• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 IMPLEMENTASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS SCL-PBL …

3.1 Siklus II

Pada tahap perencanaan, dilakukan persiapan terhadap pengajaran yang mengacu

pada skenario pembelajaran yakni membuat proyek “Bangunan umum bermassa majemuk, bangunan bertingkat maksimal empat lantai”. Kemudian dosen memberikan pendahuluan tentang materi yang terkait tugas dan menugaskan mahasiswa mencari studi literatur dan studi kasus. Setelah mahasiswa memahami gambaran bangunan umum yang didapat dari studi kasus, dilakukan pembagian kelompok berdasarkan hasil nilai pada mata kuliah studio di semester sebelumnya, di mana nilai A dan A- disebar secara merata jumlahnya terhadap enam kelompok mahasiswa (ada di pembahasan sebelumnya), di mana setiap kelompok diketuai oleh satu mahasiswa.

Setelah mahasiswa mengetahui tugas atau kasusnya masing-masing, dosen menugaskan mahasiswa melakukan survei lapangan secara berkelompok. Survei yang dilakukan adalah dengan mengobservasi bangunan umum sesuai dengan fungsi bangunan yang ditugaskan (Rumah Sakit Ibu dan Anak, Akademi Bahasa atau Toko). Hasil dari survei bangunan tersebut kemudian dilaporkan dalam bentuk laporan dan dibuat oleh masing-masing mahasiwa.

15 Setelah memahami fungsi bangunan, kegiatan persiapan dilanjutkan dengan pencarian tapak atau lahan proyek. Apabila ada beberapa alternatif tapak, maka perlu dilakukan observasi lapangan untuk mengetahui tapak yang memiliki potensi atau cocok

dibangun dengan fungsi terkait. Selanjutnya, masing‐masing kelompok harus

melaporkan hasil survei dan berdiskusi tapak mana yang akan dipilih untuk dijadikan lahan. Pada alternatif tapak kemudian dilakukan survei, dianalisis dan dipilih mana yang sesuai untuk dibangun fungsi bangunan umum bersangkutan.

Pelaksanaan

Pada tahap ini, mahasiswa mulai melakukan proses perancangan. Untuk membekali pengetahuan dan menambah pemahaman mahasiswa, setiap hari senin tim dosen secara bergantian akan menyampaikan materi terkait tugas dan gambar yang akan dibuat. Dosen juga akan memberikan pokok-pokok materi tentang metoda dalam proses perancangan, kesulitan dalam perancangan dan cara mengatasinya. Beberapa mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen, namun banyak mahasiswa yang kurang memperhatikan dosen dalam menyampaikan materi. Hal ini dapat dipahami karena penyampaian materi dari dosen hanya menggunakan ceramah, sehingga mahasiswa kesulitan untuk menangkap maksud penjelasan materi tersebut.

Gambar 3.2 Penyampaian Materi oleh Dosen

Pada pelaksanaan tugas mandiri, metoda SCL-PBL dilakukan secara optimal, di mana mahasiswa diminta mengerjakan konsep awal bangunan umum bermassa majemuk sesuai dengan kasus dan ide masing-masing. Hasil dari tahap ini adalah

16 mahasiswa diminta membuat studi bangunan dalam bentuk dua dan tiga dimensi dengan bantuan gambar sketsa dan maket studi gubahan massa.

Permasalahan yang dihadapi pada tahap ini adalah banyaknya mahasiswa yang sering tidak berada di dalam kelas dan jarang melakukan bimbingan dengan dosen. Hal ini disebabkan karena banyaknya kegiatan mahasiswa di luar kegiatan akademik untuk mengejar nilai bagi Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). SKPI sejak diberlakukan pada periode tahun 2015/2016 memberikan tuntutan bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan ekstrakulikuler. Oleh karena itu terkait kegiatan STUPA 3, untuk mengikat hasil kerja mahasiswa diberlakukan target progress dari tugas secara harian. Yakni di setiap pertemuan, pada sore hari dilakukan bimbingan dan juga pengumpulan tugas sesuai dengan target gambar.

