• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMP NEGERI 27 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMP NEGERI 27 MEDAN."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL

BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SMP NEGERI 27 MEDAN

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

SARTIKA

NIM. 8136122048

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Sartika, NIM 8136122048. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Negeri 27 Medan.

Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan 2015.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran teman sebaya terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (2) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah terhadap hasil hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (3) Untuk mengetahui interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kemandirian belajar terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 27 Medan.Populasi terdiri atas tujuh kelas yang terdiri atas 240 siswa. Sampel penelitian ditetapkan kelas VII-B yang menggunakan model pembelajaran teman sebaya dan kelas VII-D yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cluster random samplingsebnayak 80 orang siswa. Instrument dalam penelitian ini untuk mengukur hasil belajar digunakan tes berbentuk pilihan berganda dengan empat pilihan jawaban dengan jumlah soal sebanyak 35 soal dengan koefesien reliabilitas 0.887 sedangkan untuk mendapatkan data tentang kemandirian belajar siswa digunakan angket dengan 50 butir soal dan koefesien reliabilitasnya 0.970. Uji normalitas dengan uji Liliefors sedangkan uji homogenitas dengan uji F dan uji Baerlett. Teknik analisis data adalah Anava dua Jalur pada taraf signifikansi 0.05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe.

Hasil penelitian adalah: (1) rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah ̅ = 27.92 lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran teman sebaya ̅ = 26 dengan Fhitung = 9.51> Ftabel = 4.02, (2) rata-rata hasil belajar siswa dengan kemandirian belajar tinggi ̅ = 29.21 lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa dengan kemandirian belajar rendah ̅ = 24.82 dengan Fhitung 11.943 > Ftabel = 4.02, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS dengan Fhitung = 12.848 > Ftabel = 22.36

(6)

ABSTRACT

Sartika, NIM. 8136122048. The effect useds of learning modeland learning independence on student achievement of sosial (IPS) at VII grade SMP Negeri 27 Medan.

Thesis: Post Graduate Program, State University of Medan 2015.

The objectives of this research are: (1) to know the different students achievement of social science between by problem based learning and of social science by classwide peer tutoring models in the students achievement in social science, (2) to know the different students achievement of social science between having high learning independence and the students achievement in social science having low learning independence, (3) to know there is an interaction between use learning model and learning independence on the students achievement in social science.

The population of this research were VII grade of SMP 27 Medan with 240 students. The sample was done in a cluster random sampling with 80 students comprising 0f 40 students of VII-B grade for classwide peer tutoring and 40 students of VII-D grade for problem based learning model. The experiment instrument are used by evabantice of learning in form of multiple choice test consist of 36 items with 4 answer options and coefesien reliability 0.887, while getring date of learning independence used independent questionnaire having 50 items and coefision reliability 0.970. The normality test used Lilliefors and the homogenetic test was Baerletts test. The data analysis sechnique was analysis of variance (ANOVA) two-ways at the rever of significencce = 0.05 Scheffe test.

The result of the research showed: (1) the average of the students achievement taught with problem based of learning model was ̅ = 27.92 which was higher than the average of students achievement taught with classwide peer tutoring model which was ̅ = 26 with Fcount = 9.51 > Ftabel = 4.02, (2) the average of student achievement it can be concluded that the student having high learning independence should with learning independence = 29.21 wich was higher than average of student of students achievement with low learning independence ̅ = 24.82 with Fcount 11.943 > Ftabel = 4.02,(3) there was an interaction between learning model and learning independence on the students achievement of social with Fcount = 12.848 > Ftabel = 22.36.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur disampaikan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas segala rahmat-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Negeri 27 Medan”.

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis mengungkapkan rasa terimah kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu demi ketuntasan tesis ini.

Ungkapan terima kasih dan penghargaan ini disampaikan kepada yang terhormat Prof. Dr. Abdul Muin Sibue, M.Pd. sebagai pembimbing I yang penuh kesabaran dan ketulusannya memberikan masukan dan arahan yang begitu berarti bagi penulis, dan kepada Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk dan dorongan yang begitu berarti, Kepada ketiga Narasumber yang terhormat Prof. Dr. Harun Sitompul,M.Pd, Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd dan Dr. Dede Ruslam M.Si yang telah memberikan masukan dan koreksi serta arahan-arahan untuk perbaikan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur dan Asisten Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan bantuan untuk kelancaran studi selama mengikuti perkuliahan di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

2. Bapak dan Ibu dosen pengajar Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.

(8)

4. Teristimewah kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Farida atas doa, nasehat dan kasih sayang serta dukungan moril maupun materil sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini.

5. Adik-adik tersayang Dharmayanti, Tri Afni, Zia Amiza Fajar, Avin Anugrah, yang telah memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga menyelesaikan Program Magister di PPs Unimed.

6. Kepada abanganda Chandro Michael S.Pd yang telah memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga menyelesaikan Program Magister di PPs Unimed.

7. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan Program Studi Teknologi Pendidikan khususnya Angakatan XXIII Eks B-2 dan secara khusus buat Sri Wahyuni, Sherly Juwita Parinduri, Nurlina yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka selama perkuliahan

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya bagi semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu di sini.Semoga Allah yang Maha Kuasa membalas segala bentuk kebaikan dengan berlipat ganda.Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dalam menambah Ilmu Pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya di SMP Negeri 27 Medan.

