PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL
BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SMP NEGERI 27 MEDAN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
SARTIKA
NIM. 8136122048
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Sartika, NIM 8136122048. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Negeri 27 Medan.
Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan 2015.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran teman sebaya terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (2) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah terhadap hasil hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (3) Untuk mengetahui interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kemandirian belajar terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 27 Medan.Populasi terdiri atas tujuh kelas yang terdiri atas 240 siswa. Sampel penelitian ditetapkan kelas VII-B yang menggunakan model pembelajaran teman sebaya dan kelas VII-D yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cluster random samplingsebnayak 80 orang siswa. Instrument dalam penelitian ini untuk mengukur hasil belajar digunakan tes berbentuk pilihan berganda dengan empat pilihan jawaban dengan jumlah soal sebanyak 35 soal dengan koefesien reliabilitas 0.887 sedangkan untuk mendapatkan data tentang kemandirian belajar siswa digunakan angket dengan 50 butir soal dan koefesien reliabilitasnya 0.970. Uji normalitas dengan uji Liliefors sedangkan uji homogenitas dengan uji F dan uji Baerlett. Teknik analisis data adalah Anava dua Jalur pada taraf signifikansi 0.05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe.
Hasil penelitian adalah: (1) rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah ̅ = 27.92 lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran teman sebaya ̅ = 26 dengan Fhitung = 9.51> Ftabel = 4.02, (2) rata-rata hasil belajar siswa dengan kemandirian belajar tinggi ̅ = 29.21 lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa dengan kemandirian belajar rendah ̅ = 24.82 dengan Fhitung 11.943 > Ftabel = 4.02, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS dengan Fhitung = 12.848 > Ftabel = 22.36
ABSTRACT
Sartika, NIM. 8136122048. The effect useds of learning modeland learning independence on student achievement of sosial (IPS) at VII grade SMP Negeri 27 Medan.
Thesis: Post Graduate Program, State University of Medan 2015.
The objectives of this research are: (1) to know the different students achievement of social science between by problem based learning and of social science by classwide peer tutoring models in the students achievement in social science, (2) to know the different students achievement of social science between having high learning independence and the students achievement in social science having low learning independence, (3) to know there is an interaction between use learning model and learning independence on the students achievement in social science.
The population of this research were VII grade of SMP 27 Medan with 240 students. The sample was done in a cluster random sampling with 80 students comprising 0f 40 students of VII-B grade for classwide peer tutoring and 40 students of VII-D grade for problem based learning model. The experiment instrument are used by evabantice of learning in form of multiple choice test consist of 36 items with 4 answer options and coefesien reliability 0.887, while getring date of learning independence used independent questionnaire having 50 items and coefision reliability 0.970. The normality test used Lilliefors and the homogenetic test was Baerletts test. The data analysis sechnique was analysis of variance (ANOVA) two-ways at the rever of significencce = 0.05 Scheffe test.
The result of the research showed: (1) the average of the students achievement taught with problem based of learning model was ̅ = 27.92 which was higher than the average of students achievement taught with classwide peer tutoring model which was ̅ = 26 with Fcount = 9.51 > Ftabel = 4.02, (2) the average of student achievement it can be concluded that the student having high learning independence should with learning independence = 29.21 wich was higher than average of student of students achievement with low learning independence ̅ = 24.82 with Fcount 11.943 > Ftabel = 4.02,(3) there was an interaction between learning model and learning independence on the students achievement of social with Fcount = 12.848 > Ftabel = 22.36.
KATA PENGANTAR
Puji syukur disampaikan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas segala rahmat-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Negeri 27 Medan”.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis mengungkapkan rasa terimah kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu demi ketuntasan tesis ini.
Ungkapan terima kasih dan penghargaan ini disampaikan kepada yang terhormat Prof. Dr. Abdul Muin Sibue, M.Pd. sebagai pembimbing I yang penuh kesabaran dan ketulusannya memberikan masukan dan arahan yang begitu berarti bagi penulis, dan kepada Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk dan dorongan yang begitu berarti, Kepada ketiga Narasumber yang terhormat Prof. Dr. Harun Sitompul,M.Pd, Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd dan Dr. Dede Ruslam M.Si yang telah memberikan masukan dan koreksi serta arahan-arahan untuk perbaikan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur dan Asisten Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan bantuan untuk kelancaran studi selama mengikuti perkuliahan di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
2. Bapak dan Ibu dosen pengajar Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.
4. Teristimewah kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Farida atas doa, nasehat dan kasih sayang serta dukungan moril maupun materil sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini.
5. Adik-adik tersayang Dharmayanti, Tri Afni, Zia Amiza Fajar, Avin Anugrah, yang telah memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga menyelesaikan Program Magister di PPs Unimed.
6. Kepada abanganda Chandro Michael S.Pd yang telah memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga menyelesaikan Program Magister di PPs Unimed.
7. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan Program Studi Teknologi Pendidikan khususnya Angakatan XXIII Eks B-2 dan secara khusus buat Sri Wahyuni, Sherly Juwita Parinduri, Nurlina yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka selama perkuliahan
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya bagi semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu di sini.Semoga Allah yang Maha Kuasa membalas segala bentuk kebaikan dengan berlipat ganda.Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dalam menambah Ilmu Pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya di SMP Negeri 27 Medan.
