• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua perlakuan (formulasi) memberikan pengaruh nyata terhadap respon yang diamati. Pada evaluasi granul, formulasi dengan variasi konsentrasi effervescent mix memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon sudut diam dan kompresibilitas granul yakni menurunkan tingkat keseragaman bobot, ukuran, dan bentuk granul.

Pada evaluasi tablet, formulasi dengan variasi konsentrasi effervescent mix

memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon nilai pH, tebal, kekerasan, keregasan, penampakan, dan warna tablet.

Mengacu pada hasil dari respon evaluasi granul dan evaluasi tablet, serta diperkuat dengan data uji organoleptik, dapat disimpulkan bahwa hanya satu formulasi yaitu formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 50% yang merupakan perlakuan terbaik dari tiga formulasi yang dilakukan. Hal ini disebabkan oleh formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 45% tidak memenuhi syarat waktu larut (>2 menit) dan formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix 55% tidak memenuhi syarat keregasan tablet (>1%). Hanya formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 50% yang memenuhi keseluruhan syarat, baik dari evaluasi granul dan evaluasi tablet.

Saran

Dapat dibuat formulasi yang baru dengan menambahkan pewarna untuk memperbaiki warna dan penampakan tablet effervescent. Rasa yang pahit yang kuat dari kunyit putih dapat ditutupi dengan penambahan jenis pemanis yang berbeda atau dengan flavour. Selain itu bisa juga ditambahkan dengan ekstrak herbal lainnya sehingga dapat menambah khasiat dari tablet effervescent yang dihasilkan.

21

DAFTAR PUSTAKA

Aulton EM. 1998. Pharmaceutics : Science of Dosage Form Design. London (GB) : Churcill Living Stones

Ansel H. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia Pr

Apriyantono AD, Fardiaz NL. 1989. Analisis Pangan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Pr

Chyau CC. Mau JL. Chen CC. Chang CH. 2002. Composition and antioxidant activity of the essential oil from Curcuma zeodaria [internet].[diacu 2013 Februari 24].Tersedia dari :http://www.ift.confex.com/ift/2002/technoprogram/ /paper_10795htm

Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawan Obat dan Makanan. 1995.

Farmakope Indonesia IV. Jakarta (ID) : Depkes

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2010. Berat badan rata-rata orang Indonesia [internet]. [diacu 2013 Februari 24]. Tersedia dari :http:// www.depkes.go.id/ downloads/publikasi /buletin/BULETIN_FILARIASIS.pdf

Fardiaz S. 1992. Praktek Mikrobiologi Pangan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Pr

Fudholi A. 1983. Teknologi dan formulasi sediaan obat bahan alam dan permasalahannya. Pharmacon : Jurnal Farmasi Indonesia 2(1). Surakarta (ID) : Universitas Muhammadiyah

Gaman PM, Sherington. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada Pr

Haryadi JD. 2008. Efek penghambatan tumorigenesis kelenjar mammari yang diinduksi N-metil-n-nitrosourea oleh ekstrak etanol temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] secara makroskopis pada kelinci [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Hewijanto A. 1990. Pengaruh dari infus rimpang temu putih [Curcuma zedoaria

(Berg.) Roscoe] terhadap pengukuran enzim SGOT, SGPT dan gamma GT pada serum kelinci akibat pemberian karbon tetraklorida. Surabaya (ID) : Universitas Widyaguna.

Hidayati IL. 2007. Formulasi tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Jang MK, Sohn DH, Ryu JH. 2001. A curcuminoid and sesquiterpenes as

inhibitors of macrophage TNF salpha release from Curcuma zeodaria. Planta Med67: 550-552

Juita Y. 2008. Formulasi tablet efervescent dari tepung lidah buaya dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda [skripsi]. Depok (ID) : Universitas Indonesia

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktik Farmasi Fisik Edisi III. Jakarta (ID) : UI Pr

Lanny, James SM. 2005. Kajian senyawa kurkumin dalam rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] sebagai acuan zat penanda. Jakarta (ID) : Universitas Pancasila

Laurence DR, Bacharach AL. 1964. Evaluation of Drug Activities: Pharmacometrics. London (GB) : American Press

22

Lestari ABS, Natalia L. 2007. Optimasi natrium sitrat dan asam fumarat sebagai sumber asam dalam pembuatan granul effervescent ekstrak temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb) secara granulasi basah. Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 21-28

Lieberman, H. A., L. Lachman, and J. B. Schwartz. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms : Tablet. Volume I. New York (US) : Marcel Dekker Inc

Mardiana L. 2002. Kanker Pada Wanita Pencegahan dun Pengobatan dengan Tanaman Obat. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya

Meiyanto E. 1999. Kurkumin sebagai obat kanker : Menelusuri mekanisme aksi. Majalah Farmasi Indonesia10 (4): 224-236.

