• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teman sebaya.

2. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi lebih tinggi dari pada hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah.

3. Terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan kemandirian belajar dalam mempengaruhi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa. Bagi siswa dengan kemandirian belajar tinggi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial lebih tinggi diajar dengan model pembelajara Berbasis Masalah dari hasil belajar model Teman Sebaya, sebaliknya untuk siswa yang kemandirian belajar rendah hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial lebih tinggi diajar dengan model pembelajaran Teman Sebaya dari hasil belajar dengan model Teman Sebaya.

B.Implikasi

Pertama, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan sosial.Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Ini dapat dipahami karena melalui penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya dapat menggiring keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian konsekuensinya apabila model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran, maka tentu akan berakibat berkurang pula partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil belajar IPS lebih tinggi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dari pada model pembelajaran teman sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPS, karena dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan upaya dalam menyelesaikan masalah, dimana model pembelajaran berbasis masalah berusaha mengubah suasana kelas secara total dan berusaha memadukan permasalahan nyata yang terjadi disekitar lingkungan hidup sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan dengan daya ingat yang kuat.

Konsekuensi logis dari pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap hasil belajar IPS berimplikasi kepada guru untuk melaksanakan model

pembelajaran berbasis masalah diharapkan guru dapat membangkitkan dan memotivasi keterlibatan dan partisipasi aktif siswa terhadap pembelajaran IPS dan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan efektif dalam mecapai tujuan pembelajaran.

Kedua, hasil menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPS. Siswa dengan kemandirian belajar tinggi secara rata-rata lebih tinggi atau unggul di bandikang dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah. Pernyataan ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa kemandirian belajar tinggi signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Siswa dengan kemandirian belajar tinggi akan selalu berusaha memecahkan setiap persoalan yang diberikanoleh guru, siswa dengan kemandirian belajar tinggi tidak gampang menyerah selalu berusaha menyelesaikan atau menemukan jalan dalam memecahkan masalah-masalah belajar.

Ketiga, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat interaksi model pembelajaran dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS. Interaksi tersebut terindikasi dari siswa dengan kemandirian belajar tinggi dan diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah secara rata-rata mempunyai hasiil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran teman sebaya, sedangkan bagi siswa dengan kemandirian belajar rendah dan diajar dengan menggunakan model pembelajaran teman sebaya secara rata-rata lebihungguldibandingkandenganmenggunakan model pembelajaran berbasis masalah siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah. Dengan demikian dapat di pahami bahwa model pembelajaran berbasis masalah lebih tepat digunakan

bagi siswa dengan kemandirian belajar tinggi, sedangkan model pembelajaran teman sebaya lebih tepat digunakan bagi siswa dengan kemandirian belajar rendah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar IPS dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan kemandirian belajar siswa. Dalam hal ini antara guru dan siswa mempunyai peranan yang sama dan berarti dalam meningkatkan hasil belajar IPS itu sendiri, sehingga dengan demikian untuk mencapai hasil belajar yang maksimal maka kedua variable tersebut yaitu model pembelajaran dan kemandirian belajar.

Konsekuensi logis dari interaksi model pembelajaran dan kemandirian belajar berimplikasi kepada guru dan siswa. Untuk guru, agar dapat memahami dan tentunya melaksanakan dengan baik model pembelajaran di kelas karena melalui penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar, sedangkan untuk siswa agar selalu berupaya mengembangkan kemandirian belajar dengan membuka diri dan wawasan dalam belajar.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam upaya peningkatan hasil belajar IPS, maka guru yang mengasuh mata pelajaran IPS disarankan agar menggunakan model pembelajaran yang tepat dan variatif dalam menyajikan materi dan aplikasi IPS dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Disarankan kepada guru agar memperhatikan karakteristik siswa khsusnya kemandirian belajar yang dimiliki siswa sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

3. Disarankan kepada pihak pengambil kebijakan dilingkungan SMP Negeri 27 Medan untuk mengadakan pelatihan bagi guru-guru tentang penggunaan model pembelajaran yang tepat dan dapat dijadikan alternative dalam menyampaikan materi melalui (MGMP) musyawarah guru mata pelajaran, untuk pembelajaran IPS yang lebih baik.