Pengamatan

Pada tahap ini dilakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan kuesioner. Kemudian dilakukan penilaian hasil pekerjaan dengan menggunakan format penilaian tersebut terkait dengan progress pekerjaan mahasiswa. Penilaian pada tahap ini dilakukan antara mahasiswa dengan mahasiswa.

Gambar 3.3 Penilaian Siklus I antar Mahasiswa

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I oleh peneliti masih terdapat mahasiswa yang belum terbiasa bekerja secara mandiri, sebagian mahasiswa kurang

17 antusias dalam belajar dengan menggunakan metode problem based learning yang dibawakan peneliti sehingga mahasiswa kurang aktif dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap mahasiswa dalam proses pembelajaran yang dinilai berdasarkan pemahaman hubungan antara ruang dan kualitas teknik penggambaran, seperti dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah.

Berdasarkan data observasi pemahaman hubungan antar ruang dan teknik penggambaran mahasiswa yang dilakukan peneliti pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 (STUPA 3) terhadap 61 mahasiswa yang dibagi dalam 2 kelas (ruang 405B dan ruang 407A) antara lain: (1) siklus I tidak terdapat mahasiswa yang kualitasnya kurang sesuai, hal ini terlihat dari presentase jumlah 0% pada tabel; (2) mahasiswa dengan kualitas yang cukup sesuai sebanyak 16 orang dengan tingkat persentase 26%; (3) mahasiswa dengan kualitas ruang sesuai sebanyak 31 orang dengan tingkat persentase 51 % dan (4) mahasiswa dengan kualitas ruang sangat sesuai sebanyak 14 orang atau sebesar 23%. Pada siklus I masih terdapat banyak mahasiswa yang pemahaman kualitas ruangnya dan teknik penggambarannya cukup sesuai dengan konsep dan analisis dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan tingkat kesulitan terkait materi yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan studio sebelumnya. Penilaian pemahaman kualitas ruang dan teknik penggambaran pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 dapat dilihat berdasarkan tabel dan pie chart di bawah.

Tabel 3.1 Hasil Kuesioner Tingkat

Pemahaman Presentase Frekuensi Kurang Sesuai 0% 0

Cukup Sesuai 26% 16

Sesuai 51% 31

Sangat Sesuai 23% 14

18 Grafik 3.1 Pie Chart Hasil Kuesioner Siklus I

Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. Salah satu bentuk evaluasi terukur pada tahap ini adalah berupa penilaian Ujian Tengah Semester (UTS) yang penilaiannya mencakup konsep dan hasil perancangan tapak. Penilaian UTS dibuat berdasarkan format yang ada pada Lampiran 4.5 yang kemudian dianalisis frekuensi jumlahnya, presentase tiap jumlah nilai dan rata-rata kelas.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tes pada siklus I dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran masih kurang dan perlu ditingkatkan. Data hasil belajar mahasiswa pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Grafik 3.2. Berdasarkan tabel dan grafik tersebut diperoleh data nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tes tabel I sebesar 64,70 serta persentase ketuntasan belajar mahasiswa yang meliputi jumlah mahasiswa yang telah tuntas belajar dan belum tuntas belajar, seperti terlihat pada tabel dan grafik di bawah.

