• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Efferfescent Mix yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Efferfescent Mix yang Berbeda"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI TABLET

EFFERVESCENT

DARI EKSTRAK

KUNYIT PUTIH [

Curcuma zedoaria

(Berg.) Roscoe] DENGAN

KONSENTRASI

EFFERVESCENT MIX

YANG BERBEDA

CITRA REGINA BARUS

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Formulasi Tablet

Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Effervescent Mix yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Citra Regina Barus

(4)

ABSTRAK

CITRA REGINA BARUS. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Effervescent Mix

yang Berbeda. Dibimbing oleh CHILWAN PANDJI.

Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe yang dikenal dengan nama kunyit putih adalah tanaman obat yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk kanker. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh formulasi tablet

effervescent dan mengetahui karakter fisik tablet yang nantinya dapat digunakan sebagai minuman sehat komersial. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah pada kondisi kelembapan relatif yaitu maksimum 25% dengan suhu 25o. Formulasi tablet effervescent dilakukan dengan membuat variasi jumlah

effervescent mix dalam tiga formulasi. Hasil evaluasi sediaan didapatkan bahwa hanya satu dari tiga formulasi telah memenuhi syarat yaitu formulasi II. Formulasi I tidak memenuhi syarat waktu larut (> 2 menit) dan formulasi III tidak memenuhi syarat keregasan (>1%). Pada uji statistik kesukaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan terhadap penampakan dan warna tablet effervescent.

Kata kunci: kunyit putih, tablet effervescent

ABSTRACT

CITRA REGINA BARUS. Effervescent Tablet Formulation of White Turmeric Extract [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] with Different Effervescent Mix Concentrations. Supervised by CHILWAN PANDJI.

Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe known as white turmeric is a medicinal plant used in treating various diseases, including cancer. The purpose of this study is to obtain an effervescent tablet formulation and determine its physical characteristics that can later be used as a healthy beverage commercial. Tablets were made by wet granulation method on the condition of the maximum relative humidity 25% with a temperature of 25o. Effervescent tablet formulation was done by varying the amount of effervescent mix in three formulations. Preparation of evaluation showed that only one of the three formulation had qualified which was the formula II. Formula I was not eligible due to it has late time (> 2 min) and the formula III was not eligible due to it is friable (>1%). At hedonic statistical test showed that there was a significant difference in the appearance and color of effervescent tablets.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

FORMULASI TABLET

EFFERVESCENT

DARI EKSTRAK

KUNYIT PUTIH [

Curcuma zedoaria

(Berg.) Roscoe] DENGAN

KONSENTRASI

EFFERVESCENT MIX

YANG BERBEDA

CITRA REGINA BARUS

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Efferfescent Mix yang Berbeda

Nama : Citra Regina Barus NIM : F34090119

Disetujui oleh

Drs Chilwan Pandji, AptMSc Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi berjudul “Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria

(Berg.) Roscoe) dengan Konsentrasi Efferfescent Mix yang Berbeda” berhasil diselesaikan. Tema yang diangkat dalam penelitian yang dilaksanakan selama Maret sampai Juli 2013.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada: 1. Drs Chilwan Pandji, Apt MSc, selaku Pembimbing Akademik atas perhatian

dan bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi

2. Prof Dr Ono Suparno, STP MT dan Dr Endang Warsiki, STP MS, selaku dosen penguji

3. Ayahanda Aman Barus dan Ibunda Nurhayati Keliat beserta keluarga besar atas doa, semangat, dan kasih sayangnya

4. Keluarga besar TIN 46 atas keceriaan dan kenangan indah tak terlupakan 5. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Kunyit Putih 3

Tablet Effervescent 5

METODE 6

Alat 6

Bahan 6

Metode Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Analisis Proksimat 9

Kecepatan Alir Granul 10

Sudut Diam Granul 11

Kompresibilitas Granul 11

Kadar Air Tablet 12

Nilai pH Tablet 13

Tebal dan Diameter Tablet 14

Waktu Larut Tablet 15

Kekerasan Tablet 16

Keregasan Tablet 17

Uji Organoleptik 17

(10)

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 24

(11)

DAFTAR TABEL

1 Formulasi tablet effervescent kunyit putih 7 2 Perbandingan karakteristik proksimat serbuk kunyit putih hasil

penelitian dengan SNI simplisia kering untuk bahan obat dan Lanny 9

DAFTAR GAMBAR

1 Kunyit Putih 3

2 Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ekstrak kunyit putih 8 3 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap kecepatan alir granul 10

4 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap sudut diam granul 11

5 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap kompresibilitas granul 12

6 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap kadar air tablet 13

7 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap pH 14

8 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap tebal tablet 15

9 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap diameter tablet 15

10 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap waktu larut 16

11 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap kekerasan tablet 17

12 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap keregasan tablet 17

13 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap penampakan tablet 18

14 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap warna tablet 19

15 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

berbeda terhadap aroma tablet 19

16 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang

(12)

2 Foto granul effervescent dan tablet effervescent ekstrak kunyit putih 25 3 Tabel anova respon kecepatan alir granul (α = 5%) 26 4 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon sudut diam granul

(α = 5%) 27

5 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kompresibilitas

granul (α = 5%) 28

6 Tabel anova respon kadar air tablet (α = 5%) 29 7 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon nilai pH tablet

(α = 5%) 30

8 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon tebal tablet

(α = 5%) 31

9 Tabel anova respon diameter tablet (α = 5%) 32 10 Tabel anova respon waktu larut tablet (α = 5%) 33 11 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kekerasan tablet(α =

5%) 34

12 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon keregasan tablet(α =

5%) 35

13 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon penampakan tablet

(α = 5%) 36

14 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon warna tablet(α =

5%) 37

15 Tabel anova respon aroma (α = 5%) 38

16 Tabel anova respon rasa (α = 5%) 39

17 Prosedur analisis proksimat kunyit putih 40

18 Granulasi asam dan granulasi basa 42

19 Analisis Granul Effervescent 43

20 Analisis Tablet Effervescent 44

21 Perhitungan konversi dosis ekstrak kunyit untuk manusia 45 22 Perhitungan stoikiometri reaksi effervescent untuk masing-masing

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan tanaman tradisional sebagai jamu atau obat masih berlangsung pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe atau yang dikenal dengan nama kunyit putih adalah salah satu contoh tanaman yang mempunyai efek dalam pengobatan secara tradisional. Kunyit putih ini memang belum banyak dikenal oleh masyarakat karena istilah kunyit identik dengan kunyit (Curcuma domestica Val.) yang memiliki warna kuning khas pada daging rimpangnya. Adapun khasiat dari kunyit putih tidak kalah dengan khasiat kunyit (Curcuma domestica Val.) karena beragam kandungan kimia yang dimiliki olehnya.