Medan, Juli 2015 Penulis,
Sartika
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 18
A. Kerangka Teoritis ... 18
1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ... 18
2. Hakikat Model Pembelajaran ... 35
a. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 42
b. Model Pembelajaran Peer Tutoring ... 54
D. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 92
F. Pengontrolan Perlakuan ... 98
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 101
H. Kesimpulan Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 104
I. Teknik Analisis Data ... 112
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 114
A. Deskripsi Data ... 114
1. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 114
2. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Teman Sebaya ... 115
3. Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 117
4. Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Rendah... 118
5. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 119
6. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Memiliki Kemandirian Belajar Rendah ... 121
7. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Teman Sebaya Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 122
8. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Teman Sebaya Memiliki Kemandirian Belajar Rendah ... 124
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 125
1. Uji Normalitas ... 125
2. Uji Homogenitas Varians ... 129
3. Pengujian Hipotesis ... 131
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 138
1. Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 138
3. Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kemandirian Belajar
dalam Mempengaruhi Hasil Belajar IPS Siswa ... 142
4. Keterbatasan Penelitian ... 143
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 145
A. Kesimpulan ... 145
B. Implikasi ... 146
C. Saran ... 148
DAFTAR PUSTAKA ... 150
DAFTAR TABEL
Tabel 5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ... 102
Tabel 6 Kisi-Kisi Kemandirian Belajar ... 103
Tabel 7 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 114
Tabel 8 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya ... 115
Tabel 9 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 116
Tabel 10 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Rendah ... 117
Tabel 11 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 118
Tabel 12 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi .... 120
Tabel 13 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Rendah .. 121
Tabel 14 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Rendah .. 124
Tabel 15 Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 129 Tabel 16 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel
Masalah dan Model Pembelajaran Teman Sebaya... 130
Tabel 17 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi dan Kemandirian Belajar Rendah ... 130
Tabel 18 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Interaksi Model Pembelajaran dan Kemandirian Belajar ... 131
Tabel 19 Analisis Faktorial 2x2 ... 132
Tabel 20 Rangkuman Analisis Faktorial 2x2 ... 132
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman Gambar 1 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar
Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 115 Gambar 2 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar
Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya ... 116 Gambar 3 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki
Kemandirian Belajar Tinggi ... 118 Gambar4Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki
Kemandirian Belajar Rendah ... 119 Gambar 5 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi ... 120 Gambar 6 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya Pada
Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Tinggi... 122 Gambar 7 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pada Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar Rendah ... 123 Gambar 8 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Teman Sebaya Pada
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 154
Lampiran 2 RPP Model Pembelajaran ... 163
Lampiran 3 Skenario Pembelajaran ... 179
Lampiran 4 Instrumen Tes Hasil Belajar ... 188
Lampiran 5 Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 199
Lampiran 6 Analisis Hasil Uji coba Instrumen Tes Hasil Belajar IPS ... 203
Lampiran 7 Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar IPS ... 212
Lampiran 8 Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Tes Hasil Belajar IPS ... 213
Lampiran 9 Tabel Uji Coba Reliabilitas Tes Hasil Belajar IPS ... 214
Lampiran 10 Perhitungan Validitas dan Reliabiltas Uji Coba Skala Angket Kemandirian Belajar ... 215
Lampiran 11 Tabel Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Skala Angket ... 218
Lampiran 12 Data Hasil Penelitian Pretest dan Angket Kemandirian Belajar ... 219
Lampiran 13 Data Hasil Penelitian Masing-Masing Kelompok ... 221
Lampiran 14 Data Hasil Penelitian Kemandirian Belajar Tinggi dan Kemandirian Belajar Rendah ... 224
Lampiran 15 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Median, Modus, Harga Rata-rata dan Standart Deviasi Dari Data Variabel Penelitian ... 227
Lampiran 16 Uji Normalitas Sebaran Data Penelitian ... 241
Lampiran 17 Uji Homogenitas ... 250
Lampiran 18 Uji Tuckey ... 254
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya, masyrakat, bangsa, dan Negara ( UUSPNS No. 20 Tahun 2003).
Pendidikan saat ini sudah mendapat perhatian dari pemerintah, karena pendidikan
merupakan suatu hal penting yang nantinya dapat meningkatkan kualitas
kehidupan bangsa dan negara.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek
kepribadian, selain itu pendidikan juga memiliki pengaruh yang dinamis dalam
kehidupan manusia di masa depan, karena itulah pemerintah dituntut untuk
mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan diantaranya yaitu
perbaikan dan penyempurnaan sistem dan semua yang tercakup dalam
pendidikan.
Tinggi rendahnya kualitas kehidupan dalam suatu bangsa ditentukan oleh
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh sumber daya manusia itu sendiri.
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masyarakat tradisional menuju
masyarakat yang modern sangat dipengaruhi oleh adanya perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat. Untuk menghadapi
sumber daya manusia yang bermutu merupakan suatu program yang sedang
dilaksanakan pemerintah khususnya bidang pendidikan.
