• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Simpulan

(1) (a) Faktor-faktor yang mempengaruhi lemahnya fungsi AGIL di perkotaan adalah: (1) Usia suami menikah yang belum matang dan kurang tepatnya gaya hidup, (2) Tingkat pendidikan istri yang rendah memberikan pengaruh terhadap rendahnya fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, dan belum tingginya fungsi integrasi keluarga, (3) Fungsi adaptasi rendah karena pendapatan keluarga rendah, banyaknya jumlah tanggungan, lemahnya motivasi pernikahan, dan lemahnya akses terhadap informasi, (4) Lemahnya motivasi pernikahan menyebabkan rendahnya fungsi pencapaian tujuan, 4) Kelemahan dalam gaya hidup dan kurang matangnya usia istri menikah mengakibatkan belum tingginya fungsi integrasi keluarga, 5) tingkat pendapatan keluarga yang rendah mengakibatkan rendahnya fungsi latensi keluarga, dan 6) Kelemahan dalam keempat fungsi AGIL menyebabkan ketidakberdayaan keluarga, terutama fungsi adaptasi dan integrasi. (b) Faktor-faktor yang mempengaruhi lemahnya fungsi AGIL di pedesaan adalah :

(1) Rendahnya tingkat pendapatan keluarga, belum tepatnya persepsi peran orang tua, dan lemahnya motivasi pernikahan, (2) Kondisi lingkungan tempat tinggal yang belum baik juga berpengaruh terhadap rendahnya fungsi adaptasi latensi, dan belum baiknya fungsi integrasi keluarga; 3) Kelemahan dalam fungsi pencapaian tujuan dan integrasi terjadi karena jumlah anak yang banyak, 4) Rendahnya pembicaraan isu keluarga di tempat kerja memberikan pengaruh terhadap rendahnya fungsi adaptasi, (5) Fungsi latensi akan semakin rendah bila akses terhadap informasi semakin tinggi, dan (6) Kelemahan dalam keempat fungsi AGIL menyebabkan ketidakberdayaan keluarga, terutama fungsi integrasi.

(2) Faktor-faktor yang mempengaruhi keberdayaan keluarga adalah:

(a) Di perkotaan tergolong belum tinggi, hal ini disebabkan belum tingginya fungsi integrasi dan rendahnya fungsi adaptasi, fungsi pencapaian tujuan, dan latensi. Selain itu juga disebabkan belum tepatnya persepsi peran orangtua. (b) Di pedesaan tingkat keberdayaan yang tergolong belum tinggi, hal ini

disebabkan oleh belum tingginya fungsi integrasi, rendahnya fungsi adaptasi, fungsi pencapaian tujuan, dan latensi, rendahnya tingkat pendapatan, kondisi tempat tinggal yang belum baik, dan besarnya jumlah tanggungan.

(3) Strategi yang paling efektif untuk pemberdayaan keluarga di perkotaan adalah meningkatkan pelaksanaan fungsi AGIL dalam keluarga terutama peningkatan fungsi integrasi dan fungsi adaptasi melalui peningkatan kualitas karakteristik keluarga yakni tingkat pendidikan perempuan dan didukung oleh lingkungan melalui peningkatan akses informasi. Strategi yang paling efektif untuk pedesaan adalah peningkatan fungsi keluarga, terutama fungsi integrasi melalui peningkatan karakteristik keluarga terutama peningkatan pendapatan keluarga dan didukung oleh lingkungan yakni kondisi tempat tinggal.

(4) Strategi yang diterapkan dalam peningkatan kualitas karakteristik keluarga baik di pedesaan maupun perkotaaan adalah: (1) Peningkatan pendidikan perempuan melalui pendidikan formal, (2) Peningkan persepsi peran orangtua yang tepat, (3)

peningkatan motivasi pernikahan, (4) Perubahan gaya hidup yang baik, dan (5) Peningkatan pendapatan keluarga.

(5) Strategi yang diterapkan untuk peningkatan fungsi AGIL dalam keluarga adalah peningkatan fungsi integrasi dan adaptasi dalam keluarga.

