• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5 ini memuat simpulan dari seluruh hasil penelitian yang telah dibahas pada bagian terdahulu dan memberikan saran kepada peneliti lain tentang model discovery learning dalam meningkatkan keterampilan menulis teks eksposisi dan berpikir kritis. Data dan pembahasan penelitian ini menjadi dasar untuk menggambarkan bab terakhir pada penelitian ini.

A. Simpulan

Mulai dari bagian awal sampai akhir, penelitian ini membahas kefektifan model discovery learning dalam meningkatkan keterampilan menulis teks eksposisi dan berpikir kritis pada siswa kelas VII SMPN 1 Nagreg. Selain itu, respon peserta didik terhadap model tersebut juga menjadi tujuan penelitian ini.

Pada bab ini, kesimpulan yang dibuat sesuai dengan rumusan masalah penelitian seperti yang diuraikan pada bab satu penelitian ini. Oleh sebab itu, simpulan di bawah ini peneliti uraikan sesuai dengan rumusan masalah penelitian tersebut.

1. Pembelajaran menulis teks eksposisi dan berpikir kritis pada siswa kelas VII SMPN 1 Nagreg, menurut peneliti kurang optimal karena pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tugas. Selain itu, ketika dilaksanakan prates, masing-masing pesserta didik masih menanyakan mengenai teks eksposisi. Peserta didik masih bingung untuk memulai menulis teks eksposisi sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik selama ini masih bergantung oleh pembelajaran yang bersifat teoretis.

137

Pusparani oktaviani, 2015

MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DAN BERPIKIR KRITIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Melalui perhitungan statistik terdapat perbedaan yang signifikan dalam

pembelajaran menulis teks eksposisi dengan model discovery learning pada siswa kelas VII SMPN 1 Nagreg, berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir, tampak ada perbedaan antara kemampuan peserta didik menulis teks eksposisi sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Rata-rata skor tes awal di kelas eksperimen adalah 60,1 sedangkan rata-rata tes akhir di kelas eksperimen adalah 71,8. Demikian juga di kelas kontrol, terjadi peningkatan yang signifikan. Rata-rata skor tes awal eksposisi adalah 57,7 sedangkan rata-rata tes akhir adalah 64,1. Penerapan model discovery learning terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMPN 1 Nagreg. Rata-sata skor tes awal di kelas eksperimen adalah 59,77 sedangkan rata-rata tes akhir di kelas eksperimen adalah 64,55. Demikian juga di kelas kontrol terjadi peningkatan yang signifikan. Rata-rata skor tes awal eksposisi adalah 56,85 sedangkan rata-rata tes akhir adalah 60,8. Kesimpulannya bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memperoleh model discovery learning lebih baik daripada kemampuan berpikir kritispeserta didik yang memperoleh model terlangsung.

3. Terdapat peningkatan hasil belajar menulis teks eksposisi dan berpikir kritis peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model discovery learning (eksperimen) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran metode terlangsung (kontrol). Peningkatan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis pada kelas yang mendapat perlakuan model discovery learning lebih tinggi dari kelas yang hanya menggunakan metode terlangsung.

B. Implikasi

Selama penelitian ini berlangsung, peneliti telah mencoba untuk mengerahkan semua usaha guna memperoleh hasil yang maksimal. Peneliti mengakui bahwa

138

Pusparani oktaviani, 2015

MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DAN BERPIKIR KRITIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih membutuhkan perbaikan-perbaikan. Oleh karena itu, peneliti mempunyai beberapa saran kepada pembaca, guru-guru bahasa, dan peneliti yang lain yang merasa tertarik untuk lebih mendalami pembelajaran menulis teks eksposisi.

Berdasarkan pada hasil penemuan penelitian, model discovery learning dapat menjadi sebuah alternatif model bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis teks eksposisi. Seperti yang telah diuraikan pada bab empat, siswa akan secara aktif menganalisis guna memperoleh ilmu dengan cara berpikir kritis dan berdiskusi untuk menemukan sebuah teori. Dengan demikian, siswa memiliki nalar, perbandingan, dan proses evaluasi untuk mempertimbangkan materi menulis teks eksposisi dengan baik. Di samping itu, para siswa memberikan respon yang positif pada model discovery learning ini. Mereka yakin bahwa model ini bisa memotivasi mereka dalam pembelajaran menulis selanjutnya.

C. Rekomendasi

Tahapan-tahapan pembelajaran model discovery learning yang merupakan ketentuan harus dilakukan secara konsisten karena tahap pembelajaran yang dilakukan merupakan urutan yang hierarki. Hal ini berarti kemampuan pada tahap awal merupakan modal untuk kegiatan belajar selanjutnya. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah peserta didik yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

139

Pusparani oktaviani, 2015

MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DAN BERPIKIR KRITIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. (1988). Pembinaan kemampuan menulis bahasa indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwasilah, A.C dan Senny S.A. (2005). Pokoknya menulis: cara baru menulis dengan metode kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Alwasilah. A.C. (1994). Dari cicalengka sampai chicago; bunga rampai pendidikan bahasa. Bandung: Angkasa

Alwasilah. A.C. (1994). Bunga rampai pendidikan bahasa. Bandung: Angkasa Alwi, H, dkk. (2003). Tata bahasa baku bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, S. (1999). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dike, D. (2010). Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan model TASC (Thinking Actively in a Social Context) pada Pembelajaran IPS. Jurnal Penelitian. Hlm. 15-29

Djuharie, S. (2001). Panduan membuat karya tulis. Bandung: Yrama Widya Fisher. A. (2009). Berpikir kritis sebuah pengantar. Jakarta: Erlangga

Filsaime, D. R. (2008). Menguak rahasia berpikir kritis dan kreatif. (ed. Sunarni). Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.

Hake, R.R. (1999). Analyzing change/gain scores. (online: 29 April 2014). Tersedia: http//www. Physics.indiana.edu./-sdi/analyzing.

Heriawan. A (2013). Metodologi pembelajaran; kajian teoretis praktis. Banten: LP3G

140

Pusparani oktaviani, 2015

MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DAN BERPIKIR KRITIS

Furqon. (2009). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hanafiah. (2010). Konsep dasar penelitian tindakan kelas & model model pemblajaran. Bandung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara.

Keraf. G. (1981). Eksposisi dan deskripsi. Flores: Nusa Indah

Kridalaksana, H. (2008). Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kuswana, W.S. (2011). Taksonomi berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Marahimin. I. (2009). Menulis secara popular. Jakarta: Pustaka Jaya

Molan, B. (2012). Logika: ilmu dan seni berpikir kritis. Jakarta: PT Indeks.

Nurgiantoro. B. (2010). Penilaian pembelajaran bahasa berbasis kompetensi. Yogyakarta: BPFE. Yogyakarta

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1999). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Semi, M. A. (2007). Dasar-dasar keterampilan menulis. Bandung: Angkasa.

Solichin. M. (2011). Tentang menulis, mengapa menulis, dan menulislah. Jakarta: Buku Kita

Sudijono, A. (1997). Pengantar statistik pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

141

Pusparani oktaviani, 2015

MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DAN BERPIKIR KRITIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syamsuddin. (2011). Dari ide, bacaan, simakan menuju menulis efektif: teori, teknik, redaksi. Bandung: Geger Sunten.

Syamsuddin. (2011). Studi wacana: teori, analisis, pengajaran. Bandung: Geger Sunten.

Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Zainurrahman. (2011). Menulis: Dari teori hingga praktik (penawar racun plagiatisme). Bandung: Alfabeta.

Dokumen terkait