Namun pada kenyataan yang terjadi saat ini permasalahan pembelajaran
yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun, ini
disebabkan karena kurangnya kesadaran dari guru untuk sungguh-sungguh
menerapkan kurikulum serta model pembelajaran yang mestinya harus diterapkan
saat proses pembelajaran. Sehingga dalam hal ini bukan pemerintah saja yang
memiliki andil besar dalam pendidikan tetapi partisipasi guru juga perlu
ditingkatkan. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah
dilaksanakan pemerintah mulai dari pelatihan peningkatan kualitas guru,
penyempurnaan kurikulum, penerapan berbagai model dan metode pembelajaran
serta penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang mutu pendidikan.
Sebagai salah satu sekolah menengah pertama yang terdapat di Kota
Medan, SMP Negeri 27 Medan turut melaksanakan berbagai aktivitas dan
kegiatan pendidikan formal dengan turut mewujudkan ketercapaian sejumlah
kompetensi pendidikan menengah pertama yang harus dimiliki para lulusan. SMP
Negeri 27 Medan menerapkan berbagai rumpun pembelajaran yang disesuaikan
dengan kompetensi yang ingin dicapai, karakteristik siswa, karakteristik rumpun
pembelajaran, dan kondisi lingkungan masyarakat.
Mata pelajaran IPS dalam Kurikulum 2004 yaitu pada kurikulum KTSP,
sebagai mana tertuang dalam buku Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS
Terpadu (Depdiknas,2006:8), mencakup bahan kajian “Geografi, ekonomi,
sejarah dan sosiologi), yang dibelajarkan, seperti disebutkan oleh Sapriya
Salah satu rumpun pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Menengah
Pertama adalah rumpun ilmu pengetahuan sosial yang mengkaji interaksi antara
manusia dan masyarakat serta lingkungan melalui konsep Geografi, Ekonomi dan
Sejarah. Kecakapan atau kemahiran dalam pengetahuan sosial yang diharapkan
dapat tercapai dalam pembelajaran ilmu sosial (IPS) dituangkan dalam standar
kompetensi berupa kemampuan memahami konsep-konsep pengetahuan sosial
baik geografi, sejarah, dan ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan sosial (IPS).
IPS terpadu adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah
mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Bahkan pada
perguruan tinggi ada juga dikembangkan sebagai salah satu mata kuliah yang
sasaran utamanya adalah pengembangan aspek teoritis. Pada jenjang pendidikan
menengah pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa
didalam pengetahuan dan kemampuan praktis agar mereka dapat menelaah dan
mengkaji fenomena yang ada disekitar mereka. Mata pelajaran IPS bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masala social
yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan
segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
kehidupan masyarakat ( Ahmad Susanto:11).
Konsep-konsep yang terdapat dalam ilmu pengetahuan sosial antara lain
interaksi, saling ketergantungan, kesinambungan dan perubahan (continuity and
change), keberagaman, konflik dan consensus, pola, tempat, kekuasaan, nilai
konsep-konsep pengetahuan sosial, siswa yang mempelajari IPS juga diharapkan
mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari dalam kehidupan
nyata. Pembelajaran IPS menggunakan tiga dimensi yang saling berpengaruh
dalam mengakaji dan memahami fenomena sosial dan kehidupan manusia secara
keseluruhan, yaitu dimensi ruang, waktu, dan nilai-nilai atau norma (Sudjamiko
dan Nurlaili,2003:41).
Pada kenyataannya selama ini Kualitas pendidikan mata pelajaran IPS
Terpadu di Indonesia belum mencapai hasil yang maksimal khususnya di tingkat
SMP mata pelajaran IPS kurang diperhatikan dikarenakan mata pelajaran ini tidak
masuk dalam rumpun mata pelajaran yang masuk dalam ujian nasional sehingga
kurang adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu siswa,
seharusnya prestasi belajar IPS juga perlu diperhatikan oleh berbagai pihak baik
oleh pemerintah, pemerhati pendidikan dan oleh guru sebagai pelaku pendidikan
itu sendiri karena tujuan dari mata pelajaran IPS Terpadu adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat.
Selain itu ada beberapa faktor lain yang lebih penting menyebabkan hasil
belajar IPS Terpadu siswa tergolong rendah antara lain:
1. Ketidaksiapan dari guru-guru yang ada disekolahnya untuk membelajarkan
IPS secara terpadu, mengingat terbatasnya tenaga guru yang ada. Sehingga
guru tidak mampu memilih strategi pembelajaran mana yang cocok digunakan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Tidak tersedianya fasilitas pendukung pembelajaran IPS yang sesuai dengan
3. Kurangnya kreativitas dan kemauan siswa dalam pemahaman mengenai
pelajaran IPS.
Berdasarkan gambaran di atas, pembelajaran IPS di Sekolah (SMP) masih
memiliki persoalan yang mendasar, terutama yang menyangkut tentang guru yang
membelajarkannya. Permasalahan ini tidak bisa di biarkan begitu saja dan harus
dicarikan solusinya, sehingga peseta didik menerima pembelajaran IPS dengan
bermakna, baik secara akademis maupun untuk kehidupan sehari-hari mereka. Di
dalam melaksanakan tugas sehari-hari tersebut diharapkan dapat menggunakan
cara-cara yang tepat terhadap siswa, dengan demikian maka tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Salah satu upaya yang dapat
ditempuh oleh guru dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan
menggunakan alat-alat pendidikan dengan tepat sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa.
Keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran sejalan dengan pendapat
silberman. Silberman (2007: 2) menyatakan,“ Apa yang saya dengar, saya lupa
“Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit” “Apa yang saya dengar, lihat
dan tanyakan dengan beberapa teman, saya mulai paham” “Apa yang saya dengar,
lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan”
“Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya”. Pernyataan tersebut
menyatakan dalam pembelajaran aktif siswa tidak hanya mendengarkan
penjelasan guru tetapi melihat, mendengar, bertanya dengan guru atau teman,
berdiskusi dengan teman, melakukan, dan mengajarkan pada siswa lainnya
sehingga materi pelajaran dapat dikuasai. Berdasarkan uraian tersebut sangat jelas
untuk diterapkan di kelas agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain
harus mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat demi menunjang
keaktifan dan hasil belajar siswa, guru juga harus memiliki teknik pembelajaran
agar siswa tidak mudah lupa terhadap apa yang telah dipelajari. Tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap siswa pasti kesulitan dalam mengingat materi pelajaran
yang telah dipelajari ini disebabkan karena banyaknya materi pelajaran yang harus
diingat siswa. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali suatu
pengalaman merupakan bagian yang sangat penting karena pengetahuan dibentuk
berdasarkan interaksi ingatan – ingatan yang terbentuk melalui
pengalaman-pengalaman tersebut. Sudah jelas bahwa tidak ada pembelajaran tanpa ingatan,
oleh sebab itu diperlukan sedikit pengetahuan mengenai bagaimana ingatan
bekerja dan bagaimana cara meningkatkannya sehingga dapat memberikan
manfaat yang optimal dalam kegiatan pembelajaran.
Peningkatan kualitas tenaga pendidik IPS untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran bagi peserta didik sekolah, merupakan prioritas yang harus
diperhatikan secara serius. Diakui atau tidak, masih ada kecendrungan guru dalam
pembelajaran IPS tidak menggunakan media pembelajaran pembelajaran tidak
berpusat pada peserta didik. Hal ini disamping disebabkan oleh masih kurangnya
fasilitas (sarana) belajar IPS, juga didorong oleh rendahnya pemahaman dan
pengalaman guru tentang proses pembelajaran yang bermutu (bermakna) bagi
peserta didik, termasuk didalamnya cara pembelajaran IPS terpadu yang efektif.
Disekolah yang kekurangan tenaga pendidik, model pembelajaran IPS terpadu,
tidak bisa terselenggara dengan baik mengingat guru kurang menguasai bahan
Rendahnya nilai IPS siswa merupakan masalah yang dihadapi dewasa ini.
Data menunjukkan bahwa keberhasilan siswa memperoleh penilaian pada mata
pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 27 Medan belum mencapai hasil yang
memuaskan. Berikut ini nilai rata-rata hasil ujian siswa pada tiga tahun terakhir
seperti Tabel 1.1 :
Tabel 1.1. Perolehan Hasil Nilai Rata-rata Siswa Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial T.A. 2010-2013
Sumber : Dokumen SMP Negeri 27 Medan
Data pada Tabel 1.1 dapat dilihat data nilai KKM ( Kriteria Ketuntasan
Minimal) dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa tidak begitu jauh. Tetapi
niali KKM dengan nilai teredah terdapat perbedaan yang sangat jauh. Nilai
tersebut merupakan hasil nilai rata-rata siswa sekolah yang mengukur pencapaian
hasil belajar berdasarkan aspek kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
kesenjangan yang signifikan antara nilai rata-rata ujian akhir semester dengan
batas ketuntasan minimal. Disamping itu, nilai hasil belajar IPS Terpadu antara
nilai tertinggi dengan nilai terendah sangat berbeda.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMP Negeri 27 Medan,
model pembelajaran yang digunakan oleh guru IPS selama ini cenderung
menggunakan metode ceramah diselingi denga Tanya jawab, diskusi dan
penugasan. Dengan metode ini siswa hanya memperoleh sejumlah informasi yang
bersumber dari guru saja. Informasi dan komunikasi yang terjadi satu arah ini
menemukan sendiri konsep-konsep IPS. Guru yang lebih banyak berbuat tanpa
memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau pengetahuan yang
dimilikinya berkaitan dengan informasi yang telah mereka peroleh dari sumber
lain dilingkungannya yang erat hubungannya dengan materi yang sedang
dipelajari. Hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam belajar dan
kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran IPS.
Dalam proses pembelajaran akan ditemui masalah-masalah tersebut,
dimana sering kali ditemui seorang guru memperhatikan variasi dalam
memberikan materi yang akan diberikan kepada siswa, sehingga pelajaran
tersebut kurang atau tidak mampu diserap dan siswa akan cenderung labih cepat
jenuh. Berdasarkan data yang diperoleh di SMP Negeri 27 Medan, terlihat bahwa
terdapat kesenjangan antara harapan yang harus dicapai dengan kenyataan yang
terjadi dilapangan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut perlu diidentifikasi
faktor penyebab kesenjangan yang terjadi. Salah satu penyebab kesenjangan ini
adalah kurang variatifnya strategi pembelajaran yang digunakan dan kurangnya
pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan siswa maupun guru selama
kegiatan pembelajaran. Reigeluth (1983) mengemukakan bahwa dalam
peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat terjadi sebelum peningkatan kualitas
pembelajaran terlebih dahulu. Untuk itu perlu meningkatkan pengetahuan tentang
merancang sebuah metode atau strategi pembelajaran agar lebih efektif, efesien,
dan memiliki daya tarik. Variasi dalam pemberian materi memang sangat
dibutuhkan, untuk menghindari terjadinya maslah-masalah siswa yang
mengakibatkan siswa bosan atau merasa sia-sia di dalam belajar. Variasi didalam
Dalam pembelajaran IPS Terpadu banyak sumber yang dapat digunakan
seperti lingkungan, literatur perpustakaan, internet, dan yang lainnya tergantung
kreativitas dari guru IPS Terpadu yang melakukan pembelajaran kepada siswa.
