• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM BASED LEARNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE PROBLEM BASED LEARNI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HIBAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

STUDENT CENTERED

LEARNING

(SCL)

PROBLEM BASED LEARNING

(PBL)

IMPLEMENTASI METODE

PROBLEM BASED LEARNING

DALAM

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 3

SEMESTER GASAL 2017/2018

TIM DOSEN PENGUSUL

1. Ir. Kiki K.Lestari, MT (0328115901) 2. Cynthia Puspitasari, ST., MT (0327098405)

(2)

i

ABSTRAK

IMPLEMENTASI METODE

PROBLEM BASED LEARNING

DALAM

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode Student Centered Learning (SCL) – Problem Based Learning (PBL) ini perlu dilaksanakan. Studio Perancangan Arsitektur 3 yang dilaksanakan pada semester ganjil 2017/2018 ini merupakan salah satu dari mata kuliah inti berdasarkan kurikulum kurikulum berbasis kompetensi Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila. Namun, pelaksanaannya selama ini tidak terukur tingkat keberhasilannya dan tidak ada Modul pelaksanaan atau RPP yang jelas. Oleh karena itu, Penerapan SCL-PBL pada PTK ini bertujuan untuk menghasilkan RPP, memberikan pemerataan pemahaman pada mahasiswa dengan indikator peningkatan nilai rata-rata kelas dibandingkan studio sebelumnya.

Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus, di mana setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur PTK yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Melalui kedua siklus ini kegiatan pembelajaran diamati tingkat pemahaman setiap mahasiswa

mengenai kualitas ruang pada “bangunan umum bermassa majemuk bertingkat empat”,

dengan menggunakan media gambar dan maket. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode SCL-PBL pada matakuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 Semester Ganjil 2017/2018 dapat meningkatkan pemahaman kualitas ruang dan perancangan mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi kegiatan di tahun berikutnya dan dapat mendorong pelaksanaan PTK pada studio perancangan arsitektur di tingkat berikutnya.

Kata Kunci : Student Centered Learning, Problem Based Learning, Kualitas

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL :

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM BASED LEARNING DALAM UPAYA

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN STUDIO PERANCANGAN

ARSITEKTUR 3

KETUA PENGUSUL

Nama dan Gelar : Ir. Kiki K. Lestari., MT

NIDN : 0328115901

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 28 November 1959

Jenis Kelamin : Perempuan

Email / No HP : [email protected] / 0816808682

Jabatan Struktural : Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Administrasi

Umum

Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda / IV C

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Fakultas/Program Studi : Teknik/S-2 Arsitektur

DATA MATA AJAR ; TIM PENGUSUL SM GANJIL 2017/2018

(4)

iii

Jakarta, 14 Februari 2018

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah yang berjudul “Implementasi

Metode Problem Based Learning Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Studio Perancangan Arsitektur 3 Semester Ganjil 2017/2018”.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan Laporan Peneltian Tindakan Kelas sebagai dokumen penerapan Student Centered Learning – Problem Based Learning pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 Semester Ganjil 2017/2018 dan melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi.

Pada kesempatan ini, tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Budi Mulyawan Suyitno, Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Pancasila yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Ibu Prof. Dr. Ros Sumarny M.S, Apt, Selaku Kepala LP3UP Universitas Pancasila. 3. Bapak Ir. M. Muchtar Darmawan, MT, dan Ibu Dra. Florida Ariani, MM, Selaku Tim

Monitoring PTK Pada Mata Kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 Semester Ganjil 2017/2018 Jurusan Arsitektur Universitas Pancasila

4. Ibu Dr. Dini Rosmalia, ST., MSi, Selaku Ketua Jurusan Arsitektur Universitas Pancasila

5. Bapak dan Ibu Tim Dosen Studio Perancangan Arsitektur 3 Semester Semester Ganjil 2017/2018 Jurusan Arsitektur Universitas Pancasila

6. Seluruh Mahasiswa/i Kelas Studio Perancangan Arsitektur 3 Semester Semester Ganjil 2017/2018 Jurusan Arsitektur Universitas Pancasila

7. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan menuju kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 14 Februari 2018 Penulis

(6)

v

BAB 2 METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN KELAS SCL-PBL STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 3……….... 6

Langkah 1………. ………... 6

Langkah 2………. ………... 8

Langkah 3………. ………... 9

Langkah 4………. ………... 9

Langkah 5………. ………... 12

BAB 3 IMPLEMENTASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS SCL-PBL…...… 14

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penataan Layout Tempat Duduk di Kelas A dan B mata kuliah

STUPA 3... 11

Gambar 2.2 Siklus Pelaksanaan PTK...12

Gambar 3.1 Kegiatan Survei ke Rumah Sakit Swasta di Jakarta Selatan...14

Gambar 3.2 Penyampaian Materi oleh Dosen...15

Gambar 3.3 Penilaian Siklus I antar Mahasiswa...16

Gambar 3.4 Review Kegiatan dan Hasil Siklus I oleh Dosen Koordinator... 21

Gambar 3.5 Kegiatan SCL-PBL pada Studio Perancangan Arsitektur 3... 22

Gambar 3.6 Penilaian Siklus II antar Mahasiswa... 22

Gambar 3.7 Kegiatan Review UAS dan Pemberian Hadiah pada Presentasi UAS Terbaik... 24

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perbandingan Nilai Rata-rata pada Studio Perancangan Arsitektur 3 dalam Tiga Tahun Terakhir... 3

Tabel 2.1 Daftar Kelompok Studio Perancangan Arsitektur 3 Semester Gasal 2017/2018 ... 10

Tabel 3.1 Hasil Kuesioner ... 17

Tabel 3.3 Nilai UTS ... 19

Tabel 3.4 Hasil Kuesioner Siklus II ... 23

Tabel 3.5 Nilai UAS ... 25

Tabel 3.6 Perbandingan Nilai Akhir STUPA 3 dan STUPA 2 ... 26

Tabel 3.7 Perbandingan nilai rata-rata STUPA 3 dalam Empat Tahun ... 27

Tabel 3.8 Kuesioner 3 Evaluasi Diri ... 28

Tabel 3.9 Tingkat Pemahaman ... 29

(8)

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Pie Chart Hasil Kuesioner Siklus I ... 18

Grafik 3.2 Presentasi Jumlah Nilai ... 19

Grafik 3.3 Pie Chart Hasil Kuesioner Siklus II ... 24

Grafik 3.4 Presentasi Jumlah Nilai UAS ... 25

Grafik 3.5 Perbandingan Nilai Akhir STUPA 3 dan STUPA 2 ... 27

(9)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

.

