• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 6 CIBOGO KABUPATEN BANDUNG BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 6 CIBOGO KABUPATEN BANDUNG BARAT."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 6 CIBOGO

KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagianSyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan Program StudiPendidikan Guru SekolahDasar

Oleh YeniSulistiani

1003480

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014

(2)

Penerapan Model Van

HieleuntukMeningkatkanKemampuanPemecahanMasalahMatematisMateriBan

gunRuangSiswaKelas V SekolahDasarNegeri 6 CibogoKabupaten Bandung Barat

OlehYeniSulistiani

Sebuahskripsi yang

diajukanuntukmemenuhisebagiandarisyaratmemperolehgelarSarjanaPendidikan Program StudiPendidikan Guru SekolahDasar

© YeniSulistiani 2014 UniversitasPendidikan Indonesia

(3)

(4)
(5)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR TABEL ... xi DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Hipotesis Tindakan ... Error! Bookmark not defined. F. Penjelasan Istilah ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Pembelajaran Matematika Anak Usia Sekolah Dasar ... Error! Bookmark not defined.

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2. Belajar Menurut Psikologi Kognitif Anak-anak .... Error! Bookmark not defined.

(6)

vii

Yeni Sulistiani, 2014

C. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... Error! Bookmark not defined.

D. Bangun Ruang ... Error! Bookmark not defined. 1. Balok ... Error! Bookmark not defined. 2. Kubus ... Error! Bookmark not defined. 3. Prisma Segitiga ... Error! Bookmark not defined. 4. Limas Segiempat ... Error! Bookmark not defined. E. Hasil Penelitian yang Relevan ... Error! Bookmark not defined. F. Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODOLOGI PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

A. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. G. Analisis dan Interpretasi Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. Deskripsi Data Awal Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus ... Error! Bookmark not defined. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... Error! Bookmark not defined.

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... Error! Bookmark not defined.

3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus III ... Error! Bookmark not defined.

C. Rekap Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Setiap Siklus Error! Bookmark not defined.

(7)

viii

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... Error! Bookmark not defined.

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Perencanaan Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2. Pelaksanaan Pembelajaran... Error! Bookmark not defined. 3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... Error! Bookmark not defined.

(8)

ix Yeni Sulistiani, 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Komponen Belajar... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 2 Balok ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 3 Kubus ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 4 Prisma Segitiga ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 5 Limas Segiempat ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 6 Kerangka Berpikir Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa melalui Penerapan Model Van Hiele ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 3. 1 Alur PTK Adaptasi Model Kemmis dan Mc. Taggart………..Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 1 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika Siklus I………Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 2 Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran Siklus I ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 3 Kemampuan Siswa dalam Memahami Soal Siklus I ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 4 Kemampuan Siswa dalam Mengerjakan Soal yang Diberikan . Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 5 Materi yang Dianggap Sulit untuk Dipahami Siswa ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 6 Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Siklus I ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 7 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika Siklus II .... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 8 Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran Siklus II ... Error! Bookmark not defined.

(9)

x

Gambar 4. 10 Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Siklus II ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 11 Materi yang Dianggap Sulit pada Siklus II ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 12 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika Siklus III . Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 13 Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran Siklus III.. Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 14 Kemampuan Siswa dalam Memahami Soal Siklus III ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 15 Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Siklus III ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 16 Peningkatan Nilai RPP dari Setiap Siklus .... Error! Bookmark not defined.

(10)

xi Yeni Sulistiani, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3. 1 Skala Ketuntasan

Belajar………..Error! Bookmark not defined.

Tabel 3. 2 Tabel Interpretasi Skor Gain Ternomalisasi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3. 3 Kriteria Penentuan Tingkat Kemampuan Siswa Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 1 Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siklus I………....Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siklus II ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siklus III ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 4 Nilai RPP Setiap Siklus ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 5 Persentase Pelaksanaan Pembelajaran Setiap Siklus . Error! Bookmark not defined.

(11)
(12)

iii Yeni Sulistiani, 2014

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 6

CIBOGO KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh YeniSulistiani

1003480

Penelitianiniberkenaandenganpenerapan model pembelajaranberbasisteoriVan Hieleuntukmeningkatkankemampuanpemecahanmasalahmatematissiswapadamate ribangunruang.Penelitiandilakukan di SDN 6 CibogoKabupaten Bandung Barat.Subjekpenelitianadalahsiswakelas VB sebanyak 32 orang.Tujuandaripenelitianiniadalahuntukmengetahuibagaimanakahperencanaand anpelaksanaanpembelajarandenganmenerapkan model pembelajaranvan hielesertauntukmengetahuibagaimanakahpeningkatankemampuanpemecahanmasa lahmatematissiswakelas VB SDN 6 CibogoKabupaten Bandung Barat padamateribangunruangsetelahmenerapkan model pembelajaranvan hiele. Metodepenelitian yang digunakanadalahPenelitianTindakanKelas (PTK) dengandesainpenelitian yang dikembangkanoleh Stephen KemmisdanMc Taggart.Penelitianberlangsungtigasiklus.Teknikpengumpulan data yang digunakanadalahobservasidantes.Adapuninstrumenpenelitian yang digunakanadakahlembarobservasi, catatanlapangan, angketsiswadanteskemampuanpemecahanmasalahmatematis.Hasilpenelitiandari data yang diperoleh,hasilteskemampuanpemecahanmasalahmatematissiswasiklus Iadalah 3% siswa yang mendapatkannilai di atas KKM dan97% siswamendapatnilai di bawah KKM, padasiklus II siswa yang mendapatnilai di atas KKM meningkatmenjadi25% dan75% siswamendapatkannilaidibawah KKM, danhasildarisiklus III 56% siswamendapatnilai di atas KKM dan 44% siswa yang mendapatnilai di bawah KKM. Sedangkanapabiladilihatdarinilai rata-rata kelasmengalamikenaikan, nilai rata-rata kelaspadasiklus I 44.3, siklus II 55.156, dansiklus III 68.5. Dari data tersebutdapatdisimpulkanbahwapenerapan model van Hielepadapembelajaranmatematikamateribangunruang di kelas VB SDN 6