Proses pembelajaran IPS Terpadu dapat didesain dengan memilih metode yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkan, seperti demonstrasi, model praktikum,
model kooperatif, dan metode-metode yang dikombinasikan dengan pemanfaatan
media.
Banyak terdapat model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru
dikelas. Namun perlu disadari bahwa model tersebut tidak ada yang terbaik,
karena model tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti diungkapkan
Sudjana (1989:66) bahwa setiap strategi mengajar ada keunggulan dan
kelemahan. Model yang digunakan selalu menyebabkan kebosanan siswa yang
berakibat rendahnya hasil belajar. Untuk mengurangi atau bahkan menghindari
model belajar yang monoton diupayakan berbagai model pembelajaran yang lebih
efektif dalam menciptakan kemunikasi yang multi arah.
Untuk mencari pemecahan dari permasalahan ini dapat dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah dengan membawa siswa pada suasana belajar yang lebih variatif
pada saat pembelajaran berlangsung. Suasana belajar ini dapat dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran classwide peer tutoring (teman sebaya) dan
model pembelajaran berbasis masalah (PBM) diharapkan siswa tidak hanya
menghafal dan mengingat fakta-fakta IPS, tetapi diupayakan untuk aktif dalam
membahas suatu masalah dalam suatu diskusi dengan tujuan siswa dapat
dihadapi dilingkungannya. Salah satu masalah yang di bahas dalam pembelajaran
IPS yang dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata yang dihadapai
dilingkungan yaitu masalah kelangkaan.
Model pembelajaran teman sebaya merupakan salah satu model
pembelajaran berpasangan dikenal dengan istilah PMII (peer mediated instruction
and intervention) dimana siswa dipasangkan oleh guru dan siswa bertindak
sebagai guru. Model pembelajaran ini yang melibatkan dua orang siswa untuk
saling menyampaikan materi, mengharuskan siswa berperan sebagai tutor dan
tutee secara bergantian selama sesi tutoring , Tutor bertugas untuk menyajikan
masalah dan tutee merespon secara lisan atau tertulis. Model pembelajaran teman
sebaya juga mampu memperbaiki sikap siswa dalam proses pembelajaran karena
pada sesi tutoring, siswa dituntut untuk aktif baik berlaku sebagai tutor maupun
tutee secara bergantian. Pemilihan model pembelajaran teman sebaya melibatkan
siswa secara aktif didalam kelas dengan memberdayakan potensi yang
dimilikinya. Adanya peran siswa untuk menjadi tutor dan tutte secara bergantian
telah menjadikan motivasi siswa semakin tinggi untuk menguasai pelajaran.
Tuntutan peran rnenjadi tutor bagi temannya sendiri lebih mampu mengarahkan
siswa untuk menemukan ide-ide pokok materi, kemudian mengkomunikasikannya
kepada teman sebaya dengan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh kedua belah
pihak. Kemampuan menyampaikan gagasan kepada teman juga turut
meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri, serta adanya perhatian terhadap
pelajaran yang terus-menerus selama proses pembelajaran selain itu siswa yang
berperan sebagai tutor juga dituntut mampu melakukan evaluasi terhadap teman
mengajarkannya kepada orang lain akan menjadikan materi lebih dikuasai.
Adanya peran siswa untuk menjadi tutor bagi temannya sendiri menuntut
kesiapan siswa untuk lebih menguasai materi. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini guru juga menugaskan siswa untuk belajar di rumah sebagai persiapan untuk
proses pembelajaran yang akan datang secara keseluruhan. Model pembelajaran
teman sebaya mampu mengatasi kendala komposisi kelas yang heterogen dan
mampu membuat peserta didik lebih sukses daripada pembelajaran dengan
pendekatan teacher mediated, peserta didik yang mempunyai kekurangan dalam
belajar juga terakomodasi lebih cepat karena mereka “dipaksa” oleh teman
sebayanya untuk maju bersama. Melalui model pembelajaran teman sebaya siswa
akan dilatih untuk bersikap jujur, melatih keterampilan sosial serta melatih
keterampilan akademisnya selain itu keunggulan lain dari model ini, siswa akan
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memahamkan materi kepada
temannya melalui itu pula akan timbul rasa percaya diri siswa. Dari berbagai
pemaparan tersebut maka dapat dirangkum bahwa model pembelajaran teman
sebaya adalah model pembelajaran berpasangan dimana siswa dipasangkan satu –
satu ada yang berperan sebagai tutor dan tutee secara bergantian sehingga model
pembelajaran ini akan membuat siswa lebih aktif didalam proses pembelajaran
serta untuk melatih keterampilan sosial, kejujuran, kemandirian dan akademis.
Sedangkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan
simulasi masalah yang dapat digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa
sebelum mulai mempelajari suatu objek, sehingga siswa mampu berpikir secara
kritis serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan sumber-sumber
yang menuntut siswa untuk belajar mandiri secara individu maupun kelompok
dalam memecahkan masalah yang disajikan oleh guru. Guru berperan menyajikan
masalah dan mengajukan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah dalam kegiatan pembelajaran. Selama siswa belajar di
sekolah, siswa akan dihadapkan pada soal-soal untuk dipecahkan dan diatasi.
Tugas siswa adalah untuk mencari penyelesaian masalah tersebut dengan
pengalaman-pengalaman di sekolah yang dirancang oleh guru. Setelah tamat
pendidikan sekolah, siswa masih akan dihadapkan pada macam-macam persoalan
yang harus diatasi, diharapkan bahwa pengalaman di sekolah akan membantu
dalam mencari suatu penyelesaian.
Secara khusus penguasaan model pembelajaran bahwa guru harus
menekankan supaya peserta didik lebih aktif, mencari pengetahuan oleh siswa
secara mandiri dengan pertimbangan kemampuan siswa. Pembelajaran adalah
bagaimana pendidik membantu mengembangkan seluruh kompetensi yang
dimiliki peserta didik, menciptakan kreativitas daya saing dan bukan hanya
menstransfer ilmu. Selain itu faktor penting penentu keberhasilan belajar dalam
menggunakan model pembelajaran adalah kemandirian belajar.
Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri
kepada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri
dalam belajar, bersikap, berbangsa maupun bernegara (Abu Ahmadi dan Nur
Uhbiyati, 1990:13). Kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang
mandiri tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung
jawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan
mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam
pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran.
Karakteristik kemandirian belajar siswa yang diukur adalah kemandirian belajar
tinggi dan kemandirian belajar rendah.
Kemandirian belajar tinggi merupakan kondisi aktifitas belajar yang
mandiri tidak bergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta
bertanggungjawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya, mengontrol
sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya
merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan juga mau
aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan kemandirian belajar rendah
merupakan keterbalikan dari kemandiran belajar tinggi, siswa yang memiliki
kemandirian belajar rendah tidak memilik inisiatif, tidak memiliki rasa
tanggungjawab dalam belajar, tidak memiliki rasa percaya diri dan bersifat
tertutup.
Agar hasil belajar dapat mendekati atau sesuai dengan tujuan
pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Hasil belajar peserta didik adalah variable yang tidak
dapat dimanipulasi tetapi merupakan salah satu kondisi pembelajaran yang harus
dijadikan pijakan dalam memilih dan mengembangkan proses pembelajaran agar
lebih sesuai dan memudahkan peserta didik untuk belajar. Karakteristik peserta
didik dalam hal ini adalah kemandirian belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas menjadi dasar penulis untuk
membuat penelitian pada kajian model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi
penelitian” Pengaruh Model Pembelajaran Classwide Peer Tutoring (Teman
Sebaya) dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan
Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMP
Negeri 27 Medan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan diantaranya: (1) Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan
selama ini? (2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar IPS
Terpadu siswa? (3) Apakah penggunaan model pembelajaran yang berbeda akan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar IPS Tepadu siswa? (4)
Apakah model pembelajaran yang digunakan dapat berlangsung dengan efektif
dan optimal sehingga dapat menciptakan suasana yang menggembirakan bagi
siswa? (5) Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
hasil belajar IPS Terpadu siswa? (6) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar
siswa dengan model pembelajaran teman sebaya dengan model pembelajaran
berbasis masalah? (7) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran
dengan kemandirian belajar siswa dalam mempengaruhi hasil belajar?
C. Pembatasan Masalah
Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada
masalah model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran adalah
model pembelajaranteman sebaya dengan model pembelajaran berbasis masalah.
Kemadirian belajar yang terbagi menjadi dua yaitu kemandirian belajar tinggi
genap SMP Negeri 27 Medan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
aspek kognitif yang dibatasi aspek pengetahuan (C1), Pemahaman (C2),
Penerapan (C3), Aplikasi (C4), Analisis (C5) Sintesis, (C6) Evaluasi.
Lokasi penelitian ini dibatasi hanya di SMP Negeri 27 Medan. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VII, yang dibatasi pada kognitif mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas yaitu
model pembelajaran teman sebaya dengan model pembelajaran berbasis masalah
sedangkanvariabel terikatnya adalah hasil belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
yang diperoleh dari tes hasil belajar variabel moderatornya adalah kemandirian
belajar yaitu kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah yang
diperolah dari hasil angket siswa.
D. Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial antara siswa
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teman
sebaya?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial antara
siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi dengan siswa yang memiliki
kemandirian belajar rendah ?
3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara penggunaan model
pembelajaran teman sebaya dan model pembelajaran berbasis masalah
terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ?
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki
kemandirian belajar tinggi dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar
rendah terhadap hasil belajar belajar Ilmu Pengerahuan Sosial.
