a4
q
KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK TABLET
EFFERVESCENT
PUTIH TELUR BERCITARASA LEMON
DENGAN KONSENTRASI
EFFERVESCENT
MIX
YANG BERBEDA
SKRIPSI
HENRY PURNAWIDYA HARTONO
PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
HENRY PURNAWIDYA HARTONO. D14203054. 2007. Karakteristik Fisik dan Organoleptik TabIet Effervescerzf Putih TeIur Bercitarasa Lemon dengan Konsentrasi Effervescerzf
Mix
yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Temak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.Pembimbing Utama : Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si. Pembimbing Anggota : Ir. B. N. Polii, SU.
Bagian terbesar telur ada 3 yaitu : putih telur, kuning telur dan kerabang telur. Telur memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga dapat dijadikan sumber protein. Protein yang utama ada di bagian putih telur dan kuning telur. Kuning telur memiliki kandungan kolesterol cukup tinggi, sedangkan pada putih telur tidak terkandung sama sekali. Penggunaan putih telur dalam bentuk sediaan rninuman instan tablet effervescent putih telur diharapkan dapat menjadi altematif bagi masyarakat yang menginginkan tambahan sumber protein bebas kolesterol. Penggunaan essence bercitarasa lemon dan efek effervescent ini diharapkan dapat ineningkatkan penerimaan minuman ini di masyarakat.
Tujuan penelitian ini mempelajari karakteristik fisik dan organoleptik tablet effe~vescent putih telur yang dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2007, di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas peternakan Institut Pertanian Bogor, Pilot Plant, SEAFAST CENTER Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Farmasi Angkatan Laut Jakarta.
Metode penelitian ini terbagi menjadi dua tahap, tahap pertama adalah penelitian pendal~uluan yaitu mencari kelarutan terbaik dari tepung putih telur dan tahap kedua adalah penelitian utamz yaitu proses pemhlitaii tablet <ffervescent
li~eaggunakan metode granulasi basah dengan perlakuan konsentrasi effervescent
mix (campuran asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat) yang berbeda yaitu 55%, 60% dan 65%. Dikarenakan putih telur memiliki karakteristik susah larut dalam air, maka dibuat modifikasi untuk mengatasinya yaitu dengan menambahkan maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan polisakarida yang sering digunakan sebagai bahan pengisi dalam produk m a k a n ~ . ~ Penambahan maltodekstrin yang digunakan dalam penelitian yaitu 5%, lo%, 15% dan 20%. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kelarutan tepung putih telur yang paling baik kelarutannya adalah dengan penambahan maltodekstrin sebesar 20%, akan tetapi agar bahan tidak kebanyakan bahan pengisi, sehingga penambahan 15% ditetapkan sebagai acuan dalam penelitian utama. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan perlakuan konsentrasi
effervescent mix yang berbeda dan kelompoknya periode pembuatan tablet
effervescent minggu I, 11, 111. Peubah yang diamati yaitu karakteristik fisik yang terdiri atas kompresibilitas granul, keseragaman br,kst tablet, kekerasan tablet, friabilitas tablet, keseragaman ukuran (tebal tablet dan tiiameter tablet), waktu larut tablet dan pengujian organoleptik menggunakan uji hedonik. Peubah pada pengujian organoleptik meliputi : bentuk tablet, aroma, waktu larut, warna, rasa dan penilaian secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil sidik ragam yang didapatkan perlakuan effervescent mix
tabletnya (P>0,05). Nilai rataan dari kompresibilitas granul sebesar 24,39%, keseragaman bobot tablet 2,47 gram, kekerasan tablet 5,48 kg/cm2, fiiabilitas 0,41%, keseragaman ukuran tebal tablet 4,58 mm, sedangkan diameter tablet 26,17 mm dan waktu lamt tablet berkisar antara 7,67 menit. Hasil yang didapatkan dari pengujian oraganoleptik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi effervescent mix yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap sifat organoleptik tablet effervescent putih telur (P>0,05). Penilaian rataan panelis terhadap bentuk tablet, aroma, waktu larut, warna, rasa dan penilaian secara keseluruhan b e r t u ~ t - t u ~ t adalah 4,81 (suka); 4,49 (agak suka); 3,41 (tidak suka); 4,53 (suka); 4,11 (agak suka) dan 4,21 (agak suka).
Kata-kata kunci: citarasa lemon, karakteristik fisik dan organoleptik, tablet
ABSTRACT
Physical and Sensory Properties of Lemon Flavored Albumen Effervescent Tablet with Different Effervescent Mix of Concentration
Hartono, H. P., 2. Wulandari and B. N. Polii
Egg yolk contains high level of fat, that is different with albumen. Albumen doesn't contain fat, only protein, water, carbohydrate and mineral. Albumen effervescent tablet was made as a product that free cholesterol beverages. The objective of this research were to analyze physical and sensory properties of albumen effervescent tablets with addition of lemon essence. The experiment design was randomized block with three treatments (different effervescent mix concentration) and three groups. The result of Analysis of Variance (ANOVA) from all parameters showed that different formulation white egg effervescent tablet didn't have significant differences on granule compresibility, weight tablets uniformity, tablets hardness, tablets friability, tablets size thick, tablets diameter and tablets dissolving time (P>0,05). The granule compresibility mean is 24,39%, weight tablets uniformity mean is 2,47 gr, tablets hardness mean is 5,48 kg/cm2, tablets friablity mean is 0,41%, tablets size thick mean is 4,58 mm, tablets diameter mean is 26,17 mm and tablets dissolving time mean is 7,67 minutes. Concentration of effervescent mix also didn't have significant effect on sensory property of the tablets that included tablets form, flavor, dissolving time, color, taste and general value mean is 4,81 (like); 4,49 (rather like); 3,41 (not like); 4;53 (like); 4,11 (rather like) and 4,21 (rather like).
pinon
KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK TABLET
EFFERVESCENT
PUTIH TELUR BERCITARASA LEMON
DENGAN KONSENTRASI
EFFERVESCENT
MIX
YANG BERBEDA
HENRY PURNAWIDYA HARTONO
Dl4203054
Slcripsi ini merupaltan saiah satu eyarat untuk memperolet~ gelar Sarjana Peternakan pads
Pakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI HASIL TERNAK PAKULTAS PETERNAKAN
KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK TABLET
EFFERVESCENT
PUTIH TELUR BERCITARASA LEMON
DENGAN KONSENTRASI
EFFERVESCENT
MIX
YANG BERBEDA
Oleh :
HENRY PURNAWIDYA HARTONO
Dl4203054
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 26 Pebruari 2008
Pembimbing Utama
S.TP., M.Si. NIP. 132 206 246
Pembimbing Anggota n
ltas Peternakan
(1r. B. Nenny Polii, SU. NIP. 130 816 350
I%J-hdullah, M.Sc. Agr.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Januari 1985 di Tuban, Jawa Timur.
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Mundi
Hartono dan Ibu Khomsatun, S.Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan SD hingga SMU di Tuban. Pendidikan
Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1997 di SD Negeri Kebonsari I Tuban.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Negeri
1 Tuban, dan Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2003 di SMU
Negeri 1 Tuban.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di beberapa kegiatan intra dan
ekstra kampus. Tahun 2003-2004 penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah
(OMDA) Tuban sebagai Wakil Ketua Umum dan selanjutnya di tahun 2004-2006
terpilih menjadi Ketua Umum. Tahun 2004-2005 penulis aktif di Departemen
Infokom, Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim (FAMM) A1 An'aam sebagai staf.
Tahun 2005-2006 penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Peternakan sebagai Ketua Departemen Minat dan Enterpreneurship. Penulis
pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (MKU 11 1) pada
tahun 2005-2007. Kegiatan ekstra kampus yang penulis ikuti yaitu Perhilnpuiia~l
Petani dan Nelayan Seluruh Indonesia (PPNSI). Selama menempuh pendidikan di
IPB, pada tahun 2006 penulis juga berkesempatan bergabung dalam tim finalis
Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa
Nasional (PIMNAS) XIX di Universitas Mthammadiyah Malang dengan judul
proposal Pembuatan Egg Instant Drink dari Putih Telur dengan Penambahan Efek
Effervescent dan Cita Rasa Lemon dan pada tahun 2007 meraih medali perunggu
dengan judul proposal yang sama dalam Program Kreativitas Mahasiswa
Penulisan Ilmiah pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XX di
I U T A PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Rabb Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia tak terhingga, sehingga Penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka penyelesaian studi di Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Petemakan, Fakultas Petemakan, Institut Pertanian
Bogor. Sholawat serta salam semoga selalu terhaturkan kepada qudwah hasanah
kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul "Karakteristik Fisik dan Organoleptik Tablet
Effervescent Putih Telur Bercitarasa Lemon dengan Konsentrasi Effervescent
Mix
yang Berbeda" yang berisikan tentang pembuatan minuman efervescent yang
berbahan baku dari putih telur. Putih telur mempakan produk asal hewani yang
mengandung gizi cukup tinggi, terutama pada proteinnya dan tidak mengandung
lemak. Harapannya produk yang baru ini dapat berguna dan diterima di kalangan
masyarakat.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempumaan. Penulis berharap semoga apa yang ditulis dapat memberikan nilai
guna bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Bogor, Maret 2008
DAFTAR IS1 Halaman
...
