• Tidak ada hasil yang ditemukan

SILPA/SIKPA

Dalam dokumen MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN (Halaman 196-200)

xxxx xxxxx

Per 31 Desember 20X 1 dan 20X0

A. SILPA/SIKPA

SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN selama satu periode pelaporan.

SiLPA/SiKPA disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL).

Pada Laporan Realisasi Anggaran, SILPA/SIKPA disajikan sebagai selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan; belanja; penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Pada Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, SILPA/SIKPA disajikan sebagai penambah/pengura.ng saldo awal SAL sehingga diperoleh saldo akhir SAL.

Transaksi-transaksi yang mengoreksi SiLPA/SiKPA antara lain:

1. pengembalian pendapatan tahun anggaran sebelumnya yang bersifat non - recumng;

2. selisih kurs belum terealisasi atas kas di Bendahara Umum Negara (BUN) dan kas di bendahara pengeluaran (dalam bentuk valas); dan 3. koreksi terhadap penerimaan/pengeluaran pembiayaan tahun

anggaran sebelumnya.

B. SAL

SAL adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan.

SAL disajikan pada Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Saldo akhir SAL dipengaruhi oleh Saldo awal SAL, penggunaan SAL tahun berjalan, SiLPA/SiKPA berikut koreksi-koreksi atas SiLPA/SiKPA.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dilaporkan pada Laporan Keuangan BLU, Laporan Konsolidasian BUN, dan LKPP.

Transaksi-transaksi yang mengoreksi SAL antara lain:

1. koreksi kesalahan saldo Kas di BUN;

2. Kas di KPPN;

www.jdih.kemenkeu.go.id t

3. Kas di BLU;

4. Kas di Bendahara Pengeluaran;

5. Kas Hibah Langsung yang telah disahkan tahun anggaran sebelumnya; dan

6. penyesuaian catatan SAL.

www.jdih.kemenkeu.go.id t

BAB XV

KEBIJAKAN AKUNTANSI TRANSITORIS

A. DEFINISI

Transaksi Transitoris (non anggaran) adalah transaksi kas yang mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, belanja/beban, dan pembiayaan pemerintah.

B. JENIS-JENIS

Transaksi non anggaran/transitoris dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) yaitu:

1. Transaksi transito

Transaksi transito adalah transfer uang baik pemberian atau penerimaan kembali uang persediaan kepada/ dari bendahara pengeluaran.

2. Transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) adalah transaksi kas yang berasal dari hasil pemotongan gaji/penghasilan tetap bulanan pejabat negara, pegawai negeri sipil pusat/ daerah, anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) , anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri), atau Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Pusat/ Daerah dan sejumlah daiia yang disetorkan oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk dibayarkan kepada pihak ketiga.

3. Transaksi pemindahbukuan dan kiriman uang

Transaksi pemindahbukuan/kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening Bendahara Umum Negara. Dalam hal terjadi pemindahbukuan antar rekening dari rekening valas ke rekening rupiah atau rekening valas lainnya maka perlu diakui adanya selisih kurs terealisasi. Selisih kurs terealisasi tersebut dilaporkan dalam LRA dan Laporan Operasional.

4. Transaksi koreksi kesalahan pemindahbukuan pada Rekening BUN Transaksi koreksi kesalahan pemindahbukuan pada Rekening BUN merupakan transaksi antara rekening BUN dengan rekening pihak ketiga yang disebabkan karena kesalahan pemindahbukuan.

5. Transaksi non anggaran Pihak Ketiga

Merupakan transaksi penerimaan kas yang akan disalurkan kepada pihak ketiga selain Dana PFK dan/ atau penerimaan kas di

www.jdih.kemenkeu.go.id t

rekening BUN yang belum dapat ditetapkan sebagai pendapatan atau pembiayaan. Misalnya: penerimaan retur dana SP2D, penerimaan di Rekening Migas (RPL), penerimaan penarikan pinjaman/hibah luar negeri di Reksus sebelum terbit NoD, dan lain-lain.

Transaksi transitoris disajikan dalam Laporan Arus Kas sebagai Aktivitas Transitoris dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan

Keuangan (CaLK).

Hal-hal yang diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) an tara lain:

1. rincian jenis transaksi transitoris; dan

2. pengaruh transaksi transitoris terhadap aset atau kewajiban.

Berikut adalah ilustrasi penyajian transaksi transitoris pada LAK

Per.nerint.ah ABC LAPORAN ARUS KAS

Untu.k Periode yang Bera.khir tanggal 31 Desember 20X1

URAIAN JUMLAH

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI ARUS KAS DARI AKTIVlTAS INVESTASI ARUS KAS DAR.I AKTIVITAS PENDANAAN

ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS xxxx Arus Masuk Kas

Penerimaan Perhitu.nga.n. Fihak Ketiga (PFK) xxxx

Kiri.man Uang Ma.su.k: xxxx

Jumlah. Arus Ma.suk Kas xxxx

Arus Keluar Kas

Pengelu.aran. Perhit:u.ngan Fihak Ketiga (PFK) xxxx

Kiri.man Uang Keluar xxxx

Ju.mlah. Aru.s Keluar Kas xxxx

Arus Ka.s Bersih dari Aktivi:tas Tran.sitoris xxxx To,tal Kena:ikan (Penurunan} Kas

Saldo Awai Kas di BUN & Bendahara Pengelu.aran.

Saldo Akhir Kas di BUN & Bendahara. PengeJl.ua.ran

...

S.aldo Akh.ir Kas di Bendahara Penerimaan Saldo Akh.ir Kas di ...

SALDO AKHIR KA.S

www.jdih.kemenkeu.go.id

BAB XVI

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN PENANGANAN DAMPAK PANDEMI COVID-19 DAN PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL

A. PENDAHULUAN

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) menjadi isu sentral sejak 2020 mengingat dampaknya luar biasa yang tidak hanya mengancam keselamatan jiwa, namun juga mengganggu aktivitas perekonomian dan sosial kemasyarakatan serta mengguncang stabilitas sistem keuangan. Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) ke seluruh dunia dalam waktu singkat telah menyebabkan hampir seluruh negara mengalami pelemahan ekonomi yang dalam. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global turut berdampak pada perubahan outlook perekonomian Indonesia, sehingga mendorong Pemerintah bergerak cepat untuk melakukan langkah-langkah strategis demi menangani pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan memulihkan perekonomian nasional.

Dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang luar biasa perlu direspon dengan kebijakan yang luar biasa (extraordinary policy) pula.

Untuk itu, diperlukan fleksibilitas agar APBN mempunyai ruang fiskal yang cukup untuk penguatan countercyclical dalam rangka memitigasi dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Dengan fleksibilitas ini diharapkan proses penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dapat dilakukan secara cepat dan efektif serta pemulihan sosial-ekonomi dapat. diakselerasi. Di antara langkah strategis yang diambil Pemerintah adalah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/ atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/ atau Stabilitas Sistem Keuangan yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/ atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang

www.jdih.kemenkeu.go.id

Dalam dokumen MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN (Halaman 196-200)