• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Siklus I

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut:

1) Menentukan materi pelajaran seni budaya yang akan diajarkan yaitu materi vokal grup dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Untuk melihat RPP secara rinci dapat dilihat di lampiran.

3) Membuat instrumen evaluasi berupa soal kognitif, lembar observasi afektif dan psikomotorik kemudian dikonsultasikan dengan dosen ahli (expert).

4) Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda.

5) Menyiapkan media pembelajaran. b. Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan sebanyak 4x pertemuan dengan sub pokok bahasan yang sama. Pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kerjasama dalam mempelajari materi yang ditugaskan. Dengan demikian akan mendorong siswa lebih berperan aktif dalam belajar sehingga hasil belajar mereka meningkat.

1) Siklus I pertemuan I

Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II pada materi vokal grup. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

44

Pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin, 3 Agustus 2015 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit pada pukul 09.20-10.40. Di setiap awal pertemuan guru memberikan nomor urut (nomor dada) kepada semua siswa untuk dipasang di dada mereka masing-masing sesuai dengan nomor urut pada presensi kelas. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peneliti melakukan observasi kepada tiap-tiap siswa. Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan menayangkan video vokal grup di depan kelas selanjutnya bertanya kepada siswa pendapat tentang video vokal grup yang ditampilkan, apakah ada perbedaan dengan video yang pernah ditampilkan pada materi sebelumnya yaitu bernyanyi secara unisono. Hanya ada beberapa siswa yang berani memberikan pendapat dan mereka masih ragu-ragu dengan pendapatnya. Kemudian guru mengenalkan kepada siswa pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II. Pada pembelajaran ini guru menekankan pentingnya kerjasama antar siswa dalam suatu kelompok. Guru membagi kelas menjadi 5 kelompok belajar yang terdiri dari 5-6 orang siswa dan sudah dibagi berdasarkan kemampuan dan karakteristiknya sehingga setiap kelompok heterogen, kelompok ini disebut kelompok asal. Guru menyampaikan materi secara singkat, memberi gambaran secara umum tentang materi vokal grup kemudian membagi beberapa topik kepada setiap siswa untuk dipelajari. Setiap siswa dalam kelompok asal mendapatkan topik yang berbeda-beda.

Setelah semua siswa mendapat tugas untuk mempelajari topik tertentu, maka siswa diminta untuk benar-benar mempelajari topik tersebut.

2) Siklus I pertemuan II

Siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Agustus 2015 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit yaitu pada pukul 07.00-08.20. Di awal pertemuan II ini guru mengajak siswa untuk mengingat pertemuan sebelumnya yaitu pembagian topik kepada setiap siswa dalam kelompok asal. Setiap siswa dari kelompok asal dengan topik tertentu berkumpul dengan siswa dari kelompok lain dengan topik yang sama kemudian berdiskusi bersama, tim ini dinamakan tim ahli. Guru memantau jalannya diskusi tim ahli sampai tim ahli benar-benar menguasai materi yang ditugaskan. Setelah semua tim ahli selesai melakukan diskusi selanjutnya setiap siswa dari tim ahli berkumpul kembali dengan kelompok asal dan menyampaikan apa yang sudah didapatkan dari tim ahli. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya dan siswa lain memperhatikan serta memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi yang dipaparkan. Kemudian siswa bersama guru menyimpulkan materi yang dipelajari. 3) Siklus I pertemuan III

Pertemuan III dilaksanakan pada hari Kamis, 6 Agustus 2015 pukul 09.20-10.40. Pada pertemuan ini guru memberikan tugas praktik vokal grup. Siswa berkumpul dengan kelompok asal untuk

46

berdiskusi dan berlatih mempraktikkan vokal grup. Lagu yang digunakan untuk berlatih vokal grup yaitu lagu “ Suwe Ora Jamu”. Guru bersama peneliti memberikan contoh kepada siswa dalam mempraktikkan vokal grup. Siswa diberi kebebasan untuk berlatih dan berkreasi dengan kelompoknya. Guru tetap memantau dan membimbing siswa dalam berlatih vokal grup dengan kelompok mereka masing-masing.