Medan, Juli 2015 Penulis,

Sartika

(9)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 18

A. Kerangka Teoritis ... 18

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ... 18

2. Hakikat Model Pembelajaran ... 35

a. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 42

b. Model Pembelajaran Peer Tutoring ... 54

D. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 92

(10)

F. Pengontrolan Perlakuan ... 98

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 101

H. Kesimpulan Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 104

I. Teknik Analisis Data ... 112

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 114

A. Deskripsi Data ... 114

1. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 114

2. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Teman Sebaya ... 115

3. Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 117

4. Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Rendah... 118

5. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 119

6. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Memiliki Kemandirian Belajar Rendah ... 121

7. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Teman Sebaya Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 122

8. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Teman Sebaya Memiliki Kemandirian Belajar Rendah ... 124

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 125

1. Uji Normalitas ... 125

2. Uji Homogenitas Varians ... 129

3. Pengujian Hipotesis ... 131

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 138

1. Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 138

(11)

3. Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kemandirian Belajar

dalam Mempengaruhi Hasil Belajar IPS Siswa ... 142

4. Keterbatasan Penelitian ... 143

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 145

A. Kesimpulan ... 145

B. Implikasi ... 146

C. Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 150

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ... 102

Tabel 6 Kisi-Kisi Kemandirian Belajar ... 103

Tabel 7 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 114

Tabel 8 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya ... 115

Tabel 9 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 116

Tabel 10 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Rendah ... 117

Tabel 11 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 118

Tabel 12 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi .... 120

Tabel 13 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Rendah .. 121

Tabel 14 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Rendah .. 124

Tabel 15 Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 129 Tabel 16 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel

(13)

Masalah dan Model Pembelajaran Teman Sebaya... 130

Tabel 17 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi dan Kemandirian Belajar Rendah ... 130

Tabel 18 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Interaksi Model Pembelajaran dan Kemandirian Belajar ... 131

Tabel 19 Analisis Faktorial 2x2 ... 132

Tabel 20 Rangkuman Analisis Faktorial 2x2 ... 132

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Gambar 1 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar

Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 115 Gambar 2 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar

Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya ... 116 Gambar 3 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki

Kemandirian Belajar Tinggi ... 118 Gambar4Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki

Kemandirian Belajar Rendah ... 119 Gambar 5 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 120 Gambar 6 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya Pada

Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi... 122 Gambar 7 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Rendah ... 123 Gambar 8 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya Pada

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 154

Lampiran 2 RPP Model Pembelajaran ... 163

Lampiran 3 Skenario Pembelajaran ... 179

Lampiran 4 Instrumen Tes Hasil Belajar ... 188

Lampiran 5 Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 199

Lampiran 6 Analisis Hasil Uji coba Instrumen Tes Hasil Belajar IPS ... 203

Lampiran 7 Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar IPS ... 212

Lampiran 8 Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Tes Hasil Belajar IPS ... 213

Lampiran 9 Tabel Uji Coba Reliabilitas Tes Hasil Belajar IPS ... 214

Lampiran 10 Perhitungan Validitas dan Reliabiltas Uji Coba Skala Angket Kemandirian Belajar ... 215

Lampiran 11 Tabel Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Skala Angket ... 218

Lampiran 12 Data Hasil Penelitian Pretest dan Angket Kemandirian Belajar ... 219

Lampiran 13 Data Hasil Penelitian Masing-Masing Kelompok ... 221

Lampiran 14 Data Hasil Penelitian Kemandirian Belajar Tinggi dan Kemandirian Belajar Rendah ... 224

Lampiran 15 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Median, Modus, Harga Rata-rata dan Standart Deviasi Dari Data Variabel Penelitian ... 227

Lampiran 16 Uji Normalitas Sebaran Data Penelitian ... 241

Lampiran 17 Uji Homogenitas ... 250

Lampiran 18 Uji Tuckey ... 254

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh

dirinya, masyrakat, bangsa, dan Negara ( UUSPNS No. 20 Tahun 2003).

Pendidikan saat ini sudah mendapat perhatian dari pemerintah, karena pendidikan

merupakan suatu hal penting yang nantinya dapat meningkatkan kualitas

kehidupan bangsa dan negara.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia karena dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek

kepribadian, selain itu pendidikan juga memiliki pengaruh yang dinamis dalam

kehidupan manusia di masa depan, karena itulah pemerintah dituntut untuk

mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan diantaranya yaitu

perbaikan dan penyempurnaan sistem dan semua yang tercakup dalam

pendidikan.

Tinggi rendahnya kualitas kehidupan dalam suatu bangsa ditentukan oleh

tingkat pendidikan yang dimiliki oleh sumber daya manusia itu sendiri.

Perkembangan masyarakat Indonesia dari masyarakat tradisional menuju

masyarakat yang modern sangat dipengaruhi oleh adanya perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat. Untuk menghadapi

(17)

sumber daya manusia yang bermutu merupakan suatu program yang sedang

dilaksanakan pemerintah khususnya bidang pendidikan.

Namun pada kenyataan yang terjadi saat ini permasalahan pembelajaran

yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun, ini

disebabkan karena kurangnya kesadaran dari guru untuk sungguh-sungguh

menerapkan kurikulum serta model pembelajaran yang mestinya harus diterapkan

saat proses pembelajaran. Sehingga dalam hal ini bukan pemerintah saja yang

memiliki andil besar dalam pendidikan tetapi partisipasi guru juga perlu

ditingkatkan. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah

dilaksanakan pemerintah mulai dari pelatihan peningkatan kualitas guru,

penyempurnaan kurikulum, penerapan berbagai model dan metode pembelajaran

serta penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang mutu pendidikan.