Syukur (2003) menyebutkan bahwa komponen rimpang kunyit putih mengandung zat berkhasiat antara lain kurkuminoid (diarilheptanoid), minyak atsiri, dan polisakarida. Kurkuminoid yang telah diketahui meliputi kurkumin, dimetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, dan 1,7-bis (4-hidroksifenil)-1,4,6-heptatrien-3-on. Senyawa penanda pada minyak atsiri kunyit putih terdapat pada turunan seskuiterpennya yang terdiri dari isogermafuren, zedoaron (kurzerenon), furanogermenon, kurkumol, dan kurdion (Yunianto 2008).

Kandungan kunyit putih yang beragam diketahui dapat digunakan sebagai antikanker, antitumor, antiinflamasi, antibakteri, peluruh haid, pereda sakit perut, dan sakit gigi (Syukur 2003) namun khasiat yang paling dikenal pada kunyit putih adalah antikanker. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Pratiwi (2006) bahwa terjadi penghambatan aktivitas tirosin kinase (enzim pemicu kanker) pada kelinci yang dihasilkan dengan pemberian ekstrak etanol rimpang kunyit putih konsentrasi 700 ppm. Haryadi (2008) dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa terjadi efek penghambatan tumorigenesis pada kelinci yang diberi ekstrak etanol kunyit putih konsentrasi 250 mg/kg. Selain menghambat metabolisme kanker, pemberian kurkumin dan ekstrak etanol rimpang kunyit putih juga mampu mempertahankan temperatur tubuh, frekuensi jantung dan frekuensi nafas dalam kisaran normal pada tubuh yang terkena kanker (Vibowo 2008). Selanjutnya Windono (2002) membuktikan bahwa senyawa demetoksikurkumin dari kunyit putih memiliki bioaktivitas hambatan terhadap sel OVCAR-3 atau sel kanker ovarium. Turunan seskuiterpen kunyit putih (kurkumol dan kurdion) juga diketahui memiliki efek sitotoksik terhadap sel sarkoma-37 dan karsinoma serviks-U14 pada tikus (Sahib 2010).

Pemanfaatan kunyit putih sejauh ini masih dalam batas penelitian seperti kandungan zat aktif dan efek pemberian ekstrak rimpang kunyit putih pada hewan percobaan. Belum ada yang memanfaatkan kunyit putih sebagai produk yang dapat dikonsumsi oleh manusia padahal khasiat yang dimilikinya sangat banyak. Pada penelitian ini kunyit putih diolah menjadi bentuk sedian obat yaitu tablet

(14)

2

dalam mengkonsumsi obat bahan alam. Salah satu upaya untuk meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat tersebut adalah dengan membuat kunyit putih dalam bentuk ekstrak dan selanjutnya diformulasi dalam bentuk sediaan tablet

effervescent sehingga nantinya dapat digunakan sebagai alternatif pencegahan dan pengobatan kanker.

Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas CO2 sebagai hasil reaksi dari asam organik dan basa karbonat dengan cairan pelarutnya (Lachman 1994). Keuntungan dari bentuk sediaan ini adalah dalam hal penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat sehingga mudah diabsorpsi oleh tubuh (Lestari 2007). Tablet effervescent juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu (Lachman 1994).

Formulasi dengan variasi konsentrasi effervescent mix (asam sitrat, asam tartarat, dan natrium karbonat) pada penelitian ini menjadi variabel yang digunakan untuk mengetahui hasil respon terbaik. Konsentrasi effervescent mix

yang berbeda akan berpengaruh terhadap sifat alir dari granul effervescent yang terbentuk. Sifat alir granul effervescent akan menunjukkan tingkat keseragaman dari bentuk, ukuran, bobot, dan kelembapan granul (Aulton 1998). Kesempurnaan granul akan mempengaruhi karakter fisik tablet seperti kadar air, pH, kekerasan, tebal dan diameter, keregasan, serta organoleptik dari tablet yang dicetak.Didasari hal tersebut maka diperlukan adanya suatu formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix terbaik yang diharapkan mampu memberikan karakteristik fisik dan organoleptik yang optimal pada tablet effervescent ekstrak kunyit putih.

Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbedaterhadap granul dan tablet yang dibuat?

2. Formulasi manakah yang memberikan hasil terbaik dari semua respon?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tablet effervescent

dan mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak rimpang kunyit putih terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik yang disukai oleh panelis.

Manfaat Penelitian

(15)

3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi :

1. Pembuatan ekstrak kunyit putih dan pengeringannya dengan spray dryer

2. Pembuatan tablet effervescent

3. Pengujian yang meliputi analisis granul (waktu alir, sudut diam, dan kompresibilitas) , analisis tablet effervescent (pH, kadar air, keregasan,

kekerasan, waktu larut, tebal, dan diameter), serta uji organoleptik.

TINJAUAN PUSTAKA

Kunyit Putih

Salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang dapat dijadikan bahan obat alami adalah kunyit putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe]. Penampakan rimpang kunyit putih dapat dilihat pada Gambar 1. Kunyit putih dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospemae Kelas : Monocotylodonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe

Gambar 1 Kunyit Putih

(16)

4

furanogermenon, kurkumol, dan kurdion (Yunianto 2008). Kandungan lainnya meliputi etil-pmetoksisinamat, 3,7-dimetilin, dan 5-asam karboksilat (Syukur 2003).

Rimpang kunyit putih memiliki beberapa peran penting dalam pengobatan beberapa penyakit antara lain antikanker, antiinflamasi (antiradang), melancarkan aliran darah, tonik pada saluran cerna, peluruh haid (emenagog), dan peluruh kentut (Syukur 2003). Khasiat lain dari kunyit putih antara lain sebagai antiflogostik, koleretik, stomakik, antipiretik (Soedibyo 1993), pelega nyeri perut, fibrinolitik, serta antineoplastik (Utami 2000) namun khasiat yang paling populer adalah kemampuan kunyit putih untuk melawan sel kanker. Banyak jenis rimpang yang mampu untuk meredam sel kanker, namun hanya Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe yang mempunyai khasiat dan efektifitas yang lebih tinggi sebagai antikanker (Syukur 2003).

Hal ini diperkuat dari hasil penelitian dari American Institute Cancer Report

(New York Times) pada 1 Juni 1999 menyatakan bahwa kunyit putih memiliki zat yang khas yaitu RIP (Ribosome Inacting Protein). RIP ini tidak dimiliki oleh jenis rimpang lain. RIP berperan sebagai penghambat laju perkembangan sel kanker yang menonaktifkan pertumbuhan sel kanker, meluruhkan sel kanker tanpa merusak jaringan di sekitarnya, dan memblokir pertumbuhan sel kanker (Syukur 2003). Sementara itu, Windono (2002) membuktikan bahwa ekstrak etanol rimpang temu putih mampu menghambat aktivitas sel-sel OVCAR-3 (sel kanker ovarium manusia) dan bioaktivitas tersebut dihasilkan dari senyawa aktif demetoksikurkumin. Menurut Jang (2001) ekstrak kasar metanol temu putih mampu menghambat faktor nekrosis tumor-alfa (α-TNF), yaitu suatu peptida yang berperan penting pada radang dan pertahanan tubuh.