4) Siklus I pertemuan IV

Siklus I pertemuan IV dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Agustus 2015 pada pukul 09.20-10.40. Pada pertemuan IV ini kegiatan intinya adalah tes tertulis berbentuk soal pilihan ganda dan penilaian praktik. Pertemuan IV ini diawali dengan tes tertulis berbentuk soal pilihan ganda (soal terlampir). Setelah pelaksanaan tes tertulis selanjutnya kegiatan penilaian praktik. Namun sebelum penilaian praktik, setiap kelompok diberi kesempatan untuk berlatih terlebih dahulu mempersiapkan penampilan mereka masing-masing. Setelah latihan dirasa cukup selanjutnya dilakukan penilaian praktik vokal grup. Setiap kelompok maju mempraktikkan vokal grup lagu “Suwe Ora Jamu”. Kelompok lain memperhatikan kelompok yang sedang tampil kemudian memberi tanggapan terhadap kelompok yang telah selesai tampil. Setelah semua kelompok selesai tampil kemudian guru mengumumkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil.

Penilaian tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor tes mereka melampaui skor dasar mereka atau disebut skor peningkatan. Peneliti dan kolaborator selanjutnya menghitung skor peningkatan seperti pada tabel 1.

Karena jumlah siswa dalam kelompok tidak sama yaitu 3 kelompok berjumlah 6 orang anggota dan 2 kelompok selebihnya berjumlah 5 orang anggota, maka untuk menghitung skor akhir kelompok digunakan rumus sebagai berikut:

Untuk menghitung skor peningkatan, maka peneliti membandingkan hasil yang diperoleh siswa pada siklus I dengan hasil yang diperoleh siswa pada skor pre tes. Hasil perbandingan keduanya menghasilkan skor peningkatan seperti yang digambarkan pada tabel berikut:

48

Tabel 3: Skor Peningkatan dari Hasil Pre Tes dan Hasil Siklus I No Nama Pre Tes Siklus I Skor Peningkatan

1 Responden 1 80 73 10 2 Responden 2 70 60 10 3 Responden 3 70 87 30 4 Responden 4 80 80 20 5 Responden 5 60 80 30 6 Responden 6 50 60 20 7 Responden 7 60 67 20 8 Responden 8 70 60 10 9 Responden 9 70 80 20 10 Responden 10 60 73 30 11 Responden 11 50 67 30 12 Responden 12 60 67 20 13 Responden 13 60 53 10 14 Responden 14 70 87 30 15 Responden 15 60 60 20 16 Responden 16 60 73 30 17 Responden 17 60 60 20 18 Responden 18 60 73 30 19 Responden 19 70 80 20 20 Responden 20 60 80 30 21 Responden 21 70 60 10 22 Responden 22 50 67 30 23 Responden 23 60 80 30 24 Responden 24 60 73 30 25 Responden 25 70 73 20 26 Responden 26 80 80 20 27 Responden 27 70 80 20 28 Responden 28 60 67 20

Kelompok 1 yaitu responden dengan nomor urut 2, 4, 13, 22, 26, dan 27. Kelompok 2 yaitu responden dengan nomor urut 1, 8, 9, 10, 19, dan 21. Kelompok 3 yaitu responden dengan nomor urut 3, 6, 7, 17, 23, 28. Kelompok 4 yaitu responden dengan nomor urut 11, 14, 15, 20, 24. Kelompok 5 yaitu responden dengan nomor urut 5, 12, 16, 18, 25.

Dilihat dari tabel skor peningkatan siswa di atas maka dapat digambarkan skor perolehan masing-masing kelompok sebagai berikut:

Tabel 4: Perolehan Skor Kelompok Siklus I

Pada siklus I ini kelompok terbaik (Tim Super) diraih oleh kelompok 4 selanjutnya disusul oleh kelompok 5, kelompok 3, kelompok 1 dan terakhir kelompok 2. Kelompok terbaik (Tim Super) diberi penghargaan yang telah disiapkan oleh peneliti.

c. Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 4 kali pertemuan, hasil yang didapat adalah:

1) Beberapa siswa mulai aktif berdiskusi namun sebagian masih menebeng dengan anggota kelompok.