Sebagai salah satu sekolah menengah pertama yang terdapat di Kota

Medan, SMP Negeri 27 Medan turut melaksanakan berbagai aktivitas dan

kegiatan pendidikan formal dengan turut mewujudkan ketercapaian sejumlah

kompetensi pendidikan menengah pertama yang harus dimiliki para lulusan. SMP

Negeri 27 Medan menerapkan berbagai rumpun pembelajaran yang disesuaikan

dengan kompetensi yang ingin dicapai, karakteristik siswa, karakteristik rumpun

pembelajaran, dan kondisi lingkungan masyarakat.

Mata pelajaran IPS dalam Kurikulum 2004 yaitu pada kurikulum KTSP,

sebagai mana tertuang dalam buku Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS

Terpadu (Depdiknas,2006:8), mencakup bahan kajian “Geografi, ekonomi,

sejarah dan sosiologi), yang dibelajarkan, seperti disebutkan oleh Sapriya

(18)

Salah satu rumpun pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Menengah

Pertama adalah rumpun ilmu pengetahuan sosial yang mengkaji interaksi antara

manusia dan masyarakat serta lingkungan melalui konsep Geografi, Ekonomi dan

Sejarah. Kecakapan atau kemahiran dalam pengetahuan sosial yang diharapkan

dapat tercapai dalam pembelajaran ilmu sosial (IPS) dituangkan dalam standar

kompetensi berupa kemampuan memahami konsep-konsep pengetahuan sosial

baik geografi, sejarah, dan ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu

pengetahuan sosial (IPS).

IPS terpadu adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Bahkan pada

perguruan tinggi ada juga dikembangkan sebagai salah satu mata kuliah yang

sasaran utamanya adalah pengembangan aspek teoritis. Pada jenjang pendidikan

menengah pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa

didalam pengetahuan dan kemampuan praktis agar mereka dapat menelaah dan

mengkaji fenomena yang ada disekitar mereka. Mata pelajaran IPS bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masala social

yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan

segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang

terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa

kehidupan masyarakat ( Ahmad Susanto:11).

Konsep-konsep yang terdapat dalam ilmu pengetahuan sosial antara lain

interaksi, saling ketergantungan, kesinambungan dan perubahan (continuity and

change), keberagaman, konflik dan consensus, pola, tempat, kekuasaan, nilai

(19)

konsep-konsep pengetahuan sosial, siswa yang mempelajari IPS juga diharapkan

mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari dalam kehidupan

nyata. Pembelajaran IPS menggunakan tiga dimensi yang saling berpengaruh

dalam mengakaji dan memahami fenomena sosial dan kehidupan manusia secara

keseluruhan, yaitu dimensi ruang, waktu, dan nilai-nilai atau norma (Sudjamiko

dan Nurlaili,2003:41).

Pada kenyataannya selama ini Kualitas pendidikan mata pelajaran IPS

Terpadu di Indonesia belum mencapai hasil yang maksimal khususnya di tingkat

SMP mata pelajaran IPS kurang diperhatikan dikarenakan mata pelajaran ini tidak

masuk dalam rumpun mata pelajaran yang masuk dalam ujian nasional sehingga

kurang adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu siswa,

seharusnya prestasi belajar IPS juga perlu diperhatikan oleh berbagai pihak baik

oleh pemerintah, pemerhati pendidikan dan oleh guru sebagai pelaku pendidikan

itu sendiri karena tujuan dari mata pelajaran IPS Terpadu adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang

terjadi di masyarakat.

Selain itu ada beberapa faktor lain yang lebih penting menyebabkan hasil

belajar IPS Terpadu siswa tergolong rendah antara lain:

1. Ketidaksiapan dari guru-guru yang ada disekolahnya untuk membelajarkan

IPS secara terpadu, mengingat terbatasnya tenaga guru yang ada. Sehingga

guru tidak mampu memilih strategi pembelajaran mana yang cocok digunakan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Tidak tersedianya fasilitas pendukung pembelajaran IPS yang sesuai dengan

(20)

3. Kurangnya kreativitas dan kemauan siswa dalam pemahaman mengenai

pelajaran IPS.

Berdasarkan gambaran di atas, pembelajaran IPS di Sekolah (SMP) masih

memiliki persoalan yang mendasar, terutama yang menyangkut tentang guru yang

membelajarkannya. Permasalahan ini tidak bisa di biarkan begitu saja dan harus

dicarikan solusinya, sehingga peseta didik menerima pembelajaran IPS dengan

bermakna, baik secara akademis maupun untuk kehidupan sehari-hari mereka. Di

dalam melaksanakan tugas sehari-hari tersebut diharapkan dapat menggunakan

cara-cara yang tepat terhadap siswa, dengan demikian maka tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Salah satu upaya yang dapat

ditempuh oleh guru dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan

menggunakan alat-alat pendidikan dengan tepat sesuai dengan tingkat

kemampuan siswa.

Keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran sejalan dengan pendapat

silberman. Silberman (2007: 2) menyatakan,“ Apa yang saya dengar, saya lupa

“Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit” “Apa yang saya dengar, lihat

dan tanyakan dengan beberapa teman, saya mulai paham” “Apa yang saya dengar,

lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan”

“Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya”. Pernyataan tersebut

menyatakan dalam pembelajaran aktif siswa tidak hanya mendengarkan

penjelasan guru tetapi melihat, mendengar, bertanya dengan guru atau teman,

berdiskusi dengan teman, melakukan, dan mengajarkan pada siswa lainnya

sehingga materi pelajaran dapat dikuasai. Berdasarkan uraian tersebut sangat jelas

(21)

untuk diterapkan di kelas agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain

harus mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat demi menunjang

keaktifan dan hasil belajar siswa, guru juga harus memiliki teknik pembelajaran

agar siswa tidak mudah lupa terhadap apa yang telah dipelajari. Tidak dapat

dipungkiri bahwa setiap siswa pasti kesulitan dalam mengingat materi pelajaran

yang telah dipelajari ini disebabkan karena banyaknya materi pelajaran yang harus

diingat siswa. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali suatu

pengalaman merupakan bagian yang sangat penting karena pengetahuan dibentuk

berdasarkan interaksi ingatan – ingatan yang terbentuk melalui

pengalaman-pengalaman tersebut. Sudah jelas bahwa tidak ada pembelajaran tanpa ingatan,

oleh sebab itu diperlukan sedikit pengetahuan mengenai bagaimana ingatan

bekerja dan bagaimana cara meningkatkannya sehingga dapat memberikan

manfaat yang optimal dalam kegiatan pembelajaran.

Peningkatan kualitas tenaga pendidik IPS untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran bagi peserta didik sekolah, merupakan prioritas yang harus

diperhatikan secara serius. Diakui atau tidak, masih ada kecendrungan guru dalam

pembelajaran IPS tidak menggunakan media pembelajaran pembelajaran tidak

berpusat pada peserta didik. Hal ini disamping disebabkan oleh masih kurangnya

fasilitas (sarana) belajar IPS, juga didorong oleh rendahnya pemahaman dan

pengalaman guru tentang proses pembelajaran yang bermutu (bermakna) bagi

peserta didik, termasuk didalamnya cara pembelajaran IPS terpadu yang efektif.

Disekolah yang kekurangan tenaga pendidik, model pembelajaran IPS terpadu,

tidak bisa terselenggara dengan baik mengingat guru kurang menguasai bahan

(22)

Rendahnya nilai IPS siswa merupakan masalah yang dihadapi dewasa ini.

Data menunjukkan bahwa keberhasilan siswa memperoleh penilaian pada mata

pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 27 Medan belum mencapai hasil yang

memuaskan. Berikut ini nilai rata-rata hasil ujian siswa pada tiga tahun terakhir

seperti Tabel 1.1 :

Tabel 1.1. Perolehan Hasil Nilai Rata-rata Siswa Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial T.A. 2010-2013

Sumber : Dokumen SMP Negeri 27 Medan

Data pada Tabel 1.1 dapat dilihat data nilai KKM ( Kriteria Ketuntasan

Minimal) dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa tidak begitu jauh. Tetapi

niali KKM dengan nilai teredah terdapat perbedaan yang sangat jauh. Nilai

tersebut merupakan hasil nilai rata-rata siswa sekolah yang mengukur pencapaian

hasil belajar berdasarkan aspek kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

kesenjangan yang signifikan antara nilai rata-rata ujian akhir semester dengan

batas ketuntasan minimal. Disamping itu, nilai hasil belajar IPS Terpadu antara

nilai tertinggi dengan nilai terendah sangat berbeda.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMP Negeri 27 Medan,

model pembelajaran yang digunakan oleh guru IPS selama ini cenderung

menggunakan metode ceramah diselingi denga Tanya jawab, diskusi dan

penugasan. Dengan metode ini siswa hanya memperoleh sejumlah informasi yang

bersumber dari guru saja. Informasi dan komunikasi yang terjadi satu arah ini

(23)

menemukan sendiri konsep-konsep IPS. Guru yang lebih banyak berbuat tanpa

memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau pengetahuan yang

dimilikinya berkaitan dengan informasi yang telah mereka peroleh dari sumber

lain dilingkungannya yang erat hubungannya dengan materi yang sedang

dipelajari. Hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam belajar dan

kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran IPS.

Dalam proses pembelajaran akan ditemui masalah-masalah tersebut,

dimana sering kali ditemui seorang guru memperhatikan variasi dalam

memberikan materi yang akan diberikan kepada siswa, sehingga pelajaran

tersebut kurang atau tidak mampu diserap dan siswa akan cenderung labih cepat

jenuh. Berdasarkan data yang diperoleh di SMP Negeri 27 Medan, terlihat bahwa

terdapat kesenjangan antara harapan yang harus dicapai dengan kenyataan yang

terjadi dilapangan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut perlu diidentifikasi

faktor penyebab kesenjangan yang terjadi. Salah satu penyebab kesenjangan ini

adalah kurang variatifnya strategi pembelajaran yang digunakan dan kurangnya

pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan siswa maupun guru selama

kegiatan pembelajaran. Reigeluth (1983) mengemukakan bahwa dalam

peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat terjadi sebelum peningkatan kualitas

pembelajaran terlebih dahulu. Untuk itu perlu meningkatkan pengetahuan tentang

merancang sebuah metode atau strategi pembelajaran agar lebih efektif, efesien,

dan memiliki daya tarik. Variasi dalam pemberian materi memang sangat

dibutuhkan, untuk menghindari terjadinya maslah-masalah siswa yang

mengakibatkan siswa bosan atau merasa sia-sia di dalam belajar. Variasi didalam

(24)

Dalam pembelajaran IPS Terpadu banyak sumber yang dapat digunakan

seperti lingkungan, literatur perpustakaan, internet, dan yang lainnya tergantung

kreativitas dari guru IPS Terpadu yang melakukan pembelajaran kepada siswa.