CibogoKabupaten Bandung Barat

dapatmeningkatkankemampuanpemecahanmasalahmatematissehinggamodel pembelajaranberbasisteori van Hieledapatdipertimbangkandandipilih guru dalammengajarkangeometri, karenadenganmenggunakanfasepembelajaran van

Hielesiswadituntutaktifuntukmenemukandanmengkomunikasikankonsep-konsepgeometri yang diperolehnyadenganmenelaah model-model bangun yang diberikan.

(13)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF VAN HIELE’S MODEL FOR IMPROVING GEOMETRY MATERIAL MATHEMATICAL PROBLEM SOLVING

ABILITY FOR FIFTH GRADERS OF SDN 6 CIBOGO WEST BANDUNG REGENCY

by YeniSulistiani

1003480

This research refers to the application of Van Hiele’stheory-based learning model for improving student’s mathematical problem solving ability in mathematics’ geometry material. Research was done at SDN 6 CibogoWest Bandung Regency. The subject of this research was the student in class 5B totaling 32 people.This research purpose to know not only how the planning and the learning implementation using Van Hiele’s learning model but also how the improvement of the student’s mathematical problem solving ability in geometry material. The methodology used in this research is Classroom Action Research (CAR) by Stephen Kemmis and Taggart model. This research done with three cycle. Techniques for collecting data were observation and test. Instrument for collecting data were observation sheets, field notes, questionnaires, and tests mathematical problem solving ability. The result of the research at first cycle is 3% of students that scored above KKM and 97% of students scored below the KKM, on the second cycle students who scored above KKM increased to 25% and 75% of students scored below the KKM, and the results of the third cycle 56% of students scored above KKM and 44% of students who scored below the KKM. The result data showed that the average for the ability of mathematical problem solving was increased at first Cycle 44.3, second cycle 55.156, and third cycle 68.5. At the end, conclusion for this research was student’s mathematical problem solving ability could be improved and student’s activity became more active in learning with Van Hiele’s learning model. The learning model by Van Hiele’s theory could be considered and used by teacher for Geometry’s.

(14)

1 Yeni Sulistiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari dan diajarkan kepada siswa sejak pendidikan dasar hingga Perguruan Tinggi untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis siswa. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 diungkapkan bahwa

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. (KTSP, 2006, hlm. 216)

Dari sisi lain National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) mengeluarkan lima standar yang harus dimiliki siswa setelah belajar matematika, yakni pemecahan masalah, pemahaman dan bukti, komunikasi, hubungan/ koneksi, dan penyajian/ representasi. Merunut pada dua hal tersebut maka Matematika diajarkan bukan hanya sekedar teori atau hafalan rumus belaka, melainkan yang lebih esensi dan kadang terlewatkan adalah bagaimana matematika dapat melatih daya analisis siswa sehingga siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang kelak dapat berguna bagi kehidupannya.

Apabila kita lihat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ada tiga aspek yang diajarkan dalam Matematika Sekolah Dasar, yakni Bilangan, Geometri dan Pengukuran serta Pengolahan Data. Geometri yang di dalamnya termasuk bangun datar dan bangun ruang sangat penting untuk dipahami oleh siswa karena itu merupakan salah satu aspek capaian kompetensi mata pelajaran Matematika.

(15)

2

ketika siswa menerima pelajaran selanjutnya. Contohnya, materi pokok perkalian akan sulit diajarkan kepada siswa jika sebelumnya dia tidak memahami materi penjumlahan atau materi sifat-sifat bangun datar akan sulit dipahami siswa ketika sebelumnya siswa tidak mengenal nama-nama bangun datar sebelumnya. Hal ini telah terbukti. Sebelum peneliti mengajarkan sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas III SDN 6 Cibogo,peneliti harus mengulas terlebih dahulu nama-nama bangun datar serta contohnya yang seharusnya sudah siswa pahami ketika dia duduk di kelas I dan II agar siswa memahami materi yang disampaikan tersebut.