Pelaksanaan Kurikulum Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila

sejak tahun 2003 telah menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sesuai

keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor 045/U/2002

yang berlaku secara nasional dan wajib dilaksanakan oleh semua Perguruan Tinggi

program sarjana ilmu teknik di Indonesia baik Negeri maupun Swasta. Menurut SK

Mendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi

dan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik, bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian

dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar

dan mengajar di perguruan tinggi. Sedangkan kurikulum berbasis kompetensi adalah

kurikulum yang disusun berdasarkan elemen-elemen kompetensi yang dapat

menghantarkan mahasiswa untuk mencapai kompetensi utama, pendukung dan lainnya.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Industri 2010 – 2015 merupakan penyempurnaan dari

kurikulum sebelumnya (KBK 2008 – 2013) yang mengacu kepada keputusan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor:

43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata kuliah

Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi (MPK) dan nomor 44/DIKTI/Kep/2006

tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat di

Perguruan Tinggi (MBB). Adapun KBK Industri 2010 – 2015 ini ditujukan untuk

menghasilkan lulusan yang kompetensinya sesuai dengan tuntutan bidang industri Jasa

Arsitektur, yaitu lulusan yang mempunyai kemampuan secara spesifik dalam mengelola

pekerjaan desain arsitektur (management design architecture) untuk bidang pekerjaan

arsitektur bangunan ataupun untuk bidang pekerjaan arsitektur kawasan. Sedangkan

tujuan pendidikan diarahkan untuk menghasilkan sarjana teknik arsitektur yang memiliki

(10)

2 maupun secara tim atau meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mampu

menghadapi berbagai situasi baru dan perkembangan iptek dalam keprofesiannya sebagai

sarjana teknik arsitektur.

Sebagai jembatan untuk menuju dunia karya/kerja, mata kuliah yang menghantarkan

mahasiswa ada pada Studio Perancangan Arsitektur, dan merupakan mata kuliah inti pada

pendidikan di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila. Agar setiap

mahasiswa dapat lulus mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur pada semesternya,

maka proses perancangan sebagai olah kemampuan mahasiswa dalam mendesain harus

benar dan hasilnya berupa produk grafis yang harus memenuhi persyaratan layak untuk

dapat diwujudkan menjadi bangunan nyata. Salah satu yang menjadi tolak ukur

kompetensi seorang mahasiswa jurusan Arsitektur menjadi Sarjana Teknik Arsitektur,

adalah kemampuannya dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan dalam

menghasilkan suatu rancangan arsitektur.

Pengajuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada semester ganjil 2017-2018 adalah

untuk mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3. Selama ini proses perkuliahan pada

Studio Perancangan Arsitektur 3 dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi dan

kolaborasi aktif antara mahasiswa dan dosen baik secara individual maupun kelompok

yang disertai dengan tugas-tugas sebagai output/keluaran dari perkuliahan di Studio

Perancangan Arsitektur 3. Dengan metode tersebut ternyata belum mampu secara optimal

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menguasai kompetensi di bidang arsitektur.

Hal ini terlihat dari nilai akhir mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 dari tahun 2015

(11)

3 Tabel 1.1 Perbandingan Nilai Rata-rata pada Studio Perancangan Arsitektur 3

(12)

4 Berangkat dari data tersebut, diperlukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

menerapkan Student Center Learning dan Problem Based Learning (SCL-PBL) pada mata

kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 agar hasil pembelajaran mahasiswa menjadi lebih

baik. Problem Based Learning merupakan pendekatan yang berorientasi pada pandangan

kognitif konstruktivistik yang memuat karakteristik kontekstual, kolaboratif, berpikir

metakognisi, dan memfasilitasi pemecahan masalah. Peserta didik dimungkinkan belajar

secara bermakna yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui

pemecahan masalah. Pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman

akan makna, meningkatkan kemandirian, meningkatkan pengembangan skill berpikir

tingkat tinggi, meningkatkan motivasi, memfasilitasi relasi antar peserta didik dan

meningkatkan skill dalam membangun teamwork.

1.2 POKOK PERSOALAN

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka pokok persoalan yang akan

diangkat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Nilai rata-rata mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 yang rendah dan

pemahaman yang tidak merata

2. Bagaimana implementasi Metode Problem Based Learning pada Mata Kuliah Studio

Perancangan Arsitektur 3

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian adalah melakukan Implementasi Metode Pembelajaran Problem

Based Learning dalam mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3, agar dapat mencapai

hasil akhir berupa peningkatan pemahaman mahasiswa dalam bentuk nilai akhir yang baik

(13)

5

1.4 LUARAN PENELITIAN

Adapun luaran yang akan dihasilkan dari Implementasi Metode Pembelajaran Problem

Based Learning dalam mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 adalah:

1. Laporan Penelitian

2. Rencana Pembelajaran Semester (RPS);

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

(14)

6

BAB 2

METODOLOGI PENELITIAN

Mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 (STUPA 3) merupakan jenis mata kuliah

yang masuk ke dalam kelompok praktikum di dalam kurikulum Jurusan Arsitektur. Kegiatan

(STUPA 3) dilaksanakan terstruktur dan terjadwal dua kali dalam satu minggu di dalam

ruang kelas yang disebut studio seperti terlihat Lampiran 1.

