• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 1100570 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEJ 1100570 Chapter3"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Wita Yulistia, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai metode penelitian yang dijabarkan dalam beberapa subbagian seperti lokasi penelitian, subjek penelitian, desain dan metode penelitian serta fokus dan instrumen penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan, penggalian dan pengolahan data serta bertujuan untuk menentukan dan memecahkan permasalahan yang ada, sehingga pada akhirnya menemukan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan dalam sebuah ilmu pengetahuan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lembang yang berlokasi di Jalan Maribaya nomor 68, Kabupaten Bandung Barat dengan guru mata pelajaran sejarah adalah Bapak Iwan Setiawan S.Pd, yang sekaligus sebagai guru mitra/kolaborator dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI IIS 4 SMAN 1 Lembang yang berjumlah 31 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Alasan peneliti menggunakan kelas tersebut menjadi subjek penelitian karena berdasarkan observasi prapenelitian dan hasil wawancara dengan guru mitra, diperoleh gambaran bahwa siswa kelas XI IIS 4 cenderung belum memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam pembelajaran sejarah. Sehingga peneliti berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 1 Lembang.

B. Desain Penelitian

(2)

terdiri atas satu tindakan, hal tersebut sesuai dengan solusi yang akan dikembangkan sebagai pemecahan masalah dalam penelitian yang dilakukan. Berikut adalah desain PTK Kemmis dan Mc Tagart :

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc. Taggart (Sumber : Wiriaatmadja, 2008, hlm. 66)

Berikut penjelasan mengenai empat tahapan model Kemmis dan Mc Taggart pada penelitian tindakan kelas menurut Wiriaatmajda (2008, hlm. 66-68):

1. Perencanaan (planning)

Tahap perencanaan merupakan kegiatan awal yang dilakukan dalam tahap penelitian tindakan kelas. Pada tahapan ini, peneliti menentukan objek penelitian, waktu pelaksanaan penelitian, tempat penelitian, orang yang akan melaksanakan tindakan kelas dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan kelas. Selain itu peneliti pun mengidentifikasi permasalahan yang mucul di dalam kelas, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan. Dalam tahap perencanaan tersebut di dalamnya terdapat penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pemilihan media dan materi yang akan dikembangkan, serta menentukan instrumen penelitian yang akan digunakan. 2. Pelaksanaan Tindakan (action)

(3)

Wita Yulistia, 2015

kelas. Dalam hal ini peneliti harus berusaha konsisten dan menaati apa yang telah dirumuskan dalam rancangan, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar singkron dengan maksud semula. Penelitian ini dilakukan atas dasar pertimbangan empiris dan teoritis, agar harapan akhir dari penelitian tindakan kelas ini dapat diperoleh yakni berupa peningkatan kemampuan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah.

3. Pengamatan (observation)

Pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas dari tindakan yang diberikan. Dalam hal ini peneliti mencatat setiap proses pembelajaran agar dapat dijadikan pertimbangan. Pengamatan ini dipergunakan sebagai teknik pengumpulan data.

4. Refleksi (reflect)

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh peneliti yang terkait dengan suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) ditentukan.

Jumlah siklus pada penelitian ini tergantung pada tingkat ketercapaian hasil penerapan teknik student facilitator and explaining untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Penelitian ini diakhiri apabila sudah tidak ditemukan lagi permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan penerapan teknik pembelajaran di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 1 Lembang, atau hingga data berada pada titik stabil (jenuh) dan dimungkinkan tidak akan mengalami peningkatan kembali.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sukmadinata (2006, hlm. 52) merupakan

“rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi -asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan

isu-isu yang dihadapi.” Sedangkan menurut Hatimah (2010, hlm. 95) metode

(4)

penelitan dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencari jawaban

terhadap suatu masalah.”

Berdasarkan dua pendapat diatas serta kajian dari permasalahan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Alasan pemilihan metode PTK dalam penelitian ini, karena PTK merupakan sebuah penelitian yang dilakukan secara sistematis, logis, dan terarah baik untuk memecahkan permasalahan, memperbaiki kondisi serta kualitas dalam proses pembelajaran. Melalui penelitian tindakan kelas, dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di kelas, sehingga kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

Tujuan penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah. Selain alasan tersebut, berdasarkan karakteristik PTK yaitu; 1) masalah berawal dari ruang kelas, 2) tujuannya untuk memperbaiki pembelajaran, 3) teknik utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, 4) fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, maka dari karakteristik tersebut terlihat, penggunaan metode PTK sangat sesuai untuk dijadikan sebagai fondasi dalam penelitian ini.