Pratiwi (2006) melaporkan bahwa terjadi penghambatan aktivitas tirosin kinase (enzim pemicu kanker) pada kelinci yang dihasilkan dengan pemberian ekstrak etanol rimpang kunyit putih konsentrasi 700 ppm. Efek penghambatan tumorigenesis pada kelinci yang diberi ekstrak etanol kunyit putih konsentrasi 250 mg/kg juga telah dibuktikan oleh Haryadi (2008). Selain menghambat metabolisme kanker, pemberian kurkumin dan ekstrak etanol rimpang kunyit putih juga mampu mempertahankan temperatur tubuh, frekuensi jantung, dan frekuensi nafas dalam kisaran normal pada tubuh yang terkena kanker (Vibowo 2008). Agus Hewijanto pada penelitiannya tahun 1990 menginjeksikan ekstrak kunyit putih yang mengandung kurkumol dan kurdion dengan dosis 75 mg/kg pada kelompok tikus yang terserang tumor mammari. Rangkaian reaksi kekebalan pada tikus diamati dengan berkurangnya tumor yaitu ditandai dengan perkembangan pada fibroblast yang mengelilingi sel-sel kanker. Di bawah mikroskop elektron, kelompok perlakuan memperlihatkan adanya perubahan yang nyata pada nukleus sel-sel neoplastik pada tikus tersebut terutama ditunjukkan dengan berkurangnya perbandingan nukleus terhadap sitoplasma (Hewijanto 1990).

(17)

5 karena itu, kurkumin dan kurdion menghambat kerja enzim cyclooxygenase yang akan mensintesis prostanoid (Sengadji 2010). Menurut Meiyanto 1999, kurkumin juga memiliki efek memacu proses apoptosis yaitu proses kematian sel terutama sel kanker dalam rangka mempertahankan integritas tubuh secara keseluruhan.

Melalui minyak atsiri yang dikandungnya, kunyit putih selain sebagai zat antikanker juga berpotensi sebagai zat antioksidan untuk mencegah kerusakan gen (Chyau 2002). Curcuma zedoaria juga memberikan efek analgesik yaitu penurunan stimulus nyeri yang diterima syaraf pusat saat nyeri perut atau gigi (Nuratmi 2003).

Tablet Effervescent

Tablet effervescent didefinisikan sebagai sediaan obat padat yang menghasilkan gelembung CO2 sebagai hasil reaksi dari penguraian basa karbonat akibat penetralan oleh asam dalam cairan pelarutnya (Lachman 1994). Reaksinya berlangsung sangat cepat dan biasanya selesai dalam waktu satu menit atau kurang (Aulton 1998). Gas CO2 yang terbentuk dapat memberikan rasa segar, sehingga rasa getir atau pahit dapat tertutupi (Lachman 1994). Selain itu Gas CO2 tersebut membantu mempercepat hancurnya tablet dan meningkatkan kelarutan zat aktif (Aulton 1998). Pemilihan tablet effervescent memiliki kelebihan dalam hal ketepatan dosis, rasa yang dihasilkan, praktis, dan mudah diabsorpsi oleh tubuh (Voight 1994).

Kandungan tablet effervescent merupakan campuran antara asam dan basa. Sumber asam yang digunakan adalah asam-asam makanan seperti asam sitrat dan asam tartarat. Menurut Rowe (2009) asam sitrat (C6H8O7) berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau, dan memiliki tingkat keasaman yang setara dengan asam tartarat. Asam tartarat (C4H6O6) juga merupakan sumber asam yang sangat mudah larut dalam air dan berbentuk serbuk kristal putih serta tidak berbau (Rowe 2009). Sumber asam akan berkolaborasi dengan garam karbonat untuk menghasilkan gas karbondioksida dalam larutan (Lachman 1994). Sumber basa yang biasa digunakan adalah garam karbonat kering seperti natrium karbonat (Na2CO3) karena kemampuannya untuk menghasilkan gas CO2. Natrium karbonat merupakan sumber basa dengan bentuk serbuk kristal, berwarna putih, tidak berbau, dan mudah larut dalam air (Rowe 2009).

(18)

6

Magnesium stearat adalah bahan pelincir yang memiliki tekstur serbuk berwarna putih namun agak sukar larut dalam air (Rowe 2009). Pemberi rasa pada sediaan farmasi dimaksudkan untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai (Fudholi 1983). Pemanis yang digunakan adalah campuran sukralosa dan sorbitol. Pemanis ini biasa digunakan untuk diabetary sugar (Rowe 2009). Sukralosa memiliki tingkat kemanisan 600 kali lebih manis daripada sukrosa, sedangkan sorbitol 0,5-0,7 kali (Rowe 2009).

Proses pembuatan tablet effervescent diperlukan kondisi yang berbeda dengan pembuatan tablet pada tablet konvensional. Pembuatan tablet effervescent

diperlukan kondisi khusus yaitu pada kelembaban relatif kurang lebih 25% dan suhu 25oC (Lachman 1994). Pembuatan tablet effervescent dibuat memakai metode umum yaitu metode granulasi basah. Granulasi adalah suatu proses pengubahan partikel-partikel serbuk menjadi bulatan-bulatan dalam bentuk beraturan yang disebut granul (Voight 1994) sehingga butiran yang diperoleh memiliki daya lekat dan sifat alir yang baik (Lachman 1994). Metode granulasi basah adalah metode yang membentuk granul dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan (Aulton 1998). Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi, atau bubur yang mengandung pengikat yang ditambahkan dalam campuran serbuk namun dapat pula dimasukkan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan sendiri (Lachman 1994). Cara yang mudah untuk menentukan titik akhir dari tahapan penggranulasian ini adalah dengan menekan massa pada telapak tangan (Lachman 1994). Bila remuk pada tekanan sedang maka campuran itu telah siap untuk proses selanjutnya yang terdiri dari pengayakan basah untuk meningkatkan luas permukaan saat pengeringan, pengeringan, pengayakan kembali, dan proses pencetakan tablet (Voight 1994).

METODE

Bahan

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kunyit putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] yang berumur antara 10-12 bulan, etanol 96%, akuades, maltodekstrin. Dalam tahap pembuatan granul dan tablet digunakan asam tartarat, asam sitrat, natrium karbonat, laktosa, magnesium stearat, gula sukralosa dan sorbitol, serta polivinil pirolidon (PVP).