2) Pada kegiatan diskusi dengan tim ahli masih banyak siswa yang tidak serius, hanya bermain dan pada akhirnya mereka tidak lancar memberi penjelasan kepada kelompok asalnya.

3) Sebagian besar siswa masih bingung dan bertanya-tanya tentang alur pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II.

No. Nama Kelompok Total Skor Peningkatan Skor Akhir

1. Kelompok 1 110 18,3

2. Kelompok 2 100 16,6

3. Kelompok 3 140 23,3

4. Kelompok 4 140 28

50

4) Siswa mulai antusias ketika guru menjelaskan akan ada reward/penghargaan kepada kelompok yang terbaik.

5) Dalam kegiatan praktik, hanya ada beberapa siswa dalam kelompok yang aktif memberi masukan kepada kelompoknya, siswa yang lain hanya mengikuti tanpa berpendapat dan memberi masukan.

6) Siswa mulai percaya diri untuk tampil di depan teman-temannya walaupun sebagian besar belum menguasai teknik bernyanyi dengan benar.

Berikut merupakan hasil evaluasi ranah kognitif Siklus I rata-rata nilai dari 28 orang siswa secara keseluruhan dalam satu kelas:

Tabel 5: Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I

No. Keterangan Nilai

1. Skor Tertinggi 87

2. Skor Terendah 53

3. Skor Rata-rata Keseluruhan 71,4

Hasil perhitungan skor rata-rata siswa secara keseluruhan inilah yang menjadi keterangan mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya (seni musik) dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II siklus I. Keadaan mengenai hasil belajar siswa terhadap pelajaran seni budaya digambarkan pada diagram batang di bawah ini:

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Skor Tertinggi Skor Terendah

Skor Rata-rata Keseluruhan

Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I

Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I

Gambar 3: Diagram Batang Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I

Setelah diketahui skor rata-rata pada siklus I secara keseluruhan maka hasil perhitungan data pada siklus I tersebut dibandingkan dengan hasil pre tes. Adapun perbandingan hasil evaluasi ranah kognitif pada siklus I dengan skor pre tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6: Perbandingan Hasil Pre Tes dan Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I

No Keterangan Pre Tes Siklus I

1. Skor Tertinggi 80 87

2. Skor Terendah 50 53

52

Peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya (seni musik) dari sebelum dan sesudah penggunaan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II dalam pembelajaran dapat digambarkan pada diagram batang di bawah ini:

Gambar 4: Diagram Batang Perbandingan Hasil Pre Tes dan Skor Kognitif Siklus I

Selain evaluasi ranah kognitif, observasi juga digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa ranah afektif dan ranah psikomotorik. Kegiatan observasi ranah afektif dilaksanakan dengan berpedoman pada lembar observasi. Hasil pengamatan ranah afektif selama proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Skor Tertinggi Skor Terendah Skor Rata-rata Keseluruhan

Perbandingan Hasil Evaluasi Kognitif

Siklus I dan Skor Pre Tes

Skor Pre Tes

Tabel 7: Observasi Ranah Afektif pada Siklus I

Skor Kriteria Jumlah Siswa Persentase

9 – 10 Sangat Baik 4 14,28 %

7 – 8 Baik 13 46,42 %

5 – 6 Sedang 9 32,14 %

3 – 4 Buruk 2 7,14 %

0 – 2 Buruk Sekali 0 0 %

Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa hanya ada 4 siswa (14,28%) yang memiliki sikap dan aktivitas sangat baik, selebihnya ada 13 siswa (46,42%) yang memiliki sikap baik, 9 siswa (32,14%) sikap dan tingkat aktivitasnya sedang dan 2 siswa (7,14%) memiliki sikap dan aktivitas buruk. Hasil observasi ranah afektif siswa siklus I secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