Masih di lokasi yang sama, observasi lain yang dilakukan di kelas VB SDN 6 Cibogo pada akhir bulan Februari sampai dengan minggu awal Maret, lebih mengejutkan. Siswa kelas V sulit memahami materi bangun datar. Siswa memerlukan waktu 6 jam pelajaran hanya untuk mengidentifikasi sifat-sifat segitiga, yang seharusnya bisa lebih singkat dalam memahami hal tersebut dikarenakan materi sifat-sifat bangun datar sudah dipelajarinya di kelas III. Ketika evaluasi dilakukan hanya 20% siswa yang mencapai KKM, sehingga dilakukan remedial. Selain itu, ketika pemberian soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar, tidak ada satu pun siswa yang dapat mengerjakannya.

Materi bangun datar merupakan materi pra syarat siswa untuk mendapatkan materi pelajaran bangun ruang. Hal ini disebabkan karena walau bagaimana pun bangun ruang merupakan materi yang lebih kompleks dari pada bangun datar. Bangun ruang dibangun oleh beberapa bangun datar, sehingga apabila siswa sulit memahami materi bangun datar, maka dia akan lebih sulit lagi dalam memahami materi bangun ruang. Pembelajaran yang diterapkan secara konvensional berpusat pada guru tanpa penggunaan model dan media nyata membuat siswa jenuh dan semakin tidak memahami materi yang diajarkannya.

(16)

3

Yeni Sulistiani, 2014

pengenalanhingga level 5 akurasi. Menurut van Hiele ada tiga unsur utama dalam pengajaran Geometri, yaitu waktu, materi ajar dan metode pembelajaran yang digunakan. Ketiganya harus dipadukan dengan baik untuk mengembangkan kemampuan berpikir geometri siswa. Penggunaan model bangun secara fisik juga perlu dilakukan agar siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa pembelajaran dengan teori van Hiele memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran geometri.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Arjuddin, dkk pada tahun 2012 menyimpulkan bahwa penerapan teori belajar Van Hiele pada materi segitiga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV A SD Negeri 33

Mataram tahun pelajaran 2012/2013. Pada siklus I meliputi rata-rata skor

aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama yakni 7.67 dengan rata-rata

7.67 yang berkategori kurang aktif dan hasil evaluasi siswa dengan nilai

rata-rata 55.10 dengan ketuntasan belajar 64%, sedangkan hasil penelitian siklus II

meliputi rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama dan

kedua masing-masing 13.32 dan 15.67 dengan rata-rata 15.31 yang

berkategori sangat aktif dan hasil evaluasi siswa dengan nilai rata-rata 77.71

dengan ketuntasan belajar 88.57%. Hal ini menunjukan ada peningkatan

pencapaian dari siklus I ke siklus II.

Pada faktanya di lapangan, khususnya di kelas VB SDN 6 Cibogo jangankan untuk menghafal rumus luas segitiga atau bangun datar lainnya, untuk mengidentifikasi sifat-sifatnya saja masih kesulitan. Di sisi lain siswa tidak dapat mengerjakan soal pemecahan masalah matematis, padahal kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang sangat penting sebagai salah satu tujuan dari diajarkannya Matematika kepada siswa.

(17)

4

B. Rumusan Masalah

Secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah

“BagaimanakahPenerapan Model Van Hiele untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Materi Bangun Ruang Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat?”

Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perencanaanpembelajaran dengan menerapkanmodel pembelajaran van hiele untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa materi bangun ruang kelas V SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimanakah pelaksanaanpembelajaran dengan menerapkanmodel pembelajaran van hiele untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis materi bangun ruang siswa kelas V SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat?

3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas V SDN 6 Cibogo pada materi bangun ruang dengan menggunakan model pembelajaran van hiele?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai pembuktian dan untuk mendeskripsikan “penerapan model Van Hiele untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis materi bangun ruang siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat”. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui bagaimanakah perencanaanpembelajaran dengan menerapkanmodel pembelajaran van hiele untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis materi bangun ruang siswa kelas V SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat.

(18)

5

Yeni Sulistiani, 2014

pemecahan masalah matematis materi bangun ruang siswa kelas V SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat.

3. Mengetahui bagaimanakahpeningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas V SDN 6 Cibogo pada materi bangun ruang dengan menggunakan model pembelajaran van hiele.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan manfaat secara praktis dan teoritis. Secara praktis diantaranya sebagai berikut. 1. Bagi siswa:

a. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bangun ruang.

b. Mengembangkan siswa yang memiliki daya analisis, mampu memahami masalah, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

2. Bagi guru:

a. Mendapatkan pengalaman tentang penerapan model pembelajaran van hiele.

b. Merupakan upaya peningkatan pemahaman dalam profesi guru. 3. Bagi sekolah:

a. Sebagai informasi untuk memberikan ketertarikan tenaga kependidikan agar lebih banyak menerapkan model pembelajaran yang aktif, efektif dan inovatif serta tuntas.

b. Memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas sekolah dalam melakukan inovasi pembelajaran matematika di sekolah dasar.

(19)

6

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang dibuat adalah dengan menerapkan model pembelajaran van hiele akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas V SDN 6 Cibogo pada materi bangun ruang.

