• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Siklus I

3. Siklus III

B. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V PENUTUP A. kesimpulan B. saran 3. Bagian Akhir Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Riwayat Hidup Penulis

18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar

1. Definisi prestasi

Prestasi adalah standart test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1979 : 251). 2. Definisi belajar

a. Menurut kamus bahasa Indonesia

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

b. Menurut M. Ngalim Purwanto dalam buku “Psikologi

Pendidikan” Belajar adalah suatu perubahan didalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan,

kepandaian atau suatu pengertian. 3. Definisi prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah melakukan kegiatan belajar mengajar.

19

Definisi Prestasi Belajar menurut Ahli

1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

2. Menurut Djalal (1986: 4) “prestasi belajar siswa adalah

gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan

pengajaran”.

3. Hamalik (1994: 45) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.

4. Benyamin S. Bloom (dalam Nurman, 2006 : 36), prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif terdiri atas : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pestasi belajar merupakan suatupencapaian hasil belajar yang telah dilaksanakan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain adalah faktor internal dan faktor eksternal. (Slameto)

a. Faktor Internal

1) Pemenuhan kebutuhan psikologi

Sekolah sebaik mungkin mempersipkan anak didik dengan bekal yang mencukupi untuk menghadapi tantangan masa depan. Setiap orang tua bertugas dalam

20

proses pendidikan itu dengan mengembangkan potensi anak didiknya

2) Kemauan belajar anak yang tinggi b. Faktor eksternal

1)Lingkungan

Lingkungan sekitar yang mendukung anak belajar giat maka anak tersebut akan merasakan belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan dan anak tersebut juga akan senang saat belajar.

Pada lingkungan yang tidak mendukung untuk belajar maka anak tersebut akan malas untuk belajar dan akhirnya akan mendapatkan prestasi belajar yang kurang baik.

2)motivasi dari orang-orang sekitar

motivasi dari orang sekitar juga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak tersebut.banyak orang yang mendukung dirinya untuk belajar maka dia juga akan semangat dan senang dalam melaksanakan kegiatan belajarnya dan akhirnya prestasinya juga akan baik.

C. Konsep Energi Pada Mata Pelajaran IPA 1. Pengertian Energi

Energi tidak dapat kita lihat secara langsung sehingga untuk mengukur energi yang digunakan tidak dapat dilakukan secara langsung. Mengukur energi secara tidak langsung adalah dengan cara mengamati pengaruh yang

21

ditimbulkan oleh energi itu pada suatu benda. Misalnya, energi panas dapat menyebabkan suhu benda meningkat (makin panas).

Energi dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya yaitu

a. Energi panas

Energi panas berasal dari benda bersuhu tinggi, misalnya api dan matahari. Sumber energy panas dapat berasal dari gesekan suatu benda, kompor yang menyala, panas matahari dan uap panas.

b. Energi bunyi

Energi bunyi adalah segala kemampuan yang terjadi akibat adanya pengaruh bunyi. Bunyi adalah getaran di udara. Benda yang bergetar akan menghasilkan bunyi. Saat berbicara kita mengeluarkan bunyi. Suara musik atau lagu-lagu dari radio, tape, dan tv juga merupakan bunyi. Semua bunyi itu dihasilkan oleh suatu sumber bunyi.

c. Energi alternative dan kegunaanya

Energi alternative merupakan energi cadangan yang banyak tersedia di alam sekitar. Seperti fosil yang telah digali dan belum diteliti dan diolah sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan dan dapat membantu kelangsungan hidup penduduk di dunia.

22

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Pembelajaran IPA kelas IV adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensinya adalah memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar IPA kelas IV adalah

 Mendiskripsikan energi panas dan bunyi yang ada disekitarnya.  Menjelaskan berbagai energy alternative dan penggunaanya.  Membuat suatu karya model untuk menunjukan perubahan

energi gerak akibat energi gerak.

 Menjelaskan perubahan energi bunyi akibat perubahan energi gerak.

D. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL ) 1. Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and learning (CTL) adalah konsep mengajar dan belajar, yang membantu guru untuk menghubungkan kegiatan dan bahan ajar dengan situasi nyata, yang dapat memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapanya dengan kehidupan sehari-hari siswa sebagai anggota keluarga, bahkan sebagai anggota masyarakat di sekitarnya, (US Department of Education, 2001).

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktifitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau

23

menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menentukan tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademisdengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna. Penemuan makna adalah ciri utama dari CTL.

CTL mendorong para guru untuk merumuskan tujuan-tujuan yang tidak hanya berat, tetapi juga tujuan-tujuan yang menggabungkan pengetahuan dan tindakan dengan cara yang bermakna bagi para siswa.