4. Guna penelitian lebih lanjut pada penggunaan model pembelajaran disamping guru yang menjadi mitra peneliti, perlu disosialisasikan terlebih dahulu kepada siswa bagaimana tahapan model pembelajaran sehingga pengguna waktu dapat dimaksimalkan seefesien mungkin serta efektifitas sehingga pembelajaran dapapt tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Amir,M.T. (2009). InovasiPendidikanMelalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana.

Anton, Sukarno (1989). Ciri-ciriKemandirianBelajar. Jakarta: KencanaPrenada Media. Arends,R. (1989). Learning to Teacgh, New York: Me Graw Hill Book Company. Barrows, H.s., and Tamblyn, R (1980) .Problem-based-learning: An Approach to

Medical Education. New York: Springer.

Bloom,B.S (1984) Taxonomy of Education Objektives. New York:Longman. Inc.

Brookfield, Stephen (2000). Understanding and Facilitating Adult Learning.Josey Bass Publisher: San Fransisco.

Bruner,J.S. (1960). The Process of education. London: Harvard University Press.

Boud, D., &Feletti, G. (1997).The challenge of problem-based-learning. London: Kogan Page

BowoSugiarto (2009) mengenai Mengoptimalkan Minat, Keaktifan Berkomunikasi, Keterampilan Metakognitif, Dan Penguasaan Konsep Dengan Classwide Peer

Tutoring (Cwpt) Pada Pembelajaran Biologi Siswa SMA.

((jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan.Diakses 12 desember 2014). Chotimah, H dan Dwitasari Yuyun.(2009). Strategi-strategi Pembelajaran Untuk

Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang

Depdikbud.(2002). Model-Model Pembelajaran Dirjen Pendidikan Dasar dan

Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. PGSM.

Depdiknas.(2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dimyati&Mudjiono, (2006).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: RinekaCipta. DimyatidanMudjiono.(1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta. Djamarah.(2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.

DuPaul, G. J., Ervin, R. A., Hook, C. L., danMcGoey, K. E. (1998). “Peer Tutoring for Children with Attention Deficit Hyperactivity Disorder: Effects on Classroom Behavior and Academic Performance”. Journal of Applied Behaviour Analysis. Vol. 31, No. 4, pp. 579-592.

Dupaul, George. 700I. Class-Wide Peer Tutoring Infonnation Center For Families: Center for Effective Colaborqtion and Practice. (online) (http:/cecp.aforg/fumi

diakses 12 Desember 2014).

Edgen,P., Kauchak, D., Harder,R. (1979). Strategies for Teachers: Information

Processing Models in the Classroom. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Evi Noor Hidayah(2012) mengenai Penerapan Model Pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (Cwpt) Disertai Media Cergam Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X 7 Sma Negeri 2

Sukoharjo.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses 12 desember

2014)

Gagne, R.M. (1975). Essentials of Learning for Instructions. Illinois: The Dryden Press. Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruktion. New York:

Holt Rinehart and Winston.

Greenwood, C. R., Terry, B., Arreaga-Mayer, C., &Finniey, D. (1992).The ClassWide Peer Tutoring Program: Implementation factors that moderate students'

achievemnent. Journal of Applied Behavior Analysis, 25, 101-116diakses 23

desember 2014..

Greenwood, Meyer, & Terry. (2001). ”ClassWide Peer Tutoring Learning Management

System”. Journal of Remedial and Special Education. Vol. 22, No. 1, pp.

34-47.diakses 23 desember 2014..

Ida, Farida Achmad (2008). Pengaruh Kemandirian Belajar dan Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Sisiwa Kelas X SMK Negeri 7 Yogjakarta

Tahun Ajaran 2007/2008.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses

12 desember 2014

Hall, Tr-acey 1ggg.Peer Mediated Intruction And Intervention (online)

(lrttp:/hvlvw.ca$!.org/publications/ncac/ncacJeermii.html,diakses 12

Desember 2014).