F. Penjelasan Istilah

Model pembelajaran van hiele merupakan strategi yang dipilih guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan merunut pada teori perkembangan geometeri yang dikembangkan oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof.Pembelajaran dengan menerapkan model van hiele terdiri dari 5 tahapan, yakni informasi, orientasi langsung, penjelasan, orientasi bebas, dan integrasi.

Kemampuan pemecahan masalah matematisadalah kecakapan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika yang diberikan. Masalah matematika adalah soal-soal matematika yang bersifat tidak rutin atau biasa dikerjakan oleh siswa. Kemampuan pemecahan masalah matematis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini merunut pada indikator pemecahan masalah matematis polya yang dikombinasikan dengan indikator kemampuan pemecahan NCTM. Adapun indikator pemecahan masalah matematis yang dimaksud, meliputi memahami masalah, menyusun rencana/ memilih strategi, dan melaksanakan strategi dan memilih hasil.

(20)

7

Yeni Sulistiani, 2014

(21)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelasakan mengenai metodologi penelitian yang akan digunakan seperti metode penelitian dan desain penelitian. Selain itu, dalam bab ini disebutkan lokasi di mana penelitian ini akan berlangsung, waktu penelitian serta subjek yang akan dijadikan penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian, prosedur dan instrumen penelitian yang akan digunakan serta analisis dan interpretasi data untuk hasil penelitian pun akan dijelaskan dalam bab ini.

A. MetodePenelitian

Metode penelitian adalah strategi atau teknik yang dipilih dan dirancang guna memecahkan sebuah permasalahan yang diusung. Metode penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Definisi penelitian tindakan kelas yang diberikan Stephen Kemmis (dalam Hopkins, 2011, hlm. 88):

Penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk penyelidikan refleksi-diri yang digunakan oleh para partisipan dalam situas-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dalam (a) praktik-praktik sosial dan pendidikan mereka sendiri, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi yang melingkupi pelaksanaan praktik-praktik tersebut.

Sedangkan Arikunto (2014, hlm. 3) dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti , yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama.

(22)

29

Yeni Sulistiani, 2014

(2014, hlm. 110-111) menyebutkan ada prinsip PTK yang perlu diperhatikan. Penelitian tindakan memiliki tiga ciri pokok, yaitu:

1. Inkuiri reflektif. PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh dosen dan mahasiswa. Jadi kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven). 2. Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat

dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi harus berkolaborasi dengan guru.

3. Reflektif. PTK secara terus menerus bertujuan untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan berikutnya.

Merunut padapengertian dan prinsip PTK di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan seperangkat rencana penyelidikan berupa sebuah tindakan yang sengaja dilakukan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran, baik itu menyangkut prestasi siswa, cara mengajar guru, dan sebagainya.

Alasan PTK yang dipilih, seperti telah dipaparkan sebelumnya pada Bab 1 peneliti menemukan masalah dalam kelas bahwa siswa sulit memahami materi geometri.Selain itu, pemecahan masalah matematis siswa kelas V sangat kurang. Sehingga PTK ini dilakukan dengan maksud agar dapat memperbaiki proses pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas V.

B. Desain Penelitian

(23)

30

Gambar 3.1

Alur PTK Adaptasi Model Kemmis dan Mc. Taggart

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kegiatan pertama pada setiap siklus ialah perencanaan. Perencanaan merupakan serangkaian rancangan tindakan sistematis untuk meningkatkan apa yang hendak terjadi (Sukardi, 2013, hlm. 5). Perencanaan dibuat oleh peneliti dengan berkonsultasi kepada dosen pembimbing.Sedangkan langkah kedua adalah pelaksanaan dan observasi.Untuk observasi sendiri dilakukan pada waktu tindakan yang dapat dilakukan oleh pengamat dan guru pelaksana (peneliti). Peneliti dapat mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang

Identifikasi Masalah

Rumusan masalah

Perencanaan

Pelaksanaan-Observasi

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan-Observasi

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan-Observasi

Simpulan dan Rekomendasi

Siklus 1

Siklus 2

(24)

31

Yeni Sulistiani, 2014

akurat untuk perbaikan siklus selanjutnya. Setelah proses pelaksanaan dan observasi dilakukan, maka tahap akhir yang tak kalah penting, yakni refleksi. Dalam tahap inilah peneliti melihat hasil observasi dan catatan-catatan penting yang dapat dipertimbangkan dalam merencanakan tindakan selanjutnya dalam rangka perbaikan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas V SDN 6 Cibogo, Kp. Cibedug, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Lokasi dipilih berdasarkan dua bulan peneliti mengadakan observasi, dan fakta di lapangan menunjukkan adanya masalah tersebut, khususnya di kelas V SDN 6 Cibogo ini.

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada Bulan Mei minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4. Sedangkan untuk pra siklusnya sendiri, yakni pembiasaan pemberian soal-soal pemecahan masalah diberikan Bulan April minggu terakhir. Pelaporan penelitian akan dilakukan di minggu ke-3Juni.

D. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN 6 Cibogo, Kp. Cibedug, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah siswa 32 orang.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah, adalah menemukan masalah-masalah ketika observasi langsung di kelas. Selain itu, untuk identifikasi masalah juga dilakukan dengan cara mewawancarai guru untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi, baik di kelas maupun di sekolah.

2. Rumusan masalah, yakni merumuskan masalah-masalah yang akan dipecahkan serta menawarkan solusi atas permasalahan tersebut. Langkah dalam tahap ini adalah:

(25)

32

2) Pembuatan instrumen

3) Pembuatan SK penelitian untuk penelitian dengan waktu yang relatif lama.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga siklus.Penjelasan mengenai setiap siklusnya adalah sebagai berikut.

a. Siklus I

Siklus I direncanakan dengan bahasan materi kubus.Adapun tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

1) Perencanaan, terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan, yakni: a) Menyusun instrumen berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan langkah pembelajaran van hiele.

b) Menyusun instrumen pengumpul data berupa lembar observasi, angket, dan tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bangun ruang sederhana. c) Konsultasi instrumen kepada dosen pembimbing.

d) Merevisi instrument RPP dan instrument pengumpul data jika diperlukan.

e) Membuat alat peraga. 2) Pelaksanaan

Pada tahap ini peneiliti melaksanankan tindakan dengan menerapkan model van hiele, sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan siklus I ini direncanakan akan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah pembahasan mengenai luas permukaan kubus, sedangkan pertemuan kedua adalah mengenai volume kubus.Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut.

(26)

33

Yeni Sulistiani, 2014

b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajak siswa untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajarinya, yakni mengenai sisi, luas persegi, dan volume kubus.

c) Siswa diberikan tugas kelompok untuk mengamati model bangun ruang yang telah disediakan oleh guru. Pengamatan dilakukan sesuai dengan petunjuk dan tugas pada lembar kerja siswa.

d) Siswa diminta untuk mengemukakan hasil temuannya. e) Siswa diberikan tugas mandiri yang lebih kompleks.

f) Siswa dan guru membahas pekerjaan siswa. Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman jika ada.

g) Guru memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan materi yang akan dipelajari siswa di pertemuan selanjutnya.

3) Observasi terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan, yakni: a) Observer melakukan observasi menggunakan lembar observasi

yang digunakan untuk mengetahui aktivitas guru maupun siswa selama pembelajaran berlangsung.

b) Melakukan tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di akhir pembelajaran siklusuntuk mendapatkan data mengenai bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bangun ruang sederhana.

c) Menyebarkan angket kepada siswa setelah pembelajaran selesai. Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran van Hiele.

4) Refleksi

(27)

34

disesuaikan dengan pedoman penyekoran kemampuan pemecahan masalah matematis.

b. Siklus II

Siklus II dilakukan melalui dua pertemuan dengan bahasan materi berbeda, yakni tentang balok.Siklus II ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut.

1) Perencanaan, terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan, yakni: a) Menyusun instrumen berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan langkah pembelajaran van hiele.

b) Menyusun instrumen pengumpul data berupa lembar observasi, angket, dan tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bangun ruang sederhana. c) Konsultasi instrumen kepada dosen pembimbing.

d) Merevisi instrument RPP dan instrument pengumpul data jika diperlukan.

e) Membuat alat peraga. 2) Pelaksanaan

Pada tahap ini peneiliti melaksanankan tindakan dengan menerapkan model van hiele, sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan siklus II direncanakan akan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah pembahasan mengenai luas permukaan balok, sedangkan pertemuan kedua adalah volume balok.Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut.

a) Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini dan memotivasi siswa untuk belajar dengan semangat.

(28)

35

Yeni Sulistiani, 2014

c) Siswa diberikan tugas kelompok untuk mengamati model bangun ruang yang telah disediakan oleh guru. Pengamatan dilakukan sesuai dengan petunjuk dan tugas pada lembar kerja siswa.

d) Siswa diminta untuk mengemukakan hasil temuannya. e) Siswa diberikan tugas mandiri yang lebih kompleks.

f) Siswa dan guru membahas pekerjaan siswa. Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman jika ada.

g) Guru memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan materi yang akan dipelajari siswa di pertemuan selanjutnya.

3) Observasi terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan. Kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

d) Observer melakukan observasi menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas guru maupun siswa selama pembelajaran berlangsung.

e) Melakukan tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di akhir pembelajaran siklusuntuk mendapatkan data mengenai bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bangun ruang sederhana.

f) Menyebarkan angket kepada siswa setelah pembelajaran selesai. Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran van Hiele.

