Simpulan
Penelitian mengenai hubungan asupan serat, konsumsi pangan dengan status kesehatan dan gizi pada lansia di Panti Tresna Werdha Kota Bogor dilakukan pada 32 responden lanjut usia yang semuanya berjenis kelamin perempuan berusia 55-95 tahun dengan sebagian besar lansia 62.5% termasuk dalam kategori elderly usia 60-74 tahun. Sebagian besar contoh tidak mengenyam bangku pendidikan yaitu sebesar 40.6% dan prevalensi golongan terbesar yaitu golongan responden yang tidak bekerja sebanyak 34.4%. Sebagian besar contoh dalam penelitian ini (96.9%) memiliki status perkawinan sebagai janda atau tidak lagi memiliki suami.
Penyelenggaraan makanan secara keseluruhan tergolong dalam kategori kurang (54.8%) akan tetapi seluruh aspek yang dijadikan penilaian sebagian besar sudah diterapkan. Aspek penyelenggaraan makanan yang diteliti meliputi aspek sumber daya manusia, sarana dan peralatan, perencanaan menu, pembeliaan dan penyimpanan, pengolahan bahan makanan, distribusi, serta higine dan sanitasi. Pada keseluruhan responden konsumsi sayur yang memiliki frekuensi terbesar (>3.0 kali/minggu) adalah wortel sedangkan konsumsi sayur terendah (<1.0 per minggu adalah nangka dan rebung. Frekuensi konsumsi buah terbesar adalah kurma dan duku (>2.0 kali/minggu) karena mudah didapat dan banyak disukai oleh responden.
Konsumsi makanan keseluruhan responden untuk tingkat kecukupan energi sebesar 89.4%, asupan energi rata-rata responden sebesar 1385 kkal dan lebih rendah jika dibandingakan kebutuhannya 1550 kkal. Tingkat kecukupan protein sebesar 75.9%. Hal ini disebabkan karena kebutuhan rata-rata seluruh responden sebanyak 54 g dan hanya terpenuhi sebesar 41 g. Tingkat kecukupan energi dan protein sebanyak 87.5% sebesar <100% dan yang memenuhi ≥100% sebanyak 12.5%
Asupan serat seluruh responden belum memenuhi standar (20-25 g/hari) terpenuhinya konsumsi serat perhari, sehingga digunakan sebaran data untuk menghitung kategori serat pada seluruh responden. Sebagian besar reponden mengonsumsi serat ≤6 g/hari dengan prevalensi sebesar 71.9% dengan rata-rata konsumsi serat sebesar 5 g/hari. Hal ini diduga karena pada makanan yang disajikan kuantitas pangan sumber serat tinggi seperti buah dan sayur kurang dan karena adanya gangguan pada gigi untuk mencerna makanan yang tinggi serat.
Sebagian besar responden memiliki status gizi normal (37.5%) Responden yang memiliki status gizi kurang sebanyak 28.1%, 21.9% responden memiliki status gizi overweight, dan 12.5% memiliki status gizi obese. Rata-rata status gizi responden berada dalam kategori normal dengan IMT rata-rata sebesar 22.7 kg/m2. Penyakit yang paling banyak diderita oleh seluruh responden adalah
28
hiperglikemia, hipertensi, dan dislipidemia. Yulizawati (2004) menyatakan adanya hubungan antara IMT dengan banyaknya penyakit yang diderita oleh lansia.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian mengenai hubungan asupan serat, konsumsi pangan dengan status kesehatan dan gizi pada lansia di Panti Tresna Werdha Kota Bogor dilakukan pada 32 responden lanjut usia yang semuanya berjenis kelamin perempuan berusia 55-95 tahun dengan sebagian besar lansia 62.5% termasuk dalam kategori elderly usia 60-74 tahun. Sebagian besar contoh tidak mengenyam bangku pendidikan yaitu sebesar 40.6% dan prevalensi golongan terbesar yaitu golongan responden yang tidak bekerja sebanyak 34.4%. Sebagian besar contoh dalam penelitian ini (96.9%) memiliki status perkawinan sebagai janda atau tidak lagi memiliki suami.
Penyelenggaraan makanan secara keseluruhan tergolong dalam kategori kurang (54.8%) akan tetapi seluruh aspek yang dijadikan penilaian sebagian besar sudah diterapkan. Aspek penyelenggaraan makanan yang diteliti meliputi aspek sumber daya manusia, sarana dan peralatan, perencanaan menu, pembeliaan dan penyimpanan, pengolahan bahan makanan, distribusi, serta higine dan sanitasi. Pada keseluruhan responden konsumsi sayur yang memiliki frekuensi terbesar (>3.0 kali/minggu) adalah wortel sedangkan konsumsi sayur terendah (<1.0 per minggu adalah nangka dan rebung. Frekuensi konsumsi buah terbesar adalah kurma dan duku (>2.0 kali/minggu) karena mudah didapat dan banyak disukai oleh responden.