3. Untuk mengetahui interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan
kemandirian belajar terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
F. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat praktis dan teoritis yang dapat diambil dari hasil
penelitian ini, yaitu :
1. Manfaat Teoritis.
a. Sebagai bahan kajian lebih lanjut, dan referensi untuk penelitian lebih
lanjut.
b. Dapat menambah khazanah ilmu tentang Penggunaan model
pembelajaran, kemandirian dan hasil belajar siswa khususnya mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, mendorong para siswa untuk mengembangkan potensi yang
b. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru dan kepala sekolah untuk
mengoptimalkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran untuk
mencapai hasil yang maksimal.
c. Bagi sekolah, sebagai masukan dan dapat dikembangkan untuk mata
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran teman sebaya.
2. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi lebih tinggi dari pada hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah.
B.Implikasi
Pertama, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya
pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan sosial.Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Ini dapat dipahami karena melalui penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya dapat menggiring keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian konsekuensinya apabila model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran, maka tentu akan berakibat berkurang pula partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil belajar IPS lebih tinggi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dari pada model pembelajaran teman sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPS, karena dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan upaya dalam menyelesaikan masalah, dimana model pembelajaran berbasis masalah berusaha mengubah suasana kelas secara total dan berusaha memadukan permasalahan nyata yang terjadi disekitar lingkungan hidup sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan dengan daya ingat yang kuat.
pembelajaran berbasis masalah diharapkan guru dapat membangkitkan dan memotivasi keterlibatan dan partisipasi aktif siswa terhadap pembelajaran IPS dan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan efektif dalam mecapai tujuan pembelajaran.
Kedua, hasil menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa berpengaruh
terhadap hasil belajar IPS. Siswa dengan kemandirian belajar tinggi secara rata-rata lebih tinggi atau unggul di bandikang dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah. Pernyataan ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa kemandirian belajar tinggi signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Siswa dengan kemandirian belajar tinggi akan selalu berusaha memecahkan setiap persoalan yang diberikanoleh guru, siswa dengan kemandirian belajar tinggi tidak gampang menyerah selalu berusaha menyelesaikan atau menemukan jalan dalam memecahkan masalah-masalah belajar.
Ketiga, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat interaksi model
bagi siswa dengan kemandirian belajar tinggi, sedangkan model pembelajaran teman sebaya lebih tepat digunakan bagi siswa dengan kemandirian belajar rendah.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar IPS dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan kemandirian belajar siswa. Dalam hal ini antara guru dan siswa mempunyai peranan yang sama dan berarti dalam meningkatkan hasil belajar IPS itu sendiri, sehingga dengan demikian untuk mencapai hasil belajar yang maksimal maka kedua variable tersebut yaitu model pembelajaran dan kemandirian belajar.
Konsekuensi logis dari interaksi model pembelajaran dan kemandirian belajar berimplikasi kepada guru dan siswa. Untuk guru, agar dapat memahami dan tentunya melaksanakan dengan baik model pembelajaran di kelas karena melalui penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar, sedangkan untuk siswa agar selalu berupaya mengembangkan kemandirian belajar dengan membuka diri dan wawasan dalam belajar.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:
2. Disarankan kepada guru agar memperhatikan karakteristik siswa khsusnya kemandirian belajar yang dimiliki siswa sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.
3. Disarankan kepada pihak pengambil kebijakan dilingkungan SMP Negeri 27 Medan untuk mengadakan pelatihan bagi guru-guru tentang penggunaan model pembelajaran yang tepat dan dapat dijadikan alternative dalam menyampaikan materi melalui (MGMP) musyawarah guru mata pelajaran, untuk pembelajaran IPS yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amir,M.T. (2009). InovasiPendidikanMelalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana.
Anton, Sukarno (1989). Ciri-ciriKemandirianBelajar. Jakarta: KencanaPrenada Media.
Arends,R. (1989). Learning to Teacgh, New York: Me Graw Hill Book Company.
Barrows, H.s., and Tamblyn, R (1980) .Problem-based-learning: An Approach to Medical Education. New York: Springer.
Bloom,B.S (1984) Taxonomy of Education Objektives. New York:Longman. Inc.
Brookfield, Stephen (2000). Understanding and Facilitating Adult Learning.Josey Bass
Publisher: San Fransisco.
Bruner,J.S. (1960). The Process of education. London: Harvard University Press.
Boud, D., &Feletti, G. (1997).The challenge of problem-based-learning. London: Kogan Page
BowoSugiarto (2009) mengenai Mengoptimalkan Minat, Keaktifan Berkomunikasi, Keterampilan Metakognitif, Dan Penguasaan Konsep Dengan Classwide Peer
Tutoring (Cwpt) Pada Pembelajaran Biologi Siswa SMA.
((jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan.Diakses 12 desember 2014).
Chotimah, H dan Dwitasari Yuyun.(2009). Strategi-strategi Pembelajaran Untuk Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang
Depdikbud.(2002). Model-Model Pembelajaran Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. PGSM.
Depdiknas.(2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dimyati&Mudjiono, (2006).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: RinekaCipta.
DimyatidanMudjiono.(1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.
Djamarah.(2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.