4) Refleksi

(29)

36

c. Siklus III

Siklus III dilakukan apabila hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada siklus II masih belum sesuai dengan harapan. Jika ada siklus III ini, maka rencananya fokus materi yang akan disampaikan adalah aplikasi langsung masalah-masalah yang berkaitan dengan balok dan kubus dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Perencanaan, terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan sebagai berikut.

a) Menyusun instrumen berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan langkah pembelajaran van hiele.

b) Menyusun instrumen pengumpul data berupa lembar observasi, angket, dan tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bangun ruang sederhana. c) Konsultasi instrumen kepada dosen pembimbing.

d) Merevisi instrument RPP dan instrument pengumpul data jika diperlukan.

e) Membuat alat peraga. 2) Pelaksanaan

Pada tahap ini peneiliti melaksanankan tindakan dengan menerapkan model van hiele, sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan siklus III direncanakan akan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah pembahasan mengenai luas permukaan dan volume pada materi bangun ruang gabungan, sedangkan pertemuan kedua adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan balok dan kubus dalam kehidupan sehari-hari.Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut.

(30)

37

Yeni Sulistiani, 2014

b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajak siswa untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajarinya, yakni mengenai kubus dan balok.

c) Siswa diberikan tugas kelompok untuk mengamati model bangun ruang yang telah disediakan oleh guru. Pengamatan dilakukan sesuai dengan petunjuk dan tugas pada lembar kerja siswa.

d) Untuk pertemuan kedua, siswa tidak bekerja secara kelompok, tetapi mandiri dan mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru. Siswa diminta untuk mencari penyelesaian masalah dari cerita tersebut.

e) Siswa diminta untuk mengemukakan hasil temuannya. f) Siswa diberikan tugas mandiri yang lebih kompleks.

g) Siswa dan guru membahas pekerjaan siswa. Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman jika ada.

3) Observasi terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan, yakni: a) Observer melakukan observasi menggunakan lembar observasi

yang digunakan untuk mengetahui aktivitas guru maupun siswa selama pembelajaran berlangsung.

b) Melakukan tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di akhir pembelajaran siklusuntuk mendapatkan data mengenai bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bangun ruang sederhana.

c) Menyebarkan angket kepada siswa setelah pembelajaran selesai. Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran van Hiele.

4) Refleksi

(31)

38

pemberian skor hasil tes siswa yang disesuaikan dengan pedoman penyekoran kemampuan pemecahan masalah matematis.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

RPP merupakan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Di dalam RPP terdapat langkah-langkah pembelajaran yang akan kita kerjakan saat berada di kelas. RPP dibuat dengan menerapkan model pembelajaran van hiele, yang terdiri dari 5 kegiatan secara garis besar, yakni informasi, orientasi langsung, penjelasan, orientasi bebas, dan integrasi.RPP yang sudah dibuat dinilai oleh guru kelas.

2. Tes

Dalam penelitian ini instrument pengumpulan data menggunakan tes.Tes itu sendiri adalah soal-soal yang berbentuk essay yang harus dikerjakan siswa.Soal yang dimaksud adalah bukan soal-soal biasa yang dikerjakan siswa, melainkan soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan volume kubus, volume balok, luas permukaan kubus, luas permukaan balok dan masalah lain yang berkaitan dengan balok dan kubus.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan oleh observer ketika melakukan pengamatan pembelajaran di kelas, yaitu keterlaksanaan setiap langkah kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya dalam RPP.

4. Catatan Lapangan

(32)

39

Yeni Sulistiani, 2014 5. Angket

Angket yang dimaksud adalah angket yang dibagikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

G. Analisis dan Interpretasi Data

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.Untuk data kualitatif adalah dengan mendeskripsikan hasil angket dan catatan lapangan yang telah ditulis oleh siswa dan observer.Sedangkan untuk data kuantitatifnya sendiri yaitu dengan menghitung hasil tes pemecahan masalah siswa.Penghitungan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Nilai rata-rata kelasdengan rumus:

X = �

Keterangan:

∑N = total nilai yang diperoleh siswa n = jumlah siswa

X = nilai rata-rata kelas(Zainal, 2011, hlm. 40).

2. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus:

TB = �≥ 69 100%

Keterangan:

∑S ≥ 69 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau

sama dengan 69. 69 merupakan nilai KKM Matematika kelas V di SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat

n = banyak siswa 100% = bilangan tetap TB = ketuntasan

(33)

40

Tabel 3.1

Skala Ketuntasan Belajar

Skala Keterangan

>80% Sangat tinggi 60 – 79% Tinggi 40 – 59 % Sedang

20 – 39% Rendah < 20 % Sangat rendah

3. Menghitung skor gain

Menurut Prabawanto (dalam Fitriani, 2013, hlm. 45) untuk menghitung nilai gain dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

�1 = 2 - 1 �2 = 3 - 2 Keterangan :

�1 = gain peningkatan siklus I ke siklus II 2= skor siklus II �2 = gain peningkatan siklus II ke siklus III 3= skor siklus III

1 = skor siklus I

4. Menghitung skor gain ternomalisasi

Menurut Prabawanto (dalam Fitriani, 2013, hlm. 45) untuk menghitung nilai gain ternormalisasi dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

<

1>= 2

-

1

SMI - 1

<

�2>= 3

-

2

SMI - 2

Keterangan :

(34)

41

Yeni Sulistiani, 2014

Adapun Interpretasi Skor Gain Ternomalisasi dapat dilihat pada tabelberikut.