RINGKASAN...
ABSTRACTLEMBAR PERNYATAAN ... LEMBAR PENGESAHAN
...
RIWAYAT HIDUP
...
...
KATA PENGANTARDAFTAR IS1 ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR
...
DAFTAR LAMPIRAN ......
PENDAHULUAN...
Latar BelakangTujuan
...
...
TINJAUAN PUSTAKA
Telur
...
Putih Telur...
...
EffervescentGranu:
...
Tablet...
Bahan Baku Tablet Effervescent...
Pembuatan Tablet Effervescent
...
Citarasa Jeruk Lemon
...
...
Natriurn
...
Maltodekstrin...
Pengerillg Semprot
. .
...
Pentlaan Organoleptik
METODE
...
...
Lokasi dan Waktu
Materi
...
...
Alat
Rancangan Percobaan
...
Prosedur...
Penelitian Pendahuluan
. .
...
Penelltian Utama...
...
Peubah yang Diukui
.
.
...
Pelulaian Organoleptik. .
11 iv v vi vii...
V l l lHASIL DAN PEMBAHASAN
...
. .
Penelit~an
. .
Pendahuluan...
Penel~t~an Utama. . .
...
Kompres~bihtas Granul...
Evaluasi Tablet Efervescent Putih Telur .... .
Pengullan Organoleptik
...
KESIMPULAN DAN SARAN
...
...
Kesimpulan...
SaranUCAPAN TERIMAKASIH
...
DAPTAR TABEL
Nomor Halaman
1
.
Komposisi Kimia Telur Ayam Ras...
32
.
Formula Penelitian Utama...
163
.
Nilai Rataan Karakteristik Fisik Tablet Effervescent Putih Telur....
21DAFTAR GAMBAR
Nomor Halanlan
...
1
.
Stmktur Telur 42
.
Diagram Alir Pembuatan Tepung Putih Telur sebelum modifikasi....
153
.
Diagram Alir Pembuatan Tablet Effervescent Putih Telur...
174
.
Tepung Putih Telur...
20DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Format Penilaian Organoleptik Uji Skalar Garis
...
362. Analisis Ragam Uji Kompresibilitas Granul Tablet
Effervescent Putih Telur dengan Konsentrasi Effervescent Mix
...
yang Berbeda 37
3. Analisis Ragam Uji Keseragaman Bobot Tablet
Effervescent Putih Telur dengan Konsentrasi Effervescent Mix
...
yang Berbeda 37
4. Analisis Ragam Uji Kekerasan Tablet
Effervescent Putih Telur dengan Konsentrasi Effervescent Mix
yang Berbeda
...
37 5. Analisis Ragam Uji FriabilitasKeregasan TabletEffervescent Putih Telur dengan Konsentrasi Effervescent Mix
yang Berbeda
...
376. Analisis Ragam Uji Keseragaman Tebal Tablet
Effervescent Putih Telur dengan Konsentrasi Effervescent Mix
yang Berbeda
...
377. Analisis Ragam Uji Keseragaman Diameter Tablet
Effervescent Putih Telur dengan Konsentrasi Effervescent Mix
yang Berbeda
...
388. Analisis Ragam Uji Waktu Larut Tablet
Effervescent Putih Telur dengan Konsentrasi Effervescent Mix
yang Berbeda
...
389. Analisis Ragam Uji Organoleptik Tablet
Effervescent Putih Telur dengan Konsentrasi Effervescent Mix
...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan pangan hasil ternak yang memiliki nilai nutrisi tinggi terutama
protein adalah telur. Telur ayam adalah salah satu bahan makanan asal ternak
yang bernilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti protein, lemak, mineral serta memiliki
daya cerna yang tinggi. Telur terdiri atas tiga ko~nponen penting yaitu putih telur,
kuning telur dan kerabang telur. Kandungan kolesterol telur hanya terdapat pada
kuning telur, sedangkan putih telur tidak mengandung kolesterol. Putih telur
memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga dapat dijadikan sumber protein
tersendiri yang bebas kolesterol.
Konsurnsi protein masyarakat Indonesia, khususnya protein hewani pada
saat ini masih tergolong rendah (dibawah 10 gradkapitafhari), apalagi bila
dibandingkan dengan negara - negara maju (50-80 grandkapitakari) (Rusfidra,
2005). Padahal, sebagian ahli menghubungkan tingkat konsumsi protein dengan
tingkat kecerdasan suatu bangsa secara tidak langsung. Salah satu alasan
rendahnya konszmsi protein masyarakat di samping masalah finansial adalah
karena citra produk peternakan khususnya produk-~oduk telur dan daging, yang
sangat identik dengan meja makan, sehingga seolah-olah produk petemakan
hanya layak dikonsumsi bersama nasi saja. Oleh karena itu, diperlukan inovasi
kreatif untuk memecahkan masalah ini dengan menciptakan suatu produk yang
lebih praktis dengan berbagai aktivitas masyarakat.
Minuman sumber protein yang berasal dari telur diharapkan menjadi
alternatif minuman protein bebas kolesterol bagi masyarakat. Minuman instan
berbentuk serbuk atau tablet saat ini banyak beredar di pasaran dan disukai oleh
konsumen karena lebih praktis daripada minuman berbentuk cair. Minuman
dengan penambahan sumber protein yang berasal dari telur diharapkan menjadi
altemaiive minurrian bebas kolesterol. Minuman eflerervcscent instan berbentuk
serbukltablet disukai karena mempunyai rasa sparkle yang khas dan mudah dalam
penyajian. Proses bereaksinya campuran asam dan basa dapat berlangsung
maksimal, apabila konsentrasi campuran asarn dan basanya tepat. Penampilan
ha1 yang turut mendukung adanya penerimaan konsumen terhadap produk
tersebut.
Jeruk lemon merupakan bahan yang sudah digunakan secara luas sebagai
bahan penguat citarasa dan aroma. Aroma dan rasanya yang khas menjadi salah
satu daya pikat tersendiri bagi konsumen. Cita rasa jeruk lemon dan efek
effervescent yang digunakan dalam produk tablet effervescent putih telur ini
diharapkan dapat meningkatkan penerimaan jenis minuman baru ini di
masyarakat.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari karakteristik
fisik dan organoleptik tablet effervescent putih telur bercitarasa lemon dengan
TINJAUAN PUSTAKA
Telur
Telur adalah salah satu bahan makanan asal temak yang dikenal bemilai
gizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh manusia seperti protein, lemak, mineral serta memilki daya cema yang
tinggi (Sirait, 1986). Selain itu, komponen protein penyusun dari telur ayam
mengandung asam amino esensial serta terdapat dalam jumlah yang banyak dan
seimbang, sehingga protein telur dapat digunakan untuk melengkapi kebutuhan
makanan lain (Anggorodi, 1985).