Menurut Sudikin dan Suranto (2002, hlm. 16) “penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional.” Adapun menurut Sanjaya (2009, hlm. 26) “penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut”. Pendapat lain mengenai metode penelitian tindakan dikemukakan oleh Ernest T. Stringer (dalam Kesuma, 2013, hlm. 3)

“penelitian tindakan kelas ditampilkan dalam sebuah siklus proses penelitian

(5)

Wita Yulistia, 2015

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik benang merah bahwa penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah di kelas yang bersifat reflektif yang ditampilkan dalam sebuah siklus penelitian berulang dengan tindakan-tindakan tertentu guna memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

D. Fokus Penelitian

Pada bab dua telah dibahas mengenai teknik SFAE dan kemampuan berkomunikasi, dalam pembahasan tersebut masih bersifat general belum menggambarkan secara rinci mengenai titik fokus penelitian. Sehingga, peniliti secara lebih spesifik perlu menentukan aspek-aspek apa saja dari teknik SFAE dan kemampuan berkomunikasi yang akan dikembangkan menjadi fokus penelitian. Berikut akan dijelaskan mengenai fokus peneltian/kajian yang digunakan dalam penelitian kali ini.

1. Teknik Student Facilitator and Explaining(SFAE)

“Teknik student facilitator and explaining merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.” (Trianto (2007, hlm. 52). Dalam penelitian ini teknik student facilitator and explaining yang dimaksud merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka oleh guru, kemudian memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada siswa lainnya, dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa.

Tahapan-tahapan teknik student facilitator and explaining yang digunakan dalam penelitian kali ini merujuk pada pendapat Huda (2013, hlm. 228-229) yakni sebagai berikut:

a. guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai,

b. guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran,

c. guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran atau acak,

d. guru menyimpulkan ide atau pendapat siswa,

(6)

Dari tahapan-tahapan di atas dapat dinyatakan bahwa kegiatan dalam teknik SFAE diawali dengan kegiatan guru menerangkan materi secara garis besar, kemudian siswa diajak untuk mengemukakan ide/gagasan serta menanggapi pendapat siswa lainnya secara berkelompok, pada akhirnya guru memberikan kesimpulan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan diberikannya kebebasan pada siswa dalam mengemukaan ide/gagasan, akan menstimulus terjadinya komunikasi yang efektif antarsiswa, sehingga proses pembelajaran yang dilakukan menjadi optimal.

2. Kemampuan Berkomunikasi

Proses komunikasi antar manusia terjadi jika adanya interaksi seorang penyampai pesan (komunikator) dengan seorang penerima pesan (komunikan) melalui media tertentu sehingga terjadi sebuah interaksi yang mendalam dan timbul pengertian.

Proses komunikasi dalam penelitian ini berhubungan dengan proses belajar-menagajar di kelas. Komunikasi yang dimaksud didefinisikan sebagai salah satu keterampilan yang berkaitan dengan kemampuan siswa (komunikator) dalam menyampaikan ide/gagasan secara tepat dan jelas. Proses komunikasi tersebut terjalin baik komunikasi antar dua orang, komunikasi dalam kelompok serta komunikasi publik yang nantinya ditujukan di depan kelas. Dalam pengolahan pesan yang disampaikan komunikator, siswa lainnya bertugas menyimak dan diperkenankan untuk bertanya, menyanggah, ataupun berkomentar.

Stiggins (dalam Setiawati, 2011, hlm. 25) menyatakan bahwa, terdapat beberapa kriteria atau aspek bekomunikasi yang dapat diamati atau dinilai saat proses pembelajaran, terutama saat diskusi berlangsung.

(7)

Wita Yulistia, 2015

Kemudian Johnson (Supratiknya, 1995, hlm. 10-11) mengungkapkan untuk mampu mengembangkan dan memelihara komunikasi yang akrab, hangat, dan produktif perlu adanya beberapa keterampilan berkomunikasi, beberapa keterampilan dasar komunikasi tersebut diantaranya:

‘Pertama, kita harus mampu saling memahami. Secara rinci, kemampu ini

mencakup beberapa subkemampuan, yaitu sikap percaya, pembukaan diri, keinsafan diri dan penerimaan diri. Kedua, kita harus mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita dengan jelas. Ketiga, kita harus saling mampu menerima dan saling memberikan dukungan atau saling menolong. Keempat, kita harus mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lain, melalui cara-cara

yang konstruktif.’