19 Tabel 3.3 Nilai UTS

NILAI BOBOT RANGE

SKOR FREKUENSI % A 4 80 - 100 1 2% A- 3,67 76 - 79.99 2 3% B+ 3,33 72 - 75.99 8 13% B 3 68 - 71.99 14 23% B- 2,67 64 - 67.99 13 21% C+ 2,33 60 - 63.99 13 21% C 2 56 - 59.99 7 11% D 1 45 - 55.99 1 2% E 0 0 - 44.99 2 3% Total Jumlah Mahasiswa 61 100% Nilai Rata-rata 64,70

Grafik 3.2 Presentasi Jumlah Nilai

Berdasarkan tabel dan grafik di atas hasil tes siklus I dapat dilihat bahwa kemampuan mahasiswa dalam memahami kualitas ruang luar dan dalam pada tapak perencanaan bangunan umum bermassa majemuk, bangunan bertingkat maksimal empat lantai masih rendah. Dari 61 mahasiswa menjadi subjek dalam penelitian ini yang mendapat nilai E adalah 2 orang sebesar 3%, yang mendapat nilai D adalah sebanyak 1 orang sebesar 2%, yang mendapat nilai C dan C+ adalah sebanyak 7 dan 13 orang sebesar 11% dan 21%, yang mendapat nilai B-, B dan B+ adalah sebanyak 13, 14 dan 8 orang sebesar 21%, 23%

20 dan 13%, yang mendapat nilai A- dan A adalah sebanyak 2 dan 1 orang sebesar 3% dan 2%.

Kesimpulan refleksi pada tindakan pertama adalah: (1) mahasiswa belum sungguh-sungguh dalam pelaksanaan proses pembelajaran; (2) mahasiswa masih kesulitan dalam memahami materi tugas yang dibebankan; (3) pemahaman mahasiswa secara umum merata; (4) diskusi mahasiswa berjalan dengan baik, (5) mahasiswa kurang rajin melakukan bimbingan dengan dosen (6) prestasi belajar rata-rata masih rendah.

Pada tahap ini juga diadakan pertemuan tim peneliti untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan hasil pekerjaan mahasiswa dari konsep awal hingga rencana tapak. Berdasarkan hasil diskusi tim peneliti, permasalahan yang muncul dan disadari peneliti antara lain: (1) dosen merasa mahasiswa kurang serius dalam mengerjakan tugas, (2) dosen belum aktif bergiliran membimbing masing-masing kelompok, (3) tingkat kesulitan tugas yang berbeda antara tiga jenis tugas yang dibebankan; (4) banyak mahasiswa yang sering tidak berada di dalam kelas.

Perubahan Metode Pembelajaran

Terkait dengan tahap ini, peneliti harus memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka revisi rancangan atau rencana tindakan pada siklus kedua adalah:

1. Dosen sepakat memperketat daftar hadir, dengan cara pemanggilan nama (absen panggil) di pagi hari pukul 10.00, kemudian daftar hadir diambil dan di sore hari pukul 16.00 diberikan kembali pada mahasiswa untuk tanda tangan sesi 2;

2. Dosen harus memiliki komitmen kehadiran di setiap pertemuan;

3. Hal yang berkaitan dengan pembelajaran problem based learning dengan bantuan bahan ajar dapat dibagi ke mahasiswa agar lebih memahami isi materi;

4. Progress pekerjaan diberikan target untuk diberikan penilaian (Lampiran 4.4 format nilai harian)

21

3.2 SIKLUS II Perencanaan

Siklus II merupakan sepenuhnya pembelajaran secara mandiri di Studio, di mana mahasiswa menyelesaikan tugas perancangan gambarnya masing-masing. Sebelum pembelajaran siklus II dimulai mahasiswa diberikan review terkait dengan hasil evaluasi pada siklus I, mencakup tugas maupun evaluasinya termasuk nilai atau poin yang dapat diraih mahasiswa. Lalu dosen menjelaskan kembali inti dari tugas yakni membuat bangunan umum bermassa majemuk, bangunan bertingkat maksimal empat lantai. Agar dapat memotivasi mahasiswa, dosen juga mengingatkan kembali target-target yang harus

dikejar dan jadwal pelaksanaan kegiatan. Setelah melakukan review pengarahan,

mahasiswa diarahkan untuk belajar mandiri dengan tetap melakukan asistensi secara berkala hingga ke evaluasi.