Sirait (1986) menyatakan bahwa struktur sebuah telur terdiri atas kuning
telur, yang dikelilingi oleh putih telur yang mengandung air dalam jumlah banyak,
bersifat elastis dan dapat mengabsorbsi goncangan yang mungkin terjadi pada
telur tersebut. Kedua komponen itu dilindungi oleh bagian kulit dan kerabang
telur dengan persentase berat masing-masing adalah kulit telur 1 I%, kuning telur
32% dan putih telur 57%. Komposisi kimia telur ayam segar dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Telur Ayam Segar
Komposisi Kimia Telur Utuh Kuning Telur Putih ~ e l u r - - - - o / o - - -
Air Protein Lemak
Abu 1,O 1,7 0,7
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, 1979
Putih Telur
Menurut Powrie (1973), putih telur merupakan bagian pada telur segar
yang bersifat cairan kental tidak benuanla. Putih telur terdiri atas empat lapisan,
yaitu lapisan encer bagian luar (23,3%), lapisan kental (57,3%), lapisan encer
dalam (16,8%) dan kalaza (2,796). Bagian albumin diikat dengan- bagian kuning
telur oleh khalaza, yaitu serabut-serabut protein berbentuk spiral yang disebut
musin. Struktur albumin dibentuk oleh serabut-serabut protein yang terjalin
membentuk jala yang disebut ovomusin, sedangkan bagian yang cair diikat kuat di
Protein di dalam putih telur tnerupakan salah satu komponen yang terdapat
dalam jumlah besar. Beberapa jenis protein yang dikenal antara lain adalah
ovalbumin, konalbumin, ovomusin, globulin (GI, G2, Gj), ovomukoid,
flavoprotein, ovoglikoprotein, ovomakroglobulin, ovoinhibitor dan avidin.
Komponen protein putih telur yang lain meliputi : flavoprotein (8%),
ovoglikoprotein ( 5 % ovomakroglobulin (5%), ovoinhibitor (1%) dan avidin
(0,5%) (Powrie, 1973).
Pengetahuan komposisi kimia telur dan sifat-sifat fisikokimianya akan
berguna untuk menduga perubahan-perubahan yang terjadi pada telur selama
penyimpanan, pengawetan, pengeringan dan pendinginan telur. Perubahan-
perubahan komponen telur akan mencerminkan hilangnya fungsi dan keaktifan
bagian-bagian telur, seperti albumin untuk pengembang (daya buih) dan kuning
telur untuk penstabil buih (Powrie, 1973).
ALBUMEN/PUTIH TELUR KUNING TELUR
benih Blastodem
Iapisan kuning tdur inner thin
Lapisan k u ~ n g telur
KULIT TELURISHELL MEMBRAN KULIT/
MEMBRANE
Ruang uiJamluir cell
spang): cnlrnreous layer
L
Membran kulit Iuar/ourerLapisan mammilarj shell mcrnbru~~e
[image:17.547.75.484.352.765.2]Membnn kulit &lam/ i m r stlet1 membrane
Gambar 1. Struktur Telur
Effervescerzt
Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan
gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan (Mohrle, 1989). Effervescent
juga dapat menghasilkan larutan yang jernih, rasa yang enak karena adanya
karbonat. Apabila diinginkan tablet menghasilkan larutan yang jenuh, maka obat
yang terkandung dalam tablet dapat larut pada pH netral atau pH sedikit alkalis,
dan semua pelincir atau aditif lain yang digunakan untuk mempermudah
pengempaan tablet hams dapat larut dalam air (Liebeman et a1.,1989).
Menurut Ansel (1989) flavored beverage effervescent adalah sediaan
effervescent yang digunakan untuk membuat minuman ringan secara praktis, yaitu
dengan cara mencampurkan tablet effervescent ke dalam air. Gas yang dihasilkan
saat pelarutan effervescent adalah karbondioksida sehingga dapat memberikan
efek sparkle (rasa seperti air soda). Reaksi yang terjadi pada pelarutan
effervescent adalah reaksi antara senyawa asam dan senyawa karbonat untuk
menghasilkan gas karbondioksida. Reaksi ini dikehendaki terjadi secara spontan
ketika effervescent dilarutkan di dalam air. Garam-garam effervescent biasanya
diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat daripada hanya satu
macam asam saja, karena pengguczan bahan asain tunggal saja akan
menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang
dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal. Asam
sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
H3C,jH507.H20
+
3 NaHC03 + Na3C6Hs07+
4 H20 + 3 C02Asarn sitrat Na-bikarbonat Na-sitrat air karbondioksida
H2C4H4O6
+
2 NaHC03 + Na2C4H406+
2
Hz0+
2 C02Asarn tartrat Na-bikarbonat Na-tartrat air karbondioksida
Reaksi di atas menunjukkan bahwa 3 moleku! natrium bikarbonat (NaHC03)
untuk menetralisir satu molekul asam sitrat.
A gram asam sitrat B gram natrium bikarbonat
-
-
Reaksi tersebut tidak diharapkan terjadi sebelum tablet effervescent
dilarutkan, oleh karena itu perlu pengendalian kadar air bahan baku dan
kelembaban lingkungan agar tetap rendah untuk mencegah penguraian dan
ketidakstabilan produk. Ruang pencampuran bahan dan pencetakan yang memiliki
kelembaban malisimal 25% d m suhu maksimal 2 5 ' ~ merupakan kondisi yang
baik untuk proses pembuatan tablet effervescent. Kelaruten yang tinggi
merupakan salah satu ha1 yang penting dalam pembuatan tablet effervescent agar
tablet dapat larut dengan cepat (Lieberman et al., 1992).
Produk effervescent yang beredar di pasaran meliputi dua produk, yaitu
granul dan tablet. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral
dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat seperti : zat pengisi,
zat pengikat, zat penghancur, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok
(Ansel, 1989).
Granul
Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil
dengan bentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar.
Umumnya granul dihasilkan dengan cara melembabkan serbuk .tau campuran
serbuk yang digiling. Granul yang dihasilkan tidak segera mengering seperti balok
bila dibandingkan dengan serbuknya, karena luas permukaan granul lebih kecil
dibandingkan serbuknya (Ansel, 1989).
Persyaratan yang hams dimiliki sebuah granula adalah bentuk dan warna
teratur, meiniliki distribusi butir yang sempit dan mengandung bagian berbentuk
serbuk lebih dari lo%, memiliki daya luncur yang baik, menunjukkan
kekompakan yang memuaskan, tidak terlampau kering(sisa lembab 3-5%) d m
hancur dengan baik dalam air (Voight, 1994). Granulasi dapat dibedakan menjadi
dua golongan besar, atas dasar digunakan atau tidaknya cairan untuk melamtkan
atau mengembangkan bahan pengikat, yaitu (a) granulasi basah bila menggunakan
caiian pengikat dan (b) granulasi kering bila seluruh bahan dicamp-tr dan dibuat
granul dalam keadaan kering (Lieberman et ul., 1992).
Evaluasi granul adalah suatu evaluasi terhadap bahan atau granul sebagai
bahan baku proses pembuatan tablet. Evaluasi granul ini sangat penting dilakukan
berpengamh pada tablet yang dihasilkan. Menurut Marshall (1989), sifat-sifat
karakteristik granul yang meliputi kemampuan pengempaan dan sifat aliran dari
bahan kasar akan memberikan pengaruh yang nyata pada pelaksanaan umtan
proses pentabletan dan sifat dari tablet yang dihasilkan.
Tablet
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan tambahan farn~asi (obat-obatan) yang sesuai. Bentuk sediaan
tablet memiliki keuntungan, yaitu : (1) mempakan bentuk yang utuh dan
menawarkan kemampuan terbaik dari semua sediaan oral untuk ketepatan ukuran
serta variabilitas kandungan yang paling rendah, (2) ongkos pembuatannya paling
rendah, (3) bentuk sediaan oral yang paling ringan dan kompak, (4) bentuk
sediaan yang paling mudah dan mudah untuk dikemas serta dikirim, (5)
pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, ( 6 ) bentuk sediaan oral yang paling mudah diproduksi secara besar-besaran dan (7) bentuk
sediaan yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas
mikrobiologi yang paling baik. Kemgian tablet adalah beberapa obat tidak dapat
dikempa menjadi padat d m kompak, tergantung pada keadaan amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis (Lieberman et al., 1989).
Tablet-tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan, daya hancumya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada pemakaian
tablet dan metode pembuatannya. Proses pembuatan tablet dengan kualitas yang
baik dapat diperoleh dengan menambahkan zat tambahan. Akan tetapi, pemilihan
zat tambahan yang digunakan hams memperhatikan dosis, taraf dan sifat dari zat
tambahan (Ansel, 1989).
Bahan Baku Tablet Effervescent
Senyawa asam yang diperlukan dalam reaksi effervescent dapat diperoleh
dari tiga sumber utama yaitu asam makanan, asam anhidrida, dan garam asam.
Asam ini mempakan asam yang umum digunakan pada makanan dari secara alarni
terdapat pada makanan, contohnya adalah asam sitrat, asan tartrat, asam malat,
asam fumarat, asam adipat, dan asam suksinat (Liebeman et al., 1989).
