• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.4. Analisis Karikatur ”100 Hari Pemerintahan

4.4.3. Simbol

Simbol (symbol) adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan

sesuatu yang lainnya berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Simbol meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang

maknanya disepakati bersama. Dalam karikatur ini yang berfungsi sebagai simbol adalah kura-kura yang berbulu mata lentik sedang menoleh ke

belakang dengan membawa cermin, bukit terjal berwarna hitam, background

warna putih, dan cermin yang terdapat bayangan kura-kura.

Representasi kura-kura yang berbulu mata lentik sedang menoleh

ke belakang dengan membawa cermin adalah kura-kura tersebut menggambarkan seorang presiden yang sedang memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang bijaksana dan berwibawa, namun dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala negara, SBY lebih mementingkan dirinya sendiri tanpa memperdulikan apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya rakyat kecil yang sedang menunggu janji-janji politiknya hal ini

tersirat oleh gambar kura-kura dalam karikatur yang mempunyai bulu mata

lentik. Dalam karikatur ini kura-kura memiliki senyum lebar menurut peneliti bahwa SBY yang sedang terlihat santai dalam menanggapi berbagai masalah yang sedang dihadapi disaat masa krusialnya dimana SBY harus menunjukkan konsekuensinya sebagai presiden terpilih demi kepentingan rakyatnya namun menganggap bahwa citra dirinya lebih penting daripada urusan rakyat kecil. Untuk mewujudkan citra dan investasi politik yang positif dalam menjalankan pemerintahannya untuk program 100 harinya, terdapat beberapa isu politik yang dapat mengancam kredibilitasnya, karena SBY khawatir apabila isu tersebut sampai di konsumsi oleh masyarakat menengah ke bawah, Pasalnya, bila itu terjadi tentu akan memperkuat daya picu untuk “menganggu” kinerja politik SBY. Makanya menjadi penting bagi

SBY dan tim kepresidenan untuk “mengamankan” daya jangkau isu ini hanya menjadi konsumsi kelas menengah ke atas. Kemudian investasi politik, dalam dua periode pemerintahannya, SBY tentu ingin mengakhiri karier politiknya dengan mempunyai akhir cerita yang terbaik tanpa ada cacat sedikitpun. Menjadi penting bagi SBY untuk mengamankan psikologi politik massa hingga 2014 nanti. Karena agar Demokrat menjadi partai bersih untuk menjaga suara di pemilu 2014 nanti.

Di dalam gambar cermin terdapat bayangan kura-kura yang mirip

dengan kura-kura aslinya sebagai ikon, ini menunjukkan bahwa cermin mempunyai arti sebagai cerminan sosok Presiden SBY untuk menstabilkan anggapan-anggapan miring dalam menunjang kredibilitas seorang presiden yang telah sukses memperoleh gelar ”presiden anti korupsi” pada periode

sebelumnya, SBY mempunyai super power atau kekuasaan yaitu jabatan

presiden itu sendiri sehingga dapat diartikan bahwa orang yang berkuasa dapat melakukan segala hal yang diinginkannya. Hal tersebut dilakukan dengan cara menangkis keterlibatannya terhadap isu politik aliran dana Bank Century dan pelemahan KPK yang dapat menjatuhkan citra politik dan investasi politik untuk masa depan partai politiknya.\

Bukit terjal berwarna hitam merupakan gambaran betapa sulitnya masa pemerintahan SBY-Boediono, banyak kasus dan permasalahan-permasalahan yang menjadikan batu sandungan sehingga membuat SBY memecah konsentrasinya untuk menyelesaikan isu internal pemerintahan dan mewujudkan program 100 harinya, Beberapa isu tersebut ditunjukkan dengan

gambar bukit dengan permukaan yang terjal dan keras diwujudkan oleh adanya kasus-kasus yang sedang menghambat jalannya Pemerintahan SBY-Boediono dengan format nama ”Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2” tersebut diantaranya adalah kasus kriminalisasi pimpinan KPK, kasus Anggodo, kasus Mega Korupsi Bank Century, menjadi bagian catatan buram dan kusam 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Dengan kasus-kasus tersebut SBY menjadi tidak fokus dengan program 100 harinya melainkan membersihkan citra dirinya terhadap banyaknya kasus-kasus yang dominan korupsi tersebut, Presiden SBY pada periode pertama pemerintahannya telah sukses diplot sebagai Presiden Anti Korupsi, karena bermunculan kasus korupsi di periode ke 2 ini maka membuat kredibilitasnya terganggu.

Background warna putih sebagai latar belakang gambar karikatur

100 Hari Pemerintahan SBY-Budiono mempunyai asumsi bahwa warna putih

menunjukkan positif, steril, kebersihan serta netral dan fleksibel. Background

warna putih dalam karikatur ini adalah pada periode pertama 2004-2009 dengan wakilnya masih berpasangan dengan Jusuf Kalla sebelumnya, sosok SBY membawa pemerintahannya dengan latar belakang yang bersih dan memberikan dampak yang positif bagi negara, sehingga mampu mempertahankan suara untuk politiknya dalam pemilihan presiden pada periode yang ke dua ini.

