SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh Eko Sujatmoko NIM 11208241047
JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Seni Budaya dengan Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw II di
Kelas VIII SMP Negeri
I
Piyungan ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.Yogyakarta, ?zOktober 20 1 5
Pembimbing I,
Yogyakarta,?$ Oktober 20 1 5
Dr. Hanna Sri Mudjilah, M.Pd.
NrP 19601201 198803 2 001
Drs. Sritanto, M.Pd.
Pelajaran Seni Budaya dengan Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw
II
di Kelas VIII sMP Negeri I Piyungan ini telah dipertahankan di depan DewanPeirguji pada 30 Oi(ober 2015 dan dinyatakan lulus.
I}E\,VAN PENGUJI Jabatan
i..lama
Dra. F]eni Kusumarvali. M.Pd.
Drs. Sritanto. h4"Pd.
Panca Putri Rusdervanti- S.Pd.. M.ijd. Dr. Hanna Sri L,tudjiiah- l.,t.Pd.
Ketua Fenguji
Sekretaris Penguji
Penguji
I
Penguji
tl
Tanggal
i
noutt{f
Mv't7
3 Nou"aots
attu,pr
Yogrrakarta"l jNo""iember 20 i 5
Fakultas Bahasa dan Seni
egeri Yogyakart*
Purhani, M.A.
iii
4:'W
"+'Z*t?
6#"dqh
Yang bertanda tangan d
Nama
NIM
Program Studi
Fakultas
PERI{YATAAN
i bawah ini, saya
Eko Sujatmoko
t1208241047
Pendidikan Seni Musik
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
menyatakan bahwa karya ilmiah
ini adalah
hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis olehorang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan
mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.
Apabila temyataterbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakri'ita, Oktober 2015
Penulis,
Eko Sujatmoko
v
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tua saya
Adekku Dimas Adam Bachtiar dan Rachell Naufalo K.H
vi
MOTTO
“Hal yang membuat Bahagia ketika menjadi Pribadi yang
vii
tugas akhir skripsi saya yang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Seni Budaya dengan Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw II di Kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta dapat terselesaikan.
Berbagai bimbingan, arahan, dukungan serta semangat saya dapatkan dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Pada kesempatan ini, saya menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Hanna Sri Mudjilah, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi I yang selalu sabar dalam memberi arahan, memberi masukan, membimbing saya sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Drs. Sritanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi II yang tak
henti-hentinya selalu membimbing dengan penuh kesabaran disela-sela kesibukannya.
3. Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd., dan Dra. Heni Kusumawati, M.Pd., sebagai ahli yang telah memvalidasi instrumen penelitian;
4. Bapak Warsito, S.Pd., selaku kepala SMP Negeri 1 Piyungan yang telah memberikan izin penelitian;
viii
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moral, bantuan, dan dorongan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat berlimpah pada kita semua.
Yogyakarta, Oktober 2015 Penulis,
ix
PERSETUJUAN... ii
PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
MOTTO... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
ABSTRAK…………... xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... ... 5
C. Pembatasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian... 6
F. Manfaat Penelitian……... 7
BAB II. KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori…………... 8
1. Belajar... 8
2. Prestasi Belajar... 8
3. Seni Budaya (Musik)... 10
4. Metode Pembelajaran... 13
5. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)... 14
6. Jigsaw II... 16
B. Penelitian yang Relevan... 21
C. Kerangka Berpikir... 22
x BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian... 24
1. Jenis Penelitian... 24
2. Lokasi Penelitian……... 25
3. Subjek Penelitian... 26
4. Partisipan dan Kolaborator... 26
B. Prosedur Penelitian... 26
1. Perencanaan…... 27
2. Tindakan……... 29
3. Observasi……... 31
4. Refleksi………... 31
C. Teknik Pengumpulan Data... 32
D. Instrumen Penelitian... 33
E. Validitas………..………... 34
F. Teknik Analisis Da... 38
G. Jadwal Penelitian…... 40
H. Indikator Keberhasilan Tindakan... 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 42
1. Siklus I... 42
2. Siklus II... 57
B. Pembahasan... 72
BAB V. PENUTUP A. Simpulan... 79
B. Rencana Tindak Lanjut... 80
xi
Gambar 1 : Penyebaran Kelompok Asal dengan Tim Ahli dalam Jigsaw II...
Gambar 2 : Model Penelitian Tindakan dari Lewin……... ..
Gambar 3 : Diagram Batang Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I….
Gambar 4 : Diagram Batang Perbandingan Hasil Pre Tes dan Skor Kognitif Siklus I ...
Gambar 5 : Diagram Batang Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus II... Gambar 6 : Diagram Batang Perbandingan Hasil Evaluasi Kognitif
Siklus I dan Siklus II………...
Gambar 7 : Diagram Batang Perbandingan Hasil Evaluasi Ranah
Psikomotorik Siklus I dan Siklus II………...
Gambar 8 : Diagram Perbandingan Hasil Observasi Ranah Afektif
Siklus I dan Siklus II………
Gambar 9 : Diagram Perbandingan Nilai Rata-rata Keseluruhan Ranah
Kognitif Siklus I dan Siklus II………...
Gambar 10 :Perbandingan Skor Rata-rata Keseluruhan Ranah
Psikomotorik Siklus I dan Siklus II………..
Gambar 11 : Diskusi Siswa sebagai Tim Ahli ………...…..
Gambar 12 : Peneliti dan Kolaborator Memantau Diskusi Siswa..……..
Gambar 13 : Pemberian Reward kepada Kelompok Terbaik…………..
Gambar 14 : Kegiatan Praktik Vokal Grup ………..
17
51
52
65
66 27
69
74
75
76 114
114
115
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Perhitungan Nilai Peningkatan menurut Slavin…... Tabel 2 : Rekognisi Prestasi Tim………... Tabel 3 : Skor Peningkatan dari Hasil Pre Tes dan Hasil Siklus I.... Tabel 4 : Perolehan Skor Kelompok Siklus I... Tabel 5 : Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I………. Tabel 6 : Perbandingan Hasil Pre Tes dan Hasil Evaluasi Ranah
Kognitif Siklus I………... Tabel 7 : Observasi Ranah Afektif pada Siklus I……….. Tabel 8 : Hasil Penilaian Ranah Psikomotorik Siklus I……… Tabel 9 : Skor Akhir Siklus I……….... Tabel 10 : Skor Peningkatan dari Hasil Siklus I dan Hasil Siklus II.. Tabel 11 : Perolehan Skor Kelompok Siklus II……….. Tabel 12 : Hasil Evalusi Kognitif Siklus II………. Tabel 13 : Perbandingan Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I dan
Siklus II………..