Asam sitrat merupakan asam yang m u m digunakan sebagai asam
makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki larutan yang tinggi dan
tersedia dalam bentuk granular, anhidrous, dan bentuk monohidrat. Selain itu,
tersedia juga dalarn bentuk serbuk. Asam ini sangat higroskopis. Oleh karena itu,
penanganan dan penyimpanannya memerlukan perhatian khusus (Lieberman et
al., 1989).
Asam tartrat merupakan asam yang biasa digunakan sebagai sumber asam
effervescent. Asam tartrat kelarutannya lebih baik dan lebih higroskopis
dibandingkan asam sitrat. Kekuatan asamnya sama besar dengan asam sitrat
(Lieberman et al., 1989).
Senyawa karbonat yang paling banyak digunakan dalam formulasi
effervescent adalah garam karbonat kering karena kemampuannya menghasilkan
karbondioksida. Contoh garam karbonat adalah Na-karbonat, Na-bikarbonat, Na-
sesquikarbonat, Na-glisin karbonat, L-lisin karbonat dan arginin karbonat
(Lieberman et al., 1989). Natrium bikarbonat merupakan sumber utama penghasil
karbondioksida dalam sistem effervescent. Natrium bikarbonat larut sempuma
dalam air, nonhigroskopis dan harganya murah. Natrium bikarbonat sering juga
digunakan sebagai soda kue atau baking soda. Natrium bikarbonat dikenal juga
sebagai abu soda. Basa ini dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
effervescent (Liebeman et al., 1989).
Bahan pengisi diperlukan bila dosis tablet tidak cukup untuk membentuk
produk yang kompaklbulk (volume bahan yang terisi penuh tidak berongga pada
tablet). Pengisi dapat juga ditambahkan dengan alasan untuk memperbaiki daya
kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memperbaiki aliran. Bahan
ini juga dimaksudkan untuk mencapai bobot tablet dan volume yang diharapkan.
Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain laktosa, glukosa dan
maltodekstrin. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pengisi
adalah sebagai berikut : (1) bersifat netral terhadap bahan yang berkhasiat; (2)
inert (stabil) secara fmakologi; (3) tidak boleh berbahaya, atau tidak tercampur
dengan bahan berkhasiat (Liebeman et al., 1989).
Bahan pengikat ditambahkan dalam formula tablet berfungsi sebagai
pengikat komponen-komponen tablet sehingga produk tidak pecah ketika
dikempa. Pemakaian bahan pengikat disesuaikan dengan bahan aktif, dalam
(Polivinil pirolidon). Contoh bahan pengikat lain yang dapat digunakan adalah
gelatin, pasta amylum, sukrosa, avicel, dan lain-lain. Bahan pengisi dan bahan
pengikat ini ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah
untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang
dicetak langsung (Lieberman et al., 1989).
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau
hancumya tablet menjadi partikel-partikel kecil, sehingga luas permukaan
diperbesar dan absorbsi dipermudah. Bahan ini dapat ditambahkan pada saat
granulasi ataupun selama proses lubrikasi sebelum dicetak. Bahan penghancur
berdasarkan mekanisme kerjanya dibagi atas : (1) bahan penghancur yang daya
mengembangnya besar dalam air, contoh : Sodium starch glycolat, Ac-Di-Sol, dan
polyplasdon; ( 2 ) bahan penghancur yang dapat membentuk pori penetrasi air,
contoh : amylum, asam alginate, CMC Na; (3) bahan penghancur lain, misalnya penghancur bersifat effervescent yang bekerja berdasarkan reaksi terbentuknya
gas bila dimasukkan dalam air (Lieberman et al., 1989).
Bahan pelincir, anti lekat dan pelicin mempunyai fungsi yang bersama
sehingga tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Suatu bahan anti lekat juga
memiliki sifat-sifat pelincir dan pelicin. Perbedaan ketiganya yaib-1, zat pelincir
diharapkan dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding alat
pencetak, pada saat tablet ditekan ke luar dari alat pencetak. Anti lekat bertujuan
mengurangi melekatnya atau adhesi bubuk atau granul pada permukaan dinding
alat pencetak. Pelicin ditujukan untuk memperbaiki aliran serbuk atau granul
dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel. Bahan-bahan yang
biasa digunakan adalah talk 5%, tepung jagung 5-lo%, koloid-koloid silika seperti
Siloid, atau Aerosil0,25
-
3% (Lieberman et al., 1989).Pembuatan Tablet Effervescer~i
Proses pembuatan tablet effervescent dapat dilakukan dengan tiga metode
yaitu metode granulasi kering, granulasi basah dan pencetakan langsung. Proses
pembuatan tablet effervescent pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode granulasi basah.
Pada pembuatan tablet effervescent, suhu dan kelembaban/RH (relative
suhu yang rendah sangat penting untuk mencegah proses granulasi dan
pembentukan tablet dari penyerapan uap air, yang bisa menyebabkan
ketidakstabilan tablet (Lieberman et al., 1989).
Tabletasi dilakukan setelah bahan obat dan bahan pembantu yang
diperlukan digranulasi, artinya partikel-partikel serbuk diubah menjadi butiran
granulat. Hasilnya berbentuk butiran-butiran, setiap partikel serbuknya memiliki
daya lekat, disamping itu daya alimya menjadi lebih baik, sehingga pengisian
ruang cetak dapat berlangsung secara kontinyu dail homogen (Voight, 1995).
Keseragaman bentuk granula menyebabkan pula keseragaman bentuk
tablet, sehingga akan dihasilkan massa tablet yang tetap dan ketepatan takaran
yang tinggi. Pada proses granulasi, luas permukaan total seluruh partikel serbuk
berkurang yang diikuti dengan penurunan daya adhesi (Voight, 1995).
Citarasa J e r u k Lemon
Buah jeruk lemon (Citrus lemon (Linn.) Burm.J) adalah jenis buah yang
tidak dapat langsung dikonsumsi. Pada unumnya diproses untuk menghasilkan
sari buah yang dapat diproses lebih lanjut menjadi konsentrat. Konsentrat jeruk
lemon dapat dijadikan sumber vitamin C (asam sitrat) (Heat dan Reineccius,
i966). Guenther (1990), mengungkapkan bal~.va flavor minyak lemon digunakan
secara meluas dalam aneka jenis minuman, minuman ringan, bubuk dan tablet
minuman ringan, dan dalam produk makanan panggang seperti kue, pastries,
kembang gula, agar-agar, soft and hard centre candies. Penambahan flavor ke
dalam produk bertujuan untuk : (1) Memberi flavor pada produk yang tidak
memiliki flavor, (2) Memperkuat flavor yang l e i a h yang sudah terdapat dari
awalnya dan (3) Menggantikan flavor alami yang hilang pada waktu pengolahan
(Irwansyah, 2002).
Natrium (Na)
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler, 35-40% natrium
ada di dalam kerangka tubuh. Cairan saluran cerna, sarna seperti cairan empedu
dan pankreas, juga mengandung banyak natrium (Almatsier, 2002). Hampir
seluruh natrium yang dikonsumsi (3 hingga 7 gram sehari) diabsorpsi, terutama di
Jumlah natrium dalam urin tinggi bila konsumsinya tinggi dan rendah bila
konsumsi rendah (Almatsier, 2002).
Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang
dibutuhkan tubuh. Oleh karena itu, tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari.
Taksiran kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 500 mg.
Kebutuhan natrium didasarkan pada kebutuhan untuk pertumbuhan, kehilangan
natrium melalui keringat dan sekresi lain. WHO (1990) menganjurkan
pembatasan konsumsi garam dapur (NaC1) hingga 6 gram sehari (ekivalen dengan
2400 mg natrium).
Maltodekstrin
Maltodekstrin didefinisikan sebagai produk hidrolisis pati (polimer
sakarida tidak manis) dengan panjang rantai rata - rata 5- 10 unit/molekul glukosa.
Maltodekstrin secara teori diproduksi dengan menggunakan hidrolisis terkontrol
melalui enzim (alfa-amilase) atau asam. Rumus umum maltodekstrin adalah
(C6HloOs),, Hz0 (Kennedy et al., 1995). Derajat polimerisasi (DP) dinyatakan dengan kesetaraan dekstrosa (DE). Derajat polimerisasi didefinisikan sebagai
jumlah gula pereduksi total yang dinyatakan sebagai dekstrosa dan dihitung
sebagai persentase dari berat kering total (Biliaderis dan Eskin, i99ij.