Selain evaluasi ranah kognitif dan afektif, evaluasi juga dilakukan pada ranah psikomotorik. Penilaian ranah psikomotorik yang dilakukan pada siklus I ini yaitu siswa praktik bernyanyi vokal grup bersama kelompok asalnya masing-masing. Lagu yang dinyanyikan untuk tes praktik pada siklus I ini yaitu lagu “Suwe Ora Jamu”. Kegiatan penilaian tes ranah psikomotorik dilaksanakan dengan berpedoman pada lembar penilaian tes ranah psikomotorik yang dilakukan oleh 3 orang observer yaitu Guru mata pelajaran seni budaya, peneliti dan teman sejawat yaitu saudara Putra Andino Nugrahhu. Penilaian ranah psikomotorik siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

54

Tabel 8: Hasil Penilaian Ranah Psikomotorik Siklus I

Nama Observer 1 Observer 2 Observer 3 Rata-rata Keterangan

Responden 1 65 75 75 71,6 Baik Responden 2 70 75 75 73,3 Baik Responden 3 75 75 75 75 Baik Responden 4 80 80 70 76,6 Baik Responden 5 70 70 80 73,3 Baik Responden 6 65 75 70 70 Kurang Responden 7 70 80 90 80 Baik Responden 8 75 80 75 76,6 Baik Responden 9 60 75 70 68,3 Kurang Responden 10 65 75 70 70 Kurang Responden 11 70 85 85 80 Baik Responden 12 80 70 75 75 Baik Responden 13 65 80 80 75 Baik Responden 14 60 70 75 68,3 Kurang Responden 15 65 70 80 71,6 Baik Responden 16 50 80 80 70 Kurang Responden 17 65 75 75 71,6 Baik Responden 18 65 70 70 68,3 Kurang Responden 19 65 70 75 70 Kurang Responden 20 70 80 65 71,6 Baik Responden 21 75 80 85 80 Baik Responden 22 80 80 80 80 Baik Responden 23 70 70 75 71,6 Baik Responden 24 65 70 80 71,6 Baik Responden 25 75 70 80 75 Baik Responden 26 60 75 75 70 Kurang Responden 27 70 70 75 71,6 Baik Responden 28 80 75 70 75 Baik

Skor rata-rata tertinggi 80 Baik

Skor rata-rata terendah 68,3 Kurang

Skor rata-rata keseluruhan 73,2 Baik

Dari tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa dalam kegiatan praktik siklus I belum ada siswa yang mendapat kategori sangat baik. Ada 20 siswa (71,42%) yang mendapatkan kategori “Baik”, dan selebihnya ada 8 siswa (28,57%) yang mendapat kategori “Kurang”. Hasil tes psikomotorik siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas dalam ranah psikomotorik mendapat kategori “Baik” dengan skor rata-rata keseluruhan 73,2.

Setelah diketahui skor kognitif, psikomotorik dan afektif pada siklus I selanjutnya mencari tahu apakah hasil yang dicapai masing-masing siswa sudah mencapai nilai KKM atau belum. Nilai KKM yang harus dicapai yaitu 75 yang didapat dari rata-rata skor kognitif dan psikomotorik. Untuk mencari skor akhir menggunakan rumus sebagai berikut:

Skor akhir =

Tabel 9: Skor Akhir Siklus I

No. Nama Nilai Kognitif I Nilai Psikomotorik I Skor Akhir I

1 Responden 1 73 71,6 72,3 2 Responden 2 60 73,3 66,6 3 Responden 3 87 75 81 4 Responden 4 80 76,6 78,3 5 Responden 5 80 73,3 76,6 6 Responden 6 60 70 65 7 Responden 7 67 80 73,5 8 Responden 8 60 76,6 68,3 9 Responden 9 80 68,3 74,1 10 Responden 10 73 70 71,5 11 Responden 11 67 80 73,5 12 Responden 12 67 75 71 13 Responden 13 53 75 64 14 Responden 14 87 68,3 77,6 15 Responden 15 60 71,6 65,8 16 Responden 16 73 70 71,5 17 Responden 17 60 71,6 65,8 18 Responden 18 73 68,3 70,6 19 Responden 19 80 70 75 20 Responden 20 80 71,6 75,8 21 Responden 21 60 80 70 22 Responden 22 67 80 73,5 23 Responden 23 80 71,6 75,8 24 Responden 24 73 71,6 72,3 25 Responden 25 73 75 74 26 Responden 26 80 70 75 27 Responden 27 80 71,6 75,8 28 Responden 28 67 75 71