Metodologi penelitian tindakan kelas pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur

3 akan dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1. Merancang Pembelajaran Dengan Metode SCL-PBL

Metode pembelajaran (teaching method) untuk mata kuliah STUPA 3 sama dengan

mata kuliah studio perancangan yang lainnya, yaitu mendorong mahasiswa untuk belajar

secara mandiri, tidak tergantung pada dosen pembimbingnya. Metode pembelajaran ini

kemudian diperkuat kembali dengan diimplementasikannya permasalahan atau kasus

yang harus diselesaikan sendiri oleh mahasiswa secara mandiri dengan arahan dari dosen

pembimbing. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan beberapa hal yang dapat

mendukung Metode tersebut, yakni:

a. Menyiapkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS)

RPS disiapkan dengan berdasar pada pembelajaran yang akan diterapkan dalam

proses belajar mengajar, standar kompetensi dan kompetensi dasar dan bahan materi

yang sesuai. Di samping itu RPS juga meliputi sumber, bahan, dan alat bantu yang

dibutuhkan, jadwal kegiatan selama satu semester serta skenario pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah (SCL-PBL) terkait Studio

(15)

7

b. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan penjabaran lebih lanjut dari RPS, yang telah dibuat lebih mendetail

terkait pertemuan demi pertemuan. RPP yang dibuat berdasarkan metoda SCL-PBL, di

mana mahasiswa sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran dan bertanggung jawab

penuh atas dirinya masing-masing. Dalam mata kuliah STUPA 3 ini, kemajuan yang

dicapai setiap mahasiswa tergantung kepada diri sendiri. Namun mahasiswa diberikan

batasan penyelesaian siklusan produk desain sebagai alat kontrol penyelesaian tugas

dalam prosesnya. Setiap dosen sebagai fasilitator, akan membimbing setiap mahasiswa

dalam kelompoknya di kelas, hal ini terurai di dalam RPP yang disajikan pada Lampiran 3.

c. Merancang Formulir Kegiatan

Pada proses SCL-PBL ini, cara mengukur kinerja atau alat kontrol penyelesaian tugas

mahasiswa adalah melalui penilaian. Oleh karena itu diperlukan formulir penilaian yang

terdiri dari: (Lampiran 4)

 Formulir Nilai UTS, UAS dan Rekapitulasi Nilai Akhir dari Fakultas

d. Merancang Studi Kasus

Metoda SCL-PBL yang digunakan pada STUPA 3 ini mengharuskan adanya pemicu

dalam bentuk studi kasus yang akan diselesaikan oleh mahasiswa. Studi kasus yang

direncanakan adalah merancang bangunan umum bermassa majemuk, bangunan

(16)

8 Studio Perancangan Arsitektur 3, pemicu yang dimunculkan untuk peningkatan kualitas

mahasiswa, dalam prosesnya ada dua tujuan (berdasarkan RPS), yaitu:

1. Mahasiswa mampu memahami perancangan dan pemanfaatan norma/standar

fungsi dan luas ruangan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam

perancangan bangunan umum massa majemuk bertingkat maksimal empat lantai

2. Mahasiswa mampu memecahkan masalah pewadahan secara kreatif terkait

perancangan bangunan umum

Berangkat dari pemicu dan tujuan tersebut, dirancang studi kasus pada mata kuliah

STUPA 3 tahun 2017/2018 yang berbeda dengan tugas pada tahun selanjutnya, yakni

mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok kasus bangunan umum, yakni kelompok yang

membuat Rumah Sakit Ibu dan Anak, Akademi Bahasa dan Toko.

e. Merancang Bobot Penilaian

Bobot penilaian yang digunakan pada mata kuliah STUPA 3 ini adalah:

 Kehadiran : 5%

 Tugas : 40%

 UTS : 25%

 UAS : 30%

Langkah 2. Pengumpulan Data

Data yang diperlukan pada kegiatan Penelitian Tindakan Kelas untuk mata kuliah

STUPA 3 antara lain:

1. Data nilai hasil pembelajaran mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 tiga tahun

sebelumnya (Tabel 1.1 di depan)

2. Data nilai hasil pembelajaran mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 2 semester

sebelumnya

3. Data nilai STUPA 3 sesuai dengan metode SCL-PBL yang terdiri dari:  Nilai Kehadiran

(17)

9  Nilai UAS

 Nilai Kuesioner 1  Nilai Kuesioner 2  Nilai Kuesioner 3

Langkah 3. Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif. Di mana

analisis meliputi perhitungan nilai merata dan presentase yang didapat dari jumlah setiap

nilai. Selanjutnya hasil penelitian masing-masing siklus dipaparkan secara kualitatif, untuk

dinilai pengaruh dan sebab dari hasil nilai tersebut sebagai evaluasi pembelajaran.

Selanjutnya dari hasil akhir pengolahan data, dapat dilihat tingkat keberhasilan metoda

terhadap nilai akhir sebagai pemicu SCL-PBL.

Langkah 4. Rencana Implementasi a. Obyek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada mahasiswa Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Pancasila yang sedang mengambil mata kuliah Studio

Perancangan Arsitektur 3 Semester Gasal 2017/2018 yang berjumlah 61 orang dan

dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10-11 orang (lihat

tabel 2.1). Distribusi mahasiswa ke dalam kelompok dilakukan dengan berdasar pada: 1. Pemerataan jumlah nilai mahasiswa pada mata kuliah studio sebelumnya (STUPA

2), di mana nilai A dan A- (jumlah 22 mahasiswa) harus disebar secara merata

jumlahnya pada enam kelompok, hal ini bertujuan agar dapat menumbuhkan

motivasi dan suasana belajar yang baik bagi rekan mahasiswa lain.

2. Jenis kasus akan dibebankan pada setiap kelompok mahasiswa dan didampingi oleh

satu dosen. Semua dosen berperan sebagai fasilitator dan tergabung dalam tim

teaching dengan satu orang koordinator yang bertanggung jawab dalam proses

(18)

10 Tabel 2.1 Daftar Kelompok Studio Perancangan Arsitektur 3

Semester Gasal 2017/2018

b. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3, di

Jurusan Arsitektur Universitas Pancasila. Waktu Pelaksanaan selama 15 minggu. Yakni

mulai tanggal 4 September – 15 Desember 2017. Pada pelaksanaan mata kuliah

STUPA 3 di semester ganjil 2017-2018 ini jadwal pertemuan adalah hari Senin pukul

09.40 – 16.00 dan hari Rabu pukul 09.40 – 16.00. Di setiap pertemuannya, dibagi ke

dalam dua kelas (kelas A dan B), dan pada ruang kelas dilakukan penataan layout

tempat duduk yang berbeda dengan layout mata kuliah teori, yakni meja dan bangku

disusun sesuai dengan kelompoknya. Hal ini bertujuan untuk mendorong suasana

(19)

11 lebih bervariasi. Dengan demikian penataan tempat duduk tersebut diharapkan dapat

memotivasi mahasiswa untuk dapat menyelesaikan tugas lebih cepat dan kreatif.