Ningsih M. 2010. Formulasi tablet eEffervescent dengan basa kalsium karbonat nano dari pegagan [skripsi]. Jakarta (ID) : Universitas Pancasila

Nuratmi B. Wahyuni TL. Astuti NY. 2003. Uji perbandingan efek analgesik infus temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) dan temu mangga (Curcuma mangga

Val. et Zipp) pada mencit. Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol.2, No.3

Pratiwi W. 2006. Penentuan daya inhibisi ekstrak air dan etanol temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] terhadap aktivitas tirosin kinase secara in vitro [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Rowe CR, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients VI. London (GB) : The Pharmaceutical Press

Sahib WN. 2010. Temu putih Curcuma zedoaria [internet]. [diacu Agustus 25 2013]. Tersedia dari : http//www.medicalera.com/3/14238/temu-putih-curcuma-zedoaria

Said N. 2005. Pembuatan tablet effervescent susu kambing dengan metode granulasi basah [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Sengadji MI. 2010. Pemanfaatan kurkumin dari ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcumae domestica) sebagai alternative antiinflamasi local [skripsi]. Malang (ID) : Universitas Muhammaadiyah Malang

[SNI] Standar Nasional Indonesia.2005.SNI simplisia kering[internet].[diacu Februari 24 2013].Tersedia dari :http//www.sisni.bsn.go.id/index.php/ sni_main/sni/detail_ sni/ 7031

Soedibyo M. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II). Jakarta (ID) : Depkes RI

Soekarto ST. 1981. Penilaian Organoleptik. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Pr

Syukur C. 2003. Temu Putih Tanaman Obat Anti Kanker. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya

Utami KP. 2000. Temu putih redam kanker leher rahim. Trubus 31: 19-20

Vibowo H. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] terhadap gambaran klinis pre dan post

operasi pada kelinci yang diinduksi tumor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Voight. 1994. Buku Pelajaran Farmasi. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada Pr

Wells JI. 1987. Pharmaceutical Preformulation : The Phsicochemical Properties of Drug Substance. New York (US) : John Wiley and Sons

23 Windono T. 2002. Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe Kajian Pustaka Kandungan Kimia dan Aktivitas Farmakologik. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Indonesia XXI. Surabaya (ID) : Universitas Surabaya

Yunianto P, Muthia F, Rahayu R. 2008. Perbandingan Tingkat Toksisitas dan Profil Kromatografi Komponen Aktif dari Temu Putih (Curcuma zedoaria) yang Diperoleh dengan Metode Ekstraksi Cair-Cair, Cair-Padat, dan Penyulingan Uap. Potensi Tumbuhan Obat Indonesia. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXXV. Purwekerto (ID) : Unsoed

24

Lampiran 1 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis (Laurence 1964) 20 gram mencit 200 gram tikus 400 gram marmot 1.5 kg kelinci 2 kg kucing 4 kg kera 12 kg anjing 70 kg manusia 20 gram mencit 1 7 12.25 27.8 29.7 64.1 124.2 387.9 200 gram tikus 0.14 1 1.74 3.9 4.2 9.2 17.8 56.1 400 gram marmot 0.08 0.57 0.1 2.25 2.4 5.2 10.2 31.5 1.5 kg kelinci 0.04 0.25 0.44 1 1.08 2.4 4.5 14.2 2 kg kucing 0.03 0.23 0.41 0.92 1 2.2 4.1 13 4 kg kera 0.016 0.11 0.19 0.42 0.45 1 1.9 6.1 12 kg anjing 0.008 0.06 0.1 0.22 0.24 0.52 1 3.1 70 kg manusia 0.0026 0.018 0.031 0.07 0.076 0.16 0.32 1

25 Lampiran 2 Foto granul effervescent dan tablet effervescent ekstrak kunyit putih

(a) Granul effervescent ekstrak kunyit putih

(b) Tablet effervescent ekstrak kunyit putih

26

Lampiran 3 Tabel anova respon kecepatan alir granul (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 7.600704 3.800352 3.855956

Error 6 5.913478 0.98558

Total 8 13.51418

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan alir granul

27 Lampiran 4 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon sudut diam (α =

5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 84.18536 42.09268 14.31598

Error 6 17.64154 2.940257

Total 8 101.8269

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap sudut diam granul effervescent.