Tabel 14 : Observasi Ranah Afektif pada Siklus II……… Tabel 15 : Hasil Penilaian Ranah Psikomotorik Siklus II………….. Tabel 16 : Skor Akhir Siklus II………... Tabel 17 : Perbandingan Hasil Observasi Afektif Siklus I dan
Siklus II………..
Tabel 18 : Perbandingan Nilai Rata-rata Keseluruhan Ranah Kognitif Siklus I dan Siklus II………. Tabel 19 : Perbandingan Skor Rata-rata Keseluruhan Ranah
Psikomotorik Siklus I dan Siklus II………... Tabel 20 : Perbandingan Skor Akhir Siklus I dan Siklus II...
xiii
Lampiran 01 : RPP Siklus I……….
Lampiran 02 : RPP Siklus II………..
Lampiran 03 : Surat Permohonan Menjadi Expert……….
Lampiran 04 : Soal Tes Kognitif ……….…..……….
Lampiran 05 : Kisi-Kisi Evaluasi Ranah Kognitif ……….
Lampiran 06 : Lembar Penilaian Tes Ranah Psikomotorik...………….
Lampiran 07 : Rubrik Penilaian Tes Ranah Psikomotorik ……….
Lampiran 08 : Lembar Observasi Ranah Afektif ………..……….
Lampiran 09 : Masukan dan Saran dari Expert……….….
Lampiran 10 : Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I ………..
Lampiran 11 : Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus II……….
Lampiran 12 : Hasil Evaluasi Ranah Afektif Siklus I ………
Lampiran 13 : Hasil Evaluasi Ranah Afektif Siklus II ………..
Lampiran 14 : Hasil Evaluasi Ranah Psikomotorik Siklus I …………..
Lampiran 15 : Hasil Evaluasi Ranah Psikomotorik Siklus II …………
Lampiran 16 : Dokumentasi Aktivitas Siswa ……….
Lampiran 17 : Partitur Lagu “Suwe Ora Jamu”……….………….
Lampiran 18 : Surat-surat izin Penelitian ……….
83
89
95
97
100
101
102
105 106
108
109
110
111
112
113
114
xiv
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA DENGAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW II DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 PIYUNGAN
Oleh: EkoSujatmoko NIM 11208241047
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya di kelas VIII A SMP Negeri 1 Piyungan dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw
II.Permasalahanpadapenelitianiniadalahrendahnyamotivasibelajarsiswaterhadapm atapelajaransenibudaya.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII ASMP Negeri 1 Piyunganyang berjumlah 28 siswa. Kolaborator penelitian yaitu Sri Windaryati,S.Pd., selaku guru seni musik di SMP Negeri 1 Piyungan. Instrumen yang digunakan berupatesdanlembarobservasi. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Keabsahan data diperoleh melalui validitas demokratik,hasil, proses,katalitik, dandialogik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwametodecooperative learning tipe Jigsaw II dapat meningkatkanprestasibelajarsiswapadamatapelajaransenibudaya di
kelas VIII A SMP Negeri 1 Piyungan.Keberhasilantersebutditunjukkanolehjumlahsiswa yang mencapai KKM
padasiklus I sebanyak 9 orang siswa (32,1%), padasiklus II meningkatmenjadi 26 orang siswa (92,8%). Hal tersebut sudah sesuai dengan target keberhasilan tindakan, makadariitupenelitiandiakhiri.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan selalu berkembang, dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu pendidikan harus mengikuti perkembangan zaman tersebut. Apabila pendidikan tidak mengikuti perkembangan zaman, maka akan tertinggal dengan arus perkembangannya itu sendiri. Perkembangan zaman ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Perkembangan tersebut tentu harus diimbangi dengan perkembangan sumber daya manusia yang memadai dan berkualitas. Sumber daya manusia tersebut tentunya dapat diciptakan melalui pendidikan yang bermutu tinggi.
Selanjutnya Sarwastuti (2011: 1) menjelaskan bahwa:
Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga komponen utama dalam pendidikan, yaitu pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan.
2
mempengaruhi keberhasilan peserta didik. Sutikno (2013: 85) menyatakan bahwa:
Salah satu faktor yang ada di luar siswa adalah guru profesional yang mampu mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik.
Untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran diperlukan kerjasama yang baik antara pendidik dan peserta didik.
Dalam kenyataan sekarang ini, program pembelajaran belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Guru dalam mendidik biasanya masih monoton atau tidak melakukan variasi. Suasana kelas nampak tegang ketika proses pembelajaran berlangsung dan dirasa membosankan. Selain itu, guru juga kurang mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Guru terlalu sibuk menyampaikan materi tetapi tidak memperhatikan apakah yang disampaikan oleh guru tersebut dapat dipahami atau tidak oleh siswa (Sutikno: 2013). Hal-hal seperti itu yang menjadikan proses pembelajaran kurang maksimal dan masih banyak lagi faktor yang ikut mempengaruhi upaya pencapaian keberhasilan pembelajaran.
Proses pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kondisi siswa akan menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi. Seperti yang dikatakan oleh Sutikno (2013: 86) bahwa:
metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal.
Pemilihan metode dilakukan karena ada banyak macam metode yang dapat dipakai oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tidak semua metode bisa dikategorikan sebagai metode yang baik, dan tidak pula semua metode dikatakan jelek. Oleh sebab itu, sebagai guru yang baik hendaknya kreatif, pandai memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran.
Mata pelajaran Seni Budaya untuk SMP dibagi menjadi beberapa bagian yaitu Seni Tari, Seni Rupa, Seni Teater, dan Seni Musik. Tujuan dari mata pelajaran Seni Budaya ini adalah untuk mendukung tujuan pendidikan nasional. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, mata pelajaran seni budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan penting dan wajib diberikan pada setiap sekolah baik negeri maupun swasta sejak tingkat dasar hingga menengah.