Proses pembelajaran IPS Terpadu dapat didesain dengan memilih metode yang

sesuai dengan materi yang akan diajarkan, seperti demonstrasi, model praktikum,

model kooperatif, dan metode-metode yang dikombinasikan dengan pemanfaatan

media.

Banyak terdapat model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru

dikelas. Namun perlu disadari bahwa model tersebut tidak ada yang terbaik,

karena model tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti diungkapkan

Sudjana (1989:66) bahwa setiap strategi mengajar ada keunggulan dan

kelemahan. Model yang digunakan selalu menyebabkan kebosanan siswa yang

berakibat rendahnya hasil belajar. Untuk mengurangi atau bahkan menghindari

model belajar yang monoton diupayakan berbagai model pembelajaran yang lebih

efektif dalam menciptakan kemunikasi yang multi arah.

Untuk mencari pemecahan dari permasalahan ini dapat dilakukan dengan

menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang dapat

digunakan adalah dengan membawa siswa pada suasana belajar yang lebih variatif

pada saat pembelajaran berlangsung. Suasana belajar ini dapat dilakukan dengan

menggunakan model pembelajaran classwide peer tutoring (teman sebaya) dan

model pembelajaran berbasis masalah (PBM) diharapkan siswa tidak hanya

menghafal dan mengingat fakta-fakta IPS, tetapi diupayakan untuk aktif dalam

membahas suatu masalah dalam suatu diskusi dengan tujuan siswa dapat

(25)

dihadapi dilingkungannya. Salah satu masalah yang di bahas dalam pembelajaran

IPS yang dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata yang dihadapai

dilingkungan yaitu masalah kelangkaan.

Model pembelajaran teman sebaya merupakan salah satu model

pembelajaran berpasangan dikenal dengan istilah PMII (peer mediated instruction

and intervention) dimana siswa dipasangkan oleh guru dan siswa bertindak

sebagai guru. Model pembelajaran ini yang melibatkan dua orang siswa untuk

saling menyampaikan materi, mengharuskan siswa berperan sebagai tutor dan

tutee secara bergantian selama sesi tutoring , Tutor bertugas untuk menyajikan

masalah dan tutee merespon secara lisan atau tertulis. Model pembelajaran teman

sebaya juga mampu memperbaiki sikap siswa dalam proses pembelajaran karena

pada sesi tutoring, siswa dituntut untuk aktif baik berlaku sebagai tutor maupun

tutee secara bergantian. Pemilihan model pembelajaran teman sebaya melibatkan

siswa secara aktif didalam kelas dengan memberdayakan potensi yang

dimilikinya. Adanya peran siswa untuk menjadi tutor dan tutte secara bergantian

telah menjadikan motivasi siswa semakin tinggi untuk menguasai pelajaran.

Tuntutan peran rnenjadi tutor bagi temannya sendiri lebih mampu mengarahkan

siswa untuk menemukan ide-ide pokok materi, kemudian mengkomunikasikannya

kepada teman sebaya dengan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh kedua belah

pihak. Kemampuan menyampaikan gagasan kepada teman juga turut

meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri, serta adanya perhatian terhadap

pelajaran yang terus-menerus selama proses pembelajaran selain itu siswa yang

berperan sebagai tutor juga dituntut mampu melakukan evaluasi terhadap teman

(26)

mengajarkannya kepada orang lain akan menjadikan materi lebih dikuasai.

Adanya peran siswa untuk menjadi tutor bagi temannya sendiri menuntut

kesiapan siswa untuk lebih menguasai materi. Oleh karena itu, dalam penelitian

ini guru juga menugaskan siswa untuk belajar di rumah sebagai persiapan untuk

proses pembelajaran yang akan datang secara keseluruhan. Model pembelajaran

teman sebaya mampu mengatasi kendala komposisi kelas yang heterogen dan

mampu membuat peserta didik lebih sukses daripada pembelajaran dengan

pendekatan teacher mediated, peserta didik yang mempunyai kekurangan dalam

belajar juga terakomodasi lebih cepat karena mereka “dipaksa” oleh teman

sebayanya untuk maju bersama. Melalui model pembelajaran teman sebaya siswa

akan dilatih untuk bersikap jujur, melatih keterampilan sosial serta melatih

keterampilan akademisnya selain itu keunggulan lain dari model ini, siswa akan

memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memahamkan materi kepada

temannya melalui itu pula akan timbul rasa percaya diri siswa. Dari berbagai

pemaparan tersebut maka dapat dirangkum bahwa model pembelajaran teman

sebaya adalah model pembelajaran berpasangan dimana siswa dipasangkan satu –

satu ada yang berperan sebagai tutor dan tutee secara bergantian sehingga model

pembelajaran ini akan membuat siswa lebih aktif didalam proses pembelajaran

serta untuk melatih keterampilan sosial, kejujuran, kemandirian dan akademis.

Sedangkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan

simulasi masalah yang dapat digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa

sebelum mulai mempelajari suatu objek, sehingga siswa mampu berpikir secara

kritis serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan sumber-sumber

(27)

yang menuntut siswa untuk belajar mandiri secara individu maupun kelompok

dalam memecahkan masalah yang disajikan oleh guru. Guru berperan menyajikan

masalah dan mengajukan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk

memecahkan suatu masalah dalam kegiatan pembelajaran. Selama siswa belajar di

sekolah, siswa akan dihadapkan pada soal-soal untuk dipecahkan dan diatasi.