Dari kedua uraian di atas maka peneliti menentukan indikator kemampuan berkomunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu:

1. keberanian menyampaikan ide/ gagasan sesuai topik,

2. informasi yang diberikan jelas dan dapat dimengerti oleh komunikan, 3. menyimak dengan baik ketika siswa lain sedang berpendapat,

4. tidak takut untuk menentukan sikap dan mempertahankannya, serta 5. memiliki keberanian bertanya sesuai topik.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian diperlukan instrumen penelitian dan teknik pengumpul data yang akan digunakan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam proses pengumpulan data. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan catatan lapangan. Sedangkan teknik yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

1. Instrumen Penelitian

(8)

dijadikan sebagai sumber data yang diperoleh, data yang didapat tersebut bersifat penting dalam satuan penelitian.”

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi selama melakukan kegiatan penelitian. Fungsi dari instrumen penelitian ialah dipergunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang diuji cobakan. Adapun instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Pedoman Observasi

Pedoman observasi/pengamatan menurut Supardi (2014, hlm. 127) merupakan “instrumen atau perangkat pengumpulan data yang digunakan untuk memotret aktivitas guru dan siswa di kelas, baik sebelum penelitian maupun selama pelaksanaan tindakan.” Peneliti menggunakan pedoman observasi dalam penelitian ini ialah untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan siswa maupun guru selama pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan teknik SFAE. Alasan memilih lembar observasi karena memudahkan peneliti dalam mendeskripsikan hasil penelitian dan penelitian ini bersifat kualitatif sehingga data yang digunakan dari hasil lembar observasi cocok digunakan dalam penelitian, karena peneliti secara langsung mengamati kegiatan proses belajar mengajar di kelas.

b. Catatan Lapangan

Lembar catatan lapangan adalah rekaman kejadian yang dilakukan oleh kolabolator atau teman sejawat maupun peneliti sendiri untuk menuliskan hal-hal yang belum terekam melalui lembar observasi. Menurut Kunandar (2008, hlm. 197) menjelaska bahwa catatan lapangan adalah:

“catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan beberapa aspek lainnya dapat dicatat sebagai catatan lapangan dan akan digunakan sebagai sumber PTK.”

(9)

Wita Yulistia, 2015

catatan lapangan bertujuan untuk melihat adanya pengembangan terhadap penelitian tersebut. Catatan lapangan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan selanjutnya.

c. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui lebih lanjut terhadap data-data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data lainnya. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa dan guru mitra mengenai pembelajaran yang selama ini dilakukan sebelum adanya penelitian dan proses tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Alasan peneliti menggunakan pedoman wawancara ini untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terutama mengenai penerapan teknik student facilitator and explaining terhadap kemampuan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah.

2. Teknik Pengumpul Data

Data adalah informasi utama untuk memberikan gambaran selama kegiatan penelitian. Untuk mengumpulkan data, peneliti perlu menentukan teknik apa yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Sugiyono (2012, hlm. 224) bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam penelitian karena tanpa menentukan teknik mengumpulkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Berdasarkan tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti diantaranya:

a. Observasi

(10)

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian, teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Menurut Hopkins dalam (Wiriaatmadja, 2008, hlm 117)

“wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala sekolah, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang tua siswa, dan lain-lain.” Sedangkan menurut, Sanjaya

(2009, hlm. 96) “wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan

menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media

tertentu.” Dari kedua pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa wawancara ialah

suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan langsung atau melalui media dengan menggunakan bahasa lisan secara baik.

Dengan wawancara ini maka peneliti bisa mengumpulkan berbagai tanggapan yang dirasakan setiap individu ketika proses penelitian berlangsung, sehingga peneliti bisa mengetahui informasi lebih banyak. Adapun jenis wawancara, terdiri atas wawancara terencana dan tidak terencana.

c. Studi Dokumentasi

“Studi dokumentasi ialah suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar, maupun elektronik” (Sukmadinata, 2009, hlm. 221). Sedangkan menurut Margono dalam (Zuriah, 2006, hlm 181) “studi dokumentasi adalah cara

mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis yang berhubungan dengan

penelitian.” Dari kedua pendapat tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa studi

dokumentasi ialah pengumpulan informasi yang digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang berkaitan dengan suasana yang terjadi di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung dan penelitian tindakan kelas dilaksanakan.