Konsumsi makanan keseluruhan responden untuk tingkat kecukupan energi sebesar 89.4%, asupan energi rata-rata responden sebesar 1385 kkal dan lebih rendah jika dibandingakan kebutuhannya 1550 kkal. Tingkat kecukupan protein sebesar 75.9%. Hal ini disebabkan karena kebutuhan rata-rata seluruh responden sebanyak 54 g dan hanya terpenuhi sebesar 41 g. Tingkat kecukupan energi dan protein sebanyak 87.5% sebesar <100% dan yang memenuhi ≥100% sebanyak 12.5%
Asupan serat seluruh responden belum memenuhi standar (20-25 g/hari) terpenuhinya konsumsi serat perhari, sehingga digunakan sebaran data untuk menghitung kategori serat pada seluruh responden. Sebagian besar reponden mengonsumsi serat ≤6 g/hari dengan prevalensi sebesar 71.9% dengan rata-rata konsumsi serat sebesar 5 g/hari. Hal ini diduga karena pada makanan yang disajikan kuantitas pangan sumber serat tinggi seperti buah dan sayur kurang dan karena adanya gangguan pada gigi untuk mencerna makanan yang tinggi serat.
Sebagian besar responden memiliki status gizi normal (37.5%) Responden yang memiliki status gizi kurang sebanyak 28.1%, 21.9% responden memiliki status gizi overweight, dan 12.5% memiliki status gizi obese. Rata-rata status gizi responden berada dalam kategori normal dengan IMT rata-rata sebesar 22.7 kg/m2. Penyakit yang paling banyak diderita oleh seluruh responden adalah
29
hipertensi 37.5% dan maag 28.1%. Sedangkan penyakit yang paling sedikit diderita oleh seluruh responden adalah hipotensi, asma, dan stroke. Keluhan penyakit yang paling banyak dirasakan oleh responden adalah pegal linu (65.6%), nyeri pinggang (40.6%) dan konstipasi (40.6%). Status kesehatan sebagian besar responden tergolong dalam kategori tinggi sebesar 59.4%, sedang sebesar 31.3%, dan rendah sebesar 9.4%.
Hasil uji korelasi Spearman didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan status gizi, asupan serat dengan status kesehatan, tingkat kecukupan energi dengan status kesehatan responden (p>0.05). dan terdapat hubungan yang signifikan positif antara status gizi dan status kesehatan responden (p<0.05).
Saran
Kualitas penyelenggaraan makanan di panti dari seluruh aspek harus ditingkatkan dengan memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Selain itu, perlu adanya perbaikan program penyelenggaraan makanan yang didasarkan kebutuhan gizi individu dan prinsip gizi seimbang. Hal lain yang sebaiknya diperhatikan yaitu perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin antara pihak panti dengan instansi. Sebaiknya pihak panti lebih banyak meningkatkan penyediaan pangan sumber protein hewani yang sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein dalam sehari. Konsumsi pangan sumber serat, serta buah dan sayur perlu ditingkatkan dengan lebih banyak menyediakan bahan pangan sumber serat dan lebih sering memberikan buah minimal 3 kali/minggu. Agar dapat memenuhi konsumsi serat sebesar 20-25 g/hari dapat dipenuhi dengan 3 porsi nasi, 2 porsi lauk hewani (daging, ikan ayam atau telur), 2 porsi lauk nabati, 1 porsi kudapan seperti kacang hijau atau umbi-umbian, 3 porsi aneka sayuran, dan 2 porsi aneka buah-buahan.
Konsumsi buah dan sayur yang diberikan selain memperhatikan porsi dan kebutuhan juga harus memperhatikan kemampuan responden dalam mengunyah dan juga penyakit yang diderita agar sesuai dan dapat diterima oleh responden. Sebaiknya pengolahan sayur dan buah dilakukan hingga memiliki tekstur yang empuk, untuk buah potong sebaiknya di setup terlebih dahulu dan menggunakan buah yang empuk seperti pepaya dan pisang. Kedua buah tersebut memiliki harga yang relatif murah dan mudah didapatkan. Hampir setengah dari responden memiliki masalah pada sendi sehingga sebaiknya sayur yang digunakan memperhatikan kondisi penyakit responden yaitu menggunakan sayuran yang rendah purin seperti tomat, sawi putih, dan wortel. Selain dengan cara dimasak pengolahan dengan cara di jus juga sangat membantu khususnya pada lansia. Bentuk jus akan meringankan kerja gigi dan organ pencernaan lainya, sehingga kebutuhan gizi dan cairan dapat terpenuhi dengan cepat.
Beberapa permasalahan mengenai status kesehatan dapat dilakukan secara preventif dengan menyediakan layanan kesehatan bagi lanjut usia dan memberikan suasana tempat tinggal yang nyaman. Pihak panti sebaiknya memperhatikan kebersihan panti karena masih banyak ditemukan tikus yang berkeliaran di dalam maupun di luar kamar. Saluran air juga sebaiknya ditutup untuk mencegah terjadinya pencemaran penyakit melalui udara dan air. Hasil penelitian ini masih terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, saran
30
penulis untuk penelitian selanjutanya adalah tehnik yang digunakan dalam menghitung konsumsi makan sebaiknya menggunakan food weighing karena pada lansia terdapat keterbatasan daya ingat, penggunaan contoh juga sebaiknya lebih besar sehingga didapatkan hasil uji yang lebih baik dan lebih representatif.