4.5. Makna Keseluruhan Karikatur 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono pada surat kabar Jawa Pos Dalam Triangle of Meaning Pierce

Melalui segitiga makna Pierce (triangle of meaning) peneliti memaknai secara keseluruhan tampilan karikatur 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono pada surat kabar Jawa Pos. Segitiga tersebut terdiri dari tanda

(sign) yaitu setiap bentuk pemaknaan yang bisa ditimbulkan oleh karikatur

tersebut, baik konotatif dan denotatif, obyek (object) dalam karikatur ini

adalah keseluruhan gambar karikatur dan bentuk penyajian karikatur tersebut

dan interpretan (interpretant). Makna keseluruhan kariaktur “100 Hari

Pemerintahan SBY-Boediono” di surat kabar Jawa Pos adalah sebagi berikut :

Susilo Bambang Yudhoyono atau biasa dikenal dengan panggilan SBY yang sedang membawahi jalannya Pemerintahan SBY-Boediono dengan format nama Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II atau lebih dikenal dengan nama ”Kabinet Lanjutkan” tersebut menunjukkan sosok yang berkuasa dan dominan dalam segala wewenang yang ada dan berpengaruh banyak kepada semua orang serta mempunyai kehidupan yang makmur, namun dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala negara, SBY lebih mementingkan dirinya sendiri tanpa memperdulikan apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya rakyat kecil yang sedang menunggu janji-janji politiknya. SBY sedang terlihat santai dalam menanggapi berbagai masalah yang sedang dihadapi disaat masa krusialnya dimana SBY harus menunjukkan konsekuensinya sebagai presiden terpilih demi kepentingan rakyatnya namun menganggap bahwa citra dirinya lebih penting daripada

urusan rakyat kecil. Bahkan sebagai sosok yang mempunyai super power,

Presiden SBY berusaha untuk menstabilkan anggapan-anggapan miring

dalam menunjang kredibilitas seorang presiden yang telah sukses memperoleh gelar ”presiden anti korupsi”, hal tersebut dilakukan dengan cara menangkis keterlibatannya terhadap isu politik aliran dana Bank Century dan pelemahan KPK yang dapat menjatuhkan citra politik dan investasi politik untuk masa depan partai politiknya.

Pada periode pertama 2004-2009 dengan wakil yang masih berpasangan dengan Jusuf Kalla sebelumnya, sosok SBY membawa pemerintahan dengan latar belakang yang bersih dan memberikan dampak yang positif bagi negara, sehingga mampu mempertahankan suara untuk politiknya dalam pemilihan presiden pada periode yang ke dua ini. Di masa periode ke dua ini, SBY membawa nama Pemerintahan yang sedang diusung hingga tahun 2014 nanti, namun tidak banyak hasil yang timbul sesuai dengan harapan masyarakat dalam fondasi awal program 100 hari sehingga cenderung bersifat santai dan bebas tidak begitu berpengaruh dari sebelumnya, sebab, perjalanan karir 100 hari Pemerintahan SBY-Boediono tidak semulus yang diharapkan SBY, karena banyak permasalahan-permasalahan yang sifatnya menghambat seperti : Kasus kriminalisasi pimpinan KPK, Kasus Anggodo, Kasus Mega Korupsi Bank Century, menjadi bagian catatan buram dan kusam 100 hari pemerintahan SBY-Boediono, dapat diartikan bahwa perjalanan pemerintahan SBY-Boediono sangat lambat untuk kepentingan rakyatnya, penuh pelik dan masih diterpa banyak kasus-kasus yang harus dituntaskan.

 

