• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simbol yang Bersifat Spiritual

Dalam dokumen Bab 9 MODAL SPIRITUAL DI MONDO (Halaman 31-34)

Kehidupan masyarakat Mondo dipenuhi dengan simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut menjadi sarana yang menolong untuk menghantar mereka sampai kepada yang transenden, walaupun tak pernah dapat menggantikan yang transenden. Sebagai manusia yang memiliki indera-indera, simbol-simbol menjadi penting karena dapat menghubungkan mereka dengan yang tak dapat ditangkap oleh indera-indera mereka. Periuk Persembahan dan siri bongkok misalnya, melambangkan kepercayaan mereka kepada Wujud Tertinggi yang menaungi sebuah kelompok masyarakat yang bernaung di bawahnya. Dengan demikian, simbol ini menonjolkan nilai komunalitas mereka.

Selain itu, kekomunalan mereka ditunjukkan pula lewat simbol ayam, babi, dan binatang persembahan lainnya yang melambangkan doa dan persembahan seluruh komunitas. Kenyataannya, segala simbol dan ritual yang bersifat spiritual itu justru semakin mempersatukan mereka sebagai masyarakat yang komunal. Kekomunalan ini terbentuk lewat konsolidasi yang menguat dalam setiap tindakan ritual yang mereka adakan bersama.

Kekuatan komunalitas masyarakat Manggarai pada umumnya selain ditandai dengan adanya mbaru gendang bersama, juga adanya lingko atau kebun bersama, natas atau halaman bersama, waé téku atau sumber air bersama, dan boa atau kuburan bersama. Di Mondo memang tidak ada mbaru gendang, tetapi mereka hidup sebagaimana masyarakat Manggarai lainnya yang mempunyai mbaru gendang. Mereka hidup komunal dengan mengerjakan

Tahun 1950-an •Spiritualitas tradisional murni •Nilai ksatria dan komunal Sebelum 1994 •Spiritualitas tradisional diteguhkan spiritualitas kristiani •Nilai ksatria dan komunal Setelah 1994 •Spiritualitas kristiani dengan gaya tradisional Manggarai •Nilai ksatria dan komunal

bersama lingko-lingko di Mondo, mengadakan acara bersama di natas, mengambil air di sungai yang sama, dan memiliki boa bersama pula. Semua ini dihayati oleh masyarakat Mondo karena penghayatan spiritual tradisional mereka yang mempertahankan warisan leluhur. Oleh karena itu, nilai komunal menjadi kuat dalam komunitas tersebut.

Lingko, natas, waé téku, dan boa tidak lain merupakan simbol-simbol kebersamaan yang menunjukkan nilai komunalitas mereka. Tampaklah di sini bahwa yang menjadi pusat kehidupan tradisional masyarakat Mondo bukan mbaru gendang tetapi wa’u, dalam hal ini wa’u yang berasal dari Panga Waling. Mereka hidup secara komunal dan setia menjalankan berbagai upacara adat serta memiliki beberapa lingko. Adapun penggunaan sarana kebersamaan tersebut diatur oleh para ksatria Waling.

Hampir seluruh aktivitas budaya masyarakat Mondo yang sudah mengakar turun temurun berkaitan dengan simbol. Simbol-simbol tersebut memiliki makna kosmologis, mengandung rahasia dari struktur dunia yang tersembunyi di tempat persemayaman Wujud Tertinggi. Beberapa contoh akan ditampilkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 8Contoh simbol yang bersifat spiritual

Upacara Adat Simbol Makna

Perkawinan Leca194 Berkat untuk kedua mempelai.

Kelahiran Lampek195 Manusia akan mati pada akhirnya.

Kematian Haeng Nai196 Melepas keberangkatan arwah menuju dimensi baka. Sumber: diolah dari hasil wawancara dan observasi

Bagi masyarakat yang tradisional, simbol selalu bersifat spiritual karena menunjuk kepada sesuatu yang nyata namun tak dapat dilihat secara fisik. Mircea Eliade mengatakan simbol menjadi penghubung antara manusia yang hidup di dunia dengan Wujud Tertinggi yang berada di alam lain (Susanto 1987:63). Dengan perkataan lain, simbol mewahyukan realitas kosmologis atau realitas Yang Kudus. Dapatlah dipahami kini bahwa karenanya masyarakat Mondo merupakan masyarakat yang spiritualistis.

Ketika spiritualitas kristiani memasuki kehidupan warga Mondo, masyarakat masih menerimanya dalam perspektif penghayatan tradisional mereka. Oleh karena itu, integrasi antara kedua spiritualitas tersebut berjalan dengan baik karena masyarakat menemukan bahwa spiritualitas yang baru

194

Dalam bentuk kebaya dan kain songke untuk calon mempelai perempuan.

195

Dalam bentuk bilahan bambu untuk memotong tali pusat bayi yang baru lahir.

196

tersebut tidak meniadakan yang lama. Mereka tidak perlu pindah ke dunia yang baru tetapi memandang dunianya dengan cara yang baru. Hal ini memberikan dampak yang besar terhadap cara mereka berdoa dan tujuan doa-doa serta penyembahan mereka. Simbol-simbol salib, rosario, bangunan gereja, semua menjadi lambang kebersamaan di dalam Kristus.

Walaupun masuknya spiritualitas kristiani memberikan dampak besar terhadap cara mereka berdoa, namun, dampaknya tidak terlalu besar dalam interaksi sosial di antara mereka. Kekomunalan masyarakat tetap sebagaimana sebelumnya, demikian juga adat istiadat warisan leluhur yang kini sudah memiliki substansi yang baru. Apabila diilustrasikan, spiritualitas kristiani merupakan isi, sedangkan gaya tradisional merupakan bungkusnya. Dengan demikian, secara inderawi dapat ditangkap masyarakat yang berdoa dengan bahasa tradisional, tarian tradisional, lagu tradisional, juga pakaian tradisional. Segala bentuk bungkus tradisional tersebut menjadi simbol kekomunalan mereka sebagai umat Manggarai di Mondo. Walaupun demikian, doa-doanya adalah doa-doa kristiani. Spiritualitas kristiani merupakan unsur teologis yang menjadi inti penghayatan spiritual mereka, sementara gaya tradisional menjadi unsur sosiologis yang membuat mereka merasa lebih akrab, lebih mudah menghayati doa-doanya, dan lebih menyentuh emosi yang terdalam. Dalam hal inilah dinamika budaya di Mondo dapat dibaca sebagai sebuah budaya yang dinamis. Sebuah perubahan besar terjadi di Mondo justru karena adanya banyak persamaan antara yang lama dan yang baru. Tambah lagi, baik spiritualitas kristiani maupun tradisional memberikan penekanan yang cukup kuat terhadap perjamuan makan bersama197. Bagaimanapun, peristiwa makan bersama menjadi simbol persaudaraan karena merupakan peristiwa sosial yang jika dilakukan berulang-ulang dapat membawa para anggotanya menjadi semakin komunal.

197

Makan bersama dalam spiritualitas tradisional dilakukan dalam upacara adat sedangkan dalam ajaran Katolik dalam Ekaristi.

Bagan 23 Penghayatan spiritual yang berintikan spiritualitas kristiani dan berbungkus spiritualitas tradisional

Dalam dokumen Bab 9 MODAL SPIRITUAL DI MONDO (Halaman 31-34)

Dokumen terkait