Menurut Nurhayati (2013: 2),
4
Pada mata pelajaran seni budaya khususnya seni musik siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengalami dan merasakan olah vokal, mengekspresikan dan mengapresiasi karya musik. Beragam kesenian yang berkembang di Nusantara mulai dari kesenian musik tradisional sampai kesenian musik modern apabila tidak diwariskan kepada anak melalui jalur pendidikan maka kesenian tersebut akan dijauhi oleh anak didik dan perlahan menghilang.
Pembelajaran seni budaya khususnya seni musik di SMP Negeri 1 Piyungan belum mendapatkan hasil maksimal. Ada beberapa hal yang dikeluhkan oleh guru seni budaya diantaranya motivasi belajar siswa terhadap pelajaran seni budaya masih rendah, sulitnya mengajak siswa untuk aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan wawancara sepintas dengan guru seni budaya (seni musik) di SMP Negeri 1 Piyungan dan observasi kelas ternyata masih ada beberapa siswa yang nilai keseluruhannya di bawah KKM. Menanggapi hal tersebut tentunya perlu dilakukan tindakan-tindakan yang dapat mengatasi masalah tersebut. Maka dari itu, peneliti mencoba menerapkan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II.
dalam kelas, mempunyai tanggung jawab dan diajarkan untuk menjadi pemimpin. Dengan situasi siswa kelas VIII yang cenderung pasif, diharapkan dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II ini siswa akan tergerak untuk menjadi lebih baik, motivasi belajar semakin bertambah sehingga hasil yang diperoleh maksimal.
Dengan berbagai teori yang sudah dijelaskan di atas maka peneliti mengadakan suatu penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Seni Budaya dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II di Kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dalam penelitian ini teridentifikasi sejumlah permasalahan sebagai berikut:
1. Rendahnya motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga berdampak menurunnya prestasi belajar mata pelajaran Seni Budaya.
2. Sikap pasif siswa di kelas yang menunjukkan kurangnya variasi guru dalam memberikan materi pelajaran.
3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep pembelajaran seni budaya (seni musik) sehingga prestasi belajar siswa masih rendah. 4. Hasil belajar seni budaya (seni musik) siswa kelas VIII di SMP Negeri
6
5. Siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan cenderung belajar secara individual.
6. Metode pembelajaran yang digunakan di kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berkembang.
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka permasalahan peneliti dibatasi pada upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya (seni musik) dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II di kelas VIII A tahun ajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Piyungan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah upaya peningkatan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya (seni musik) dengan metode cooperative learning tipe Jigsaw II di kelas VIII A SMP Negeri 1 Piyungan?”
E. Tujuan Penelitian
Piyungan dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw II.
F. Manfaat Penelitian
Secara umum ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai metode pembelajaran yang efektif untuk peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya khususnya seni musik.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis
Untuk menambah keterampilan bagi peneliti untuk mengembangkan metode pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
b. Bagi Guru
8 BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan tentang Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menyangkut nilai kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2002: 19). Belajar merupakan suatu proses perubahan yang cenderung menetap dan merupakan hasil dari pengalaman, serta tidak termasuk perubahan fisiologis, namun perubahan psikologis yang berupa perilaku dan representasi atau asosiasi mental (Ghufron, 2013: 7-8).
Berdasarkan definisi di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, dimana perubahan tersebut terjadi secara sadar dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Tinjauan tentang Prestasi Belajar
Kedua kegiatan tersebut saling berkaitan dalam suatu kegiatan interaksi belajar mengajar.
Badudu (1996: 1088) memberi pengertian “prestasi adalah hasil yang dicapai dari apa yang telah dilakukan atau yang sudah diusahakan”. Djamarah (2002: 19-20) mengemukakan bahwa “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual
maupun kelompok”.
Berdasarkan pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, tetapi intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu
Winkel (1996: 162) menyebutkan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapai”. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan apabila seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
10
yang dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf”. Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi akademik tersebut, maka diperlukan pengukuran dan penilaian hasil belajar. Pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar yang dapat dikuantifikasikan (Suryabrata, 2000: 17).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Hasil dari pengukuran terhadap peserta didik tersebut meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran.
3. Tinjauan tentang Seni Budaya (Musik)
Menurut Sudarsono dkk (1982: 12), musik adalah seni yang berlatar belakang waktu yang mampu mengekspresikan nuansa kehidupan seperti kegembiraan, kesedihan, kemesraan, dan sebagainya. Di dalamnya tersimpan ungkapan perasaan yang bisa membentuk sikap dan daya pikir seseorang. Pelajaran musik sangat membantu siswa untuk menyelami seluk beluk suasana hati dan relung-relung pikiran yang paling dalam. Disinilah tersirat fungsi pembelajaran musik sekolah sebagai alat pendidikan bersama pelajaran lain sebagai pelajaran umum.
Menurut Jamalus (1998: 1), musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, bentuk, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Selanjutnya Jamalus (1998: 3)
menyatakan bahwa “pengajaran musik adalah pengajaran tentang bunyi.
Apapun yang dibahas dalam suatu pengajaran musik haruslah bertolak dari
bunyi itu sendiri”.
Menurut Safrina (1998: 3) “pendidikan musik adalah pendidikan
untuk memberi kesempatan mengembangkan rasa keindahan kepada anak
dan menghayati bunyi ungkapan musik itu sendiri”. Pendidikan rasa
keindahan ini memberi kesadaran anak bahwa musik itu adalah bagian dari kehidupan.
12
merasakan langsung seperti misalnya bermain alat musik, mendengarkan musik, dan terutama untuk anak yaitu bernyanyi.