Pengering Semprot
Master (1979) mendefinisikan pengeringan semprot sebagai proses
perubahan bahan dari bentuk cair ke bentuk partikel kering, oleh suatu
penyemprotan bahan ke dalam medium kering yang panas. Produk yang
dihasilkan dari pengeringan senlprot dapat b e ~ p a tepung, butiran atau gumpalan
tergantung sifat fisik dan kimia bahan yang dikeringkan (Greenwald dan King,
1981). Pengering semprot mempunyai keunggulan dibanding dengan alat lain
yang sejenis yaitu produk jadi kering tanpa bersentuhan dengan permukaan logam
panas, suhu produk rendah meskipun suhu pengering tinggi, penguapan air terjadi
pada permukaan yang sangat luas sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
pengeringan menjadi lebih cepat, produk akhir yang bempa bubuk memudahkan
penanganannya (Spicer, 1974).
Pengeringan semprot terdiri dari empat proses yaitu : (1) atomisasi bahan
sehingga dapat membentuk semprotan yang halus, (2) kontak antara partikel hasil
atomisasi dengan udara pengering, (3) penguapan air dan bahan, (4) pemisahan
bubuk kering dengan aliran udara yang membawanya (Master, 1979). Master
(1979), juga menyebutkan bahwa tingkat atomisasi bahan tergantung pada
beberapa faktor yaitu bentuk atomizer, kecepatan putaran, kecepatan aliran bahan
dan sifat bahan. Fungsi atomizer yaitu rnemecah bahan menjadi partikel yang
lebih kecil sehingga menghasilkan luas peimukaan yang lebih besar dan proses
penguapan yang lebih cepat (Heldrnan dan Singh, 1981).
Peniiaian Organoleptik
Penilaian organoleptik atau penilaian sensorik merupakan metode
penilaian yang sering digunakan karena dapat dilaksanakan secara cepat dan
langsung. Penerapan penilaian organoleptik dalam praktek nyata disebut uji
organoleptik yang dilakukan dengan prosedur tertentu. Sistein penilaian
organoleptik telah dibakukan dan telah dijadikan alat penilaian dalarn
laboratorium. Penilaian organoleptik sering digunakan sebagai metoda dalam
penelitian dan pengembangan produk pangan (Soekarto, 1985).
Pada penilaian organoleptik, indera yang berperan adalah indera
penglihatan, penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Indera yang paling
uniiln d i g ~ i a k a n unhk penilaian penerimaan suatu makanan yaitu pencicipan dan
penglihatan, kemudian disusul perasa atau peraba. Selain itu untuk melakukan
penilaian organoleptik diperlukan panelis (orang yang menjadi anggota panel).
Panelis dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu panelis terbatas,
panelis terlatih, panelis agak terlatih, panelis tidak terlatih dan panelis konsumen.
Panelis dalam uji hedonik sebaiknya panelis tidak terlatih yang kemudian diminta
tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya, ketidak sukaan dan juga
mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai April 2007. Lokasi
penelitian dilakukan di pilot plant SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor,
Bagian Teknologi Hasil Temak, Fakultas Petemakan Institut Pertanian Bogor dan
Laboratorium Farmasi Angkatan Laut, Jakarta.
Materi
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah putih telur ayam segar
dan maltodekstrin sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan
tablet effervescent dan analisis fisik adalah bahan pengikat polivinil
pirolidonIPVP, bahan peIincir polietilen glikol/PEG 6000, asam sitrat, asam
tartrat, natrium bikarbonat, bahan pemanis acesulfam, bahan pengisi (laktosa),
etanol 96%, khamir1Sacharomyces cerevisiae (femipan), essence citarasa lemon
(Keith Harris), pewarna kuning (tartrazine) dan alumunium foil.
Alat
Alat yang digunakan dalam pembu~jan tablet effervescent putih teltu
adalah spray dryer merek Buche tipe B-190, oven tipe 11.15, ayakan (I 1 mesh),
desikator dan mesin pencetak tablet, sedangkan alat yang digunakan untuk analisa
terdiri atas gelas ukur 100m1, timbangan analitik dengan ketelitian 0,001 g, alat
penguji kekerasan (Erweka TBH 28), friabilator, jangka sorong, stopwatch, gelas
min'um, dan cawan.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
(RAK) dengan kelompok periode waktu pembuatan tablet effervescent pada
minggu I, I1 dan 111. Perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi effervescent
mix (nzirium -bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat) yang berbeda dengan
Model matematis (Steel dan Torrie, 1995) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
Y-.
'J = p+
q+
pj
+
~ i j Keterangan :Yi : hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
P
: nilai rataan umumTi : pengaruh perlakuan konsentrasi effervescent mix ke-i
p,
: pengaruh periode waktu ke-jEij : pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Data pengamh perlakuan terhadap peubah yang diamati diuji dengan
analisis ragam (ANOVA) d m jika analisis menunjukkan pengaruh yang nyata
(P<0,05) maka akan diuji dengan uji Tukey (Steel dan Torrie, 1995).
Data hasil pengujian sifat organoleptik tablet effervescent putih telur
terhadap bentuk tablet, aroma, waktu larut, warna, rasa dan penilaian secara
keseluruhan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, tetapi data diuji terlebih
dahulu kenom~alannya. Hasil sidik ragam yang berpengaruh nyata (P<0,05) akan
dilanjutkan dengan uji Tukey (Steel dan Torrie, 1995).
Prosedur
Penelitian ini terdiri atas dua tahap. Tahap penelitian pendahuluan d m
tahap penelitian utama.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ditujukan untuk mencari kelarutan terbaik dari
tepung putih telur dengan penambahan maltodekstrin pada konsentrasi: 5%; 10%;
15%; dan 20%. Hasil penepungan putih telur dengan kelarutan terbaik dan
memenuhi standar kelarutan bahan-bahan tablet effervescent (mudah larut dalam
air atau mudah dibasal~i oleh air) akan digunakm untuk mernbuat tablet
effervescent pada penelitian utama.
Persiapan Telur Segar. Telur yang digunakan merupakan telur ayam ras segar
berumur satu hari dengan kualitas AA atau A. Ciri-ciri fisiknya y a h kulitnya
tidak retak, bentuknya normal dengan nilai indeks Haugh Unit (HU) rata-rata
perbandingan antara berat telur dengan tinggi putih telur. Telur diambil langsung
dari peternak ayam ras di daerah Darmaga, Bogor.
Pembuatan Tepung Putih Telur. Proses pembuatan tepung putih telur yang
dilakukan pada penelitian ini merupakan modifikasi dari Sukarno (1984).
Modifikasi dilakukan terhadap suhu pasteurisasi dan proses homogenisasi. Proses
pembuatan tepung putih telur yaitu : putih telur yang sudah dipisahkan dengan
kuningnya, dipasteurisasi, lalu difermentasikan dengan khamir S.cerevisiae
(fermipan) sebanyak 0,3% berat putih telur awal dan ditambahkan maltodekstrin
masing-masing pada setiap penepungan sebanyak 5%, lo%, 15% dan 20% berat
putih telur awal. Selanjutnya dihomogenkan selarna 5 30 menit dan dikeringkan
dengan menggunakan spray dryer dengan suhu inlet 1 8 0 ~ ~ dan suhu outlet 11 O'C.
Proses pembuatan tepung putih telur ini dapat dilihat pada Gambar 2.
I
Putih TelurI
Pasteurisasi (menggunakan waterbath 5 7 ' ~
*
5 menit)1
Pendinginan pada suhu kamar Penambahan
'
4'
Penambahankhamir 0,3% maltodekstrin
Putih telur, khamir dan maltodekstrin dihomogenkan
*
30 menit4
Putih telur, kharnir dan maltodekstrin difermentasi selama 3 jam
Dikeringkan dengan menggunakan alat Spray Dryer dengan suhu inlet 180°C
dan suhu outlet 11 O°C
Tepung putih telur
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Putih Telur Hasil Modifikasi (Sukarno, 1984)
[image:28.547.70.507.263.736.2]Penelitian Utama
Proses pembuatan tablet effervescent menggunakan metode granulasi basah dengan perlakuan konsentrasi effervescent mix (natrium bikarbonat, asam tartrat, asam sitrat) yang berbeda yaitu 55%, 60% dan 65%.