Alat

Alat yang digunakan selama penelitian adalah neraca analitik, disc mill,

(19)

7 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan terdiri atas tahap pra-pendahuluan, pendahuluan, dan penelitian utama. Tahap pra-pendahuluan merupakan penyiapan bahan baku berupa rimpang kunyit putih menjadi serbuk kunyit putih. Tahap pendahuluan merupakan konversi serbuk kunyit putih menjadi ekstrak kering kunyit putih, sedangkan tahap penelitian utama adalah pembuatan tablet effervescent dan uji-ujinya. Diagram alir persiapan bahan hingga pembuatan tablet effervescent

disajikan pada Gambar 2.

Penentuan formulasi tablet effervescent yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi formulasi dari Hidayati (2007). Modifikasi dilakukan terhadap jenis ekstrak dan jumlah asam sitrat, asam tartarat dan natrium karbonat (effervescent mix). Ekstrak kunyit putih yang digunakan berdasarkan perhitungan pada Lampiran 21.

Perlakuan yang dicobakan pada penelitian ini adalah variasi konsentrasi

effervescent mix terhadap berat total tablet effervescent (@ 2.5 gram). Perbandingan asam sitrat : asam tartarat : natrium karbonat yang digunakan pada formulasi adalah tetap yaitu 18 : 28 : 54 (Hidayati 2007). Formulasi tablet

effervescent ekstrak kunyit putih untuk masing-masing formulasi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Formulasi tablet effervescent ekstrak kunyit putih

Bahan (mg) F1 (%) F2(%) F3(%)

Keterangan : F1 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 45% F2 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 50% F3 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 55%

Pengeringan dengan oven yang dilengkapi dengan blower kemudian ditimbang untuk massa awal dan pengecilan ukuran dengan disc mill dan blender, serta pengayakan dengan ayakan 50 mesh kemudian ditimbang massa akhir untuk

mendapatkan rendemen

Rimpang kunyit putih, etanol 96%, akuades, maltodekstrin, asam tartarat, asam sitrat, natrium karbonat, laktosa, mg-stearat, sukralosa dan sorbitol,

dan PVP.

(20)

8

Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ekstrak kunyit putih (modifikasi dari : Ningsih 2010)

Model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan menggunakan tiga taraf yaitu konsentrasi effervescent mix (45%, 50% dan 55%).

Model matematik : Yij = μ+ τi+ εij Keterangan :

Yij : variable yang akan dianalisis i : 1,2,….k

j : 1,2,….n μ : rataan umum αi : efek blok ke-i τi : efek perlakuan ke-i

εij : error blok ke-i, perlakuan ke-j

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis ragam (ANOVA). Apabila hasil analisis ragam berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Newman-Keuls.

Analisis proksimat serbuk : kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat (Lampiran 17)

Pemekatan dengan rotary evaporator menjadi ekstrak kental dan pengeringan ekstrak kental dengan spray dryer menjadi serbuk ekstrak kering

Granulasi bagian asam dan granulasi bagian basa (Lampiran 18)

Evaluasi granul : kecepatan alir, sudut diam, dan kompresibilitas granul (Lampiran 19)

Penambahan Mg-stearat dan pencetakan tablet

Tablet dievaluasi terhadap : kadar air, pH, waktu larut, kekerasan, keregasan, tebal dan diameter, serta uji organoleptik (Lampiran 20)

(21)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat Serbuk Kunyit Putih

Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, dan lemak pada suatu zat makanan dari bahan pangan. Analisis ini memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas bahan pangan terutama pada standard zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya (Fardiaz 1992). Hasil analisis proksimat terhadap serbuk kering kunyit putih disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Perbandingan karakteristik proksimat serbuk kunyit putih hasil penelitian dengan SNI simplisia kering untuk bahan obat dan penelitian oleh Lanny

(22)

10

tersebut banyak mengandung lemak atau minyak (Fardiaz 1992). Kadar protein terlarut juga didapatkan hasil yang cukup rendah yang mengindikasikan bahwa jumlah asam-asam amino yang terkandung juga kecil (Fardiaz 1992). Kadar karbohidrat yang tinggi dari hasil menunjukkan tingginya kandungan karbon (Apriyantono 1992) yang dimiliki kunyit putih.

Hasil pengujian proksimat terhadap serbuk kunyit putih didapatkan hasil yang memenuhi syarat dari simplisia kering untuk bahan baku obat. Maka serbuk kunyit putih ini dapat dikatakan layak untuk diolah untuk proses selanjutnya,

Kecepatan Alir

Granul yang baik adalah granul yang seragam ukurannya dan berbentuk bulat (Lachman 1994). Granul yang seragam menunjukkan sifat alir yang sesuai dengan kriteria Aulton (1998). Hasil dari tahapan pembuatan granul masing-masing formulasi dapat dilihat pada Lampiran 2 (a). Pada penentuan waktu alir yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah granul untuk mengalir melalui corong. Kesempurnaan aliran akan menghasilkan bentuk dan bobot yang seragam dari tablet (Lachman 1994). Hasil penelitian untuk kecepatan alir yakni antara 3.14-5.37 gram/detik yang menggambarkan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi effervescent mix, maka kecepatan alirnya semakin besar. Hasil ini termasuk ke dalam sifat alir cohesive menuju easy flowing dengan kategori baik menurut Aulton (1998). Semakin pendek waktu alirnya maka akan mempermudah proses transportasi bahan terhadap alat cetak (Wells 1987). Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap kecepatan alir granul disajikan pada Gambar 3. Pada respon pengukuran kecepatan alir, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 3.

Gambar 3 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

(23)

11 Sudut Diam

Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk atau granul dituang dalam alat pengukur (Lachman 1994). Besar kecilnya sudut diam dari timbunan tersebut dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, dan kelembaban granul (Lieberman 1989). Hasil pengujian menunjukkan bahwa sudut diam yang dibentuk oleh granul berkisar antara 22.90o-30.01o yang masuk ke dalam kriteria cukup baik-baik menurut Aulton (1998). Hasil ini juga menggambarkan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi effervescent mix maka sudut diam yang dihasilkan akan semakin besar pula. Sudut diam yang paling baik adalah pada formulasi I sedangkan F2 dan F3 hanya termasuk dalam kategori cukup baik berdasarkan syarat dari Aulton (1998). Semakin tidak seragam dan lembabnya granul membuat penyebaran atau distribusi aliran yang tidak merata pula sehingga sudut diamnya menjadi lebih besar. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap sudut diam granul dapat dilihat pada Gambar 4.

Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 4.