Gambar 2.1 Penataan Layout Tempat Duduk di Kelas A dan B mata kuliah STUPA 3

c. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dibagi ke dalam dua siklus. Siklus I waktunya dimulai dari

perencanaan sebelum mulainya masa perkuliahan, dilanjutkan dengan pelaksanaan

kegiatan sampai dengan UTS (Ujian Tengah Semester), kemudian pengamatan dan

refleksi. Hasil evaluasi pada siklus I masih belum tuntas, sehingga dilakukan perbaikan

pada siklus II. Refleksi siklus I dilakukan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan

pada siklus II. Seperti halnya pada siklus I, siklus ini juga terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Bedanya, pada siklus II refleksi dilakukan secara

menyeluruh, bukan halnya pada hasil siklus II saja, melainkan pada hasil rekapitulasi

(20)

12 Gambar 2.2 Siklus Pelaksanaan PTK

Langkah 5. Kajian Pustaka

Studio Arsitektur sebagai wadah proses pendidikan calon arsitek diharapkan mampu

membekali kompetensi para mahasiswa agar nantinya mampu tersertifikasi secara

profesional. Pada hakekatnya studio arsitektur merupakan muara dari berbagai

pengetahuan yang diintegrasikan pada kegiatan merancang. Diharapkan mahasiswa dapat

memperoleh informasi bagaimana kondisi nyata maupun masalah-masalah yang terjadi

dalam proses merancang di masyarakat.

Model PBL dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome

Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan. Konsep tersebut memberikan

dukungan teoritis terhadap pengembangan model PBL yang berorientasi pada kecakapan

memproses informasi. Menurut Tan (dalam Rusman, 2012: 229) PBL merupakan

penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi SIKLUS I Siklus II : Sampai dengan UAS

PELAKSANAAN

PERENCANAAN REFLEKSI

(21)

13 terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang

baru dan kompleksitas yang ada. Pendapat di atas diperjelas oleh Ibrahim dan Nur (dalam

Rusman, 2012: 241) bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi

pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Seperti yang

telah diungkapkan oleh pakar PBL Barrows (Barrows, 1980) PBL merupakan sebuah

model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat

digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan pengetahuan

(knowledge) baru.

Metode Problem Based Learning (PBL) yang akan diterapkan pada Studio

Perancangan Arsitektur 3 antara lain:

a. Orientasi mahasiswa pada Tugas yang diberikan oleh Tim Dosen menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan data apa saja yang diperlukan, dan memotivasi

mahasiswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah;

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut;

c. Membimbing pengalaman individual/kelompok.Dosen mendorong mahasiswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah;

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Dosen membantu mahasiswa dalam

merencanakan dan menyiapkan tugas-tugas kecil yang sesuai untuk pendukung

Tugas Besar;

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dosen membantu

mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap siklusan tugas mereka

dan proses yang mereka lakukan untuk menjadi sebuah Perencanaan dan

(22)

14

BAB 3

IMPLEMENTASI PENELITIAN

3.1 SIKLUS I Perencanaan

Pada tahap perencanaan, dilakukan persiapan terhadap pengajaran yang mengacu

pada skenario pembelajaran yakni membuat proyek “Bangunan umum bermassa majemuk, bangunan bertingkat maksimal empat lantai”. Kemudian dosen memberikan

pendahuluan tentang materi yang terkait tugas dan menugaskan mahasiswa mencari

studi literatur dan studi kasus. Setelah mahasiswa memahami gambaran bangunan

umum yang didapat dari studi kasus, dilakukan pembagian kelompok berdasarkan hasil

nilai pada mata kuliah studio di semester sebelumnya, di mana nilai A dan A- disebar

secara merata jumlahnya terhadap enam kelompok mahasiswa (ada di pembahasan

sebelumnya), di mana setiap kelompok diketuai oleh satu mahasiswa.

Setelah mahasiswa mengetahui tugas atau kasusnya masing-masing, dosen

menugaskan mahasiswa melakukan survei lapangan secara berkelompok. Survei yang

dilakukan adalah dengan mengobservasi bangunan umum sesuai dengan fungsi

bangunan yang ditugaskan (Rumah Sakit Ibu dan Anak, Akademi Bahasa atau Toko).

Hasil dari survei bangunan tersebut kemudian dilaporkan dalam bentuk laporan dan

dibuat oleh masing-masing mahasiwa.

(23)

15 Setelah memahami fungsi bangunan, kegiatan persiapan dilanjutkan dengan

pencarian tapak atau lahan proyek. Apabila ada beberapa alternatif tapak, maka perlu

dilakukan observasi lapangan untuk mengetahui tapak yang memiliki potensi atau cocok

dibangun dengan fungsi terkait. Selanjutnya, masing‐masing kelompok harus

melaporkan hasil survei dan berdiskusi tapak mana yang akan dipilih untuk dijadikan

lahan. Pada alternatif tapak kemudian dilakukan survei, dianalisis dan dipilih mana yang

sesuai untuk dibangun fungsi bangunan umum bersangkutan.

Pelaksanaan

Pada tahap ini, mahasiswa mulai melakukan proses perancangan. Untuk

membekali pengetahuan dan menambah pemahaman mahasiswa, setiap hari senin tim

dosen secara bergantian akan menyampaikan materi terkait tugas dan gambar yang

akan dibuat. Dosen juga akan memberikan pokok-pokok materi tentang metoda dalam

proses perancangan, kesulitan dalam perancangan dan cara mengatasinya. Beberapa

mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen, namun banyak mahasiswa yang kurang

memperhatikan dosen dalam menyampaikan materi. Hal ini dapat dipahami karena

penyampaian materi dari dosen hanya menggunakan ceramah, sehingga mahasiswa

kesulitan untuk menangkap maksud penjelasan materi tersebut.