Pembuatan Tablet Effervesce~zt Metode Granulasi Basah. Metode granulasi basah yang dilakukan meliputi pencampuran fase dalam dan fase lux. Tahapan
pembuatan tablet effervescent putih telur yaitu: (1) penimbangan bahan, (2) pencampuran bahan fase dalam (NaHC03, PVP, laktosa, etanol), (3) pengayakan,
(4) pengeringan dengan suhu 50°-600c
,
(5) pencampuran fase dalam dan fase luar(asam sitrat, asam tartrat, tepung putih telur, acesulfam, tartrazine, citarasa
lemon), (6) pengayakan kering (7) pencetakan tablet. Formula yang digunakan
pada penelitian utama dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Formula Penelitian Utama
Bahan FI F2 F3
...
o/O...
Tepung putih telur 20 20 20
Effervescent mix :
NaHC03 Asam Tartrat Asam sitrat
PVP PEG 6000 Acesulfanl Essence lemon Pewarna Laktosa
Total 100 100 100
Ketemngan : Persentase dihitung berdasarkan berat tablet yang diproduksi yaitu 2.5 gram. PVP, NaHC03, laktosa dilarutkan dengan etanol 96% sebanyak 0,02 ml (menguap). F1,
E dan F3 adalah formula 1,2 dan 3.
Bahan fase dalam yang terdiri atas PVP, NaHCO3, laktosa dicampur dan
dilarutkan dengan menggunakan etanol 96% sebanyak 0,02 ml karena ke rja bahan
pengikat (PVP) akan lebih efektif dalam bentuk cair. Penggunaan pelarut etanol
hams hati-hati tidak boleh terlalu basah dan tidak boleh terlalu kering. Apabila
dibasahi secara berlebihan biasanya menghasilkan granul yang terlalu keras untuk
yang terlalu lunak dan cenderung mudah remuk. Campuran fase dalam tersebut
-
kemudian diayak dengan ayakan 11 mesh dan dikeringkan dengan menggunakan
oven bersuhu 50-60 OC selama 15 menit untuk menghilangkan pelarut yang
dipakai dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum.
Bahan fase luar yang terdiri dari tepung putih telur, asam sitrat, asam tartrat,
acesulfam, PEG 6000, essence lemon, tartrazine dicampur dan diayak kemudian
dimasukkan pada canlpuran fase dalam dan dicampur sampai rata lalu dicetak.
Proses pembuatan Tablet Effervescent dengan menggunakan metode granulasi
basah dapat dilihat pada Gambar 3.
NaHC03, PVP, Laktosa, Etanol96% (fase dalam)
Dicampur dan diayak (1 1 mesh)
Dikeringkan menggunakan oven dengan suhc 50-60°C se!pmrl. 15 menit
Tepung putih telur,
tartrat, acesulfam, PEG 6000, citarasa lemon, tartrazine (fase luar).
+
Campuran fase dalam dan fase luar
Tabletasi
I
Tablet Effervescent Putih TelurPeubah yang Diukur
Peubah yang akan diamati dalam karakteristik fisik sebelum pentabletan
yaitu uji kompresibilitas granul dan peubah yang digunakan untuk menentukan
kualitas tablet effetvescenr putih telur meliputi : visuallpenampakan umum
(Lachman et al., 1986), keseragaman bobot (Dep. Kes.
RI,
1979), kekerasan tablet(Dep. Kes. RI, 1995), keregasadfriabilitas tablet (Dep. Kes.
RI,
1995), ukuran tablet (Dep. Kes. RI, 1979), dan waktu larut tablet.Evaluasi Granul (Wells, 1987)
Kompresibilitas Granul. Lebih kurang 50 gram massa granul tablet dimasukkan
dalam gelas ukur 100 ml, lalu diukur volumenya (Vl). Berat jenis bulk = mN1.
massa dalam gelas ukur diketuk - ketuk sebanyak 300 kali dari ketinggian 2,s cm
sampai volume tetap (V2). Berat jenis mampat = mN2.
(Berat jenis mampat - Berat jenis bulk)
Kompresibilitas (%) = x 100%
Berat jenis man~pat
Kriteria Kompresibilitas :
4 0 % : Istimewa
10- 15% : i3aik
16
-
20% : Sedang21 - 25% : Cukup Baik
Sumber : United State Pharmacopeia, 2005
26-31% : Jelek
32 - 37% : Sangat Jeiek
> 38% : Sangat-Sangat Jelek
Evaluasi Tablet Effervescent Putih Telur
Visual atau Penampakan Umum (Lachman ef al., 1986). Tablet yang
dihasilkan dinilai bentuknya secara keseluruhan oleh penulis, kemudian
ditentukan keadaan permukaannya (halus atau kasar, dan mengkilat atau tidak
mengkilat).
Keseragaman Bobot (Departemen Kesehatan
RI,
1979). Sejumlah 20 tabletditimbang secara seksama satu persatu, kemudian dihitung bobot rata - rata dan
koefisien variasinya. Syarat dalam perhitungan keseragaman bobot yang sering
Kekerasan Tablet (Departemen Kesehatan, 1995). Tablet dimasukkan ke
dalam alat penguji kekerasan (Erweka TBH 28), kemudian alat diatur hingga
didapatkan angka atau nilai kekerasan dengan satuan kg/cm2 atau Kp. Tablet yang
baik kekerasannya antara 4 - 8 kg/crn2.
Keregasanmriabilitas Tablet (Departemen Kesehatan
RI,
1995). Sejumlahtablet yang telah ditimbang, dibebasdebukan dan dimasukkan ke dalam
friabilator, lalu diputar dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Tablet
dibebasdebukan kembali dan ditimbang. Selisih dihitung antara penimbangan
pertama dengan kedua dalam persentase adalah nilai keregasan tablet. Keregasan
tablet yang masih dapat diterima adalah sampai dengan 1%.
Ulturan Tablet (Departemen Kesehatan RI, 1979). Diameter tablet tidak lebih
dari
3x
dan tidak kurang dari 1 113x tebal tablet. Pengukuran keseragaman tablet dapat dilakukan dengan mengambil acak 10 tablet, kemudian diukur ketebalansatu persatu dengan menggunakan alat jangka sorong atau alat ukur lainnya.
Rataan diameter dan tebal tablet dihitung nilainya dari hasil pengukuran tersebut.
Waktu Larut Tablet. Kelarutan diukur dengan menghitung waktu larut yang
diperlukan oleh tablet untuk suatu ukuran saji (serving size) sebanyak &u bvah
meaggunakan gelas ukur 500 ml. Tablet yang akan diukur waktu laritnya,
dimasukkan ke dalam 200 ml air dalam gelas ukur bersamaan dengan dimulainya
perhitungan waktu dengan menggunakan stopwatch. Tablet telah lan~t sempurna jika reaksi effervescing telah selesai. Hal ini ditandai dengan telah melebumya seluruh massa tablet menjadi larutan serta tidak muncul gelembung gas dalarn
larutan.
Penilaian Organoleptik (Soekarto, 1985). Sifat organ~leptik tablet effervescent
putih telur yang dihasilkan dianalisis dengan uji hedonik. Panelis memberikan
penilaian tingkat kesukaannya terhadap bentuk tablet, warna, aroma, waktu larut,
rasa dan kesan umux dari produk tablet yang dihasilkan. Skala yang digunakan !
sampai 7, yaitu (1) amat sangat tidak suka, (2) sangat tidak suka, (3) tidak suka,
(4) agak suka, (5) suka, (6) sangat suka dan (7) amat sangat suka. Pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ditujukan untuk mencari kelarutan terbaik dari
tepung putih telur dengan bahan pengisi yang ditambahkan adalah maltodekstrin
pada konsentrasi:
5%;
10%; 15%; dan 20%. Hasil yang didapat dari penambahanmaltodekstrin 5% (87,84%), 10% (90,16%), 15% (92,42%) dan 20% (96,99%).
Penambahan 20% memiliki kelarutan terbaik, akan tetapi agar bahan tidak
kebanyakan bahan pengisi, sehiingga penentuan konsentrasi ditetapkan dengan
penambahan 15%, maka dijadikan patokan dalam membuat tablet effervescent
pada penelitian utama. Tepung putih telur yang dihasilkan mempunyai tekstur
halus dan penampakan wama krem. Aroma yang timbul dari tepung putih telur
adalah agak amis (bau khas telur). Gambar tepung putih telur yang dihasilkan
disajikan pada Gambar 4.