56

Dari tabel 9 dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM ada 9 siswa (32,1%). Target keberhasilan dalam penelitian ini adalah jumlah siswa yang mencapai KKM ≥ 90%. Dari hasil yang didapat dari siklus I tersebut berarti target penelitian belum tercapai karena jumlah siswa yang mencapai KKM < 90%.

d. Refleksi

Berdasarkan keseluruhan tindakan siklus I yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, hasil observasi, kemudian diperoleh data yang selanjutnya akan menjadi acuan untuk direfleksikan. Pada waktu awal pertemuan siswa masih merasa belum terbiasa untuk belajar aktif secara berkelompok, beberapa siswa terlihat tidak semangat dan tidak senang dalam diskusi kelompok. Dalam kegiatan praktikpun siswa masih belum bisa bekerja sama dengan baik. Padahal dalam kegiatan praktik vokal grup sangat dibutuhkan kekompakan dan kerjasama yang baik antar anggota kelompok. Namun dengan arahan yang terus menerus dari guru (kolaborator) dan peneliti akhirnya siswa dapat menerimanya dan berhasil bekerjasama dengan kelompoknya baik dalam diskusi kelompok maupun kegiatan praktik.

Dari hasil siklus I yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa metode cooperative learning tipe Jigsaw II mampu menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan

metode cooperative learning tipe Jigsaw II ini, peran serta siswa masih cenderung minim. Hal ini dapat dilihat dari :

1) Siswa enggan untuk bertanya dan memilih diam dikarenakan siswa belum mengerti sepenuhnya dan kurang memahami materi, sehingga siswa bingung apa yang akan ditanyakan.

2) Beberapa siswa masih pasif dan bingung dengan apa yang harus dilakukan karena siswa belum paham sepenuhnya dengan alur pembelajaran menggunakan metode cooperative learning tipe Jigsaw II. 3) Beberapa siswa memiliki motivasi belajar yang rendah terhadap materi

Seni Budaya, hal ini terlihat dari beberapa siswa yang kurang bersemangat dalam diskusi kelompok maupun dalam kegiatan praktik. 4) Siswa masih terbiasa dengan belajar secara individu serta peran guru

masih dominan pada siklus I ini.

5) Dalam kegiatan praktik vokal grup beberapa siswa belum bisa membaur dengan kelompok, sebagian besar siswa belum menerapkan teknik vokal yang baik dan kurang memperhatikan homogenitas (blend).

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus I, maka peneliti akan melanjutkan pembelajaran pada siklus II dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Lebih banyak memberikan dorongan kepada siswa tentang pentingnya materi vokal grup, terutama kepada kelompok belajar yang kurang aktif dan kurang bersemangat dalam proses belajar

58

2) Memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya belajar

kelompok terutama dalam pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw II ini.

3) Menjelaskan dan mempertegas lagi alur metode Jigsaw II kepada siswa sampai semua siswa paham sehingga kegiatan belajar berjalan lancar. 4) Dominasi guru (kolaborator) dan peneliti agak dikurangi pada siklus

berikutnya agar tercipta pembelajaran seni budaya yang terpusat pada siswa.

5) Memotivasi siswa agar lebih berani dalam mengungkapkan gagasan dan lebih aktif lagi dalam diskusi kelompok.

6) Guru dan peneliti terus memberi arahan kepada siswa untuk lebih fokus lagi dalam kegiatan praktik yaitu dengan menggunakan teknik vokal yang baik dan lebih memperhatikan homogenitas (blend).

Belum tercapainya target tindakan pada pelaksanaan siklus I ini maka peneliti dan kolaborator sepakat melanjutkan penelitian tindakan pada siklus II.

2. Siklus II

Dokumen terkait