Gambar 3.4 Review Kegiatan dan Hasil Siklus I oleh Dosen Koordinator

Pelaksanaan

Berbeda dengan pelaksanaan siklus I, pada siklus II, pelaksanaan SCL-PBL sudah berjalan lebih terarah dan mandiri. Mahasiswa melakukan pengembangan dan penyempurnaan konsep tapak menjadi konsep matang sehingga siap untuk dilakukan proses berikutnya yakni proses perancangan bangunan. Mahasiswa melakukan proses penggambaran konsep menjadi gambar-gambar desain berupa gambar dua dimensi dan ilustrasi tiga dimensi. Pada tahap ini, target-target gambar dibuat lebih intensif agar gambar dapat selesai sesuai jadwal. Setiap sore, dilakukan kegiatan asistensi dan pada beberapa pertemuan dilakukan pengumpulan sesuai target gambar (berdasarkan RPS).

22 Gambar 3.5 Kegiatan SCL-PBL pada Studio Perancangan Arsitektur 3

Pengamatan

Pada tahap ini observasi dengan menggunakan format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan kuesioner. Kemudian dilakukan penilaian hasil pekerjaan dengan

menggunakan format penilaian terkait dengan progress pekerjaan mahasiswa, antara lain

ukuran ruang terkait standar, hubungan antar ruang, sirkulasi di dalam bangunan, pencahayaan dan penghawaan alami serta bentuk massa bangunan. Penilaian pada tahap ini dilakukan antara mahasiswa dengan mahasiswa.

Gambar 3.6 Penilaian Siklus II antar Mahasiswa

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus II oleh peneliti, mahasiswa sudah mulai terbiasa menciptakan suasana pembelajaran SCL-PBL. Hal itu terlihat dari antusias mahasiswa dalam mengerjakan tugas. Sebelumnya pada siklus I masih banyak mahasiswa yang belum paham terhadap kualitas ruang dan kurang aktif selama

23 penerapan metode pembelajaran berlangsung. Namun, pada siklus II mahasiswa lebih aktif bertanya sehingga pemahaman mahasiswa lebih meningkat dan rasa percaya diri mahasiswa dalam penyelesaian masalah menjadi lebih baik.

Berdasarkan data observasi pemahaman kualitas ruang mahasiswa yang dilakukan peneliti pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 (STUPA 3) terhadap 61 mahasiswa yang dibagi dalam 2 kelas (ruang 405B dan ruang 407A) antara lain: (1) siklus II tidak terdapat mahasiswa yang kualitasnya kurang sesuai, hal ini terlihat dari presentase jumlah 0% pada tabel; (2) mahasiswa dengan kualitas yang cukup sesuai sebanyak 3 orang dengan tingkat persentase 5%; (3) mahasiswa dengan kualitas ruang sesuai sebanyak 38 orang dengan tingkat persentase 62 % dan (4) mahasiswa dengan kualitas ruang sangat sesuai sebanyak 20 orang atau sebesar 33%. Pada siklus II masih terdapat beberapa mahasiswa yang pemahaman kualitas ruangnya dan teknik penggambarannya cukup sesuai dengan konsep dan analisis dalam pembelajaran. Hal ini dinilai perkembangan yang baik karena jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Pemahaman kualitas pemahaman mahasiswa dalam pembelajaran Studio Perancangan Arsitektur 3 dapat dilihat dengan Tabel 3.4 dan Grafik 3.3 di bawah.

Tabel 3.4 Hasil Kuesioner Siklus II Tingkat

Pemahaman Presentase Frekuensi

Kurang Sesuai 0% 0 Cukup Sesuai 5% 3 Sesuai 62% 38 Sangat Sesuai 33% 20 TOTAL 100% 61

24 Grafik 3.3 Pie Chart Hasil Kuesioner Siklus II

Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. Salah satu bentuk evaluasi terukur pada tahap ini adalah berupa penilaian Ujian Tengah Akhir (UAS) yang penilaiannya mencakup keseluruhan hasil perancangan. Penilaian UAS dibuat berdasarkan format yang ada di Lampiran 4.6 yang kemudian dianalisis frekuensi jumlahnya, presentase tiap jumlah nilai dan rata-rata kelas.