(6) Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa bahwa kemitraan suami -istri dalam keluarga belum terbangun dengan baik. Hal ini bisa terlihat sebagai dampak belum tepatnya persepsi peran orangtua yang belum tepat dan belum baiknya motivasi pernikahan. Dalam banyak hal keluarga, suami maupun istri kurang berkomunikasi dan bekerjasama dalam mengatasi masalah keluarga, sehingga akhirnya tidak mampu memberdayakan potensi di dalam dan di luar keluarga. (7) Media informasi yang penuh dengan nilai hedonisme dan konsumerisme:

sesuatu yang instan, penuh dengan kesenangan materi dan kurang memberikan informasi yang mampu mendidik masyarakat membuat terjadinya pergeseran standar nilai- nilai kebaikan dalam keluarga dan sulitnya membangun budaya keluarga yang dilandasi kekuatan nilai. Padahal dalam kondisi keluarga tidak memiliki kekuatan ekonomi dan bahkan berlimpahnya materi maka kekuatan nilai kebaikan keluarga itu akan mampu menjadi bingkai agar keluarga tetap dalam koridor yang baik.

(8) Wadah interaksi bagi masyarakat baik itu lembaga lokal keagaamaan, kelompok tani, koperasi, dll belum dikelola dengan baik akibatnya tidak berfungsi untuk pemberdayaan keluarga.

(9) Pemberdayaan keluarga yang selama ini dilakukan ternyata belum mampu meningkatkan keberdayaan keluarga, karena program pemberdayaan selama ini

melihat bahwa keluarga dalam posisi miskin,tidak berdaya, tidak punya modal, pendidikan rendah sehingga akhirnya program pemberdayaan lebih banyak menekankan pada peningkatan pendapatan keluarga dengan pemberian modal, bukan pada perubahan perilaku anggota keluarga.

(10)Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ternyata pelaksananan fungsi latensi sangat rendah, baik di perkotaan maupun pedesaan. Ini menujukkan bahwa kekuatan nilai agama yang seharusnya menjadi pembingkai dan pijakan nilai dasar keluarga dalam berperilaku sangat jauh dari semestinya.

Saran

(1) Agar pelaksanan fungsi AGIL keluarga dapat meningkat maka perlu ditingkatkan kualitas karakteristik keluarga (tingkat pendidikan perempuan dan tingkat pendapatan, motivasi pernikahan, ketepatan persepsi orangtua, gaya hidup keluarga), maka penyuluhan yang dilakukan haruslah berorientasi terhadap perubahan karakteristik keluarga yaitu :

(a) Penyuluhan tentang peran istri dan ibu yang ideal yang bertujuan agar para ibu dan istri memiliki pengetahuan, wawasan dan ketrampilan dalam pengeloaan keluarga baik menyangkut pola komunikasi, mengatasi konflik, dan sosialisasi nilai yang efektif dalam keluarga.

(b) Pernikahan (pranikah, pascanikah, keluarga SAMARA) yang bertujua n meningkatkan dan memperbaiki motivasi pernikahan dan meningkatkan ketepatan persepsi peran orangtua).

(c) Manajemen keuangan yang bertujuan agar keluarga mampu mengatur keuangan keluarga. Tujuan dari penyuluhan ini adalah untuk memperbaiki gaya hidup terutama pada aspek konsumsi dan gaya bergaul.

(d) Penyuluhan agama yang tidak pada aspek halal dan haram tetapi juga menyangkut banyak hal dari kehidupan ini.

(e) Penyuluhan ekonomi yaitu bagaimana meningkatkan pendapatan keluarga agar keluarga memiliki pengetahua n, sikap dan ketrampilan yang dapat memperbaiki ekonomi keluarga.

(f) Penyuluhan tentang manajemen keluarga juga perlu dilakukan karena dengan penyuluhan tentang hal ini, keluarga juga akan mendapatkan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan mengelola potensi yang ada di dalam keluarga dan prinsip kemitraan antara suami -istri

(g) Penyuluhan tentang lingkungan baik yang berkaitan dengan kelembagaan, maupun berkaitan dengan penataam lingkungan yang sehat untuk fisik, sosial, psikologis.