Dupaul, George. 700I. Class-Wide Peer Tutoring Infonnation Center For Families: Center for Effective Colaborqtion and Practice. (online) (http:/cecp.aforg/fumi
diakses 12 Desember 2014).
Edgen,P., Kauchak, D., Harder,R. (1979). Strategies for Teachers: Information
Processing Models in the Classroom. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.
Evi Noor Hidayah(2012) mengenai Penerapan Model Pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (Cwpt) Disertai Media Cergam Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X 7 Sma Negeri 2
Sukoharjo.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses 12 desember
2014)
Gagne, R.M. (1975). Essentials of Learning for Instructions. Illinois: The Dryden Press.
Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruktion. New York: Holt Rinehart and Winston.
Greenwood, C. R., Terry, B., Arreaga-Mayer, C., &Finniey, D. (1992).The ClassWide Peer Tutoring Program: Implementation factors that moderate students'
achievemnent. Journal of Applied Behavior Analysis, 25, 101-116diakses 23
desember 2014..
Greenwood, Meyer, & Terry. (2001). ”ClassWide Peer Tutoring Learning Management
System”. Journal of Remedial and Special Education. Vol. 22, No. 1, pp.
34-47.diakses 23 desember 2014..
Ida, Farida Achmad (2008). Pengaruh Kemandirian Belajar dan Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Sisiwa Kelas X SMK Negeri 7 Yogjakarta
Tahun Ajaran 2007/2008.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses
12 desember 2014
Hall, Tr-acey 1ggg.Peer Mediated Intruction And Intervention (online)
(lrttp:/hvlvw.ca$!.org/publications/ncac/ncacJeermii.html,diakses 12
Desember 2014).
HerniBudiati (2009) mengenai penerapan model pembelajaran peer mediated instruction and intervention (PMII) tipe- classwide peer tutoring (CWPT) dan tekni kevaluasi index card match untuk meningkatkankualitas proses dan hasil
pembelajaran biologi Kelas VII SMP Negeri 22
Surakarta.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses 12 desember
2014).
Isjoni.(2009). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jacob Utomo. (1990). Membangun Harga Diri Jakarta: Gramedia. P. 108
Johnson & Johnson. (1994) Cooperatif Learning in The Classroom. Virginia, Assciation for Supervision and Curriculum Development.
Joyce,B., Well.M. Calhoun, E (2000). Model of Teaching. London: Allyn and Bacon.
Lie,A. (2002) Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.
Maslow, Abraham H. “A Theory of Human Motivation”. Psychological Review, 50 :
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Morgan,dkk (2010). Pengertian Belajar.http://kuliah
psikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar (10 Desember 2014).
Muktadin,Zainun. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada
Remaja.http//www.e-psikologi.com.
MuhibbinSyah (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya,
Nobel, Michele McMahon. (2005). Effect of Classwide Peer Tutoring in The Acquisition, Maintenance, and Generalization of Science Vocabulary Words for Seventh
Grade Students with Learning Disabilities and/or Low Achivement.
Dissertation.The Ohio University.
Nurhadi, dkk.(2004). Kontekstual dan Penarapannya dalam KBK. Malang:
UniversitasNegeri Malang: unim press.
Nur,M. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis
medalam pengajaran. Surabaya: Universitas negeri Surabaya.
Purwanto, Ngalin. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. RemajaKarya
Peter, jarvis (2001).Prinsip-Prinsip dan Dasar-dasar Keterampilan Berprofesi. Bandung: Alfabeta.
Purwanti, Desy.(2011). “Penggunaan Metode Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) disertai Modul Hasil Penelitian untuk Meningkatkan Keaktifan Berkomunikasi pada Pokok Bahasan Limbah SiswaKelas X.5 SMA Al Islam 1 Surakarta”.Skripsi
Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.(jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan. Diakses 12 desember
2014).
Reigeluth, Charles M. and Carr-Chellman, Alison A (2009).Instructional-Design
Theories and Models. New York, London: Routledge Taylor and Francis,
Publishers.
Reigeluth, Charles M. (ed) (1983) ,Instructional Design, Theories and Models: An
Overview of Their Current Status. New Jersay: Lawrence and Erlbaum
Associates Publishers.
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.
Silberman, M.L. 2001.Active Learning.Terjemahan oleh Sarjuli, Ammar, A., Suhisno, Ahmad,Z.A,, Muqowinr Yogyakarta: YI\PPENDIS.
Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar Untuk Pengejaran. Jakarta: FakultasEkonomi UI.
Sutrisno, Hadi (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Suyitno.(2004). Belajardan Pembelajaran.Jakarta : Media Utama.
Sosilowati, Desi (2009). Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Kemampuan
Matematika Siswa. Yogyakarta UNY.
Sugiyanto.(2009). Model-Model Pembelajaran inovatif. Surakarta :Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.
Soekamto&Winatapura.(2010). Prinsip Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : UT
Slavin, R. E. (1992).Cooperative Learning. USA: Allyn and Bacon.
Thoha.M. (1996).Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raya GrafindoPersada.
Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progressif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wright, J.E: & Cavanaugh, R.A. (1995). Somostodosayudantes y estudiantes: ADemosnhation of A Classwide Peer Tutoring Plogram in A Modified Spanish Class for Secondary Students Identified as Leaming Disabled or Academically
at-risk Education and Trlatment of Chiltu'en,18(1):