Minimal ada satu pasang rata-rata sudut diam yang berbeda secara signifikan. Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yg terkecil hingga yang terbesar : 22.9002 28.5041 30.0079 MS error = 2.99403 Standar Error = 0.99801 Nilai p : p 2 3 3.46 4.34 LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 3.45311

4.33136

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 7.10773 >4.331357*

1.5038 <3.46 5.60393 >3.46* Jadi :

28

Lampiran 5 Tabel anova respon kompresibilitas (α = 5%) dan uji lanjut Newman-Keuls respon kompresibilitas granul

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 188.7761 94.38804 25.03703

Error 6 22.61962 3.769937

Total 8 211.3957

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap kompresibilitas granul effervescent.

Minimal ada satu pasang rata-rata kompresibilitas yang berbeda secara signifikan. Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yg terbesar hingga yang terkecil :

23.3913 22.9681 13.4713 MS error = 3.76994 Standar Error = 1.25665 Nilai p : p 2 3 3.46 4.34 LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 4.34799

5.45384

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 9.92007 >5.453843* 0.42327 <4.347994 9.4968 >4.347994*

Jadi : F2 dan F1 berbeda signifikan dan F3 berbeda signifikan dengan F1

29 Lampiran 6 Tabel anova respon kadar air tablet effervescent (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 187.2801 93.64005 0.010862

Error 4 34484.5 8621.126

Total 6 34671.78

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =4, dan F tabel = 6.94, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi

30

Lampiran 7 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon pH (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.088089 0.044044 24.775

Error 6 0.010667 0.001778

Total 8 0.098756

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap pH tablet effervescent.Minimal ada satu pasang rata-rata pH yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil : 6.34 6.28 6.1066667 MS error = 0.0017778 Standar Error = 0.0005926 Nilai p : p 2 3 3.46 4.34

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.0020504

0.0025719

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 0.2333333 >0.0026*

0.06 >0.0021* 0.1733333 >0.0021* Jadi :

F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3 serta F2 berbeda signifikan dengan F3

31

Lampiran 8 Tabel anova tebal tablet (α = 5%) dan uji lanjut Newman- Keuls respon pH (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.0015 0.0007 8.8529

Error 6 0.0005 8E-05

Total 8 0.002

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap tebal tablet effervescent.Minimal ada satu pasang rata-rata tebal yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terkecil hingga yang terbesar :

0.576133333 0.59557 0.6072

MS error = 8.3E-05 df error = 6 Standar Error = 2.8E-05

Nilai p :

p 2 3

3.46 4.34 LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 9.6E-05

0.00012

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 0.031066667 >0.000121*

0.011633333 >9.63E-05* 0.019433333 >9.63E-05* Jadi :

F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3 serta F2 berbeda signifikan dengan F3

32

Lampiran 9 Tabel anova respon diameter tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.0002 0.0001 4.7778

Error 6 0.0002 3E-05

Total 8 0.0004

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tablet

33 Lampiran 10 Tabel anova respon waktu larut tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 20844 10422 0.33302

Error 15 469432 31295

Total 17 490276

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =15, dan F tabel = 3.68, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap waktu larut tablet

34

Lampiran 11 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kekerasan tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 5.2455 2.6227 13.458

Error 12 2.3386 0.1949

Total 14 7.584

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =12, dan F tabel = 3.89, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap kekerasan tablet effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata kekerasan yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil : 4.80828 4.65324 3.48352 MS error = 0.19488 Standar Error = 0.03898 Nilai p : p 2 3 3.08 3.77 LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.12005

0.14694

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 1.32476 <0.1469

0.15504 >0.12* 1.16972 >0.12*

Jadi : F1 dan F2 berbeda signifikan dan F2 dan F3 berbeda signifikan

35 Lampiran 12 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon keregasan tablet

(α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 2.09482 1.04741 43601.7

Error 6 0.00014 2.4E-05

Total 8 2.09497

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =12, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap keregasan tablet effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata keregasan yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil : 1.272966667 0.4839 0.11657

MS error = 2.4E-05 Standar Error = 8.01E-06 Nilai p : p 2 3 3.46 4.34 LSR (Least Significant Ranges) LSR = 2.77E-05 3.48E-05

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 1.1564 >0.0026*

0.789066667 >0.0021* 0.367333333 >0.0021* Jadi :

F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3 serta F2 berbeda signifikan terhadap F3

36

Lampiran 13 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon penampakan tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 19.0889 9.54444 10.5959

Panelis 29 96.3222 3.32146

Error 58 52.2444 0.90077

Total 89 167.656

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =58, dan F tabel = 3.16, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap organoleptik penampakan tablet

effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata respon penampakan tablet yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil :

4.8 4.46667 3.7

MS error = 0.90077

Standar Error = 0.03003 df error =58 Nilai p :

p 2 3

2.83 3.4

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.08497

0.10209

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 1.1 >1020868*

0.333333333 <0.0849723 0.766666667 >0.0849723* Jadi :

37 Lampiran 14 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon warna (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 24.2667 12.1333 14.743

Panelis 29 78.5 2.7069

Error 58 47.7333 0.82299

Total 89 150.5

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =58, dan F tabel = 3.16, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap organoleptik warna tablet

effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata respon warna yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terkecil hingga yang terbesar : 3.433333333 4.5 4.56667

MS error = 0.82299

Standar Error = 0.02743 df error =58 Nilai p :

p 2 3

2.83 3.4 LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.07764

0.09327

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 1.133333333 >0.093272*

0.066666667 <.0776352 1.066666667 >0.0776352* Jadi :

38

Lampiran 15 Tabel anova respon aroma (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 2.82222 1.41111 1.642

Panelis 29 117.122 4.0387

Error 58 49.8444 0.85939

Total 89 169.789

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =58, dan F tabel = 3.16, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap organoleptik aroma larutan effervescent.

39 Lampiran 16 Tabel anova respon rasa (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.46667 0.23333 0.43844

Panelis 29 64.2667 2.21609

Error 58 30.8667 0.53218

Total 89 95.6

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =58, dan F tabel = 3.16, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap organoleptik rasa larutan effervescent.

40

Lampiran 17 Prosedur analisis proksimat kunyit putih 1. Kadar Air Metode Oven

Bahan sebanyak 2 gram yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselin yang telah ditera kemudian diratakan. Cawan kemudian dimasukkan dalam oven suhu 105o

C selama 3 jam, diulangi sampai didapat bobot tetap. Kadar air dihitung terhadap sampel.

2. Kadar Abu

Bahan sebanyak 2 gram atau 3 gram yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselin yang telah dipijarkan dan ditera kemudian diratakan. Zat kemudian dipijarkan perlahan-lahan sampai arang habis kemudian didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, maka ditambahkan air panas dan disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa zat dan kertas saring dipijarkan kembali dalam cawan yang sama. Filtrat dimasukkan dalam cawan dan diuapkan kemudian dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. 3. Kadar Abu tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu didihkan dengan 25 ml asam klorida encer (5 N) selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asam dikumpulkan. Bagian yang telah dikumpulkan disaring melalui kertas saring kemudian dicuci dengan air panas dan setelah itu dipijarkan kembali hingga bobot tetap lalu ditimbang. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

4. Kadar Sari yang Larut Dalam Air

Serbuk yang akan dianalisis dikeringkan di udara, kemudian 5 gram serbuk dimaserasi dengan 100 ml air menggunakan labu bersumbat selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan, sebanyak 20 ml filtrat yang diperoleh diuapkan hingga kering dalam cawan porselin yang telah ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

5. Kadar Sari yang Larut Etanol

Serbuk yang akan dianalisis dikeringkan di udara, kemudian 5 gram serbuk dimaserasi dengan 100 ml etanol (95%) menggunakan labu bersumbat selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan cepat untuk menghindarkan penguapan etanol, sebanyak 20 ml filtrat yang diperoleh diuapkan hingga kering dalam cawan porselin yang telah ditera, sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

41 6. Kadar Lemak (Metode Ekstraksi Soxhlet)

Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 105-110oC, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel dalam bentuk tepung ditimbang sebanyak ± 5 g dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi yang telah berisi pelarut (heksana). Reflux dilakukan selama 5 jam dan pelarut yang ada dalam labu lemak didistilasi. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC sampai beratnya konstan, didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

7. Kadar Protein (Metode Kjedahl)

Sebanyak 0,1-0,5 gram sampel dimasukkan ke dalam labu kjedahl dan ditambahkan 1,9 gram K2SO4, 40 mg HgO dan 2 ml H2SO4. Sampel didihkan selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih. Sampel didinginkan dan ditambah sejumlah kecil air secara perlahan-lahan. Isi tabung dipindahkan ke alat destilat dan labu dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air. Air cucian dipindahkan ke labu destilat dan didestilasi sampai diperoleh ± 15 ml destilat yang berwarna hijau. Destilasi dilakukan dengan meletakkan erlenmeyer berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 2 tetes indikator (campuran 2 bagian merah methil 0,2% dalam alkohol dan 1 bagian metilen blue 0,2% dalam alkohol) dan ditambahkan NaOH-Na2S2O3 sebanyak 8-10 ml. Isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml kemudian dititrasi dengan HCl 0,02 N sampai terjadi perubahan warna. Penetapan untuk blanko juga dilakukan.