25 Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tes pada siklus II dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran masih kurang dan perlu ditingkatkan. Data hasil belajar mahasiswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel Nilai UAS dan Grafiknya di bawah. Dari tabel tersebut diperoleh data nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tes UAS adalah sebesar 67,59.

Tabel 3.5 Nilai UAS

NILAI BOBOT RANGE SKOR FREKUENSI %

A 4 80 - 100 9 15% A- 3,67 76 - 79.99 11 18% B+ 3,33 72 - 75.99 13 21% B 3 68 - 71.99 13 21% B- 2,67 64 - 67.99 4 7% C+ 2,33 60 - 63.99 4 7% C 2 56 - 59.99 0 0% D 1 45 - 55.99 3 5% E 0 0 - 44.99 4 7% Total Jumlah Mahasiswa 61 100% Nilai Rata-rata 67,59

26 Dari tabel dan grafik hasil tes siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan mahasiswa dalam memahami kualitas ruang luar dan dalam pada tapak perencanaan bangunan umum bermassa majemuk, bangunan bertingkat maksimal empat lantai mengalami peningkatan. Dari 61 mahasiswa menjadi subjek dalam penelitian ini yang mendapat nilai E adalah 4 orang sebesar 7%, yang mendapat nilai D adalah sebanyak 3 orang sebesar 5%, yang mendapat nilai C dan C+ adalah sebanyak 0 dan 4 orang sebesar 0% dan 7%, yang mendapat nilai B-, B dan B+ adalah sebanyak 4, 13 dan 13 orang sebesar 7%, 21% dan 21%, yang mendapat nilai A- dan A adalah sebanyak 11 dan 9 orang sebesar 18% dan 15%.

Berdasarkan data dan analisis, hasil belajar secara keseluruhan pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 juga mengalami peningkatan nilai dibandingkan Studio Perancangan Arsitektur 2, di mana pada Studio Perancangan Arsitektur 2 nilai rata-rata kelas adalah 66,31 sedangkan pada Studio Perancangan Arsitektur 3 nilai rata-rata kelas adalah 68,49. Dengan demikian mahasiswa mengalami peningkatan kompetensi dalam perancangan bangunan, khususnya dalam hal bangunan umum bermassa majemuk bertingkat rendah. Hasil belajar pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 2 dan Studio Perancangan Arsitektur 3 dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah.

Tabel 3.6 Perbandingan Nilai Akhir STUPA 3 dan STUPA 2 NILAI BOBOT RANGE SKOR STUPA 3

2017/2018 STUPA 2 2016/2017 A 4 80 - 100 8% 19% A- 3,67 76 - 79.99 15% 19% B+ 3,33 72 - 75.99 26% 23% B 3 68 - 71.99 28% 11% B- 2,67 64 - 67.99 10% 6% C+ 2,33 60 - 63.99 2% 4% C 2 56 - 59.99 3% 0% D 1 45 - 55.99 3% 8% E 0 0 - 44.99 5% 11% Total Jumlah Mahasiswa 61 53 Nilai Rata-rata 68,49 66,31

27 Grafik 3.5 Perbandingan Nilai Akhir STUPA 3 dan STUPA 2

Apabila membandingkan nilai rata-rata kelas dengan tiga tahun sebelumnya (terlihat pada Tabel 3.7 di bawah), terdapat sedikit penurunan dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya. Namun, terdapat kenaikan nilai rata-rata dibandingkan dengan nilai STUPA 3 pada dua dan tiga tahun yang lalu. Hal tersebut bisa disebabkan oleh tingkat kesulitan jenis tugas yang meningkat dibandingkan dengan jenis bangunan umum yang diberikan pada kegiatan STUPA 3 setahun yang lalu.