Menurut Safrina (1998: 2) tujuan pendidikan seni musik antara lain : a. Menanamkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan
yang dimiliki anak.
b. Membantu anak memiliki kemampuan mengungkapkan perasaan dan pikirannya melalui musik.
c. Membantu anak memiliki kemampuan menilai musik melalui selera intelektual dan selera artistiknya.
d. Mengembangkan kepekaan anak terhadap lingkungannya. e. Memberi kesempatan pada anak untuk dapat meningkatkan
sendiri pengetahuan dan ketrampilannya dalam bidang musik. Pembelajaran musik di sekolah harus mengantarkan anak pada pengalaman yang menyenangkan sehingga anak dapat merasakan bahwa
musik adalah sumber keindahan. O’brien (dalam Safrina, 1998: 104)
menyimpulkan bagaimana seharusnya memberikan pelajaran musik yaitu:
a. Cara belajar yang terbaik bagi anak-anak seharusnya pengalaman musik.
b. Anak-anak mempunyai tingkat perkembangan yang harus diperhatikan dan disesuaikan dalam pembelajaran musik. Anak-anak harus diberi pengalaman musik yang sesuai dengan perkembangan fisiknya.
c. Anak-anak memiliki kebutuhan sosial dan kebutuhan emosi yang berbeda-beda. Anak yang suka bersosialisasi lebih cenderung suka bermain ansambel. Guru harus selalu memperhatikan kebutuhan sosial anak yang berbeda-beda ini. d. Pengajaran musik yang ideal menggunakan unsur-unsur musik
yang terdapat dalam lagu yang digunakan sebagai bahan untuk pengalaman musik.
warisan budaya yang sangat beragam tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran seni budaya (seni musik) yang baik tidak terpaku pada ceramah saja namun lebih pada kegiatan praktik sehingga siswa dapat berekspresi dan mengapresiasi karya seni musik dengan lebih baik.
4. Tinjauan tentang Metode Pembelajaran
Banyak definisi para ahli berkaitan dengan pembelajaran, diantaranya oleh Winkel (dalam Sutikno, 2013: 31) mengartikan bahwa pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik.
Inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar, kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan kata lain tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran.
Salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Sutikno (2013: 85-86) menjelaskan pengertian metode pembelajaran sebagai berikut:
14
dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata “pembelajaran”
berarti segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Jadi, metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Sugihartono, dkk (2007: 81) menjelaskan bahwa “metode
pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran
sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal”. Dalam proses pembelajaran
terdapat bermacam-macam metode pembelajaran diantaranya; metode ceramah, metode tanya jawab, metode tutorial, metode team teaching,
metode latihan (drill), metode permainan, metode simulasi, cooperative learning, dll.
Berdasarkan pendapat-pendapat dari tokoh di atas, maka diketahui bahwa metode pembelajaran merupakan cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan sistematis sehingga tujuan dari pembelajaran tercapai dengan hasil yang optimal. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Guru dapat memilih metode yang dipandang tepat dalam kegiatan pembelajarannya.
Slavin (2015: 4) menjelaskan bahwa:
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Menurut Lie (2007: 21), model pembelajaran cooperative learning
tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Kelima unsur tersebut yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
Slavin (2010: 2) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Meningkatkan kemampuan siswa 2) Meningkatkan rasa percaya diri
3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian
4) Memperbaiki hubungan antar kelompok b. Kelemahan
1) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan 2) Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan
buruk
3) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya
4) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar
16
kondusif sehingga proses pelaksanaannya lancar dan siswa dapat berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, serta siswa dapat bersaing secara positif.
Slavin (2015: 11) membagi menjadi lima metode pembelajaran kooperatif, diantaranya; Student Team-Achievement Division (STAD), Team-Games-Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Team Accelerated Instruction (TAI). Kelima metode tersebut melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah metode pembelajaran yang menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, maupun rendah dari latar belakang etnik yang berbeda-beda untuk saling bekerja sama dan saling membantu mempelajari materi pelajaran supaya memperoleh hasil yang maksimal.
6. Tinjauan tentang Jigsaw II
Jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson dan koleganya di Universitas Texas (Slavin, 2015: 236). Kemudian bentuk Jigsaw II dikembangkan oleh Slavin dengan sedikit perbedaan. Slavin (2015: 237) menjelaskan bahwa:
Dalam Jigsaw II, para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa
topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu
dengan “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka
sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah, para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim. Skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya.
Kunci dari Jigsaw II adalah interdependensi yaitu setiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian (Slavin, 2015: 237). Berikut adalah skema penyebaran kelompok asal dengan tim ahli dalam metode Jigsaw II.
Gambar 1: Penyebaran Kelompok Asal dengan Tim Ahli dalam Jigsaw II (Slavin, 2015: 237)
[image:31.595.138.487.486.648.2]18
Langkah – langkah pembelajaran dengan Jigsaw II menurut Huda (2013: 118) dan Slavin (2015: 237) adalah sebagai berikut:
a. Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw II dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa kritis, percaya diri, kooperatif dalam model belajaran ini.
b. Pengelompokan
Dalam metode Jigsaw II siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota kelompok-kelompok 5-6 siswa. Pembagian kelompok dilakukan secara acak, sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan tingkat kepandaian berbeda, latar belakang yang berbeda, laki-laki, perempuan. Kelompok ini dinamakan kelompok asal.
c. Pembentukan dan pembinaan kelompok expert
Setelah terbentuk kelompok asal, selanjutnya kelompok asal dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang lebih spesifik yang diberikan oleh guru dan dibina supaya menjadi expert.
d. Pemaparan topik dari kelompok ahli ke kelompok asal
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam kelompok asal. Pada fase ini ke-lima kelompok (1-5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota kelompok untuk mempresentasikan keahliannya kepada teman-temannya di kelompok asal masing-masing, satu per satu. Proses ini diharapkan akan terjadi proses sharing
pengetahuan antara mereka. Aturan-aturan pada fase ini adalah:
1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok mempelajari materi yang diberikan.
2) Tanyakan pada anggota kelompok sebelum menanyakan kepada pendidik
3) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menggangu kelompok lain.
4) Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan. e. Test (Penilaian)
20
f. Pengakuan kelompok
[image:34.595.148.525.417.603.2]Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu. Penilaian tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka. Perhitungan skor peningkatan, dan kriteria penghargaan kelompok menggunakan kriteria berikut.
Tabel 1: Perhitungan Nilai Peningkatan menurut Slavin (2015:159)
Skor Kuis Poin Kemajuan
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 Skor akhir lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Skor akhir = skor awal sampai10 poin di atas skor awal 20 10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10 Skor akhir lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
Tabel 2: Rekognisi Prestasi Tim, Slavin (2015: 160) Kriteria (Rata – rata Tim) Penghargaan
25 < x < 30 Tim Super 15 < x < 25 Tim Sangat Baik
5 < x < 15 Tim Baik
Selain penghargaan kepada kelompok yang memiliki skor paling tinggi, penghargaan juga diberikan kepada individu yang memiliki penambahan nilai paling tinggi. Penghargaan-penghargaan lain juga diberikan kepada kelompok yang paling kooperatif dan dinamis selama berdiskusi.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh data hasil penelitian yang relevan sebagai berikut:
1. Sri Maida Astuti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Berbantu Media Kartu
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi
menyimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw
22
menjadi 77,27% pada siklus II. Siswa yang mengalami peningkatan skor aktivitas sebesar 90,91%. Hasil Belajar Akuntansi juga mengalami peningkatan. Siswa yang mencapai nilai KKM pada siklus I sebesar 23,81% meningkat menjadi 80,00% pada siklus II.
