• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan

Penelitian ini menguji pengaruh praktik tata kelola perusahaan terhadap keputusan struktur modal dengan keragaman gender sebagai variabel moderasi.

Berdasarkan hasil uji analisis data dari 59 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut

Variabel ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap tingkat leverage perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien – 2,405 dengan signifikansi 0,000. Oleh karena itu hipotesis satu yang berbunyi ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap tingkat leverage perusahaan ditolak (H1 ditolak), sehingga dapat disimpulkan ukuran dewan direksi besar akan membuat dewan direksi berhati-hati dalam memilih suatu pendanaan sehingga biaya hutang yang dikeluarkan perusahaan menjadi rendah atau jika ukuran dewan direksi besar maka tingkat leverage atau hutang menjadi kecil sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat leverage perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien 2,671 dengan signifikansi 0,019. Oleh karena itu hipotesis dua yang berbunyi ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat leverage perusahaan diterima (H2 diterima), sehingga dapat disimpulkan ukuran dewan komisaris yang besar akan

116

menghasilkan tingkat hutang yang tinggi. Selain itu, dewan komisaris yang besar akan membuat pengontrolan menjadi lebih efektif, dengan demikian perusahaan akan lebih memilih pendanaan eksternal yaitu pendanaan hutang dalam rangka untuk penghematan pajak.

Variabel komisaris independen berpengaruh positif terhadap tingkat leverage perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien 0,444 dengan signfiikansi 0,001. Oleh karena itu hipotesis tiga yang berbunyi komisaris independen berpengaruh positif terhadap tingkat leverage perusahaan diterima (H3 diterima), sehingga dapat disimpulkan bahwa komisaris independen yang besar akan menghasilkan tingkat hutang yang tinggi. Komisaris independen yang berjumlah besar dapat mengawasi manajer secara lebih aktif dan membuat pihak-pihak manajemen dalam melakukan tindakan untuk memaksimalkan kepentingan para pemegang saham, sehingga sumber pendanaan di perusahaan dari luar dapat bertambah dan rasio hutang menjadi meningkat.

Variabel komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat leverage perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien 1,679 dengan signifikansi 0,132. Oleh karena itu hipotesis empat yang berbunyi komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat leverage perusahaan ditolak (H4 ditolak), sehingga dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak mempunyai peranan yang penting dalam tata kelola perusahaan yang berkaitan dengan keputusan pendanaan perusahaan dan peranannya tidak sebesar dewan komisaris, dikarenakan komite audit dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas untuk membantu dewan komisaris dalam mengawasi kinerja manajer apakah membuat keputusan secara benar

dengan tidak memihak hanya satu pihak saja, melainkan keputusan yang dibuat demi kepentingan perusahaan.

Variabel keragaman gender memperlemah hubungan antara ukuran dewan direksi dengan tingkat leverage perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien -3,695 dengan signifikansi 0,040. Oleh karena itu hipotesis lima yang berbunyi keragaman gender yang lebih banyak dapat memperkuat hubungan positif antara ukuran dewan direksi dengan tingkat leverage perusahaan ditolak (H5 ditolak), sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika proporsi perempuan dalam direktur lebih banyak akan membuat tingkat hutang perusahaan menjadi negatif. Tingkat hutang yang negatif akan membuat perusahaan lebih memilih pendanaan internal yaitu laba ditahan, karena pecking order theory menyatakan bahwa hutang menunjukkan efek negatif terhadap kinerja perusahaan.

Variabel keragaman gender tidak memoderasi hubungan antara ukuran dewan komisaris dengan tingkat leverage perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien 6,890 dengan signifikansi 0,096. Oleh karena itu hipotesis enam yang berbunyi keragaman gender yang lebih banyak dapat memperkuat hubungan posiitf antara ukuran dewan komisaris dengan tingkat leverage perusahaan ditolak (H6 ditolak), sehingga dapat disimpulkan keragaman gender tidak berpengaruh terhadap hubungan antara ukuran dewan komisaris dengan tingkat leverage perusahaan. Hasil yang tidak signfiikan tersebut dikarenakan perusahaan di Indonesia tidak memiliki keragaman gender yang tinggi atau tidak lazim terdapat wanita dalam struktur dewan. Keragaman gender perusahaan sektor non keuangan di Indonesia dari 59 perusahaan sebesar 57,06% tidak terdapat direktur perempuan

118

dalam struktur dewannya dan sebesar 42,93% terdapat direktur perempuan dalam struktur dewannya dengan rata-rata direktur perempuan di perusahaan sebesar 19,47% sehingga di Indonesia secara garis besar belum menerapkan kesetaraan gender dalam keanggotaan dewan.

Variabel keragaman gender tidak memoderasi hubungan antara komisaris independen dengan tingkat leverage perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien 0,113 dengan signifikansi 0,785. Oleh karena itu hipotesis tujuh yang berbunyi keragaman gender yang lebih banyak dapat memperkuat hubungan posiitf antara ukuran dewan komisaris dengan tingkat leverage perusahaan ditolak (H7 ditolak), sehingga dapat disimpulkan keragaman gender tidak berpengaruh terhadap hubungan antara komisaris independen dengan tingkat leverage perusahaan. Hasil yang tidak signfiikan tersebut dikarenakan perusahaan tidak memiliki keragaman gender yang tinggi atau tidak lazim terdapat wanita dalam struktur dewan. Keragaman gender perusahaan sektor non keuangan di Indonesia tahun 2017-2019 dari 59 perusahaan sebesar 57,06% tidak terdapat direktur perempuan dalam struktur dewannya dan sebesar 42,93% terdapat direktur perempuan dalam struktur dewannya dengan rata-rata direktur perempuan di perusahaan sebesar 19,47%, sehingga perusahaan di Indonesia secara garis besar belum menerapkan kesetaraan gender dalam keanggotaan dewan.

Variabel keragaman gender tidak memoderasi hubungan antara komite audit dengan tingkat leverage perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien 1,786 dengan signifikansi 0,695. Oleh karena itu hipotesis delapan yang berbunyi keragaman gender yang lebih banyak dapat memperkuat hubungan

posiitf antara ukuran dewan komisaris dengan tingkat leverage perusahaan ditolak (H8 ditolak), sehingga dapat disimpulkan keragaman gender tidak berpengaruh terhadap hubungan antara komite audit dengan tingkat leverage perusahaan. Hasil yang tidak signfiikan tersebut dikarenakan perusahaan tidak memiliki keragaman gender yang tinggi atau tidak lazim terdapat wanita dalam struktur dewan.

Keragaman gender perusahaan sektor non keuangan di Indonesia tahun 2017-2019 dari 59 perusahaan sebesar 57,06% tidak terdapat direktur perempuan dalam struktur dewannya dan sebesar 42,93% terdapat direktur perempuan dalam struktur dewannya dengan rata-rata direktur perempuan di perusahaan sebesar 19,47%, sehingga perusahaan di Indonesia secara garis besar belum menerapkan kesetaraan gender dalam keanggotaan dewan.

Dokumen terkait