F. Pengolahan dan Validasi Data

(11)

Wita Yulistia, 2015

1. Pengolahan Data

Setelah data diperoleh peneliti melalui teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data. Pengolahan data pada penelitian ini dibedakan ke dalam dua jenis data yakni pengolahan data kualitatif dan data kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan untuk mengukur peningkatan kemampuan berkomunikasi siswa berdasarkan presentase yang didapatkan. Adapun penjelasan peneliti sebagai berikut:

a. Data Kuantitatif

Arifin (2012, hlm. 191) berpendapat bahwa “Data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka-angka atau bilangan, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun diperoleh dengan jalan mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif.” Penilaian atau pengukuran didapatkan melalui penskoran yang diberikan oleh pada observer, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan teknik SFAE untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh peneliti didapatkan melalui berbagai teknik pengumpulan data misalnya wawancara dan studi dokumentasi. Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video saat berlangsungnya penelitian. Adapun teknik pengolahan data kualitatif yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012, hlm. 246) yang terdiri dari tiga komponen yaitu

“reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian kesimpulan.” 1) Tahap Reduksi Data

Komponen pertama adalah reduksi data yaitu menurut Sugiyono, (2012, hlm.

247) “tahap reduksi data mengacu pada proses seleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstraksi, dan menstransformasikan data yang

muncul dalam catatan atau transkip.” Data yang didapatkan dari lapangan cukup banyak sehingga harus dicatat secara teliti dan rinci.

2) Tahap PenyajianData

(12)

apa yang dilakukan. Penyajian data tersebut dapat berupa narasi, matriks, maupun bagan.

3) Tahap Verifikasi dan Kesimpulan

Komponen ketiga adalah menggambarkan kesimpulan dan verifikasi. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012, hlm. 248) tahap ini diartikan sebagai

“kegiatan menggambarkan kesimpulan dan verifikasi dilakukan dari awal pengumpulan data. Analisis yang dilakukan adalah mengartikan data yang

diperoleh, mencatat keteraturan, pola, penjelasan, dan konfigurasi.”

2. Validasi Data

Validasi data merupakan salah satu syarat penting dalam pelaksanaan seluruh jenis penelitian termasuk PTK. Untuk mengacu pada kredibilitas dan derajat kepercayaan penelitian maka dilakukan validitas. Kegiatan yang bisa dilakukan dalam meningkatkan validitas yaitu :

a. Triangulasi

“Triangulasi adalah memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang peneliti sendiri timbulkan dengan membandingkan dengan hasil orang

lain” (Wiriaatmadja, 2008, hlm. 168). Digunakan untuk memeriksa kebenaran

data dengan menggunakan sumber lain sehingga diperoleh derajat kepercayaan yang maksimal. Dalam proses triangulasi dilakukan secara reflektif dan kolaboratif, peneliti dan kolaborator membandingkan data yang sama dari berbagai sumber. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencari informasi yang didapatkan dari kolaborator melalui diskusi, kemudian data tersebut dibandingkan dengan hasil yang diperoleh peneliti.

b. Member Check

Member Check menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2008, hlm. 168-170)

“merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah diperoleh untuk

memeriksa kebenaran data yang telah diperoleh.” Dalam penelitian ini peneliti memeriksa kembali keterangan atau informasi data selama observasi agar terjaga kebenarannya.

c. Expert Opinion

(13)

Wita Yulistia, 2015

Gambar

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc. Taggart (Sumber : Wiriaatmadja, 2008, hlm. 66)

Referensi

Dokumen terkait

Agar dapat menentukan zona gempa yang tepat untuk mengaplikasikan dinding geser, maka harus dilakukan perhitungan gaya gempa terlebih dahulu. Karena belum adanya standar

Proses kalibrasi pada DAS Rawatamtu Ketiga metode dapat dikatakan optimal dalam memisahkan aliran dasar (debit terhitung) terhadap aliran total (debit terukur di

Materi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian yang diadakan di SMA kelas X yaitu, mengenai sub bab protista mirip hewan dengan menggunakan media

Adapun sistem program yang dibuat adalah software profile matching yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat proses matching antara profil jabatan (soft

Berdasarkan model yang terbentuk diatas dapat menjelaskan bahwa pada saat persentase tingkat partisipasi angkatan kerja kurang dari 62,53068 artinya adalah jika

pada agama, dan juga masuk d alam lapang pergerakan ko- munis , dan saya mengaku juga bahwa tambah terbukanya fikiran saya di lapang kebenaran atas perintah agama Islam itu, tidak

Sementara itu dari kawasan eropa, setelah bergerak fluktuatif, pasar saham Ero- pa berhasil ditutup menguat diawal pekan seiring kenaikan harga minyak dalam dua hari

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti menggunakan teori semiotika dari John Fiske untuk penelitian ini karena setiap level yang dipaparkan oleh