2. Suhardi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Partisipasi dan Kerjasama Siswa Menggunakan Model Kooperatif
Tipe Jigsaw pada Materi Protozoa Kelas X SMA N Pengasih
menyimpulkan bahwa model pembelajaran tipe Jigsaw dapat meningkatkan partisipasi dan kerjasama siswa SMA N Pengasih. Disamping itu tindakan dalam PTK ini juga meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil pengamatan sekilas oleh peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran seni budaya (musik) di SMP Negeri 1 Piyungan menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi masih kurang maksimal. Pemilihan metode pembelajaran menjadi hal utama yang menyebabkan pencapaian kompetensi kurang maksimal.
berkesempatan untuk bekerjasama dengan teman untuk mengembangkan diri sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
Metode cooperative learning tipe Jigsaw II dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya yang lain. Selain itu, siswa juga dapat meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Dengan demikian akan mendorong siswa lebih berperan aktif dalam belajar dengan guru sebagai fasilitator belajar sehingga hasil belajar akan lebih bermakna mendalam bagi siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “metode Cooperative Learning tipe
Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya khususnya seni musik di kelas VIII A SMP Negeri 1
24 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian tentang upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya dengan metode cooperative learning tipe jigsaw II di kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan guru atau praktisi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya (Pardjono, 2007: 10).
Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut (Kardiawarman, 2007: 2). Paizaluddin (2013: 7) menjelaskan bahwa:
Penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan.
untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal melalui cara yang dinilai paling efektif.
Selanjutnya Pardjono, dkk (2007: 11) menjelaskan bahwa secara metodologis, penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) bersifat kolaboratif,
2) dilaksanakan pada lokasi terjadinya permasalahan,
3) bersifat partisipatori karena memerlukan partisipasi dari semua anggota tim peneliti,
4) tidak ada upaya pengendalian variabel pengganggu.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa PTK merupakan bentuk penelitian untuk mendapatkan pengetahuan tentang perubahan (changes) dan peningkatan (improvement) karena dampak suatu tindakan. Sehingga ada 3 elemen kunci yaitu: penelitian, tindakan, dan partisipasi. Prinsip partisipatori harus bisa dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas. Tanpa partisipasi dari semua anggota tim peneliti, penelitian tidak akan memenuhi standar kualitas ilmiah (Pardjono, 2007: 11).
2. Lokasi Penelitian
26
3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Piyungan tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 16 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.
4. Partisipan dan Kolaborator
Penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi. Peneliti dibantu oleh teman sejawat dan guru mata pelajaran seni budaya (musik) yaitu Ibu Sri Windaryati, S.Pd. Kolaborator dalam hal ini guru mata pelajaran seni budaya (musik) bertugas melaksanakan pembelajaran dengan metode Jigsaw II sekaligus mengamati kegiatan pembelajaran, memberi masukan, mendiskusikan permasalahan dan selanjutnya menganalisis hasil praktik. B. Prosedur Penelitian
Gambar 2: Model Penelitian Tindakan dari Lewin (Pardjono, 2007: 22)
Adapun penjelasan lebih rinci dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
28
Perencanaan tindakan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah dan penyebabnya
Materi seni budaya khususnya seni musik yang diajarkan di tingkat SMP kelas VIII tidak cukup hanya dengan metode ceramah yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran vokal grup khususnya, sangat membutuhkan keaktifan siswa dan pengalaman siswa dalam mempraktikkan vokal grup. Yang terjadi di lapangan sebagian besar siswa masih pasif, kurangnya kerjasama dalam proses pembelajaran, siswa tidak percaya diri saat menyampaikan gagasan atau ide secara individual, kurangnya interaksi antara siswa ke siswa maupun siswa ke guru, guru bukan sebagai teman bicara yang baik melainkan hanya sebagai penyampai materi. Dengan adanya masalah tersebut dan setelah adanya penjelasan dari guru, diketahui bahwa nilai para siswa masih tergolong rendah dari nilai rata-rata yang harus dicapai untuk mata pelajaran seni budaya yang seharusnya 75.
b. Perencanaan solusi masalah
Solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran materi vokal grup adalah dengan menggunakan metode
c. Penyusunan program tindakan pembelajaran
Solusi untuk meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran seni budaya (musik) perlu disusun ke dalam suatu program tindakan pembelajaran. Program yang akan dilaksanakan adalah melakukan tindakan pembelajaran dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II. Peneliti bersama guru mata pelajaran seni budaya menyusun RPP materi vokal grup dengan menggunakan metode Cooperative Learning
tipe Jigsaw II serta membuat instrumen evaluasi yang kemudian dikonsultasikan kepada dosen ahli.
2. Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan oleh guru mata pelajaran seni budaya selaku tenaga pengajar dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini bersifat fleksibel, yaitu disesuaikan dengan kondisi dan keadaan di kelas, dapat berubah sewaktu-waktu disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Secara umum, langkah kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mengenalkan metode Jigsaw IIkepada siswa. Menjelaskan tata cara pelaksanaan pembelajaran dengan metode Jigsaw II.
30
untuk menjadi ketua kelompok, semua siswa berkesempatan untuk menjadi ketua kelompok.
c. Guru menyampaikan informasi mengenai materi vokal grup selanjutnya membagi beberapa topik kepada setiap siswa untuk dipelajari. Setiap siswa dari kelompok asal dengan topik tertentu berkumpul dengan siswa kelompok lain dengan topik yang sama kemudian berdiskusi bersama, tim tersebut dinamakan tim ahli.
d. Guru memberikan lembar ahli untuk tiap unit kepada siswa. Lembar ini akan mengatakan kepada siswa dimana mereka perlu berkonsentrasi saat membaca, dan dengan tim ahli yang akan bekerja. Selain itu guru memberikan skema diskusi untuk membantu mengarahkan diskusi dalam tim ahli.
e. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada tim ahli maupun kelompok asal. Guru tetap membimbing dan memantau jalannya diskusi.
g. Guru memberikan tes tertulis dan setiap kelompok mempraktikkan vokal grup sederhana. Tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terkait materi vokal grup dengan metode Jigsaw II
h. Setelah semua tes sudah selesai, guru memberikan hadiah kepada kelompok dengan point tertinggi yaitu kelompok terbaik mendapatkan hadiah paling menarik, dst.