8. Kadar Karbohidrat by difference

Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar protein)

42

Lampiran 18 Granulasi asam dan granulasi basa (Ningsih 2010)

Granulasi bagian asam dilakukan dengan pencampuran antara asam tartarat, asam sitrat, sebagian laktosa, dan PVP yang ditambahkan etanol 96% tetes demi tetes sehingga membentuk massa yang kompak lalu diayak dengan pengayak 14 mesh dan dikeringkan pada oven 400C selama 15 menit. Kemudian dicampur dengan ekstrak kering dan pemanis dan diaduk hingga homogen. Massa yang homogen tersebuk diayak lagi dengan pengayak 16 mesh.

Granulasi bagian basa dilakukan dengan pencampuran antara sebagian laktosa, natrium karbonat, dan PVP yang ditambahkan etanol 96% tetes demi tetes sehingga membentuk massa yang kompak lalu diayak dengan pengayak 14 mesh dan dikeringkan pada oven 400C selama 15 menit. Kemudian diayak lagi dengan pengayak 16 mesh.

43 Lampiran 19 Analisis Granul Effervescent

1. Uji Waktu Alir Granul (Aulton 1998)

Granul seberat 25 g dituang pelan-pelan ke dalam corong pengukur (flowmeter) lewat tepi corong. Tutup corong dibuka pelan-pelan, granul dibiarkan mengalir keluar. Waktu dicatat dengan stopwatch sampai semua granul mengalir keluar. Waktu alir dihitung dengan satuan gram/detik.

2. Sudut Diam Granul (Lachman 1994)

Granul yang jatuh dari sifat alir dan diukur tinggi kerucut yang terbentuk dan panjang dari granul kemudian diukur sudut diamnya dengan rumus :

Keterangan : a = sudut diam

h = tinggi kerucut timbunan granul (cm) r = jari-jari kerucut timbunan granul (cm) 3. Kompresibilitas Granul (Lachman 1994)

Granul seberat 50 g dituang pelan-pelan ke dalam gelas ukur dan dicatat sebagai Vo (ml). Gelas ukur dipasang pada alat bulk density tester dan motor dihidupkan. Perubahan volum dicatat setelah pengetapan (Vt) dengan t = 10, 50 dan 100 ketukan. Pengurangan volume granul akibat pengetapan dinyatakan dengan rumus :

Vo = Volume awal

44

Lampiran 20 Analisis Tablet Effervescent

1. Kadar Air Metode Oven

Bahan sebanyak 2 gram yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselin yang telah ditera kemudian diratakan. Cawan kemudian dimasukkan dalam oven suhu 105o

C selama 3 jam, diulangi sampai didapat bobot tetap.

2. Nilai pH

Sebuah tablet dilarutkan dalam 200 ml air kemudian diambil 100 ml untuk diukur pH-nya menggunakan pH-meter.

3. Tebal dan Diameter Tablet

Sebuah tablet diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan 3 kali di tempat yang berbeda.

4. Waktu Larut Tablet

Sebuah tablet dimasukkan dalam air dengan volume 200 ml dalam gelas piala 500 ml. Waktu melarut tablet dicatat dengan stopwatch sampai tablet hancur dan larut sempurna.

5. Kekerasan

Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan tablet hardness tester. Sebuah tablet diletakkan di tengah-tengah lengan penghancur kemudian ditunggu hingga tablet hancur dan dibaca nilai gayanya.

6. Keregasan

Awalnya 5 tablet dibersihkan dari debu lalu ditimbang dan dimasukkan ke dalam alat friabilitimeter. Alat dijalankan dengan kecepatan 20 rpm selama 5 menit (100 kali putaran). Kemudian tablet dikeluarkan dan dibersikan lagi dari debu dan ditimbang. Selisih berat sebelum dan sesudah perlakuan dihitung dan dibagi dengan berat sebelum perlakuan. Hasilnya dikali dengan 100%. Nilai tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan keregasan tablet jika memiliki keregasan kurang dari 1%.

7. Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji penerimaan yaitu setiap panelis diharuskan mengemukakan tanggapan pribadinya terhadap produk yang disajikan. Uji penerimaan yang dilakukan adalah uji hedonik dengan menggunakan 30 panelis. Pada uji ini, panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya terhadap warna, aroma dan rasa dari sampel tablet effervescent yang diberikan. Tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan suka maupun tidak suka. Skala kesukaan yang digunakan adalah 1-7, dimana angka 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka. Data yang diperoleh, ditabulasikan dan dianalisis dengan analisis anova dan uji lanjut Newman-Keuls bila diperlukan.

Dokumen terkait