Gambar 4 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap sudut diam granul

Kompresibilitas

(24)

12

kompresibilitas granul akan menambah sifat kekompakan dan mempermudah transportasi serta distribusi granul dalam pencetakan tablet. Hal ini menyimpulkan bahwa indeks kompresibilitas terbaik dimiliki oleh formulasi F1 dan juga mengindikasikan semakin kompak granulnya. Nilai kompresibilitas yang berbeda pada hasil pengujian juga dapat disebabkan oleh larutan pengikat PVP yang mempunyai sifat dapat mempertahankan kestabilan dan kekompakan granul (Lachman 1994). Adanya peningkatan konsentrasi effervescent mix mengurangi kemampuan PVP sebagai pengikat yang konsentrasinya tetap pada tiap formulasi karena campuran bahan yang harus diikat menjadi lebih banyak dan kompleks. Hal tersebutlah yang membuat formulasi F2 dan F3 memiliki indeks kompresibilitas yang besar yang menunjukan bahwa semakin tidak stabil dan tidak kompaknya granul. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix yang berbeda terhadap kompesibilitas granul dapat dilihat pada Gambar 5.

Berdasarkan analisis ragam, formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 5.

Gambar 5 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap kompresibilitas granul

Kadar Air Tablet

(25)

13 tidak stabil. Kehadiran air dalam jumlah banyak dapat mengaktifkan sistem

effervescent untuk bereaksi sebelum waktunya (Lieberman 1989). Kadar air dalam massa tablet effervescent merupakan hal penting karena dapat mempengaruhi terjadinya reaksi kimia dini dari tablet (Lieberman 1989) yaitu reaksi asam sitrat dan asam tartarat dengan natrium karbonat yang membentuk air. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap kadar air tablet disajikan pada Gambar 6. Pada respon pengukuran kadar air tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 6.

Gambar 6 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap kadar air tablet

Nilai pH Tablet

Makanan yang mempunyai pH rendah biasanya tidak dapat ditumbuhi bakteri, tetapi dapat menjadi rusak karena pertumbuhan khamir dan kapang (Fardiaz 1992). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pH tablet effervescent

(26)

14

Berdasarkan analisis ragam, formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai pH tablet. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 7.

Gambar 7 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

yang berbeda terhadap pH

Tebal dan Diameter Tablet

Ketebalan dan diameter tablet merupakan parameter dari keseragaman ukuran dari sediaan tablet yang akan mempengaruhi penampilan fisik dari tablet yang dihasilkan (Voight 1994). Ketebalan tablet dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu tekanan pada saat mencetak tablet, jumlah massa yang diisikan pada ruang cetak tablet, dan kerapatan massa tablet yang dicetak (Lachman 1994) sedangkan diameter tablet hanya dipengaruhi oleh ukuran ruang cetak tablet (Voight 1994). Perbedaan diameter dan tebal tablet yang dihasilkan apabila dilihat dari segi fisik atau secara kasat mata tidak terlalu berpengaruh terhadap bentuk tablet. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata tebal tablet adalah 0.58-0.6. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap tebal tablet disajikan pada Gambar 8.

Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tebal tablet. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 8.

(27)

15 Ketidakseragaman ukuran ini juga dapat disebabkan akibat penambahan Mg-stearat secara berkala dan jumlah yang tidak ditentukan pada alat pencetak untuk memudahkan pada saat proses pencetakan agar tablet yang dicetak tidak mudah menempel pada alat. Hal tersebut didapatkan berdasarkan pengamatan langsung saat proses pencetakan tablet oleh alat pencetak single-punch.

.

Gambar 8 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap tebal tablet

Gambar 9 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap diameter tablet

Waktu Larut Tablet

(28)

16

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap tebal tablet disajikan pada Gambar 10. Pada respon pengukuran waktu larut tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 10.

Gambar 10 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap waktu larut tablet effervescent

Kekerasan

Kekerasan bahan didefinisikan sebagai daya tahan terhadap deformasi (Voight 1994). Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, suhu, dan umur bahan (Lachman 1994). Hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan melarut obat sangat dekat. Hasil pengujian membuktikan bahwa terjadi penurunan nilai kekerasan seiring bertambahnya konsentrasi effervescent mix. Semakin tinggi konsentrasi effervescent mix maka semakin lunak tablet yang dihasilkan. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap kekerasan tablet dapat dilihat pada Gambar 11. Tablet effervescent yang dihasilkan harus memiliki nilai kekerasan yang minimal agar dapat meningkatkan kecepatan melarut tablet (Said 2005). Perbedaan nilai kekerasan tablet juga dapat disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi effervescent mix maka kemampuan untuk menyerap air yang dimiliki oleh tablet akan meningkat sehingga tablet menjadi lebih lunak. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap kekerasan tablet dapat dilihat pada Gambar 11.

Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi

(29)

17

Gambar 11 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap kekerasan tablet

Keregasan Tablet

Keregasan tablet didefinisikan sebagai ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya pada saat pengemasan dan pengiriman (Aulton 1998). Keregasan dipengaruhi oleh jumlah pengikat yang digunakan (Lachman 1994). Semakin banyak jumlah bahan pengisi dan garam effervescent yang ditambahkan dalam formulasi dengan jumlah bahan pengikat yang tetap menyebabkan keregasan tablet meningkat meningkat. Keregasan juga berhubungan dengan kadar air. Semakin tinggi kadar air maka keregasan akan meningkat sehingga tablet menjadi mudah rapuh dan kehilangan bobotnya ketika diberi guncangan (Aulton 1998). Menurut Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawan Obat dan Makanan (1995), tablet yang baik memiliki nilai keregasan < 1%. Hasil pengujian didapatkan bahwa hanya formula F3 yang tidak memenuhi syarat keregasan (>1%). Hal ini disebabkan oleh konsentrasi effervescent yang dimilikinya paling tinggi sedangkan konsentrasi pengikatnya tetap sehingga kemampuan untuk mengikat bahan-bahan pembentuk tablet berkurang yang menjadikan tablet bersifat rapuh/regas.

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap keregasan tablet disajikan pada Gambar 12. Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keregasan tablet. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 12.

(30)

18

Uji Organoleptik

Penampakan umum tablet didasarkan pada semua permukaan tablet baik bentuk maupun teksturnya (Lachman 1994). Perbedaan kesukaan terhadap penampakan tablet dapat disebabkan panelis lebih suka dengan tablet yang halus permukaan dan warnanya seragam. Hasil pengamatan menunjukkan penampakan tablet yang dihasilkan memiliki warna yang kurang seragam dan teksturnya kurang padat dan penampakan tablet dari formulasi F3 yang paling disukai oleh panelis.

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap penampakan tablet dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 13.

Gambar 13 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap penampakan tablet

Penilaian warna digunakan dalam pengujian organoleptik karena warna mempunyai peranan penting terhadap tingkat penerimaan produk secara visual (Soekarto 1981). Warna tablet effervescent dipengaruhi oleh bahan baku terutama ekstrak yang mendominasi warna kuning. Warna merupakan ciri-ciri bahan yang dapat dikenali melalui indera penglihatan. Warna bahan tergantung pada pencampuran bahan tersebut. Selain itu juga tergantung pada kemampuan dari bahan tersebut untuk memantulkan, menyebarkan, menyerap dan meneruskan sinar tampak (Soekarto 1981). Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa warna tablet dari formulasi F3 paling disukai oleh panelis.