3. Observasi
Tahap observasi atau pengamatan dilakukan saat pembelajaran berlangsung sehingga tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung seperti mengamati kesiapan awal siswa, pengkondisian kelas oleh guru, proses diskusi tim ahli, diskusi kelompok asal, presentasi kelompok, pembahasan materi, pembuatan kesimpulan bersama-sama siswa dengan guru, pelaksanaan kuis, tes praktik dan pemberian penghargaan kelompok.
4. Refleksi
Madya (2011: 63) mengatakan bahwa “refleksi adalah mengingat
dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat
dalam observasi”. Jadi yang dilakukan pada tahap refleksi yaitu mengkaji
32
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi dilakukan dengan diskusi peneliti bersama guru mata pelajaran seni budaya membahas hasil dari tindakan siklus pertama. Dari hasil refleksi siklus I peneliti bersama dengan guru mata pelajaran seni budaya menyusun rencana pemecahan masalah untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Pada akhir siklus II tujuan penelitian sudah tercapai yaitu terjadinya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya (musik) di kelas VIII A SMP Negeri 1 Piyungan dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II, sehingga siklus-siklus selanjutnya tidak dilaksanakan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes, observasi dan dokumentasi. Data penelitian dikumpulkan oleh peneliti dibantu oleh teman sejawat.
1. Tes
Mulyasa (2009: 69) mengatakan bahwa “tes merupakan instrumen
Learning tipe Jigsaw II. Penilaian dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator dengan menggunakan pedoman penilaian yang berisi aspek-aspek yang akan diukur. Untuk penilaian tes praktik vokal grup aspek-aspek-aspek-aspek yang dinilai dapat dilihat pada lampiraninstrumen penelitian.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata: 2009). Alat pengumpulan data berupa lembar observasi yang digunakan untuk memberikan gambaran secara konkrit mengenai kegiatan pembelajaran vokal grup dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw II.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2009: 240), “dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang”. Dalam penelitian ini, dokumen yang dapat
dijadikan sebagai data berupa foto, catatan-catatan sebelumnya yang digunakan untuk sumber data.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi (2002: 136), “instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik”. Alat yang digunakan oleh peneliti
34
1. Tes
Soal-soal tes yang disusun oleh peneliti sesuai dengan materi yang telah diajarkan. Tes yang digunakan adalah tes objektif atau pilihan ganda untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Selain tes ranah kognitif juga terdapat tes praktik vokal grup yang digunakan untuk mengetahui kemampuan psikomotorik siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw II. Instrumen tes penilaian ranah kognitif dan psikomotorik dibuat oleh peneliti bersama kolaborator selanjutnya dikonsultasikan dan dievaluasikan kepada orang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan (Expert Judgment) yaitu Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd., dan Dra. Heni Kusumawati, M.Pd. Instrumen tes penilaian ranah kognitif dan psikomotorik dapat dilihat di lampiran. 2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aspek afektif dan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran materi vokal grup dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II. Lembar observasi dibuat oleh peneliti selanjutnya dikonsultasikan dan dievaluasikan kepada orang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan (Expert Judgment) yaitu Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd., dan Dra. Heni Kusumawati, M.Pd.
E. Validitas
yang dikutip oleh Madya (2011: 37-38), kriteria validitas yang tepat untuk penelitian tindakan kelas adalah validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis, yang harus dipenuhi dari awal saat kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya. Secara rinci validitas tersebut dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
a. Validitas Demokratik
Kriteria validitas demokratik terkait dengan jangkauan kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai pendapat atau saran. Dalam hal ini peneliti, kolaborator dan siswa diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dialaminya sesuai dengan perannya masing-masing selama penelitian berlangsung. Peneliti dan kolaborator telah berdiskusi bersama mengenai permasalahan apa yang terjadi di lapangan. Peneliti juga telah melakukan wawancara tidak terstruktur dengan beberapa siswa terkait masalah yang dihadapi. Akhirnya diperoleh kesepakatan bersama antara peneliti, kolaborator dan siswa permasalahan berupa kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran seni budaya (seni musik), mayoritas siswa pasif saat pembelajaran berlangsung sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa belum maksimal. Dari persoalan yang ada maka dibutuhkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi siswa, melatih keaktifan dan dapat melatih kerjasama antar siswa. Penggunaan metode
36
berbagai persoalan tersebut. Diskusi dan saling mengemukakan pendapat antara peneliti dan kolaborator berlangsung sepanjang penelitian, dari awal hingga berakhirnya penelitian.
b. Validitas Hasil
Validitas hasil terkait dengan pengertian bahwa upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II dapat membawa hasil yang memuaskan. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini terlihat pada refleksi siklus I bahwa masih ada siswa yang belum berani menjelaskan materi kepada teman-temannya ketika diskusi kelompok, selain itu pada kegiatan praktik vokal grup masih banyak siswa yang malu-malu untuk tampil. Untuk mengatasi hal tersebut maka di siklus selanjutnya peneliti bersama kolaborator selalu memotivasi siswa dan mengajak siswa untuk lebih aktif.
c. Validitas Proses
depan teman-temannya. Selain itu pada siklus I masih banyak siswa yang kurang percaya diri dan belum berani tampil vokal grup.
Peneliti dan kolaborator membahas masalah-masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran tersebut terkait tingkat keaktifan siswa, ketertarikan siswa, motivasi siswa serta berbagai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian peneliti bersama kolaborator berdiskusi untuk menemukan solusi yang tepat untuk permasalahan-permasalahan tersebut yaitu selalu memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dalam praktik bernyanyi serta mendorong siswa untuk aktif dalam kerjasama kelompok.
d. Validitas Katalitik
38
penolong dalam proses pembelajaran sehingga dapat meminimalisir sikap pasif siswa.
e. Validitas Dialogik
Validitas dialogik beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik yaitu setelah seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dapat dikurangi sampai sekecil mungkin.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Sugiyono (2013: 207) mengatakan bahwa
Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
mendeskripsikan tindakan dalam meningkatkan hasil belajar seni budaya (seni musik) dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II.