Tugas siswa adalah untuk mencari penyelesaian masalah tersebut dengan

pengalaman-pengalaman di sekolah yang dirancang oleh guru. Setelah tamat

pendidikan sekolah, siswa masih akan dihadapkan pada macam-macam persoalan

yang harus diatasi, diharapkan bahwa pengalaman di sekolah akan membantu

dalam mencari suatu penyelesaian.

Secara khusus penguasaan model pembelajaran bahwa guru harus

menekankan supaya peserta didik lebih aktif, mencari pengetahuan oleh siswa

secara mandiri dengan pertimbangan kemampuan siswa. Pembelajaran adalah

bagaimana pendidik membantu mengembangkan seluruh kompetensi yang

dimiliki peserta didik, menciptakan kreativitas daya saing dan bukan hanya

menstransfer ilmu. Selain itu faktor penting penentu keberhasilan belajar dalam

menggunakan model pembelajaran adalah kemandirian belajar.

Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri

kepada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri

dalam belajar, bersikap, berbangsa maupun bernegara (Abu Ahmadi dan Nur

Uhbiyati, 1990:13). Kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang

mandiri tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung

jawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan

(28)

mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam

pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran.

Karakteristik kemandirian belajar siswa yang diukur adalah kemandirian belajar

tinggi dan kemandirian belajar rendah.

Kemandirian belajar tinggi merupakan kondisi aktifitas belajar yang

mandiri tidak bergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta

bertanggungjawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya, mengontrol

sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya

merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan juga mau

aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan kemandirian belajar rendah

merupakan keterbalikan dari kemandiran belajar tinggi, siswa yang memiliki

kemandirian belajar rendah tidak memilik inisiatif, tidak memiliki rasa

tanggungjawab dalam belajar, tidak memiliki rasa percaya diri dan bersifat

tertutup.

Agar hasil belajar dapat mendekati atau sesuai dengan tujuan

pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan

karakteristik peserta didik. Hasil belajar peserta didik adalah variable yang tidak

dapat dimanipulasi tetapi merupakan salah satu kondisi pembelajaran yang harus

dijadikan pijakan dalam memilih dan mengembangkan proses pembelajaran agar

lebih sesuai dan memudahkan peserta didik untuk belajar. Karakteristik peserta

didik dalam hal ini adalah kemandirian belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas menjadi dasar penulis untuk

membuat penelitian pada kajian model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi

(29)

penelitian” Pengaruh Model Pembelajaran Classwide Peer Tutoring (Teman

Sebaya) dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan

Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMP

Negeri 27 Medan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan beberapa

permasalahan diantaranya: (1) Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan

selama ini? (2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar IPS

Terpadu siswa? (3) Apakah penggunaan model pembelajaran yang berbeda akan

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar IPS Tepadu siswa? (4)

Apakah model pembelajaran yang digunakan dapat berlangsung dengan efektif

dan optimal sehingga dapat menciptakan suasana yang menggembirakan bagi

siswa? (5) Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan

hasil belajar IPS Terpadu siswa? (6) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar

siswa dengan model pembelajaran teman sebaya dengan model pembelajaran

berbasis masalah? (7) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran

dengan kemandirian belajar siswa dalam mempengaruhi hasil belajar?

C. Pembatasan Masalah

Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada

masalah model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran adalah

model pembelajaranteman sebaya dengan model pembelajaran berbasis masalah.

Kemadirian belajar yang terbagi menjadi dua yaitu kemandirian belajar tinggi

(30)

genap SMP Negeri 27 Medan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,

aspek kognitif yang dibatasi aspek pengetahuan (C1), Pemahaman (C2),

Penerapan (C3), Aplikasi (C4), Analisis (C5) Sintesis, (C6) Evaluasi.

Lokasi penelitian ini dibatasi hanya di SMP Negeri 27 Medan. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas VII, yang dibatasi pada kognitif mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas yaitu

model pembelajaran teman sebaya dengan model pembelajaran berbasis masalah

sedangkanvariabel terikatnya adalah hasil belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

yang diperoleh dari tes hasil belajar variabel moderatornya adalah kemandirian

belajar yaitu kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah yang

diperolah dari hasil angket siswa.

D. Rumusan Masalah

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial antara siswa

yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teman

sebaya?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial antara

siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi dengan siswa yang memiliki

kemandirian belajar rendah ?

3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan

(31)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara penggunaan model

pembelajaran teman sebaya dan model pembelajaran berbasis masalah

terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ?

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki

kemandirian belajar tinggi dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar

rendah terhadap hasil belajar belajar Ilmu Pengerahuan Sosial.

3. Untuk mengetahui interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan

kemandirian belajar terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

F. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat praktis dan teoritis yang dapat diambil dari hasil

penelitian ini, yaitu :

1. Manfaat Teoritis.

a. Sebagai bahan kajian lebih lanjut, dan referensi untuk penelitian lebih

lanjut.

b. Dapat menambah khazanah ilmu tentang Penggunaan model

pembelajaran, kemandirian dan hasil belajar siswa khususnya mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, mendorong para siswa untuk mengembangkan potensi yang

(32)

b. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru dan kepala sekolah untuk

mengoptimalkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran untuk

mencapai hasil yang maksimal.

c. Bagi sekolah, sebagai masukan dan dapat dikembangkan untuk mata

(33)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teman sebaya.

2. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi lebih tinggi dari pada hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah.