Gambar 3.2 Penyampaian Materi oleh Dosen

Pada pelaksanaan tugas mandiri, metoda SCL-PBL dilakukan secara optimal, di

mana mahasiswa diminta mengerjakan konsep awal bangunan umum bermassa

(24)

16 mahasiswa diminta membuat studi bangunan dalam bentuk dua dan tiga dimensi

dengan bantuan gambar sketsa dan maket studi gubahan massa.

Permasalahan yang dihadapi pada tahap ini adalah banyaknya mahasiswa yang

sering tidak berada di dalam kelas dan jarang melakukan bimbingan dengan dosen. Hal

ini disebabkan karena banyaknya kegiatan mahasiswa di luar kegiatan akademik untuk

mengejar nilai bagi Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). SKPI sejak

diberlakukan pada periode tahun 2015/2016 memberikan tuntutan bagi mahasiswa

untuk melakukan kegiatan ekstrakulikuler. Oleh karena itu terkait kegiatan STUPA 3,

untuk mengikat hasil kerja mahasiswa diberlakukan target progress dari tugas secara

harian. Yakni di setiap pertemuan, pada sore hari dilakukan bimbingan dan juga

pengumpulan tugas sesuai dengan target gambar.

Pengamatan

Pada tahap ini dilakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah

disiapkan yaitu dengan kuesioner. Kemudian dilakukan penilaian hasil pekerjaan

dengan menggunakan format penilaian tersebut terkait dengan progress pekerjaan

mahasiswa. Penilaian pada tahap ini dilakukan antara mahasiswa dengan mahasiswa.

Gambar 3.3 Penilaian Siklus I antar Mahasiswa

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I oleh peneliti masih terdapat

(25)

17 antusias dalam belajar dengan menggunakan metode problem based learning yang

dibawakan peneliti sehingga mahasiswa kurang aktif dalam belajar. Hal ini bisa dilihat

dari hasil observasi terhadap mahasiswa dalam proses pembelajaran yang dinilai

berdasarkan pemahaman hubungan antara ruang dan kualitas teknik penggambaran,

seperti dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah.

Berdasarkan data observasi pemahaman hubungan antar ruang dan teknik

penggambaran mahasiswa yang dilakukan peneliti pada mata kuliah Studio

Perancangan Arsitektur 3 (STUPA 3) terhadap 61 mahasiswa yang dibagi dalam 2 kelas

(ruang 405B dan ruang 407A) antara lain: (1) siklus I tidak terdapat mahasiswa yang

kualitasnya kurang sesuai, hal ini terlihat dari presentase jumlah 0% pada tabel; (2)

mahasiswa dengan kualitas yang cukup sesuai sebanyak 16 orang dengan tingkat

persentase 26%; (3) mahasiswa dengan kualitas ruang sesuai sebanyak 31 orang

dengan tingkat persentase 51 % dan (4) mahasiswa dengan kualitas ruang sangat

sesuai sebanyak 14 orang atau sebesar 23%. Pada siklus I masih terdapat banyak

mahasiswa yang pemahaman kualitas ruangnya dan teknik penggambarannya cukup

sesuai dengan konsep dan analisis dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan tingkat

kesulitan terkait materi yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan studio

sebelumnya. Penilaian pemahaman kualitas ruang dan teknik penggambaran pada

mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 dapat dilihat berdasarkan tabel dan pie

(26)

18 Grafik 3.1 Pie Chart Hasil Kuesioner Siklus I

Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan meliputi

evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. Salah satu bentuk

evaluasi terukur pada tahap ini adalah berupa penilaian Ujian Tengah Semester (UTS)

yang penilaiannya mencakup konsep dan hasil perancangan tapak. Penilaian UTS

dibuat berdasarkan format yang ada pada Lampiran 4.5 yang kemudian dianalisis frekuensi jumlahnya, presentase tiap jumlah nilai dan rata-rata kelas.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tes pada siklus I dapat disimpulkan bahwa

hasil pembelajaran masih kurang dan perlu ditingkatkan. Data hasil belajar mahasiswa

pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Grafik 3.2. Berdasarkan tabel dan grafik tersebut diperoleh data nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tes tabel I sebesar 64,70

serta persentase ketuntasan belajar mahasiswa yang meliputi jumlah mahasiswa yang

telah tuntas belajar dan belum tuntas belajar, seperti terlihat pada tabel dan grafik di

(27)

19 Tabel 3.3 Nilai UTS

NILAI BOBOT RANGE

SKOR FREKUENSI %

A 4 80 - 100 1 2%

A- 3,67 76 - 79.99 2 3%

B+ 3,33 72 - 75.99 8 13%

B 3 68 - 71.99 14 23%

B- 2,67 64 - 67.99 13 21%

C+ 2,33 60 - 63.99 13 21%

C 2 56 - 59.99 7 11%

D 1 45 - 55.99 1 2%

E 0 0 - 44.99 2 3%

Total Jumlah

Mahasiswa 61 100%

Nilai Rata-rata 64,70

Grafik 3.2 Presentasi Jumlah Nilai

Berdasarkan tabel dan grafik di atas hasil tes siklus I dapat dilihat bahwa kemampuan

mahasiswa dalam memahami kualitas ruang luar dan dalam pada tapak perencanaan

bangunan umum bermassa majemuk, bangunan bertingkat maksimal empat lantai masih

rendah. Dari 61 mahasiswa menjadi subjek dalam penelitian ini yang mendapat nilai E

adalah 2 orang sebesar 3%, yang mendapat nilai D adalah sebanyak 1 orang sebesar 2%,

yang mendapat nilai C dan C+ adalah sebanyak 7 dan 13 orang sebesar 11% dan 21%,

(28)

20 dan 13%, yang mendapat nilai A- dan A adalah sebanyak 2 dan 1 orang sebesar 3% dan

2%.

Kesimpulan refleksi pada tindakan pertama adalah: (1) mahasiswa belum

sungguh-sungguh dalam pelaksanaan proses pembelajaran; (2) mahasiswa masih kesulitan dalam

memahami materi tugas yang dibebankan; (3) pemahaman mahasiswa secara umum

merata; (4) diskusi mahasiswa berjalan dengan baik, (5) mahasiswa kurang rajin

melakukan bimbingan dengan dosen (6) prestasi belajar rata-rata masih rendah.