Dalam menganalisis data, rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Data mentah yang diperoleh dari hasil tes kognitif, psikomotorik dan penilaian afektif kemudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap siswa, menghitung rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran seni budaya. Menurut Suharsimi (2011: 12) rumus untuk menghitung nilai siswa adalah sebagai berikut:
Keterangan: N = Nilai
Kemudian menurut Suharsimi (2002: 264) untuk menghitung rata-rata nilai siswa dengan menggunakan rumus:
Keterangan: X = rata-rata
∑x = jumlah semua nilai N = banyak data
� �
40
2. Selanjutnya pada setiap akhir siklus dilakukan penghitungan untuk membuktikan apakah penelitian sudah dikatakan berhasil sesuai target
yaitu jumlah siswa yang menempuh KKM ≥ 90%. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
T = jumlah target %
n tuntas = jumlah siswa yang lulus KKM N total = jumlah keseluruhan siswa
Apabila jumlah T < 90 % maka penelitian belum dikatakan berhasil dan perlu dilakukan tindakan siklus selanjutnya, namun apabila T ≥ 90 % maka penelitian dikatakan berhasil sesuai target.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Seni Budaya dengan Metode Cooperative Learning
Tipe Jigsaw II di Kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2015.
H. Indikator Keberhasilan Tindakan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah meningkatnya prestasi siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Piyungan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik pada mata pelajaran seni budaya (musik) dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, tes praktik dan penilaian sikap. Kriteria meningkatnya prestasi siswa pada mata pelajaran seni budaya (musik) dapat dilihat dari perbandingan nilai sebelum diadakan tindakan dengan setelah diadakannya tindakan. Target keberhasilan tindakan dilihat
dari jumlah siswa yang menempuh KKM yaitu ≥ 90% dalam ranah kognitif
42 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian tentang Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Seni Budaya dengan Metode Cooperative Learning Tipe
Jigsaw II di Kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan telah dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2015 bertempat di SMP Negeri 1 Piyungan yang terletak di Jalan Wonosari km. 14, Kelurahan Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Piyungan tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 28 orang siswa terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Hasil penelitian diperoleh dari tes atau evaluasi kognitif, observasi afektif dan tes psikomotorik. Pada tahap ini peneliti menyajikan data hasil penelitian tindakan kelas pada masing-masing siklus yang dimulai dari siklus I sampai siklus II.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Siklus I a. Perencanaan
1) Menentukan materi pelajaran seni budaya yang akan diajarkan yaitu materi vokal grup dengan menggunakan metode Cooperative Learning
tipe Jigsaw II.
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Untuk melihat RPP secara rinci dapat dilihat di lampiran.
3) Membuat instrumen evaluasi berupa soal kognitif, lembar observasi afektif dan psikomotorik kemudian dikonsultasikan dengan dosen ahli (expert).
4) Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda.
5) Menyiapkan media pembelajaran. b. Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan sebanyak 4x pertemuan dengan sub pokok bahasan yang sama. Pembelajaran dengan menggunakan metode
Cooperative Learning tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kerjasama dalam mempelajari materi yang ditugaskan. Dengan demikian akan mendorong siswa lebih berperan aktif dalam belajar sehingga hasil belajar mereka meningkat.
1) Siklus I pertemuan I
Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode
44
Setelah semua siswa mendapat tugas untuk mempelajari topik tertentu, maka siswa diminta untuk benar-benar mempelajari topik tersebut.
2) Siklus I pertemuan II
Siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Agustus 2015 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit yaitu pada pukul 07.00-08.20. Di awal pertemuan II ini guru mengajak siswa untuk mengingat pertemuan sebelumnya yaitu pembagian topik kepada setiap siswa dalam kelompok asal. Setiap siswa dari kelompok asal dengan topik tertentu berkumpul dengan siswa dari kelompok lain dengan topik yang sama kemudian berdiskusi bersama, tim ini dinamakan tim ahli. Guru memantau jalannya diskusi tim ahli sampai tim ahli benar-benar menguasai materi yang ditugaskan. Setelah semua tim ahli selesai melakukan diskusi selanjutnya setiap siswa dari tim ahli berkumpul kembali dengan kelompok asal dan menyampaikan apa yang sudah didapatkan dari tim ahli. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya dan siswa lain memperhatikan serta memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi yang dipaparkan. Kemudian siswa bersama guru menyimpulkan materi yang dipelajari. 3) Siklus I pertemuan III
46
berdiskusi dan berlatih mempraktikkan vokal grup. Lagu yang digunakan untuk berlatih vokal grup yaitu lagu “ Suwe Ora Jamu”. Guru bersama peneliti memberikan contoh kepada siswa dalam mempraktikkan vokal grup. Siswa diberi kebebasan untuk berlatih dan berkreasi dengan kelompoknya. Guru tetap memantau dan membimbing siswa dalam berlatih vokal grup dengan kelompok mereka masing-masing.
4) Siklus I pertemuan IV
Siklus I pertemuan IV dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Agustus 2015 pada pukul 09.20-10.40. Pada pertemuan IV ini kegiatan intinya adalah tes tertulis berbentuk soal pilihan ganda dan penilaian praktik. Pertemuan IV ini diawali dengan tes tertulis berbentuk soal pilihan ganda (soal terlampir). Setelah pelaksanaan tes tertulis selanjutnya kegiatan penilaian praktik. Namun sebelum penilaian praktik, setiap kelompok diberi kesempatan untuk berlatih terlebih dahulu mempersiapkan penampilan mereka masing-masing. Setelah latihan dirasa cukup selanjutnya dilakukan penilaian praktik vokal grup. Setiap kelompok maju mempraktikkan vokal grup lagu “Suwe Ora
Jamu”. Kelompok lain memperhatikan kelompok yang sedang tampil
Penilaian tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor tes mereka melampaui skor dasar mereka atau disebut skor peningkatan. Peneliti dan kolaborator selanjutnya menghitung skor peningkatan seperti pada tabel 1.