(34)

B.Implikasi

Pertama, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya

pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan sosial.Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Ini dapat dipahami karena melalui penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya dapat menggiring keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian konsekuensinya apabila model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran, maka tentu akan berakibat berkurang pula partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil belajar IPS lebih tinggi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dari pada model pembelajaran teman sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPS, karena dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan upaya dalam menyelesaikan masalah, dimana model pembelajaran berbasis masalah berusaha mengubah suasana kelas secara total dan berusaha memadukan permasalahan nyata yang terjadi disekitar lingkungan hidup sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan dengan daya ingat yang kuat.

(35)

pembelajaran berbasis masalah diharapkan guru dapat membangkitkan dan memotivasi keterlibatan dan partisipasi aktif siswa terhadap pembelajaran IPS dan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan efektif dalam mecapai tujuan pembelajaran.

Kedua, hasil menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa berpengaruh

terhadap hasil belajar IPS. Siswa dengan kemandirian belajar tinggi secara rata-rata lebih tinggi atau unggul di bandikang dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah. Pernyataan ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa kemandirian belajar tinggi signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Siswa dengan kemandirian belajar tinggi akan selalu berusaha memecahkan setiap persoalan yang diberikanoleh guru, siswa dengan kemandirian belajar tinggi tidak gampang menyerah selalu berusaha menyelesaikan atau menemukan jalan dalam memecahkan masalah-masalah belajar.

Ketiga, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat interaksi model

(36)

bagi siswa dengan kemandirian belajar tinggi, sedangkan model pembelajaran teman sebaya lebih tepat digunakan bagi siswa dengan kemandirian belajar rendah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar IPS dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan kemandirian belajar siswa. Dalam hal ini antara guru dan siswa mempunyai peranan yang sama dan berarti dalam meningkatkan hasil belajar IPS itu sendiri, sehingga dengan demikian untuk mencapai hasil belajar yang maksimal maka kedua variable tersebut yaitu model pembelajaran dan kemandirian belajar.

Konsekuensi logis dari interaksi model pembelajaran dan kemandirian belajar berimplikasi kepada guru dan siswa. Untuk guru, agar dapat memahami dan tentunya melaksanakan dengan baik model pembelajaran di kelas karena melalui penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar, sedangkan untuk siswa agar selalu berupaya mengembangkan kemandirian belajar dengan membuka diri dan wawasan dalam belajar.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

(37)

2. Disarankan kepada guru agar memperhatikan karakteristik siswa khsusnya kemandirian belajar yang dimiliki siswa sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

3. Disarankan kepada pihak pengambil kebijakan dilingkungan SMP Negeri 27 Medan untuk mengadakan pelatihan bagi guru-guru tentang penggunaan model pembelajaran yang tepat dan dapat dijadikan alternative dalam menyampaikan materi melalui (MGMP) musyawarah guru mata pelajaran, untuk pembelajaran IPS yang lebih baik.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Amir,M.T. (2009). InovasiPendidikanMelalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana.

Anton, Sukarno (1989). Ciri-ciriKemandirianBelajar. Jakarta: KencanaPrenada Media.

Arends,R. (1989). Learning to Teacgh, New York: Me Graw Hill Book Company.

Barrows, H.s., and Tamblyn, R (1980) .Problem-based-learning: An Approach to Medical Education. New York: Springer.

Bloom,B.S (1984) Taxonomy of Education Objektives. New York:Longman. Inc.

Brookfield, Stephen (2000). Understanding and Facilitating Adult Learning.Josey Bass

Publisher: San Fransisco.

Bruner,J.S. (1960). The Process of education. London: Harvard University Press.

Boud, D., &Feletti, G. (1997).The challenge of problem-based-learning. London: Kogan Page

BowoSugiarto (2009) mengenai Mengoptimalkan Minat, Keaktifan Berkomunikasi, Keterampilan Metakognitif, Dan Penguasaan Konsep Dengan Classwide Peer

Tutoring (Cwpt) Pada Pembelajaran Biologi Siswa SMA.

((jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan.Diakses 12 desember 2014).

Chotimah, H dan Dwitasari Yuyun.(2009). Strategi-strategi Pembelajaran Untuk Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang

Depdikbud.(2002). Model-Model Pembelajaran Dirjen Pendidikan Dasar dan

Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. PGSM.

Depdiknas.(2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dimyati&Mudjiono, (2006).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: RinekaCipta.

DimyatidanMudjiono.(1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.

Djamarah.(2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.

(39)

Dupaul, George. 700I. Class-Wide Peer Tutoring Infonnation Center For Families: Center for Effective Colaborqtion and Practice. (online) (http:/cecp.aforg/fumi

diakses 12 Desember 2014).

Edgen,P., Kauchak, D., Harder,R. (1979). Strategies for Teachers: Information

Processing Models in the Classroom. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Evi Noor Hidayah(2012) mengenai Penerapan Model Pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (Cwpt) Disertai Media Cergam Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X 7 Sma Negeri 2

Sukoharjo.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses 12 desember

2014)

Gagne, R.M. (1975). Essentials of Learning for Instructions. Illinois: The Dryden Press.

Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruktion. New York: Holt Rinehart and Winston.

Greenwood, C. R., Terry, B., Arreaga-Mayer, C., &Finniey, D. (1992).The ClassWide Peer Tutoring Program: Implementation factors that moderate students'

achievemnent. Journal of Applied Behavior Analysis, 25, 101-116diakses 23

desember 2014..

Greenwood, Meyer, & Terry. (2001). ”ClassWide Peer Tutoring Learning Management

System”. Journal of Remedial and Special Education. Vol. 22, No. 1, pp.