[image:33.541.74.459.87.747.2]Gambar 4. Tepung Putih Telur
Penelitian Utama
Penelitian utama ini menggunakan perlakuan effervescent mix yang berbeda yaitu formula 1 (55%), formula 2 (60%) dan formula 3 (65%). Perlakuan
yang diberikan diharapkan dapat memperbaiki karakteristik fisik dari tablet
effervescent putih telur yang dicetak. Gambar tablet yang dicetak dari ketiga formula tersebut disajikan pada Gambar 5.
Hasil penelitian menunjukkan formula 1, 2 dan 3 memberikan pengaruh
yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kompresibilitas granul, keseragaman bobot
tablet, kekerasan tablet, friabilitaskeregasan tablet, keseragaman ukuran tebal
tablet, keseragaman ukuran diameter tablet dan waktu larut tablet. Nilai rataan
karakteristik fisik tablet effervesceizt putih telur disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Rataan Karakteristik Fisik Tablet effervescent Putih telur
Peubah vang Diamati Formula 1 Formula 2 Formula 3 Rataan Kompresibilitas granul (%)
Keseragaman bobot tablet (gram) Kekerasan tablet (kg/cm2) Friabilitaslkeregasan tablet (%)
Keseragaman tebal tablet (mm) Keseragaman diameter tablet (mm) Waktu larut tablet (menit)
Kompresibilitas Granul.
Kompresibilitas yaitu sifat fisik untuk membentuk massa yang stabil dan kompak
bila diberi tekanan (Lachinan et al., 1994). Pengujian kompresibilitas granul menggunakan alat bulk density fester. Nilai rataan persentase kompresibilitas granul dari ketiga formula terdapat pada Tabel 3. Rataan nilai persentase
kompresibilitas granul tablet effervescent putih telur dari ketiga formula yang digunakan, yaitu sebesar 24,39%. Persentase kos~presibilitas granul tertinggi
dihasilkan pada granul dengan formula 3, sedangkan formula 2 menghasilkan
persentase kompresibilitas terkecil. Namun, hasil sidik ragam menunjukkan
formula yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap nilai persentase
Berdasarkan kriteria Wells (1987), ketiga formula yang diujikan
menghasilkan granul effervescent putih telur yang memenuhi kriteria kompresibilitas cukup baik. Kompresibilitas yang baik ditunjukkan oleh ukuran
dan bentuk partikel yang seragam sehingga akan memudahkan dalam pencetakan
<. dan menghasilkan tablet effervescent putih telur yang kompak pada saat dicetak. Kompresibilitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kerapatan granul,
yaitu dari ukuran partikel dan bentuk partikel. Menurut Banker dan Anderson
(1994), partikel berbentuk bulat menyebabkan kerapatan bulknya meningkat,
sedangkan ukuran granul yang semakin besar menyebabkan kerapatan bulk
menurun. Granul yang keras dan padat memerlukan tekanan yang lebih besar
untuk menghasilkan massa yang kompak.
Evaluasi Tablet Effervescertt Putih Telur
Evaluasi terhadap tablet effervescent putih telur dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan atau tidak. Evaluasi yang diuji pada tablet efervescent putih telur dengan formula yang berbeda meliputi visuallpenampakan umum, keseragaman
bobot, kekerasan, keregasan, keseragaman ukuran tebal, keseragaman ukuran
diameter dan waktu larut tablet.
VisualPenampakan Umum. Penampakan umum tablet eflrvescent putih telur dilihat dari bentuknya yaitu tipis, keadaan permukaannya halus tetapi tidak
mengkilap. Tablet ini tergolong baik karena memiliki permukaan yang rata dan
halus, tidak kotor dan warnanya sama yaitu kuning.
Keseragaman Bobot. Keseragaman bobot merupakan parameter untuk
mengetahui variasi bobot dari tablet yang dihasilkan. Bobot tablet yang seragam
akan mengandung jumlah zat berkhasiat yang sama. Faktor utama yang
mempengaruhi keseragaman bobot yaitu keseragaman pengisian tempat
dikempanya granul menjadi :&let (die), yang berkaitan erat dengan sifat alir
massa tablet. Ansel(1989), menyatakan bahwa jumlah b h a n yang dimasukkan ke
diinginkan pada penelitian ini dilakukan selama proses pencetakan berjalan, baik
secara manual maupun otomatis.
Bobot tablet effervescent putih telur yang diharapkan dalam penelitian ini
adalah 2,50 gram. Nilai bobot tablet effervescent putih telur yang dihasilkan
berkisar antara 2,38 sampai2,53 gram dengan nilai rataan 2,47 gram. Hasil sidik
ragarn menunjukkan bahwa perbedaan formula tablet effervescent putih telur tidak
memberikan pengaruh terhadap keseragaman bobot tablet (P>0,05). Menurut
Departemen Kesehatan RI (1979) keseragaman bobot yang biasanya digunakan
adalah range 5 3-596, dengan standar i 33% (2,425 - 2,575 gram). Berdasarkan
kriteria Departemen Kesehatan RI (1979) tersebut, rataan keseragaman bobot
tablet effervescent sesuai dengan standar yang berlaku. Variasi bobot tablet yang
dihasilkan dapat disebabkan oleh ukuran dan distribusi ukuran granul yang tidak
tepat dan aliran yang buruk, sehingga menyebabkan jumlah massa tablet yang
masuk ke dalam cetakan berbeda-beda. Ukuran granul yang lebih besar dari
ukuran optimal untuk cetakan yang digunakan akan mempengaruhi variasi
besamya rongga antara granul saat pengisian die. Ukuran granul yang dihasilkan
adalah 11 mesh.
Kelterasan Tablet. Pengujian kekerasan pada peneiitian ini dilakukan terhadap
tablet yang sudah jadi. Pengujian terhadap kekerasan sangat dibutuhkan sebagai
parameter dari kekuatan mekanis tablet. Tablet effervescent putih telur umumnya
dirancang dengan kekerasan yang cukup agar cukup tahan terhadap guncangan
mekanis dan waktu hancur yang diharapkan relatif cepat.
Nilai rataan kekerasan tablet effervescent putih telur hasil penelitian adalah
5,48 kg/cm2 atau kP. Menurut Departemen Kesehatan RI (1995), kekerasan tablet
effervescent yang baik berkisar antara 4-8 kP. Kekerasan tablet pada formula 3
secara numerik mempunyai rataan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan kedua periakuan yang lain. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perbedaan formuia tidak berpengaruh terhadap kekerasan tablet (P>0,05).
Kekerasan tablet ketiga formula memenuhi syarat kekerasan tablet menurut
Departemen Kesehatan RI (1995). Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyetelan alat
FriabilitasKeregasan Tablet. Tablet dengan keregasan yang tinggi akan mudah
menjadi serbuk, sehingga dapat menimbulkan debu pada tempat produksi
dilakukan serta dapat menimbulkan variasi bobot tablet. Keregasan tablet dapat
menjadi salah satu kategori penilaian kemampuan terhadap bahan pengikat tablet.
Bahan pengikat yang digunakan pada penelitian ini sangat baik, karena
menghasilkan kehilangan bobot yang kecil. Ketahanan terhadap kehilangan bobot,
menunjukkan bahwa tablet tersebut mampu bertahan terhadap goresan ringan atau
kerusakan dalam penanganan, pengemasan dan transportasi (Ansel, 1989).
Hasil rataan keregasan tablet effervescent putih telur dari ketiga formula
yaitu 0,40%. Hal ini sesuai dengan standard Departemen Kesehatan RI (1995),
bahwa tablet effervescent hams memiliki friabilitas kurang dari 1%. Berdasarkan
sidik ragam, perbedaan formula tablet effervescent putih telur tidak memberikan
pengaruh terhadap keregasan tablet (Pz0,05).
Keseragaman Ukuran. Keseragaman ukuran merupakan salah satu parameter
yang mempengaruhi keseragaman sediaan. Semakin tinggi keseragaman ukuran
tablet yang dihasilkan, maka akan semakin baik kualitas tabletnya. Menurut
Departemen Kesehatan RI (1979), standard keseragaman ukurac tablet adalah
tebal table1
(TT)
yaiiu berdiameter ridak lebih dari 3X dan tidak kurang dari 1 %Xtebal tablet (1 %<TT<3).