Tabel 3.2

Tabel Interpretasi Skor Gain Ternomalisasi Skor Gain Ternormalisasi Interpretasi

(<g>) > 0.7 Tinggi

0.3 ≤ (<g>) ≤ 0.7 Sedang

(<g>) < 0.3 Rendah

2. Tingkat kemampuan siswa

Menurut Prabawanto (dalam Suprianto, 2011, hlm. 31) untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dari setiap siklus yang dilakukan dengan mengukur tingkat keberhasilan siswa berdasarkan skor yang diperoleh dengan rumus berikut ini:

Persentase kemampuan = � �

� � � 100 %

Untuk mengklasifikasi kualitas pemahaman siswa, data hasil tes (skor) dikelompokkan dengan menggunakan skala lima. Untuk melihat kategori kemampuan siswa dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.3

Kriteria Penentuan Tingkat Kemampuan Siswa Persentase Skor Total Siswa Kategori Kemampuan Siswa

90% < A ≤ 100% A (Sangat Baik)

75% < B ≤ 90% B (Baik)

55% < C ≤ 75% C (Cukup)

40% < D ≤ 55% D (Kurang)

(35)
(36)

79 Yeni Sulistiani, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi mengenai simpulan hasil penelitian serta rekomendasi yang mungkin dapat dipertimbangkan baik untuk proses pembelajaran, maupun untuk penelitian selanjutnya.

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisis data pada pembahasan sebelumnya terhadap pelaksanaan penelitian tindakan kelas penerapan model van hiele di kelas VB SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat pada materi bangun ruang, dapat dibuat kesimpulan bahwa:

(37)

80

diberikan tugas-tugas yang lebih kompleks dengan banyak cara atau penyelesaiannya untuk meningkatkan banyak koneksi.

2. Pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran van hieledapat meningkatkan aktivitas siswa. Pada kegiatan awal pembelajaran, siswa digali pengetahuan awalnya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Pada kegiatan selanjutnya siswa disibukkan dengan menelaah model bangun geometri yang diberikan, mengkomunikasikan apa yang ditemukannya, membuat koneksi atau hubungan antarbangun, menemukan serta membuktikan sebuah pernyataan. Pembelajaran dengan menerapkan model van hielemendapatkan respon yang sangat positif darisiswa. Siswa merasa pembelajaran sangat menyenangkan.Peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator dan memberikan bantuan seminimal mungkin untuk memberikan penguatan atau pun meluruskan kesalahpahaman pengetahuan geometri siswa jika terjadi.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VB SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat pada materi bangun ruang setelah menerapkan model pembelajaran van hiele meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh pada siklus I 3% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 97% siswa mendapat nilai di bawah KKM, pada siklus II siwa yang mendapat nilai di atas KKM meningkat menjadi 25% dan 75% siswa mendapatkan nilai dibawah KKM, dan hasil dari siklus III 56% siswa mendapat nilai di atas KKM dan 44% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Sedangkan apabila dilihat dari nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan, nilai rata-rata kelas pada siklus I 44.3 dengan keterangan sangat rendah, siklus II 55.156 keterangan rendah, dan siklus III 68.5 dengan keterangan sedang.

B. Rekomendasi

(38)

81

Yeni Sulistiani, 2014

untuk meningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas VB SDN 6Cibogo Kabupaten Bandung Barat, peneliti mengajukan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat untuk keberhasilan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti ataupun guru lain, diantaranya sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Dalam proses pembelajaran siswa dituntut harus lebih aktif dan fokus. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan.Kemampuan analisis dalam memahami dan memecahkan masalah yang diberikan pun dapat meningkat. Jika ada yang belum dipahami siswa harus lebih dimotivasi untuk belajar lebih giat dan bertanya agar guru mengetahui apa yang menjadi kesulitan siswa dalam belajar. Sehingga hal-hal tersebut dapat dipertimbangkan oleh guru untuk perbaikan proses pembelajaran ke depannya.

2. Bagi Guru

Tidak banyak guru yang mengetahui dan menggunakan model pembelajaran van hiele ini.Padahal fase pembelajaran van hiele sudah memiliki bidang kajian dan teorinya tersendiri, yakni tentang geometri yang diungkap oleh oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof.Model pembelajaran ini dapat dipertimbangkan dan dipilih guru dalam mengajarkan geometri karena memang model ini khusus untuk pembelajaran geometri dan mempertimbangkan tahap perkembangan geometri siswa. Selain itu, dengan model pembelajaran van hiele ini, siswa dapat mengembangkan kemampuan analisis, koneksi, komunikasi di mana ada dalam langkah fase pembelajarannya siswa dituntut untuk membuat hubungan antar bangun dan mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(39)

82

yang harus digaris bawahi, model pembelajaran van hiele dapat dicoba dalam penelitian tindakan kelas untuk sifat-sifat materi bangun ruang dan bangun datar.Selain itu, penelitian dengan menerapkan model pembelajaran van hiele dapat dilakukan bukan hanya untuk meningkatkan hasil belajar, melainkan juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan koneksi, berpikir analisis, representasi, ataupun kemampuan komunikasi siswa.