34-47.diakses 23 desember 2014..

Ida, Farida Achmad (2008). Pengaruh Kemandirian Belajar dan Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Sisiwa Kelas X SMK Negeri 7 Yogjakarta

Tahun Ajaran 2007/2008.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses

12 desember 2014

Hall, Tr-acey 1ggg.Peer Mediated Intruction And Intervention (online)

(lrttp:/hvlvw.ca$!.org/publications/ncac/ncacJeermii.html,diakses 12

Desember 2014).

HerniBudiati (2009) mengenai penerapan model pembelajaran peer mediated instruction and intervention (PMII) tipe- classwide peer tutoring (CWPT) dan tekni kevaluasi index card match untuk meningkatkankualitas proses dan hasil

pembelajaran biologi Kelas VII SMP Negeri 22

Surakarta.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses 12 desember

2014).

Isjoni.(2009). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jacob Utomo. (1990). Membangun Harga Diri Jakarta: Gramedia. P. 108

Johnson & Johnson. (1994) Cooperatif Learning in The Classroom. Virginia, Assciation for Supervision and Curriculum Development.

(40)

Joyce,B., Well.M. Calhoun, E (2000). Model of Teaching. London: Allyn and Bacon.

Lie,A. (2002) Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.

Maslow, Abraham H. “A Theory of Human Motivation”. Psychological Review, 50 :

Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Morgan,dkk (2010). Pengertian Belajar.http://kuliah

psikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar (10 Desember 2014).

Muktadin,Zainun. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada

Remaja.http//www.e-psikologi.com.

MuhibbinSyah (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya,

Nobel, Michele McMahon. (2005). Effect of Classwide Peer Tutoring in The Acquisition, Maintenance, and Generalization of Science Vocabulary Words for Seventh

Grade Students with Learning Disabilities and/or Low Achivement.

Dissertation.The Ohio University.

Nurhadi, dkk.(2004). Kontekstual dan Penarapannya dalam KBK. Malang:

UniversitasNegeri Malang: unim press.

Nur,M. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis

medalam pengajaran. Surabaya: Universitas negeri Surabaya.

Purwanto, Ngalin. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. RemajaKarya

Peter, jarvis (2001).Prinsip-Prinsip dan Dasar-dasar Keterampilan Berprofesi. Bandung: Alfabeta.

Purwanti, Desy.(2011). “Penggunaan Metode Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) disertai Modul Hasil Penelitian untuk Meningkatkan Keaktifan Berkomunikasi pada Pokok Bahasan Limbah SiswaKelas X.5 SMA Al Islam 1 Surakarta”.Skripsi

Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret,

Surakarta.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses 12 desember

2014).

Reigeluth, Charles M. and Carr-Chellman, Alison A (2009).Instructional-Design

Theories and Models. New York, London: Routledge Taylor and Francis,

Publishers.

Reigeluth, Charles M. (ed) (1983) ,Instructional Design, Theories and Models: An

Overview of Their Current Status. New Jersay: Lawrence and Erlbaum

Associates Publishers.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

(41)

Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.

Silberman, M.L. 2001.Active Learning.Terjemahan oleh Sarjuli, Ammar, A., Suhisno, Ahmad,Z.A,, Muqowinr Yogyakarta: YI\PPENDIS.

Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar Untuk Pengejaran. Jakarta: FakultasEkonomi UI.

Sutrisno, Hadi (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Suyitno.(2004). Belajardan Pembelajaran.Jakarta : Media Utama.

Sosilowati, Desi (2009). Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Kemampuan

Matematika Siswa. Yogyakarta UNY.

Sugiyanto.(2009). Model-Model Pembelajaran inovatif. Surakarta :Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Soekamto&Winatapura.(2010). Prinsip Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : UT

Slavin, R. E. (1992).Cooperative Learning. USA: Allyn and Bacon.

Thoha.M. (1996).Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raya GrafindoPersada.

Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progressif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wright, J.E: & Cavanaugh, R.A. (1995). Somostodosayudantes y estudiantes: ADemosnhation of A Classwide Peer Tutoring Plogram in A Modified Spanish Class for Secondary Students Identified as Leaming Disabled or Academically

at-risk Education and Trlatment of Chiltu'en,18(1):

Gambar

Tabel 17    Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel
Gambar                                                                       Halaman
Tabel 1.1. Perolehan Hasil Nilai Rata-rata Siswa Mata Pelajaran Ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini peneliti mengamati bahwa redaktur mulai menugaskan kepada wartawanya untuk mencari berita yang sudah ditentukan pada rapat redaksi, oleh karena itu

adalah sebagai berikut. H 0 : Tidak ada pengaruh tayangan My Trip My Adventure terhadap minat.. berwisata di dalam negeri di kalangan komunitas backpacker di

[r]

Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sendiri yang tidak terpisahkan dari masyarakat sekaligus mampu mengembangkan tugas sebagai

We suggest that the inter-membrane compartment composed of the plasma membrane and the endoplasmic reticulum, and isolated as a stabile plasma membrane associated membranes

Berdasarkan atas hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tuturan fatis yang memiliki fungsi utama menjaga kontak

tertampung oleh alur sungai atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana saja. Dan air itu keluar dari sungai atau saluran karena

Waktu kunjungan pertama ibu hamil (K1) dengan umur kehamilan kurang dari 12 minggu berdasarkan sarana dan prasarana yang tersedia di pelayanan kesehatan Puskesmas Kepil