dibutuhkan dalam memberi dukungan kepada putra-putrinya. Dengan demikian dapat mempertinggi

Gambar

Tabel 6. Prestasi Penunjang Siswa SDIT Tiga Tahun Terakhir
Tabel 8. Prestasi Penunjang Siswa SDN Sukadamai 3
Tabel 9. Perbedaan Proses Pembelajaran antara SDIT Ummul Quro   dengan SDN Sukadamai 3
Tabel 10. Latar Belakang Pendidikan   dan Kesesuaian Bidang Ajar  Pada Guru di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan ini didasarkan pada prinsip syariah yang sesuai dengan ajaran Islam dan persoalan masyarakat. yang akuntansi syariah mungkin dapat membantu menyelesaikannya

Sakti), serta Pihak Kemenhut juga dengan cepat membentuk Tim Monitoring (SK. Dirjen BUK SK.04/ VI-BUHT/2012), tetapi tidak segera cepat menjawab keputusan akhirnya, dan ini

Hasil penelitian menyimpulkan (1) tidak semua pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah vokasi berlatar belakang keilmuan bahasa Indonesia (2) kreativitas

Hasil perhitungan regresi linier sederhana memperlihatkan nilai dari F hitung &lt; dari F tabel , dimana nilai F hitungnya 0,403 dan F tabelnya 4,02 yang

Media sosial dalam hal ini adalah media berbasis jaringan internet yang memungkinkan penggunanya membuat akun, melihat daftar akun pengguna lain, serta mengundang

Berdasarkan hasil uji Partial Adjustment Model (PAM) menunjukkan bahwa variabel Inflasi dan tingkat suku bunga dalam jangka panjang dan jangka pendek menunjukkan tidak

QUANTITIES REPRESENT ACTUAL REPORTED WEIGHT, NOT ESTIMATED FROM THE NUMBER OF PACKAGES. 4) SALES HELD DURING A WEEK OVERLAPPING THE END OF THE MONTH ARE ATTRIBUTED WHOLLY TO THE

Hasil perhitungan RO dengan metode neraca air ditahun normal memiliki nilai yang lebih rendah pada saat menurun dan nilai yang lebih tinggi pada saat