(40)

83 Yeni Sulistiani, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir.(2010). Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele.Dalam El-Hikmah: Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, Vol VII Nomor 2, Januari 2010, ISSN 1693-1499.

Anonim.Model-model Pembelajaran| Pengertiannya. [Online]. Tersedia: http://panduanguru.com/model-model-pembelajaran-pengertiannya/. [Diakses 27 November 2013]

Anonim. 2012. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.[Online]. Tersedia: http://www.mat-stkipypmbangko.tk/2012/08/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika.html [Diakses 11 Maret 2014]

Arikunto, Suharsimi. (2014).Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research – CAR). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arjudin, dkk.(2012). Penerapan Teori Belajar Van Hiele pada Mata Pelajaran Matematika Materi Segitiga untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IVA SDN 33 Mataram Tahun Pelajaran 2012/2013.Jurnal, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Ilmu Keguruan Universitas Mataram.

Aryanti, dan Asmi Yuriana Dewi.(2010). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.Makalah. Konsentrasi Matematika Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang: Tidak Diterbitkan.

Badri, Al. 7 April 2012. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika.[Online]. Tersedia: http://pengalaman-al-badri.blogspot.com/2012/04/pemecahan-masalah-dalam-pembelajaran.html [Diakses 11 Maret 2013]

Crowley, L Mary.(1987). “The Van Hiele Model of the development of Geometric Thought.”Dalam Learning and teaching Geometry, K-12.National of Teacher of mathematics (NCTM).(United State of America. 1987).

Dimyati, dan Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Djaelani, dan Haryono. (2008). Matematika 1 untuk Kelas 1 SD MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

(41)

84

Faturrohman, Pupuh., dan M. Sobry Sutikno. (2009). Strategi Belajar dan Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.

Fitriani, R. (2013). Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Pokok Bahasan Perbandingan dan Skala. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Halim, Abdul Fathani. (2009). Matematika Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hatimah, Ihat, dkk. (2007). Penelitian Pendidikan.Bandung: UPI Press

HM., Ahmad Rohani. (1997). Media Intruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Hopkins, David. (2011). A Teachers’s Guide to Classroom Research. New York: McGraw Hill-Open Univesity Press, Two Penn Plaza.

Haryanto.7 Desember 2011.Pengertian Model Pembelajaran.[Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-model-pembelajaran/. [ Diakses 27 November 2013]

Junaidi, Wawan. Model Pembelajaran Van Hiele. [Online]. Tersedia: http: //wawan-junaidi.blogspot.com/2011/06/model-pembelajaran-van-hielle.html [Diakses 3 Maret 2013]

Karso, dkk.(2008). Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Makmun, Prof. Dr. H. Abin Syasudin, M.A. (2000). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulia, Fuji. Pengertian Matematika Menurut Para Ahli.[Online]. Tersedia: http://www.trigonalworld.com/2013/04/pengertian-matematika-menurut-para-ahli.html. [Diakses 27 November 2013]

NCTM. (2000). TheStandart and The Principles of Mathematic. New York: National Council of Teachers of Mathematics Inc.

Nur’aeni, Epon. (2011). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Geometris

(42)

85

Yeni Sulistiani, 2014

_____. (2012). Pemahaman Konsep Dasar Geometri Siswa Sekolah Dasar dan Teori Van Hiele.Dalam E-Jurnal UPI Volume 17 Nomor 2 Oktober 2012.

Nurhaenah.(2012).Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele dalam Membangun Konsep Segitiga pada Siswa Kelas VI SDN 14 Biru Kecamatan Tanete Riattang

Kabupaten Bone. Tersedia: [online]:

http://jurnalarupalakka.blogspot.com/2012/06/Penerapan-model-pembelajaran-van-hiele.html#.Ux-pBD9dVwM[Diakses 12 Maret 2014]

Rahmat., dkk. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: UPI Press.

Sukardi, M..(2013) Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Supardi. (2014). Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research) Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suherman, Erman., dan Udin S. Winataputra. (1992). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Supriatno, H. (2011). Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Bilangan Cacah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Suyono dan Hariyanto.(2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

_____. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Trias, Isnatika. (2013) .Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis Matematis Siswa. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(43)

Gambar

Gambar 3.1 Alur PTK Adaptasi Model Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel 3.3 Kriteria Penentuan Tingkat Kemampuan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sampel dalam penelitian ini adalah adalah ibu nifas hari pertama yang melahirkan pada bulan mei sampai dengan nopember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi: Ibu

[r]

Peran hakim dalam proses peradilan tindak pidana pencurian dan pembunuhan yang dilakukan oleh anak sesuai dengan hak dan wewenang hakim menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004

 Frekuensi pengereman dilihat dari data pada counter digital yang sudah terpasang pada sepeda motor..  Situasi jalan padat merayap terjadi pada sepanjang Jalan

Dari hasil observasi dan perhitungan dengan menggunakan analisa sistem antrian, dapat diambil kesimpulan bahwa waktu Nasabah menunggu adalah 12 Menit.Hal ini terjadi bukan

Preprosthetic and oral soft tissue surgery.. Jainkittivong A, Langlais

Nama Pasien Umur Jenis Kelamin. Lokasi/Regio