(31)

19

Gambar 14 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap warna tablet

Pembauan merupakan penilaian mutu produk pangan dalam jarak jauh atau disebut juga penciuman jarak jauh karena manusia dapat mengetahui enak atau tidaknya suatu produk pangan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya dari jarak jauh (Lachman 1994). Aroma yang digunakan adalah aroma minuman (tablet yang sudah dilarutkan dalam air). Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa aroma dari formulasi F3 paling disukai oleh panelis. Aroma yang terdapat pada tablet effervescent dapat berasal dari aroma yang dihasilkan oleh ekstrak kunyit putih. Asam yang digunakan dalam bahan baku tablet effervescent juga dapat mempengaruhi aroma seperti asam dalam tablet.

Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap aroma disajikan pada Gambar 15. Pada respon pengujian aroma, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 15.

Gambar 15 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap aroma tablet

Rasa dapat dinilai dengan adanya tanggapan kimiawi oleh indera pencicip. Rasa merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keputusan akhir konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk pangan (Lachman 1994). Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa rasa dari formulasi F1 paling disukai oleh panelis. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix

(32)

20

Gambar 16 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap rasa

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua perlakuan (formulasi) memberikan pengaruh nyata terhadap respon yang diamati. Pada evaluasi granul, formulasi dengan variasi konsentrasi effervescent mix memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon sudut diam dan kompresibilitas granul yakni menurunkan tingkat keseragaman bobot, ukuran, dan bentuk granul.

Pada evaluasi tablet, formulasi dengan variasi konsentrasi effervescent mix

memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon nilai pH, tebal, kekerasan, keregasan, penampakan, dan warna tablet.

Mengacu pada hasil dari respon evaluasi granul dan evaluasi tablet, serta diperkuat dengan data uji organoleptik, dapat disimpulkan bahwa hanya satu formulasi yaitu formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 50% yang merupakan perlakuan terbaik dari tiga formulasi yang dilakukan. Hal ini disebabkan oleh formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 45% tidak memenuhi syarat waktu larut (>2 menit) dan formulasi dengan konsentrasi

effervescent mix 55% tidak memenuhi syarat keregasan tablet (>1%). Hanya formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 50% yang memenuhi keseluruhan syarat, baik dari evaluasi granul dan evaluasi tablet.

Saran

(33)

21 activity of the essential oil from Curcuma zeodaria [internet].[diacu 2013 Februari 24].Tersedia dari :http://www.ift.confex.com/ift/2002/technoprogram/ /paper_10795htm

Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawan Obat dan Makanan. 1995.

Farmakope Indonesia IV. Jakarta (ID) : Depkes

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2010. Berat badan rata-rata orang Indonesia [internet]. [diacu 2013 Februari 24]. Tersedia dari :http:// www.depkes.go.id/ downloads/publikasi /buletin/BULETIN_FILARIASIS.pdf

Fardiaz S. 1992. Praktek Mikrobiologi Pangan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Pr

Fudholi A. 1983. Teknologi dan formulasi sediaan obat bahan alam dan permasalahannya. Pharmacon : Jurnal Farmasi Indonesia 2(1). Surakarta (ID) : Universitas Muhammadiyah

Gaman PM, Sherington. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada Pr

Haryadi JD. 2008. Efek penghambatan tumorigenesis kelenjar mammari yang diinduksi N-metil-n-nitrosourea oleh ekstrak etanol temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] secara makroskopis pada kelinci [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Hewijanto A. 1990. Pengaruh dari infus rimpang temu putih [Curcuma zedoaria

(Berg.) Roscoe] terhadap pengukuran enzim SGOT, SGPT dan gamma GT pada serum kelinci akibat pemberian karbon tetraklorida. Surabaya (ID) : Universitas Widyaguna.

Hidayati IL. 2007. Formulasi tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Jang MK, Sohn DH, Ryu JH. 2001. A curcuminoid and sesquiterpenes as

inhibitors of macrophage TNF salpha release from Curcuma zeodaria. Planta Med67: 550-552

Juita Y. 2008. Formulasi tablet efervescent dari tepung lidah buaya dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda [skripsi]. Depok (ID) : Universitas Indonesia

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktik Farmasi Fisik Edisi III. Jakarta (ID) : UI Pr

Lanny, James SM. 2005. Kajian senyawa kurkumin dalam rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] sebagai acuan zat penanda. Jakarta (ID) : Universitas Pancasila

(34)

22

Lestari ABS, Natalia L. 2007. Optimasi natrium sitrat dan asam fumarat sebagai sumber asam dalam pembuatan granul effervescent ekstrak temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb) secara granulasi basah. Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 21-28

Lieberman, H. A., L. Lachman, and J. B. Schwartz. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms : Tablet. Volume I. New York (US) : Marcel Dekker Inc

Mardiana L. 2002. Kanker Pada Wanita Pencegahan dun Pengobatan dengan Tanaman Obat. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya

Meiyanto E. 1999. Kurkumin sebagai obat kanker : Menelusuri mekanisme aksi. Majalah Farmasi Indonesia10 (4): 224-236.

Ningsih M. 2010. Formulasi tablet eEffervescent dengan basa kalsium karbonat nano dari pegagan [skripsi]. Jakarta (ID) : Universitas Pancasila

Nuratmi B. Wahyuni TL. Astuti NY. 2003. Uji perbandingan efek analgesik infus temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) dan temu mangga (Curcuma mangga

Val. et Zipp) pada mencit. Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol.2, No.3

Pratiwi W. 2006. Penentuan daya inhibisi ekstrak air dan etanol temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] terhadap aktivitas tirosin kinase secara in vitro [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Rowe CR, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients VI. London (GB) : The Pharmaceutical Press

Sahib WN. 2010. Temu putih Curcuma zedoaria [internet]. [diacu Agustus 25 2013]. Tersedia dari : http//www.medicalera.com/3/14238/temu-putih-curcuma-zedoaria

Said N. 2005. Pembuatan tablet effervescent susu kambing dengan metode granulasi basah [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Sengadji MI. 2010. Pemanfaatan kurkumin dari ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcumae domestica) sebagai alternative antiinflamasi local [skripsi]. Malang (ID) : Universitas Muhammaadiyah Malang

[SNI] Standar Nasional Indonesia.2005.SNI simplisia kering[internet].[diacu Februari 24 2013].Tersedia dari :http//www.sisni.bsn.go.id/index.php/ sni_main/sni/detail_ sni/ 7031