Tabel 3.7 Perbandingan nilai rata-rata STUPA 3 dalam Empat Tahun

No Tahun 2014/2015 Tahun 2015/2016 Tahun 2016/2017 Tahun 2017/2018

Nilai

Rata-rata 64,98 64,43 72,56 68,49

Tingkat pemahaman diri mahasiswa menurut pendapat masing-masing mahasiswa diukur berdasarkan kuesioner 3 yakni evaluasi diri. Hasil kuesioner terhadap pemahaman diri dapat dilihat pada Tabel 3.8 di bawah ini.

28 Tabel 3.8 Kuesioner 3 Evaluasi Diri

Tingkat

Pemahaman Presentase Frekuensi

Kurang Paham 0% 0 Cukup Paham 0% 0 Paham 52% 32 Sangat Paham 48% 29 TOTAL 100% 61

Grafik 3.6 Kuesioner 3 Evaluasi Diri

Dari hasil kuesioner 3 mengenai evaluasi pemahaman diri, dapat dilihat bahwa mahasiswa menilai pemahaman diri mereka mengenai materi STUPA 3 adalah sebesar 52% atau 32 orang paham, dan sebesar 48% atau 29 orang sangat paham. Hasil

pengukuran kemudian dibandingkan dengan sebaran nilai akhir STUPA 3 pada Tabel 3.9

29 Tabel 3.9 Tingkat Pemahaman

NILAI TINGKAT PEMAHAMAN RANGE SKOR STUPA 3

2017/2018 FREKUENSI A Sangat Paham 80 - 100 23% A- Sangat Paham 76 - 79.99 14 B+ Paham 72 - 75.99 64% B Paham 68 - 71.99 B- Paham 64 - 67.99 38 C+ Cukup Paham 60 - 63.99 5% C Cukup Paham 56 - 59.99 4 D Kurang Paham 45 - 55.99 8% E Kurang Paham 0 - 44.99 5

Total Jumlah Mahasiswa 100% 61

Bila melihat hasil tersebut, penulis melihat ada perbedaan pemahaman dari perspektif mahasiswa. Di mana standar pemahaman menurut mahasiswa berbeda dengan hasil akhir yang diperoleh berdasarkan standar penilaian dari dosen. Dari hasil penilaian dosen, sebaran nilai akhir menunjukkan bahwa 8% kurang paham, 5% cukup paham, 64% paham

dan 23% sangat paham. Ini menunjukan bahwa ada permasalahan dalam transfer

knowledge dari dosen ke mahasiswa. Pada kasus pembelajaran STUPA 3 tahun 2017/2018, terdapat permasalahan yang disebabkan oleh karakter mahasiswa angkatan 2016 dalam menangkap instruksi di dalam kelas studio. Sehingga perlu ada penambahan tugas-tugas kecil sebagai pemicu dalam pengembangan desain. Transfer ilmu bukan hanya melalui komunikasi verbal tetapi juga melalui visual. Hal ini bertujuan agar pada penilaian akhir, pemahaman yang diharapkan oleh dosen dapat sampai ke mahasiswa dengan lebih baik.

Terkait dengan jenis tugas yang diberikan, apabila melihat sebaran nilai pada Tabel 3.10 di bawah, dapat dilihat bahwa jenis tugas (RS Ibu dan anak, Akademi Bahasa atau Toko) tidak mempengaruhi tingkat pemahaman mahasiswa. Hal tersebut terbukti dari sebaran nilai A, A- dan B+ yang hampir merata pada setiap kelompok. Sebaran nilai yang merata di setiap kelompok disebabkan oleh interaksi mahasiswa yang lebih intensif dalam mengerjakan tugas dengan kasus yang sama.

30 Tabel 3.10 Hasil Sebaran Nilai Berdasarkan Kelompok Tugas

31

BAB 4 PENUTUP

Dalam dokumen IMPLEMENTASI METODE PROBLEM BASED LEARNI (Halaman 22-39)

Dokumen terkait