Diameter tablet pada penelitian ini memiliki rataan sebesar 26,17 mm,
sedangkan tebal tablet pada setiap formula sedikit bervariasi dengan rataan 4,58
mm. Menurut Lachrnan et al. (1994), ketebalan tablet dapat di@ngaruhi oleh
jurnlah massa yang diisikan ke dalam die, kerapatan massa tablet yang dicetak
serta tekanan yang digunakan. Menurut Ansel (1989), untuk mendapatkan tablet
dengan tebal yang sama selama produksi dan diantara produksi untuk formula
yang sama, harus dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan
tekanan yang diberikan tetap sama. Apabila tekanan pada mesin yang digunakan
konstan, mzka variasi ukuran tablet yang dihasilkan dipengzruhi oleh sifat alir
bahan tablet sehingga jumlah volume massa tablet harus terkontrol sampai
perbedaaii % 5%.
Tablet yang dicetak menghasilkan diameter yang konstan karena
ketebalan dari tablet effervescent putih telur ini tergolong masih agak rendah, ha1
ini dipengamhi oleh bobot tablet yang diinginkan. Hasil sidik ragam
menunjukkan, bahwa perbedaan formulasi tablet effervescent putih telur tidak
memberikan pengaruh terhadap keseragaman ukuran tebal tablet maupun diameter
tablet (P>0,05).
Ketebalan tablet yang tidak sesuai dengan ketetapan, cukup berpengaruh
pada saat pengemasan tablet, apabila volume materi yang akan dikemas tidak
konsisten akan mengalami kesulitan dalam penggunaan inti dosis serta peralatan
pengemas yang lain. Perbedaan diameter dan ketebalan tablet yang dillasilkan
apabila dilihat dari segi fisik atau secara kasat mata tidak terlalu berpengaruh
terhadap bentuk dan daya terima konsumen.
Waktu L a r u t Tablet. Hasil rataan pengukuran waktu lamt dari tablet effervescent
putih telur dengan berat i 2,47 gram dalam 200 ml air adalah 7,67 menit. Apabila
dibandingkan dengan tablet effervescent yang dijual di pasaran, tablet effervescent
putih telur ini menunjukkan waktu larut yang sangat lama. Tablet effervescent
yang dijual di pasaran umumnya memiliki waktu larut 2 menit dalam 200 ml air
dengan berat satu tablet i 5 gram, ha1 ini sesuai dengar, pemyataan Liebeman el
ai. (1992), bahwa tablet effervescent akan hancur dan melebur dalam waktu 1 atau
2 menit.
Perbedaan waktu larut yang sangat lama ini disebabkan karena pada saat
proses pembuatan tablet effervescent ada beberapa tahapan metode granulasi
basah yang menggunakan RH atau kelembaban relatif i 25% dan suhu kamar
yaitu pada saat tahapan pengeringan, pencampuran fase luar dan pengempaan. Hal
ini dikarenakan alat yang tersedia pada mang dengan kondisi RH 25% dan suhu
2 5 ' ~ tidak dapat digunakan untuk memenuhi produksi dalam skala penelitian
tetapi hanya dapat digunakan pada produksi dalam skala besar. Tablet effervescent
yang berada pada kondisi RH yang tinggi akan menyebabkan tablet dengan
mudah menyerap uap air dan menyebabkan asam dan basa (asam sitrat; asam
tartrat dan natrium bikarbonat) lebih mudah bereaksi menghasilkan C02 sehingga saat dilarutkan daya karbonasinya sudah berkurang dan waktu larutnya menjadi
Penilaian Organoleptik
Penilaian organoleptik berguna untuk mengetahui penerimaan panelis
terhadap produk yang dihasilkan. Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji
hedonik. Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap
produk yang dihasilkan dan memberikan kesannya sesuai dengan kriteria yang
disajikan (Rahayu, 1998). Uji hedonik yang dilakukan mencakup bentuk tablet,
aroma, waktu larut, warna, rasa dan penilaian secara keseluruhan. Skala hedonik
yang 'digunakan adalah 1 sampai 7, yaitu (1) amat sangat tidak suka, (2) sangat
tidak suka, (3) tidak suka, (4) agak suka, (5) suka, (6) sangat suka dan (7) amat
sangat suka dengan menggunakan 50 panelis tidak terlatih. Formulir uji hedonik
[image:39.541.71.484.337.528.2]tablet effervescent putih telur dapat dilihat pada (Lampiran 1). Nilai rataan uji organoleptik tablet effervescent putih telur disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Rataan Uji Hedonik Tablet effervescent Putih telur Formula
Kriteria Penilaian
1 2 3 Rataan
Bentuk Tablet 4,80
+
0,69 4,82 + 0,62 4,80+
0,60 4,81Aroma 4,18*1,21 4,74*!,23 4,56*!,39 4>49
Waktu Larut 3,34+1,10 3,46*1,26 3,42+1,42 3,41
Wama 4,34
+
0,77 4,58 + 0,83 4,66 +,0,85 4 3 3Rasa 4,10+1,07 4,06*1,00 4,18*1,04 4 , l l
Penilaian Secara Keseluruhan 4,14 + 0,95 4,l4 + 0,90 4,36 + 0,94 4,2 1
Bentuk Tablet. Keadaan fisik pertama yang terlihat oleh konsumen adalah bentuk
tablet. Bentuk tablet effervescent putih telur hasil penelitian ini rnelnpunyai diameter yang hampir sama dengan tablet effervescent yang banyak beredar di pasaran, namun lebih tipis.
3asil rataan uji hedonik bentuk tablet menunjuidtan nilai 4,81 atau
mendekati nilai 5, artinya bahwa panelis suka terhadap bentuk tablet effervescent
putih telur ini. Hasil sidik ragam menunjukkan, bahwa dengan perbedaan formula
disebabkan karena semua formula menghasilkan tablet effervescent putih telur
berbentuk tipis, bulat dan berwarna kuning.
Aroma. Nilai rataan hasil uji hedonik terhadap aroma tablet effervescent putih
telur adalah 4,49 artinya panelis agak suka terhadap aroma yang ditirnbulkan oleh
tablet effervescent putih telur ini. Hasil sidik ragam menunjukkan, bahwa
perlakuan konsentrasi effervescent nzix yang digunakan tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap aroma tablet (P>0,05). Hal ini dikarenakan pada tablet
tersebut ditambalkan citarasa jeruk lemon, sehingga aroma amis yang dihasilkan
dari putih telur dapat tertutupi dan dapat diterima oleh panelis.
Waktu Larut. Waktu larut tablet adalah persyaratan utama yang harus dimiliki
ole11 tablet effervescent, sehingga harus diujikan ke panelis yang harapannya dapat
mengetahui penerimaan penelis terhadap produk ini. Hal ini dikarenakan, di
pasaran pada umumnya sangat menonjolkan waktu larut yang dimiliki oleh
produk tersebut.
Rataan nilai kesukaan panelis terhadap waktu larut tablet effervescent putih
telur adalah 3,41, yang berarti tidak suka. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perbedaan perlakuan konsentrasi effervescent mix tidak mempengaruhi kesukaan
panelis terhadap waktu larut tablet (P>0,05). Ketiga formula menghasilkan tablet
dengan waktu larut yang hampir sama dan cukup lama (5 7,67 menit), sehingga
tidak disukai oleh panelis. Hal ini disebabkan alat pengempaan yang tersedia pada
ruang RH 25% dan suhu 2 5 ' ~ tidak dapat digunakan untuk memenuhi produksi
dalam skala penelitian tetapi hanya dapat digunakan pada produksi yang skala
besar, sehingga waktu larut menjadi lama dan mengakibatkan panelis kurang suka
terhadap produk.
Warna. Menurut Soekarto (1985), warna merupakan sifat produk yang paling
menarik perhatian konsumen dan paling cepat memberi kesan disukai atau tidak
disukai. Warna mempunyai arti dan peranan bagi suatu produk pangan antara lain
sebagai tanda kerusakan, petunjuk tingkat mutu dan pedoman proses pengolahan.
Warna suatu produk dapat dijadikan sebagai indikator bagi kesegaran/kematangan
produk tersebut, baik tidaknya cara pencampuran atau pengolahan, penyimpanan
Hasil rataan uji hedonik yang dilakukan panelis terhadap wama tablet
effervescent putih telur yaitu 4,53 berarti, bahwa panelis menyukai warna produk
tablet effervescent putih telur ini. Hasil sidik ragam menunjukkan, bahwa dengan
perlakuan perbedaan konsentrasi effervescent nzix yang berbeda tidak berpengaruh
pada kesukaan panelis terhadap warna tablet tablet effervescent putih telur
(P>0,05). Hal ini dikarenakan, wama yang dihasilkan, semuanya sama yaitu
kuning.
Rasa. Rasa merupakan salah satu faktor penentu daya terima konsumen
terhadap produk