Pembelajaran kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang efektif, yaitu konstruktifisme (constructivism), bertanya (question), menemukan (inquiry), masyarakat belajar

(learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment) (Depdiknas ,2002).

2. Prinsip-Prinsip dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) Para ahli fisika kuantum, para kosmolog, dan ahli biologi, secara terpisah telah menemukan tiga prinsip yang terdapat pada semua hal. Berbagai pengamatan ilmiah yang teliti dan akuratmenunjukan keseluruhan alam semesta ditopang dan diatur

24

oleh tiga prinsip, yaitu kesaling-bergantungan, diferensiasi ,dan pengaturan diri sendiri (Capra:1996).

a. Prinsip Kesaling-bergantungan

Menurut para ilmuan modern, segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Prinsip ini mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik yang lain, dengan siswa-siswi mereka, dengan masyarakat dan dengan bumi.

Dengan bekerja sama, para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Bekerja sama akan membantu mereka mengetahui bahwa saling mendengarkan akan menuntun pada keberhasilan.

b. Prinsip Diferensiasi

Prinsip ini menyumbangkan kreatifitas indah yang berdetak diseluruh alam semesta. Prinsip diferensiasi mendorongalam semesta menuju keragaman yang tak terbatas, dan hal itu menjelaskan kecenderungan entitas-entitas yang berbeda untuk bekerja sama dalam bentuk yang disebut dengan simbiosis.

Prinsip ini akan terus-menerus menciptakan perbedaan dan keragaman, menghasilkan keragaman yang tak terbatas, keunikan yang tak terbatas, dan penggabungan-penggabunagn yang sangat banyak yang berbeda-beda. Secar alami, CTL juga memajukan kreativitas, keragaman, keunikan, dan kerja sama. c. Prinsip Pengaturan Diri

Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa mengeluarkan seluruh potensinya. Prinsip ini menganugrahi setiap entitas dengan kepribadianya, kesadaranya tentang dirinya, dan potensinya untuk melanggengkan dirinya dan menjadi dirinya.

25

3. Langkah-langkah Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d. Menciptakan masyarakat belajar.

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

4. Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning

(CTL)

a. Kelebihan dari Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya

siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan

26

berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui

”mengalami” bukan ”menghafal”.

d. Kekurangan dari Contextual Teaching and Learning (CTL) 1.. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam

metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

27

E. Konsep Energi Menggunakan Contextual Teaching and Learning

(CTL)

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :

1. Mengaitkan

Strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

2. Mengalami

Merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

3. Menerapkan

Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.

4. Kerjasama

Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

28 5. Mentransfer

Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.

29 F. Kerangka Berpikir

%

penyebab

penyelesaian diaplikasikan melalui PTK

Hipotesis Peningkatan prestasi belajar menggunakan CTL

Langkah-langkah CTL

 Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

 Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.  Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

 Menciptakan masyarakat belajar.

 Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.  Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

 Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Pembelajaran terpusat pada

guru

Proses pembelajaran kurang menyenangkan

Permasalahan pembelajaran di kelas Monoton

Siswa pasif

Siswa tidak dapat bekerja sama

Hipotesis

Pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kelas

30 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Arrosyidin

1. Lokasi Madrasah Ibtidaiyah

Tempat Penelitian : MI Arrosyidin Karen Surojoyo Alamat

Penelitian : Karen Surojoyo, Candimulyo, Magelang

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Materi Pokok : Energi dan Manfaatnya

Kelas/Semester : IV/II

Subjek yang diteliti adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Arrosyidin Karen Candimulyo yang berjumlah 19 siswa, terdiri dari 9 laki-laki dan 10 perempuan.

2. Karakteristik Siswa Kelas IV

Karakteristik siswa sebagai subjek penelitian lebih detailnya dapat digambarkan sebagai berikut :

5. Usia rata-rata siswa adalah 10 tahun 6. Sebagian siswa pasif dan malu bertanya 7. Kemampuan siswa rata-rata sedang

8. Latar belakang pendidikan orang tua sebagian masih rendah 9. Siswa kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.

B. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di MI Ma’arif Arrosyidin

Candimulyo. Penelitian pembelajaran yang diambil adalah Ilmu Pengetahuan Alam konsep energi. Penelitian ini dilakukan tiga kali siklus . Penelitian

31

tersebut menggunakan jam pelajaran IPA sesuai jadwal pelajaran IPA kelas IV

MI Ma’arif Arrosyidin.

Waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan siklus I,tanggal 13 dan 15 Januari 2014 2. Kegiatan siklus II, tanggal 16 dan 20 Januari 2014 3. Kegiatan siklus III, tanggal 22 dan 23 Januari 2014

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan 3 siklus, setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan

(action), observasi (observe), dan refleksi (reflection). Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Siklus I

Siklus pertama dilaksanakan pada hari Senin dan Rabu tanggal 13 dan 15 Januari 20014 . Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV semester II di MI Arrosyidin tahun pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Perencanaan (Plan)

1) Menentukan waktu pelaksanaan tindaka kelas siklus pertama yaitu pada hari Senin dan Rabu Tanggal 13 dan 15 Januari 2014.

2) Mempersiapkan materi IPA pokok bahasan Energi

3) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus I.

32 Standar

Kompetensi

: Memahami berbagai bentuk energy

Kompetensi Dasar

: Mendiskripsikan energi panas dan energi bunyi

Indikator Kompetensi

: Mengidentifikasi sumber-sumber energi panas

4) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa.

5) Mempersiapkan lembar soal ulangan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan (action)

Tindakan kelas siklus I berlangsung selama 2 kali tatap muka (4 x 35 menit). Siswa yang hadir sebanyak 16 siswa. Materi yang diajarkan dalam pertemuan ini adalah sumber energi panas . Langkah-langkah siklus I adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal Apersepsi :

Mengajak semua siswa berdoa untuk mengawali pelajaran (mengkondisikan siswa).

Motivasi :

a. Mengajak siswa bertanya jawab tentang kegiatan apa saja yang dilakukan pada pagi hari sejak bangun tidur sampai anak berangkat ke sekolah.

b. Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang di lingkungan mana siswa hidup.

c. Mengajak siswa untuk menyebutkan macam-macam energi dan perubahanya.

33 b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a. Semua siswa diminta untuk menyebutkan macam-macam energi dan perubahanya.

b. Siswa diminta untuk membuktikan perubahan energi yang terjadi saat kipas angin dialiri oleh aliran listrik.

c. Siswa diajak belajar secara nyata, siswa diajak keluar ruangan untuk membuktikan sinar matahari merupakan sumber energi yang utama dan perambatan panas yang diterima pada tubuh merupakan bukti perambatan tanpa melalui perantara atau yang disebut radiasi.

d. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

e. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

a. Mengajak siswa untuk melakukan percobaan perubahan energi sendiri dengan memiminta siswa membakar batang besi diatas nyala api.

b. Mengajak siswa keluar ruangan untuk membuktikan panas yang dirasakan ketika terkena sinar matahari untuk memmbuktikan bahwa pancaran sinar matahari merupakan proses radiasi.

c. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa secara lisan untuk mengetahui seberapa pahamnya mereka tentang energi.

Konfirmasi

34

a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan baik dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

b. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, siswa diminta untuk mempraktekkan sendiri perpindahan panas yang terjadi pada sendok yang dipanaskan.

c. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar, siswa diminta mengerjakan soal yang telah dibuat oleh guru, c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan tentang energi;

b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran;

d. Guru bersama siswa membaca hamdalah untuk mengakhiri pelajaran

e. Guru mengucapakan salam. d. Observasi (Observe)

Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar hasil pengamatan guru dan siswa. Aspek yang diamati meliputi keaktifan siswa, perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan kegiatan atau aktifitas guru yang diamati antara lain cara berinteraksi dengan siswa, penggunaan metode yang tepat dan cara penyampaian materi yang tepat. Data yang

35

dikumpulkan pada pelaksanaan siklus I adalah hasil observasi proses pembelajaran dan hasil evaluasi dalam proses pembelajaran. Setelah data terkumpul menunjukkan bahwa hasil evaluasi dan hasil pengamatan belum sesuai keinginan peneliti.

e. Refleksi (reflection)

Tahap akhir dari siklus pertama ini, peneliti dapat menemukan beberapa keberhasilan yang dicapai,diantaranya:

1) Sebagian besar siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan peneliti.

2) Sebagian siswa telah aktif mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung.

3) Sebagian siswa sudah dapat menjawab soal-soal yang diberikan peneliti.

Walaupun sudah ada beberapa keberhasilan dalam pembelajaran namun masih ada banyak kekurangan dalam pembelajaran tersebut, diantaranya:

1) Di antaranya masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dan sedikit mengabaikan materi pembelajaran karena mengalami kesulitan dalam pembelajaran sehingga mengakibatkan sebagian siswa kurang memahami soal dalam menjawab pertanyaan.

2) Penggunaan waktu kurang efektif.

3) Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan masih kurang.

36

Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I peneliti melakukan beberapa ide perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi kekurangan yang sama. Hal-hal yang peneliti pada siklus II adalah:

1) Guru lebih trampil mengelola kelas.

2) Guru mengelola waktu secara baik sehingga waktu lebih efektif dan efisien.

3) Memotivasi siswa untuk lebih berani bertanya maupun berbicara.

Dokumen terkait