Pada tahap ini juga diadakan pertemuan tim peneliti untuk membahas hasil evaluasi

tentang skenario pembelajaran dan hasil pekerjaan mahasiswa dari konsep awal hingga

rencana tapak. Berdasarkan hasil diskusi tim peneliti, permasalahan yang muncul dan

disadari peneliti antara lain: (1) dosen merasa mahasiswa kurang serius dalam

mengerjakan tugas, (2) dosen belum aktif bergiliran membimbing masing-masing

kelompok, (3) tingkat kesulitan tugas yang berbeda antara tiga jenis tugas yang

dibebankan; (4) banyak mahasiswa yang sering tidak berada di dalam kelas.

Perubahan Metode Pembelajaran

Terkait dengan tahap ini, peneliti harus memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai

hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi pada

siklus I maka revisi rancangan atau rencana tindakan pada siklus kedua adalah:

1. Dosen sepakat memperketat daftar hadir, dengan cara pemanggilan nama (absen

panggil) di pagi hari pukul 10.00, kemudian daftar hadir diambil dan di sore hari pukul

16.00 diberikan kembali pada mahasiswa untuk tanda tangan sesi 2;

2. Dosen harus memiliki komitmen kehadiran di setiap pertemuan;

3. Hal yang berkaitan dengan pembelajaran problem based learning dengan bantuan

bahan ajar dapat dibagi ke mahasiswa agar lebih memahami isi materi;

(29)

21

3.2 SIKLUS II Perencanaan

Siklus II merupakan sepenuhnya pembelajaran secara mandiri di Studio, di mana

mahasiswa menyelesaikan tugas perancangan gambarnya masing-masing. Sebelum

pembelajaran siklus II dimulai mahasiswa diberikan review terkait dengan hasil evaluasi

pada siklus I, mencakup tugas maupun evaluasinya termasuk nilai atau poin yang dapat

diraih mahasiswa. Lalu dosen menjelaskan kembali inti dari tugas yakni membuat

bangunan umum bermassa majemuk, bangunan bertingkat maksimal empat lantai. Agar

dapat memotivasi mahasiswa, dosen juga mengingatkan kembali target-target yang harus

dikejar dan jadwal pelaksanaan kegiatan. Setelah melakukan review pengarahan,

mahasiswa diarahkan untuk belajar mandiri dengan tetap melakukan asistensi secara

berkala hingga ke evaluasi.

Gambar 3.4 Review Kegiatan dan Hasil Siklus I oleh Dosen Koordinator

Pelaksanaan

Berbeda dengan pelaksanaan siklus I, pada siklus II, pelaksanaan SCL-PBL sudah

berjalan lebih terarah dan mandiri. Mahasiswa melakukan pengembangan dan

penyempurnaan konsep tapak menjadi konsep matang sehingga siap untuk dilakukan

proses berikutnya yakni proses perancangan bangunan. Mahasiswa melakukan proses

penggambaran konsep menjadi gambar-gambar desain berupa gambar dua dimensi dan

ilustrasi tiga dimensi. Pada tahap ini, target-target gambar dibuat lebih intensif agar

gambar dapat selesai sesuai jadwal. Setiap sore, dilakukan kegiatan asistensi dan pada

(30)

22 Gambar 3.5 Kegiatan SCL-PBL pada Studio Perancangan Arsitektur 3

Pengamatan

Pada tahap ini observasi dengan menggunakan format observasi yang sudah

disiapkan yaitu dengan kuesioner. Kemudian dilakukan penilaian hasil pekerjaan dengan

menggunakan format penilaian terkait dengan progress pekerjaan mahasiswa, antara lain

ukuran ruang terkait standar, hubungan antar ruang, sirkulasi di dalam bangunan,

pencahayaan dan penghawaan alami serta bentuk massa bangunan. Penilaian pada tahap

ini dilakukan antara mahasiswa dengan mahasiswa.

Gambar 3.6 Penilaian Siklus II antar Mahasiswa

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus II oleh peneliti, mahasiswa sudah

mulai terbiasa menciptakan suasana pembelajaran SCL-PBL. Hal itu terlihat dari antusias

mahasiswa dalam mengerjakan tugas. Sebelumnya pada siklus I masih banyak

(31)

23 penerapan metode pembelajaran berlangsung. Namun, pada siklus II mahasiswa lebih

aktif bertanya sehingga pemahaman mahasiswa lebih meningkat dan rasa percaya diri

mahasiswa dalam penyelesaian masalah menjadi lebih baik.

Berdasarkan data observasi pemahaman kualitas ruang mahasiswa yang dilakukan

peneliti pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3 (STUPA 3) terhadap 61

mahasiswa yang dibagi dalam 2 kelas (ruang 405B dan ruang 407A) antara lain: (1) siklus

II tidak terdapat mahasiswa yang kualitasnya kurang sesuai, hal ini terlihat dari presentase

jumlah 0% pada tabel; (2) mahasiswa dengan kualitas yang cukup sesuai sebanyak 3

orang dengan tingkat persentase 5%; (3) mahasiswa dengan kualitas ruang sesuai

sebanyak 38 orang dengan tingkat persentase 62 % dan (4) mahasiswa dengan kualitas

ruang sangat sesuai sebanyak 20 orang atau sebesar 33%. Pada siklus II masih terdapat

beberapa mahasiswa yang pemahaman kualitas ruangnya dan teknik penggambarannya

cukup sesuai dengan konsep dan analisis dalam pembelajaran. Hal ini dinilai

perkembangan yang baik karena jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan siklus

sebelumnya. Pemahaman kualitas pemahaman mahasiswa dalam pembelajaran Studio

Perancangan Arsitektur 3 dapat dilihat dengan Tabel 3.4 dan Grafik 3.3 di bawah.

Tabel 3.4 Hasil Kuesioner Siklus II

(32)

24 Grafik 3.3 Pie Chart Hasil Kuesioner Siklus II

Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan meliputi

evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. Salah satu bentuk

evaluasi terukur pada tahap ini adalah berupa penilaian Ujian Tengah Akhir (UAS) yang

penilaiannya mencakup keseluruhan hasil perancangan. Penilaian UAS dibuat

berdasarkan format yang ada di Lampiran 4.6 yang kemudian dianalisis frekuensi jumlahnya, presentase tiap jumlah nilai dan rata-rata kelas.