Maka dapat ditarik kesimpulan dari makna keseluruhan atau triangle

meaning C.S. Pierce representai kelambatan kerja dalam karikatur clekit ”100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono” di surat kabar Jawa Pos edisi 28 Januari 2010 bahwa Presiden SBY yang sedang menjalankan program 100 hari sedang dilanda masalah-masalah yang bersifat menghambat, seperti Kasus kriminalisasi pimpinan KPK, Kasus Anggodo, Kasus Mega Korupsi Bank Century, namun kebijaksanaan SBY dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala negara, karena pada masa periode sebelumnya SBY telah sukses membawa pemerintahan yang bersih maka dalam masa pmerintahan periode kedua ini SBY lebih mementingkan citra politiknya tanpa memperdulikan apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya rakyat kecil yang sedang menunggu janji-janji politiknya, hal tersebut ditunjukkan dengan menstabilkan anggapan-anggapan miring yang mengganggu kredibilitasnya dengan cara menangkis keterlibatannya terhadap isu politik aliran dana Bank Century dan pelemahan KPK dengan maksud membersihkan nama partai politiknya dari hal-hal tak terduga yang sifatnya negatif demi mendapatkan suara untuk Demokrat atau investasi politik dan mengakhiri kariernya secara khusnul-khatimah (akhir yang baik). Sehingga dikarenakan terlalu banyaknya masalah-masalah yang sifatnya membuat batu sandungan maka terjadi kelambatan kerja dalam program 100 harinya.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi dari gambar karikatur 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono di surat kabar Jawa Pos diperoleh kesimpulan bahwa Presiden SBY yang sedang menjalankan program 100 hari sedang dilanda masalah-masalah yang bersifat menghambat, seperti Kasus kriminalisasi pimpinan KPK, Kasus Anggodo, Kasus Mega Korupsi Bank Century, namun kebijaksanaan SBY dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala negara, karena pada masa periode sebelumnya SBY telah sukses membawa pemerintahan yang bersih maka dalam masa pmerintahan periode kedua ini SBY lebih mementingkan citra politiknya tanpa memperdulikan apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya rakyat kecil yang sedang menunggu janji-janji politiknya, hal tersebut ditunjukkan dengan menstabilkan anggapan-anggapan miring yang mengganggu kredibilitasnya dengan cara menangkis keterlibatannya terhadap isu politik aliran dana Bank Century dan pelemahan KPK dengan maksud membersihkan nama partai politiknya dari hal-hal tak terduga yang sifatnya negatif demi mendapatkan suara untuk Demokrat atau investasi politik dan mengakhiri kariernya secara khusnul-khatimah (akhir yang baik). Sehingga dikarenakan terlalu banyaknya

masalah-masalah yang sifatnya membuat batu sandungan maka terjadi kelambatan kerja dalam program 100 harinya.

5.2. Saran

Munculnya gambar karikatur yang dibentuk dengan konsep-konsep yang dapat memercikkan suatu ultimasi pada sasaran yang dituju oleh tampilan gambar karikatur tersebut khususnya gambar karikatur “100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono” di surat kabar Jawa Pos dapat menjadi penggerak hati pemerintah agar lebih dewasa dalam menghadapi isu-isu politik dan mendahulukan problem orang banyak seperti kesejahteraan masyarakat yang seharusnya lebih penting daripada mementingkan isi perutnya sendiri.

Diharapkan Presiden dan wakilnya beserta seluruh sistem struktur organisasinya dapat memberikan solusi terbaik baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain demi terciptanya negara yang bersih dari kejahatan korupsi, masyarakat yang adil dan sejahtera.

Haryatmoko, 2007, Etika Komunikasi, Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Kasali, Renald, 1992, Manajemen Periklanan Konsep Dan Aplikasinya Di

Indonesia, Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti.

Libois, Boris, 1994, Ethique De I’information, Bruxelles : ED. De L’universite de

Bruxelles.

Libois, Boris, 2002, La Communication Publique, Paris : L’Harmattan.

Masoed, Mohtar, 1999, Kritik Sosial Dalam Wacana Pembangunan, Yogyakarta :

UII Press.

Moleong, Lexy. J, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy, 2000, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Nimmo, Dan, 2000, Komunikasi Politik, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Panuju, Redi, 2005, Nalar Jurnalisme : Dasarnya Dasar jurnalistik, Malang :

Banyu Media Publishing.

Rivers, William. C, 2003, Media Massa Dan Masyarakat Modern, Jakarta :

Prenada Media.

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis

Wacana, Semiotik Dan Framing, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

__________, 2003, Semiotika komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

__________, 2006, Analisis Teks Media, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Soekanto, Soerjono, 2002, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Sumandiria, Haris. AS, 2004, Menulis Artikel Dan Tajuk Rencana : Panduan

Praktis Penulis Jurnalistik Profesional, Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Non Buku

Yunita, Heny. F, 2007, Pemaknaan Karikatur Clekit “ Tewasnya Siswa IPDN ditangan Para Seniornya” di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 10 April 2007, Surabaya : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Firmansyah, 2009, Pemaknaan Karikatur “Politik BBM Yudhoyono” Pada Majalah Tempo Edisi 19-25 Januari 2009, Surabaya : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Internet

http://www.indonesiaindonesia.com/f/37066-pecinta-kura-kura/index10.html 

(Diakses tanggal 19 Maret, jam 22:50)

http://politikana.com/baca/2010/01/26/berakhirnya-bulan-madu-100-hari-pemerintahan-sby-budiono.html (Diakses tanggal 19 Maret, jam 23:56)

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php (Diakses tanggal 20 Maret 2010,

jam 01:43)

 http://definisi.net/story.php?title=kerja (Diakses tanggal 8 Mei, jam 20:35)

http://.toekangweb.or.id/07-tips-bentukwarna1.html (Diakses tanggal 8 Mei, jam

Dokumen terkait