HerniBudiati (2009) mengenai penerapan model pembelajaran peer mediated instruction and intervention (PMII) tipe- classwide peer tutoring (CWPT) dan tekni kevaluasi index card match untuk meningkatkankualitas proses dan hasil

pembelajaran biologi Kelas VII SMP Negeri 22

Surakarta.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses 12 desember

2014).

Isjoni.(2009). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jacob Utomo. (1990). Membangun Harga Diri Jakarta: Gramedia. P. 108

Johnson & Johnson. (1994) Cooperatif Learning in The Classroom. Virginia, Assciation for Supervision and Curriculum Development.

Joyce,B., Well.M. Calhoun, E (2000). Model of Teaching. London: Allyn and Bacon. Lie,A. (2002) Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.

Maslow, Abraham H. “A Theory of Human Motivation”. Psychological Review, 50 : Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Morgan,dkk (2010). Pengertian Belajar.http://kuliah

psikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar (10 Desember 2014).

Muktadin,Zainun. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada

Remaja.http//www.e-psikologi.com.

MuhibbinSyah (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya,

Nobel, Michele McMahon. (2005). Effect of Classwide Peer Tutoring in The Acquisition, Maintenance, and Generalization of Science Vocabulary Words for Seventh

Grade Students with Learning Disabilities and/or Low Achivement.

Dissertation.The Ohio University.

Nurhadi, dkk.(2004). Kontekstual dan Penarapannya dalam KBK. Malang:

UniversitasNegeri Malang: unim press.

Nur,M. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis

medalam pengajaran. Surabaya: Universitas negeri Surabaya.

Purwanto, Ngalin. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. RemajaKarya

Peter, jarvis (2001).Prinsip-Prinsip dan Dasar-dasar Keterampilan Berprofesi. Bandung: Alfabeta.

Purwanti, Desy.(2011). “Penggunaan Metode Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) disertai Modul Hasil Penelitian untuk Meningkatkan Keaktifan Berkomunikasi pada Pokok Bahasan Limbah SiswaKelas X.5 SMA Al Islam 1 Surakarta”.Skripsi

Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret,

Surakarta.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses 12 desember

2014).

Reigeluth, Charles M. and Carr-Chellman, Alison A (2009).Instructional-Design

Theories and Models. New York, London: Routledge Taylor and Francis,

Publishers.

Reigeluth, Charles M. (ed) (1983) ,Instructional Design, Theories and Models: An

Overview of Their Current Status. New Jersay: Lawrence and Erlbaum

Associates Publishers.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sanjaya,Wina. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta :Kencana

Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.

Silberman, M.L. 2001.Active Learning.Terjemahan oleh Sarjuli, Ammar, A., Suhisno, Ahmad,Z.A,, Muqowinr Yogyakarta: YI\PPENDIS.

Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar Untuk Pengejaran. Jakarta: FakultasEkonomi UI.

Sutrisno, Hadi (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Suyitno.(2004). Belajardan Pembelajaran.Jakarta : Media Utama.

Sosilowati, Desi (2009). Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Kemampuan

Matematika Siswa. Yogyakarta UNY.

Sugiyanto.(2009). Model-Model Pembelajaran inovatif. Surakarta :Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Soekamto&Winatapura.(2010). Prinsip Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : UT Slavin, R. E. (1992).Cooperative Learning. USA: Allyn and Bacon.

Thoha.M. (1996).Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raya GrafindoPersada.

Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progressif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wright, J.E: & Cavanaugh, R.A. (1995). Somostodosayudantes y estudiantes: ADemosnhation of A Classwide Peer Tutoring Plogram in A Modified Spanish Class for Secondary Students Identified as Leaming Disabled or Academically

at-risk Education and Trlatment of Chiltu'en,18(1):

Dokumen terkait