• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi mengenai simpulan hasil penelitian serta rekomendasi yang mungkin dapat dipertimbangkan baik untuk proses pembelajaran, maupun untuk penelitian selanjutnya.

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisis data pada pembahasan sebelumnya terhadap pelaksanaan penelitian tindakan kelas penerapan model van hiele di kelas VB SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat pada materi bangun ruang, dapat dibuat kesimpulan bahwa:

1. Perencanaan pembelajaran matematika materi bangun ruang dengan menerapkan model pembelajaran van hiele di kelas VB SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat disusun berdasarkan sistematika yang berlaku di sekolah, yaknimeliputi Identitas, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Model dan Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Pembelajaran (yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir), Penilaian, dan Alat, Sumber, dan Media Pembelajaran.Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model van hiele secara garis besar terdiri dari 5 tahapan, yakni informasi, orientasi langsung, penjelasan, orientasi bebas, dan integrasi. Pembelajaran dengan menerapkan model van hiele ini pada dasarnya hampir sama dengan model-model pembelajaran lainnya, yang menjadi perbedaan mendasar yakni di langkah kegiatan pembelajaran, atau orientasi langsung, di mana siswa langsung diberikan tugas untuk menelaah model bangun geometri agar dapat menggali topik yang sedang dipelajarinya lebih dalam. Selanjutnya siswa dituntut untuk aktif mengemukakan pengalamannya tentang struktur bangun yang diamati dengan bahasanya sendiri. Kemudian pada tahap orientasi bebas, siswa

80

diberikan tugas-tugas yang lebih kompleks dengan banyak cara atau penyelesaiannya untuk meningkatkan banyak koneksi.

2. Pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran van hieledapat meningkatkan aktivitas siswa. Pada kegiatan awal pembelajaran, siswa digali pengetahuan awalnya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Pada kegiatan selanjutnya siswa disibukkan dengan menelaah model bangun geometri yang diberikan, mengkomunikasikan apa yang ditemukannya, membuat koneksi atau hubungan antarbangun, menemukan serta membuktikan sebuah pernyataan. Pembelajaran dengan menerapkan model van hielemendapatkan respon yang sangat positif darisiswa. Siswa merasa pembelajaran sangat menyenangkan.Peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator dan memberikan bantuan seminimal mungkin untuk memberikan penguatan atau pun meluruskan kesalahpahaman pengetahuan geometri siswa jika terjadi.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VB SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat pada materi bangun ruang setelah menerapkan model pembelajaran van hiele meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh pada siklus I 3% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 97% siswa mendapat nilai di bawah KKM, pada siklus II siwa yang mendapat nilai di atas KKM meningkat menjadi 25% dan 75% siswa mendapatkan nilai dibawah KKM, dan hasil dari siklus III 56% siswa mendapat nilai di atas KKM dan 44% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Sedangkan apabila dilihat dari nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan, nilai rata-rata kelas pada siklus I 44.3 dengan keterangan sangat rendah, siklus II 55.156 keterangan rendah, dan siklus III 68.5 dengan keterangan sedang.

B. Rekomendasi

Dalam penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Van Hiele pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang

81

Yeni Sulistiani, 2014

untuk meningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas VB SDN 6Cibogo Kabupaten Bandung Barat, peneliti mengajukan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat untuk keberhasilan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti ataupun guru lain, diantaranya sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Dalam proses pembelajaran siswa dituntut harus lebih aktif dan fokus. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan.Kemampuan analisis dalam memahami dan memecahkan masalah yang diberikan pun dapat meningkat. Jika ada yang belum dipahami siswa harus lebih dimotivasi untuk belajar lebih giat dan bertanya agar guru mengetahui apa yang menjadi kesulitan siswa dalam belajar. Sehingga hal-hal tersebut dapat dipertimbangkan oleh guru untuk perbaikan proses pembelajaran ke depannya.

2. Bagi Guru

Tidak banyak guru yang mengetahui dan menggunakan model pembelajaran van hiele ini.Padahal fase pembelajaran van hiele sudah memiliki bidang kajian dan teorinya tersendiri, yakni tentang geometri yang diungkap oleh oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof.Model pembelajaran ini dapat dipertimbangkan dan dipilih guru dalam mengajarkan geometri karena memang model ini khusus untuk pembelajaran geometri dan mempertimbangkan tahap perkembangan geometri siswa. Selain itu, dengan model pembelajaran van hiele ini, siswa dapat mengembangkan kemampuan analisis, koneksi, komunikasi di mana ada dalam langkah fase pembelajarannya siswa dituntut untuk membuat hubungan antar bangun dan mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran van hiele, meskipun sebenarnya sudah banyak penelitian yang berhasil dengan menerapkan model pembelajaran van hiele.Namun

82

yang harus digaris bawahi, model pembelajaran van hiele dapat dicoba dalam penelitian tindakan kelas untuk sifat-sifat materi bangun ruang dan bangun datar.Selain itu, penelitian dengan menerapkan model pembelajaran van hiele dapat dilakukan bukan hanya untuk meningkatkan hasil belajar, melainkan juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan koneksi, berpikir analisis, representasi, ataupun kemampuan komunikasi siswa.

Hal lain yang dapat dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya adalah mengenai bagaimana caranya mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, khususnya di Sekolah Dasar, karena sangat jarang guru mengajarkan atau memberikan soal-soal pemecahan masalah matematis. Sehingga siswa tidak terbiasa dengan soal-soal tersebut, dan dikarenakan soal-soal pemecahan masalah matematis merupakan soal-soal yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga lebih sulit dan rumit, jadi tidak semua siswa SD bisa. Sedangkan apabila kita melihat tujuan mata pelajaran Matematika dalam Kurikulum, salah satu aspek capaian kompetensi matematika adalah pemecahan masalah, sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SD itu penting.

83 Yeni Sulistiani, 2014

Dokumen terkait