(2) Tingkat Keberdayaan yang masih belum tinggi maka perlu ditingkatkan melalui pelaksanaan fungsi AGIL keluarga terutama fungsi Integrasi. Selama ini penyuluhan lebih berorientasi pada pendekatan ekonomi, dengan alasan bahwa mereka tidaklah berdaya karena mereka memiliki pendapatan yang rendah, pendidikan rendah, namun dari penelitian ini terbukti bahwa fungsi integrasilah yang seharusnya hal yang mendasar dalam peningkatan pemberdayaan keluarga. Integrasi adalah merupakan tujuan pertama keluarga, karena dengan terbangunnya kekuatan kolektif yang dibingkai kekuatan spritual keluarga akan membuat keluarga tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah- masalah keluarga sehingga akan mudah juga mencapai tujuan keluarga. Perimbangan pendekatan kekuatan nilai (integrasi) dan pendekatan ekonomi (adaptasi) adalah pendekatan yang ideal ke depannya, karena memang kekuatan materi atau ekonomi memang sesuatu yang tidak bisa terelakkan dalam pemenuhan kebutuhan pokok manusia.

(3) Penyuluhan partisipatif untuk peningkatan keberdayaan keluarga yang menekankan pada peningkatan kualitas karakteristik keluarga, peningakatan fungsi AGIL keluarga dengan berbasiskan kepada lembaga keagaamaan lokal dan dengan dukungan pemerintah, non pemerintah, lembaga pendidikan, LSM atau Ormas yang terlembagakan dalam lembaga penyuluhan yang dihasilkan dalam penelitian ini bisa dijadikan sebagai alternatif strategi pemberdayaan keluarga ke depannya.

(4) Pemberdayaan keluarga selayaknya menggunakan prinsip Kesatuan Keluarga (Kerjasama kemitraan suami dan istri dalam mengelola bersama) dan Prinsip meningkatkan kemampuan manajemen sumberdaya keluarga (family resource management) agar dapat mengelola baik aktivitas domestik keluarga maupun aktivitas ekonomi keluarga yang dilakukan oleh suami, istri dan anak-anaknya. (5) Pemerintah tentunya perlu komitmen dalam melaksanakan, mengkontrol

tatanan keluarga lewat program yang tidak mendidik masyarakat dan yang merusak nilai budaya bangsa.

(6) Pengembangan dan memasukkan muatan yang berkaitan tentang bagaimana seorang lelaki berperan sebagai suami atau ayah dan perempuan sebagai istri atau ibu perlu ada di dalam kurukulum pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

(7) Pembinaan wadah interaksi masyarakat terutama lembaga lokal keagamaan perlu menjadi perhatian utama karena lewat lembaga lokal agama tidak hanya menekankan masalah agama saja tetapi bisa menjadi wadah perbaikan ekonomi, perbaikan lingkungan sosial, pendidikan yang dibingkai oleh nilai agama. Di sinilah peranan pemerintah melalui Depag terkait bimbingan masyarakat dan organisasi agama memfungsikan peran lembaga agama lokal secara terintgerasi. (8) Program pemberdayaan keluarga tentunya tidak hanya penekanan pada

peningkatan pendapatan semata tetapi harus terintegrasi dengan peningkatan perbaikan kondisi sosial dan psikologis keluarga, karena memang yang krusial di temukan dalam penelitian ini adalah fungsi latensi atau kekuatan nilai. Sehingga diharapkan ke depannya bahwa setiap program pemberdayaan keluarga hendaknya menjadikan kekuatan nilai kebaikan menjadi dasar perubahan keluarga.

(9) Program pemberdayaan keluarga sebaiknya dilakukan koordinasi antara departemen atau kementrian sehingga tidak terjadi overlapping program dan efektifitas pemanfaataan sumberdaya.