(33)

25 Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tes pada siklus II dapat disimpulkan

bahwa hasil pembelajaran masih kurang dan perlu ditingkatkan. Data hasil belajar

mahasiswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel Nilai UAS dan Grafiknya di bawah.

Dari tabel tersebut diperoleh data nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tes UAS adalah

sebesar 67,59.

Tabel 3.5 Nilai UAS

NILAI BOBOT RANGE SKOR FREKUENSI %

A 4 80 - 100 9 15%

A- 3,67 76 - 79.99 11 18%

B+ 3,33 72 - 75.99 13 21%

B 3 68 - 71.99 13 21%

B- 2,67 64 - 67.99 4 7%

C+ 2,33 60 - 63.99 4 7%

C 2 56 - 59.99 0 0%

D 1 45 - 55.99 3 5%

E 0 0 - 44.99 4 7%

Total Jumlah

Mahasiswa 61 100%

Nilai Rata-rata 67,59

(34)

26 Dari tabel dan grafik hasil tes siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan mahasiswa

dalam memahami kualitas ruang luar dan dalam pada tapak perencanaan bangunan

umum bermassa majemuk, bangunan bertingkat maksimal empat lantai mengalami

peningkatan. Dari 61 mahasiswa menjadi subjek dalam penelitian ini yang mendapat nilai

E adalah 4 orang sebesar 7%, yang mendapat nilai D adalah sebanyak 3 orang sebesar

5%, yang mendapat nilai C dan C+ adalah sebanyak 0 dan 4 orang sebesar 0% dan 7%,

yang mendapat nilai B-, B dan B+ adalah sebanyak 4, 13 dan 13 orang sebesar 7%, 21%

dan 21%, yang mendapat nilai A- dan A adalah sebanyak 11 dan 9 orang sebesar 18%

dan 15%.

Berdasarkan data dan analisis, hasil belajar secara keseluruhan pada mata kuliah

Studio Perancangan Arsitektur 3 juga mengalami peningkatan nilai dibandingkan Studio

Perancangan Arsitektur 2, di mana pada Studio Perancangan Arsitektur 2 nilai rata-rata

kelas adalah 66,31 sedangkan pada Studio Perancangan Arsitektur 3 nilai rata-rata kelas

adalah 68,49. Dengan demikian mahasiswa mengalami peningkatan kompetensi dalam

perancangan bangunan, khususnya dalam hal bangunan umum bermassa majemuk

bertingkat rendah. Hasil belajar pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 2 dan

Studio Perancangan Arsitektur 3 dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah.

Tabel 3.6 Perbandingan Nilai Akhir STUPA 3 dan STUPA 2

(35)

27 Grafik 3.5 Perbandingan Nilai Akhir STUPA 3 dan STUPA 2

Apabila membandingkan nilai rata-rata kelas dengan tiga tahun sebelumnya (terlihat

pada Tabel 3.7 di bawah), terdapat sedikit penurunan dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya. Namun, terdapat kenaikan nilai rata-rata dibandingkan dengan nilai STUPA 3

pada dua dan tiga tahun yang lalu. Hal tersebut bisa disebabkan oleh tingkat kesulitan

jenis tugas yang meningkat dibandingkan dengan jenis bangunan umum yang diberikan

pada kegiatan STUPA 3 setahun yang lalu.

Tabel 3.7 Perbandingan nilai rata-rata STUPA 3 dalam Empat Tahun

No Tahun 2014/2015 Tahun 2015/2016 Tahun 2016/2017 Tahun 2017/2018

Nilai

Rata-rata 64,98 64,43 72,56 68,49

Tingkat pemahaman diri mahasiswa menurut pendapat masing-masing mahasiswa

diukur berdasarkan kuesioner 3 yakni evaluasi diri. Hasil kuesioner terhadap pemahaman

(36)

28 Tabel 3.8 Kuesioner 3 Evaluasi Diri

Tingkat

Pemahaman Presentase Frekuensi

Kurang Paham 0% 0

Cukup Paham 0% 0

Paham 52% 32

Sangat Paham 48% 29

TOTAL 100% 61

Grafik 3.6 Kuesioner 3 Evaluasi Diri

Dari hasil kuesioner 3 mengenai evaluasi pemahaman diri, dapat dilihat bahwa

mahasiswa menilai pemahaman diri mereka mengenai materi STUPA 3 adalah sebesar

52% atau 32 orang paham, dan sebesar 48% atau 29 orang sangat paham. Hasil

pengukuran kemudian dibandingkan dengan sebaran nilai akhir STUPA 3 pada Tabel 3.9

(37)

29 Tabel 3.9 Tingkat Pemahaman

NILAI TINGKAT PEMAHAMAN RANGE SKOR STUPA 3

2017/2018 FREKUENSI

Bila melihat hasil tersebut, penulis melihat ada perbedaan pemahaman dari perspektif

mahasiswa. Di mana standar pemahaman menurut mahasiswa berbeda dengan hasil akhir

yang diperoleh berdasarkan standar penilaian dari dosen. Dari hasil penilaian dosen,

sebaran nilai akhir menunjukkan bahwa 8% kurang paham, 5% cukup paham, 64% paham

dan 23% sangat paham. Ini menunjukan bahwa ada permasalahan dalam transfer

knowledge dari dosen ke mahasiswa. Pada kasus pembelajaran STUPA 3 tahun

2017/2018, terdapat permasalahan yang disebabkan oleh karakter mahasiswa angkatan

2016 dalam menangkap instruksi di dalam kelas studio. Sehingga perlu ada penambahan

tugas-tugas kecil sebagai pemicu dalam pengembangan desain. Transfer ilmu bukan

hanya melalui komunikasi verbal tetapi juga melalui visual. Hal ini bertujuan agar pada

penilaian akhir, pemahaman yang diharapkan oleh dosen dapat sampai ke mahasiswa

dengan lebih baik.