Karena jumlah siswa dalam kelompok tidak sama yaitu 3 kelompok berjumlah 6 orang anggota dan 2 kelompok selebihnya berjumlah 5 orang anggota, maka untuk menghitung skor akhir kelompok digunakan rumus sebagai berikut:
Untuk menghitung skor peningkatan, maka peneliti membandingkan hasil yang diperoleh siswa pada siklus I dengan hasil yang diperoleh siswa pada skor pre tes. Hasil perbandingan keduanya menghasilkan skor peningkatan seperti yang digambarkan pada tabel berikut:
48
Tabel 3: Skor Peningkatan dari Hasil Pre Tes dan Hasil Siklus I No Nama Pre Tes Siklus I Skor Peningkatan
1 Responden 1 80 73 10
2 Responden 2 70 60 10
3 Responden 3 70 87 30
4 Responden 4 80 80 20
5 Responden 5 60 80 30
6 Responden 6 50 60 20
7 Responden 7 60 67 20
8 Responden 8 70 60 10
9 Responden 9 70 80 20
10 Responden 10 60 73 30
11 Responden 11 50 67 30
12 Responden 12 60 67 20
13 Responden 13 60 53 10
14 Responden 14 70 87 30
15 Responden 15 60 60 20
16 Responden 16 60 73 30
17 Responden 17 60 60 20
18 Responden 18 60 73 30
19 Responden 19 70 80 20
20 Responden 20 60 80 30
21 Responden 21 70 60 10
22 Responden 22 50 67 30
23 Responden 23 60 80 30
24 Responden 24 60 73 30
25 Responden 25 70 73 20
26 Responden 26 80 80 20
27 Responden 27 70 80 20
28 Responden 28 60 67 20
Dilihat dari tabel skor peningkatan siswa di atas maka dapat digambarkan skor perolehan masing-masing kelompok sebagai berikut:
Tabel 4: Perolehan Skor Kelompok Siklus I
Pada siklus I ini kelompok terbaik (Tim Super) diraih oleh kelompok 4 selanjutnya disusul oleh kelompok 5, kelompok 3, kelompok 1 dan terakhir kelompok 2. Kelompok terbaik (Tim Super) diberi penghargaan yang telah disiapkan oleh peneliti.
c. Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 4 kali pertemuan, hasil yang didapat adalah:
1) Beberapa siswa mulai aktif berdiskusi namun sebagian masih menebeng dengan anggota kelompok.
2) Pada kegiatan diskusi dengan tim ahli masih banyak siswa yang tidak serius, hanya bermain dan pada akhirnya mereka tidak lancar memberi penjelasan kepada kelompok asalnya.
3) Sebagian besar siswa masih bingung dan bertanya-tanya tentang alur pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II.
No. Nama Kelompok Total Skor Peningkatan Skor Akhir
1. Kelompok 1 110 18,3
2. Kelompok 2 100 16,6
3. Kelompok 3 140 23,3
4. Kelompok 4 140 28
50
4) Siswa mulai antusias ketika guru menjelaskan akan ada
reward/penghargaan kepada kelompok yang terbaik.
5) Dalam kegiatan praktik, hanya ada beberapa siswa dalam kelompok yang aktif memberi masukan kepada kelompoknya, siswa yang lain hanya mengikuti tanpa berpendapat dan memberi masukan.
6) Siswa mulai percaya diri untuk tampil di depan teman-temannya walaupun sebagian besar belum menguasai teknik bernyanyi dengan benar.
Berikut merupakan hasil evaluasi ranah kognitif Siklus I rata-rata nilai dari 28 orang siswa secara keseluruhan dalam satu kelas:
Tabel 5: Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I
No. Keterangan Nilai
1. Skor Tertinggi 87
2. Skor Terendah 53
3. Skor Rata-rata Keseluruhan 71,4
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Skor Tertinggi Skor Terendah
Skor Rata-rata Keseluruhan
Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I
Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I
[image:65.595.155.523.109.362.2]
Gambar 3: Diagram Batang Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I
Setelah diketahui skor rata-rata pada siklus I secara keseluruhan maka hasil perhitungan data pada siklus I tersebut dibandingkan dengan hasil pre tes. Adapun perbandingan hasil evaluasi ranah kognitif pada siklus I dengan skor pre tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6: Perbandingan Hasil Pre Tes dan Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I
No Keterangan Pre Tes Siklus I
1. Skor Tertinggi 80 87
2. Skor Terendah 50 53
52
Peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya (seni musik) dari sebelum dan sesudah penggunaan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II dalam pembelajaran dapat digambarkan pada diagram batang di bawah ini:
Gambar 4: Diagram Batang Perbandingan Hasil Pre Tes dan Skor Kognitif Siklus I
Selain evaluasi ranah kognitif, observasi juga digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa ranah afektif dan ranah psikomotorik. Kegiatan observasi ranah afektif dilaksanakan dengan berpedoman pada lembar observasi. Hasil pengamatan ranah afektif selama proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Skor Tertinggi Skor Terendah Skor Rata-rata Keseluruhan
Perbandingan Hasil Evaluasi Kognitif
Siklus I dan Skor Pre Tes
[image:66.595.144.531.250.502.2]Tabel 7: Observasi Ranah Afektif pada Siklus I
Skor Kriteria Jumlah Siswa Persentase
9 – 10 Sangat Baik 4 14,28 %
7 – 8 Baik 13 46,42 %
5 – 6 Sedang 9 32,14 %
3 – 4 Buruk 2 7,14 %
0 – 2 Buruk Sekali 0 0 %
Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa hanya ada 4 siswa (14,28%) yang memiliki sikap dan aktivitas sangat baik, selebihnya ada 13 siswa (46,42%) yang memiliki sikap baik, 9 siswa (32,14%) sikap dan tingkat aktivitasnya sedang dan 2 siswa (7,14%) memiliki sikap dan aktivitas buruk. Hasil observasi ranah afektif siswa siklus I secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.
[image:67.595.148.518.137.268.2]54
Tabel 8: Hasil Penilaian Ranah Psikomotorik Siklus I
Nama Observer 1 Observer 2 Observer 3 Rata-rata Keterangan
Responden 1 65 75 75 71,6 Baik
Responden 2 70 75 75 73,3 Baik
Responden 3 75 75 75 75 Baik
Responden 4 80 80 70 76,6 Baik
Responden 5 70 70 80 73,3 Baik
Responden 6 65 75 7