Soedibyo M. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II). Jakarta (ID) : Depkes RI

Soekarto ST. 1981. Penilaian Organoleptik. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Pr

Syukur C. 2003. Temu Putih Tanaman Obat Anti Kanker. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya

Utami KP. 2000. Temu putih redam kanker leher rahim. Trubus 31: 19-20

Vibowo H. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] terhadap gambaran klinis pre dan post

operasi pada kelinci yang diinduksi tumor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Voight. 1994. Buku Pelajaran Farmasi. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada Pr

(35)

23 Windono T. 2002. Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe Kajian Pustaka Kandungan Kimia dan Aktivitas Farmakologik. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Indonesia XXI. Surabaya (ID) : Universitas Surabaya

(36)

24

(37)

25 Lampiran 2 Foto granul effervescent dan tablet effervescent ekstrak kunyit putih

(a) Granul effervescent ekstrak kunyit putih

(38)

26

Lampiran 3 Tabel anova respon kecepatan alir granul (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 7.600704 3.800352 3.855956

Error 6 5.913478 0.98558

Total 8 13.51418

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan alir granul

(39)

27 Lampiran 4 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon sudut diam (α =

5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 84.18536 42.09268 14.31598

Error 6 17.64154 2.940257

Total 8 101.8269

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap sudut diam granul effervescent.

Minimal ada satu pasang rata-rata sudut diam yang berbeda secara signifikan. Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yg terkecil hingga yang terbesar : 22.9002 28.5041 30.0079

MS error = 2.99403 Standar Error = 0.99801 Nilai p :

p 2 3

3.46 4.34 LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 3.45311

4.33136

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 7.10773 >4.331357*

1.5038 <3.46 5.60393 >3.46* Jadi :

(40)

28

Lampiran 5 Tabel anova respon kompresibilitas (α = 5%) dan uji lanjut Newman-Keuls respon kompresibilitas granul

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 188.7761 94.38804 25.03703

Error 6 22.61962 3.769937

Total 8 211.3957

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap kompresibilitas granul effervescent.

Minimal ada satu pasang rata-rata kompresibilitas yang berbeda secara signifikan. Uji Lanjut Setelah Anova

Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yg terbesar hingga yang terkecil :

23.3913 22.9681 13.4713

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 9.92007 >5.453843*

(41)

29 Lampiran 6 Tabel anova respon kadar air tablet effervescent (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 187.2801 93.64005 0.010862

Error 4 34484.5 8621.126

Total 6 34671.78

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =4, dan F tabel = 6.94, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi

(42)

30

Lampiran 7 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon pH (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.088089 0.044044 24.775

Error 6 0.010667 0.001778

Total 8 0.098756

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap pH tablet effervescent.Minimal ada satu pasang rata-rata pH yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil : 6.34 6.28 6.1066667

MS error = 0.0017778 Standar Error

= 0.0005926

Nilai p :

p 2 3

3.46 4.34

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.0020504

0.0025719

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 0.2333333 >0.0026*

0.06 >0.0021* 0.1733333 >0.0021* Jadi :

(43)

31

Lampiran 8 Tabel anova tebal tablet (α = 5%) dan uji lanjut Newman- Keuls respon pH (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.0015 0.0007 8.8529

Error 6 0.0005 8E-05

Total 8 0.002

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap tebal tablet effervescent.Minimal ada satu pasang rata-rata tebal yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terkecil hingga yang terbesar :

0.576133333 0.59557 0.6072

MS error = 8.3E-05 df error = 6 Standar Error = 2.8E-05

Nilai p :

p 2 3

3.46 4.34 LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 9.6E-05

0.00012

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 0.031066667 >0.000121*

0.011633333 >9.63E-05* 0.019433333 >9.63E-05* Jadi :

(44)

32

Lampiran 9 Tabel anova respon diameter tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.0002 0.0001 4.7778

Error 6 0.0002 3E-05

Total 8 0.0004

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =6, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tablet

(45)

33 Lampiran 10 Tabel anova respon waktu larut tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 20844 10422 0.33302

Error 15 469432 31295

Total 17 490276

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =15, dan F tabel = 3.68, sehingga F hitung < F tabel, maka terima H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap waktu larut tablet

(46)

34

Lampiran 11 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kekerasan tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 5.2455 2.6227 13.458

Error 12 2.3386 0.1949

Total 14 7.584

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =12, dan F tabel = 3.89, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap kekerasan tablet effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata kekerasan yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil : 4.80828 4.65324 3.48352

MS error = 0.19488 Standar Error

= 0.03898

Nilai p :

p 2 3

3.08 3.77 LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.12005

0.14694

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 1.32476 <0.1469

0.15504 >0.12* 1.16972 >0.12*

(47)

35 Lampiran 12 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon keregasan tablet

(α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 2.09482 1.04741 43601.7

Error 6 0.00014 2.4E-05

Total 8 2.09497

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =12, dan F tabel = 5.14, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap keregasan tablet effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata keregasan yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil : 1.272966667 0.4839 0.11657

MS error = 2.4E-05 Standar Error = 8.01E-06 Nilai p :

p 2 3

3.46 4.34 LSR (Least Significant

Ranges)

LSR = 2.77E-05

3.48E-05

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 1.1564 >0.0026*

0.789066667 >0.0021* 0.367333333 >0.0021* Jadi :

F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan F3 serta F2 berbeda signifikan terhadap F3

(48)

36

Lampiran 13 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon penampakan tablet (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 19.0889 9.54444 10.5959

Panelis 29 96.3222 3.32146

Error 58 52.2444 0.90077

Total 89 167.656

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =58, dan F tabel = 3.16, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap organoleptik penampakan tablet

effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata respon penampakan tablet yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terbesar hingga yang terkecil :

4.8 4.46667 3.7

MS error = 0.90077

Standar Error = 0.03003 df error =58 Nilai p :

p 2 3

2.83 3.4

LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.08497

0.10209

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 1.1 >1020868*

0.333333333 <0.0849723 0.766666667 >0.0849723* Jadi :

(49)

37 Lampiran 14 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon warna (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 24.2667 12.1333 14.743

Panelis 29 78.5 2.7069

Error 58 47.7333 0.82299

Total 89 150.5

Tingkat kepercayaan= 95% dengan df perlakuan =2, df error =58, dan F tabel = 3.16, sehingga F hitung > F tabel, maka tolak H0 yaitu variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap organoleptik warna tablet

effervescent. Minimal ada satu pasang rata-rata respon warna yang berbeda secara signifikan.