Terkait dengan jenis tugas yang diberikan, apabila melihat sebaran nilai pada Tabel 3.10 di bawah, dapat dilihat bahwa jenis tugas (RS Ibu dan anak, Akademi Bahasa atau Toko) tidak mempengaruhi tingkat pemahaman mahasiswa. Hal tersebut terbukti dari

sebaran nilai A, A- dan B+ yang hampir merata pada setiap kelompok. Sebaran nilai yang

merata di setiap kelompok disebabkan oleh interaksi mahasiswa yang lebih intensif dalam

(38)
(39)

31

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Pengukuran tingkat pemahaman mahasiswa dalam mata kuliah Studio

Perancangan Arsitektur 3 terkait kasus bangunan umum bermassa majemuk,

bertingkat empat bertujuan agar pemahaman mahasiswa lebih merata;

 Penataan layout tempat duduk di dalam kelas secara berkelompok, dapat

membantu memudahkan untuk berdiskusi dan saling memberikan informasi antar

mahasiswa;

 Penempatkan mahasiswa yang mendapatkan nilai tertinggi pada studio sebelumnya

di dalam kelompok, dapat mempengaruhi cara berpikir mahasiswa di dalam

kelompok;

 Penerapan metode Student Centered Learning-Problem Based Learning dapat

meningkatkan pemahaman kualitas ruang dan kualitas desain mahasiswa dalam

mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 3, hal ini terlihat pada analisis hasil

belajar mahasiswa yang meningkat dengan menggunakan metode Problem Based

Learning dalam matakuliah Studio Perancangan Arsitektur 3. Di mana ada

peningkatan hasil belajar pada dari siklus I ke siklus II, yakni siklus I rata-rata kelas

adalah 64,70dan pada siklus II adalah 67,59;

 Hasil belajar Studio Perancangan Arsitektur 3 juga mengalami peningkatan

dibanding Studio Perancangan Arsitektur 2, dimana pada STUPA 2 rata-rata kelas

adalah 66,31 sedangkan pada STUPA 3 rata-rata kelas adalah 68,49

 Jenis tugas yang diberikan pada Studio Perancangan Arsitektur 3 tidak

mempengaruhi tingkat pemahaman ruang pada mahasiswa, ini terbukti dari sebaran

nilai yang merata hampir di setiap kelompok.

 Hasil keluaran nilai akhir yang tidak terlampau tinggi disebabkan oleh lompatnya tingkat kesulitan dari STUPA 2 ke STUPA 3 yang cukup jauh, sehingga perlu

(40)

32

4.2 Saran

 Penelitian Tindakan Kelas melalui Implementasi Metode Problem Based Learning dalam Pembelajaran Studio Perancangan Arsitektur 3 Semester gasal 2017/2018,

diharapkan memberi hasil baik dan mengalami peningkatan dalam kualitas

pembelajaran jika dibandingkan dengan Studio Perancangan Arsitektur

sebelumnya.

 Untuk meningkatkan metode pembelajaran Problem Based Learning diupayakan

penelitian tindakan kelas ini dapat dilaksanakan setiap tahunnya. Hal ini agar

perkembangan pembelajaran dalam mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur

dapat diamati dan dipantau secara optimal.

 Dalam proses penelitian tindakan kelas ini, peneliti melihat hasil survei lapangan yang dilakukan mahasiswa pada mata kuliah STUPA 3 berisi materi yang sama.

Peneliti menilai perlu ada pendampingan atau ada bukti tertulis oleh pihak pengelola

bangunan dan lahan yang disurvei. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat lebih

mengalami pengalaman ruang dan aktivitas yang terjadi bukan hanya berdasarkan

hasil data sekunder.

 Permasalahan mahasiswa yang sering tidak berada di dalam kelas karena

mengejar nilai bagi Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI), menjadi masukan

bagi mata kuliah studio. Di mana waktu belajar di studio disesuaikan dengan

standar yang berlaku di DIKTI, bahwa tatap muka studio adalah 150 menit per SKS.

(41)

33

DAFTAR PUSTAKA

Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila. 2010. Capaian

Pembelajaran Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta: Universitas Pancasila

Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila. 2010. Kurikulum Berbasis Kompetensi Industri 2010 – 2015 Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta: Universitas Pancasila

Barrows, H.S. dan R.M. Tamblyn. 1980. Problem-Based Learning: An

Approach To Medical Education, New York: Springer Publishing Co.,

Darmawan, M. Muchtar dan Hidayah, Nur Yulianti. 2017. Laporan Hibah Penelitian Tindakan Kelas: Penerapan Metode Pembelajaran SCL-PBL untuk Meningkatkan Nilai Hasil Belajar Mata Kuliah Statistik Industri 2 Teknik Industri, Universitas Pancasila, Jakarta: Universitas Pancasila

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam

KBK, Malang: Universitas Negeri Malang.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan

Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo Persada. Cetakan ke-7.

Gambar

Grafik 3.1 Pie Chart Hasil Kuesioner Siklus I ........................................................
Tabel 1.1 Perbandingan Nilai Rata-rata pada Studio Perancangan Arsitektur 3
Tabel 2.1 Daftar Kelompok Studio Perancangan Arsitektur 3
Gambar 2.1 Penataan Layout Tempat Duduk di Kelas A dan B mata kuliah STUPA 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Saran lebih ditujukan kepada pemerintah sebagai penentu kebijakan yang dapat mengendalikan implementasi pembangunan yang ada di koridor jalan Babarsari yang sudah mulai

Dengan adanya interior ruang kerja yang baru dari rancangan menggunakan software Google Skecthup Pro 8 untuk CV Agung Furniture Interior maka perusahaan dapat menjalakan proses

Formula larutan hara Sundstrom lebih cocok digunakan sebagai pupuk hidroponik dibandingkan larutan hara Excell, terutama akan meningkatkan bobot buah, jumlah buah, kekerasan

layanan Mark Design Jakarta Surabaya memberikan solusi yang sangat custom & tailor made untuk perusahaan di surabaya, jakarta dan seluruh pelosok di

Dengan metode aljabar linier dan Invers Drazin, dalam penelitian ini dibuktikan beberapa teorema agar sistem deskriptor diskrit (E, A, B) ≥ 0 tercapai positif,

[r]

Surya Teknik Anugrah memberikan bantuan dana kepada pemerintah desa untuk menjalakan CSR yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, hal ini perusahaan anggap sebagai

pengukuran seperti: pengaruh komposisi fasa gerak (metanol:air), volume injeksi sampel, laju alir fasa gerak, dan pH fasa gerak, yang semua ini diharapkan