Uji Lanjut Setelah Anova Tes Newman- Keuls

Rata-rata dari yang terkecil hingga yang terbesar : 3.433333333 4.5 4.56667

MS error = 0.82299

Standar Error = 0.02743 df error =58 Nilai p :

p 2 3

2.83 3.4 LSR (Least Significant Ranges)

LSR = 0.07764

0.09327

Perbandingan selisih rata-rata perlakuan dengan LSR 1.133333333 >0.093272*

0.066666667 <.0776352 1.066666667 >0.0776352* Jadi :

(50)

38

Lampiran 15 Tabel anova respon aroma (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 2.82222 1.41111 1.642

Panelis 29 117.122 4.0387

Error 58 49.8444 0.85939

Total 89 169.789

(51)

39 Lampiran 16 Tabel anova respon rasa (α = 5%)

Sumber Keragaman df SS MS F hitung

Perlakuan 2 0.46667 0.23333 0.43844

Panelis 29 64.2667 2.21609

Error 58 30.8667 0.53218

Total 89 95.6

(52)

40

Lampiran 17 Prosedur analisis proksimat kunyit putih 1. Kadar Air Metode Oven

Bahan sebanyak 2 gram yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselin yang telah ditera kemudian diratakan. Cawan kemudian dimasukkan dalam oven suhu 105o

C selama 3 jam, diulangi sampai didapat bobot tetap. Kadar air dihitung terhadap sampel.

2. Kadar Abu

Bahan sebanyak 2 gram atau 3 gram yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselin yang telah dipijarkan dan ditera kemudian diratakan. Zat kemudian dipijarkan perlahan-lahan sampai arang habis kemudian didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, maka ditambahkan air panas dan disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa zat dan kertas saring dipijarkan kembali dalam cawan yang sama. Filtrat dimasukkan dalam cawan dan diuapkan kemudian dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. 3. Kadar Abu tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu didihkan dengan 25 ml asam klorida encer (5 N) selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asam dikumpulkan. Bagian yang telah dikumpulkan disaring melalui kertas saring kemudian dicuci dengan air panas dan setelah itu dipijarkan kembali hingga bobot tetap lalu ditimbang. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

4. Kadar Sari yang Larut Dalam Air

Serbuk yang akan dianalisis dikeringkan di udara, kemudian 5 gram serbuk dimaserasi dengan 100 ml air menggunakan labu bersumbat selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan, sebanyak 20 ml filtrat yang diperoleh diuapkan hingga kering dalam cawan porselin yang telah ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

5. Kadar Sari yang Larut Etanol

(53)

41 6. Kadar Lemak (Metode Ekstraksi Soxhlet)

Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 105-110oC, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel dalam bentuk tepung ditimbang sebanyak ± 5 g dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi yang telah berisi pelarut (heksana). Reflux dilakukan selama 5 jam dan pelarut yang ada dalam labu lemak didistilasi. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC sampai beratnya konstan, didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

7. Kadar Protein (Metode Kjedahl)

Sebanyak 0,1-0,5 gram sampel dimasukkan ke dalam labu kjedahl dan ditambahkan 1,9 gram K2SO4, 40 mg HgO dan 2 ml H2SO4. Sampel didihkan selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih. Sampel didinginkan dan ditambah sejumlah kecil air secara perlahan-lahan. Isi tabung dipindahkan ke alat destilat dan labu dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air. Air cucian dipindahkan ke labu destilat dan didestilasi sampai diperoleh ± 15 ml destilat yang berwarna hijau. Destilasi dilakukan dengan meletakkan erlenmeyer berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 2 tetes indikator (campuran 2 bagian merah methil 0,2% dalam alkohol dan 1 bagian metilen blue 0,2% dalam alkohol) dan ditambahkan NaOH-Na2S2O3 sebanyak 8-10 ml. Isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml kemudian dititrasi dengan HCl 0,02 N sampai terjadi perubahan warna. Penetapan untuk blanko juga dilakukan.

8. Kadar Karbohidrat by difference

(54)

42

Lampiran 18 Granulasi asam dan granulasi basa (Ningsih 2010)

Granulasi bagian asam dilakukan dengan pencampuran antara asam tartarat, asam sitrat, sebagian laktosa, dan PVP yang ditambahkan etanol 96% tetes demi tetes sehingga membentuk massa yang kompak lalu diayak dengan pengayak 14 mesh dan dikeringkan pada oven 400C selama 15 menit. Kemudian dicampur dengan ekstrak kering dan pemanis dan diaduk hingga homogen. Massa yang homogen tersebuk diayak lagi dengan pengayak 16 mesh.

(55)

43 Lampiran 19 Analisis Granul Effervescent

1. Uji Waktu Alir Granul (Aulton 1998)

Granul seberat 25 g dituang pelan-pelan ke dalam corong pengukur (flowmeter) lewat tepi corong. Tutup corong dibuka pelan-pelan, granul dibiarkan mengalir keluar. Waktu dicatat dengan stopwatch sampai semua granul mengalir keluar. Waktu alir dihitung dengan satuan gram/detik.

2. Sudut Diam Granul (Lachman 1994)

Granul yang jatuh dari sifat alir dan diukur tinggi kerucut yang terbentuk dan panjang dari granul kemudian diukur sudut diamnya dengan rumus :

Keterangan : a = sudut diam

h = tinggi kerucut timbunan granul (cm) r = jari-jari kerucut timbunan granul (cm) 3. Kompresibilitas Granul (Lachman 1994)

Granul seberat 50 g dituang pelan-pelan ke dalam gelas ukur dan dicatat sebagai Vo (ml). Gelas ukur dipasang pada alat bulk density tester dan motor dihidupkan. Perubahan volum dicatat setelah pengetapan (Vt) dengan t = 10, 50 dan 100 ketukan. Pengurangan volume granul akibat pengetapan dinyatakan dengan rumus :

Vo = Volume awal

Gambar

Tabel 1.
Tablet dievaluasi terhadap : kadar air, pH, waktu larut, kekerasan, keregasan, tebal dan diameter,
Tabel 2 Perbandingan karakteristik proksimat serbuk kunyit putih hasil penelitian
Gambar 3 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh menunjukkan penggunaan variasi konsentrasi asam basa tidak berpengaruh terhadap stabilitas mutu fisik tablet yang meliputi keseragaman bobot,

Penelitian tentang pertumbuhan Curcuma zedoaria pada media Murashige-Skoog dengan penambahan berbagai konsentrasi 6-Benzyl Aminopurine (BAP) dan sukrosa secara In Vitro

zedoaria pada masing-masing perlakuan dengan penambahan sukrosa 3% dan 5% apabila dikombinasikan dengan semakin meningkat konsentrasi BAP yang diberikan maka semakin

zedoaria pada masing-masing perlakuan dengan penambahan sukrosa 3% dan 5% apabila dikombinasikan dengan semakin meningkat konsentrasi BAP yang diberikan maka semakin

Adanya perbedaan aroma dan warna pada sediaan lotion formula I, formula II dan formula III karena sediaan memiliki konsentrasi ekstrak yang berbeda-beda yaitu